Anda di halaman 1dari 11

PEMBAHASAN

1. A. ALIRAN MUTAZILAH
A. 1. Munculnya golongan atau kelompok Mutazilah
Secara harfiyah kata Mutazilah berasal dariItazala yang berarti berpisah
atau memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan
diri.[1] Kaum Mutazilah adalah suatu kaum yang membuat heboh dunia
Islam selama 300 tahun pada abad-abad permulaan Islam. Kaum
Mutazilah telah pernah dalam sejarahnya membunuh ribuan ulama Islam.
Ada beberapa pendapat yang menerangkan apa sebab-sebab maka kaum
ini dinamai kaum Mutazilah, yaitu:
1. Ada seorang guru besar di Baghdad, namanya Syeikh Hasan Bashri
(meninggal tahun 110 H). Diantara muridnya ada seorang yang
bernamaWashil bin Atha (meninggal 131 H). Pada suatu hari Imam
Hasan Bashri menerangkan bahwa orang Islam yang telah iman pada
Allah dan Rasul-Nya, tetapi ia kebetulan mengerjakan dosabesar, maka
orang itu tetap muslim tetapi muslim yang durhaka. Di akhirat nanti,
kalau ia wafat sebelum taubat dari dosa besarnya, ia akan dimasukkan
kedalam neraka buat sementara untuk menerima hukuman atas
perbuatan dosanya, tetapi setelah ia menjalankan hukuman ia
dikeluarkan dari dalam neraka dan dimasukkan kedalam surga sebagai
seorang Mumin dan Muslim.
Washil bin Atha tidak sesuai dengan pendapat gurunya itu, lantas ia
membentak, lalu keluar lain di suatu pojok dari Masjid Bashrah
itu. [2]Oleh karena itu makaWashil bin Atha dinamai kaum Mutazilah
karena ia mengasingkan diri dari gurunya. Dalam pengasingannya ini, ia
diikuti oleh kawannya yaitu Umar bin Ubaid (meninggal 145 H).
Jadi dapat dikatakan secara bulat bawa permulaan munculnya kaum
Mutazilah pada permulaan abad ke II Hijriyah, dengan guru besarnya
Washil bin Atha dan Umar bin Ubaid. Yang berkuasa ketika itu Khalifah
Hisyam bin Abdul Malik dari BaniUmaiyah, yaitu dari tahun 100 H sampai
tahun 125 H.
1. Ada pula orang mengatakan bahwa sebabnya maka mereka dinamai
Mutazilah ialah karena mengasingkan diri dari masyarakat. Orang-

orang Mutazilah ini pada mulanya adalah orang-orang Syiah yang


patah hati akibat menyerahnya khalifah Hasan bin Ali bin AbiThalib
kepada khalifah Muawiyah dari BaniUmaiyah.
Mereka menyisihkan diri dari siasat (politik) dan hanya mengadakan
kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan. Demikian dikatakan oleh Abdul
Hasan Tharaifi, pengarang buku Ahlul Hawa wal Bida, yang dikutip oleh
Muhammad Abu Zaharah dalam bukunya yang bernama As-SyafiI.[3]
Secara teknis, istilah mutazilah menunjuk pada dua golongan yaitu;
1. Golongan pertama tumbuh sebagai kaum netral politik, khususnya
dalam arti bersikap lunak dalam menangani pertentangan antara ali bin
abi thalib dan lawan-lawannya, terutama muawiyah, Aisyah, dan
Abdullah bin Zubair. Golongan ini merupakan golongan yang mulamula disebut kaum mutazilah. Karena mereka menjauhkan diri dari
pertikaian masalah khilafah.
2. 2. Golongan keduamuncul sebagai respon persoalan teologis yang
berkembang dikalangan khawarij dan murjiah akibat adanya peristiwa
tahkim. Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan
golongan khawarij dan murjiah tentang pemberian status kafir kepada
orang yang berbuat dosa besar. Perbedaan pendapat tersebut
mengakibatkan munculnya golongan yang memisahkan diri disebut
kaummutazilah. Golongan mutazilah juga dikenal dengan nama-nama
lain seperti Al-Adlyang berarti golongan yang memperhatikan keadilan
tuhan, Al-Ahl Al-Tauhid wa Al-Adl yang berarti golongan yang
mempertahankan keesaan murni dan keadilan tuhan,
dan Qadariyyahyang mempunyai dua arti: yang pertama, kata Qadar
dipergunakan untuk menamakan orang yang mengakui Qadar dan yang
kedua, kata Qadar dipergunakan untuk kebaikan dan keburukan pada
hakikatnya.
1. 3. Ajaran yang Diajarkan oleh Golongan Mutazilah
Ada beberapa ajaran yang di ajarkan oleh golongan Mutazilah yaitu;
1. 1. At-Tauhid
At-Tauhid ini merupakan prinsip dan intisari ajaran Mutazilah. Tauhid
menurutMutazilah mempunyai arti yang spesifik, Tuhan harus disucikan

dari segala sesuatu yang dapat mengurangi keesaannya.[4] Untuk


memurnikan Tuhan, Mutazilah menolak konsep Tuhan memiliki sifat-sifat
dan dapat dilihat dengan mata kepala. Mutazilah berpendapat bahwa
Tuhan itu Esa, tak ada satupun yang menyerupai-Nya. Dia Maha Melihat,
Mendengar, Kuasa, Mengetahui dan sebagainya, namun semuanya itu
bukan sifat melainkan dzat-Nya. Menurut mereka sifat adalah sesuatu yang
melekat. Doktrin tauhidMutazilah tidak ada satupun yang menyamai
Tuhan, begitu pula sebaliknya, Tuhan tidak serupa dengan makhluk-Nya.
Segala yang mengesankan adanya kejisiman Tuhan, bagiMutazilah tidak
dapat diterima oleh akal dan itu adalah
mustahil. Mutazilah menolakantropomorfisme.[5] Penolakan terhadap
faham antropomorfistik bukan semata-mata atas pertimbangan akal,
melainkan memiliki rujukan yang sangat kuat didalam Al-Quran. Mereka
berlandaskan pada pernyataan Al-Quran yang berbunyi:
Artinya:
Tak ada satupun yang menyamai-Nya. (Q.S. Asy-Syura:9)
1. 2. Al-Adl
Adil merupakan sifat yang paling gamblang untuk menunjukkan
kesempurnaan.Ajaran ini bertujuan ingin menempatkan Tuhan benarbenar adil menurut sudut pandang manusia.Ajaran keadilan ini terkait erat
dengan beberapa hal antara lain:
Perbuatan manusia
Berbuat baik dan terbaik
Mengutus Rasul
1. 3. Al-Wad wa Al-Waid
Ajaran ini begitu erat hubungannya dengan ajran kedua diatas. Tuhan yang
Maha Adil dan Maha Bijaksana, tidak akan melanggar janji-Nya. Perbuatan
Tuhan terkait dan dibatasi oleh janji-Nya sendiri.Yaitu member pahala
surga bagi yang berbuat baik dan ancaman neraka bagi yang berbuat
durhaka.Begitu pula janji yang member pengampunan pada orang yang

bertobat nasuha.Ajaran ini bertujuan untuk mendorong manusia berbuat


baik dan tidak melakukan perbuatan dosa.
1. 4. Al-Manzilah bain Al-Manzilatain
Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya madzhab Mutazilah.
Pokok ajaran ini adalah bahwa mumin yang melakukan dosa besar dan
belum bertobat maka ia bukan lagi mumin atau kafir, tetapi fasik. Ajaran
ini bertujuan agar manusia tidak menyepelekan perbuatan dosa, terutama
dosa besar.
1. 5. Al-Amr bi Al-Maruf wa An-nahyi An Munkar
Ajaran kelima ini menyuruh kebajikan dan melarang kemungkaran.Ajaran
ini menekankan kepada kebenaran dan kebaikan.Ini merupakan
konsekuensi logis dari keimanan seseorang.Pengakuan keimanan harus
dibuktikan dengan perbuatan baik, diantaranya menyuruh oarng berbuat
baik dan mencegah dari kejahatan. Perbedaan madzhab Mutazilah dengan
madzhab yang lain terletak pada tatanan pelaksanaan.
B. ALIRAN ASY-ARIYAH
1. Awal munculnya Aliran Asyariyah
Nama Al-Asyariyah diambil dari nama Abu Al-Hasan Ali bin Ismail AlAsyari yang dilahirkan dikota Bashrah (Irak) pada tahun 206 H/873 M.
Pada awalnya Al-Asyari ini berguru kepada tokoh Mutazilah waktu itu,
yang bernama Abu Ali Al-Jubai. Dalam beberapa waktu lamanya ia
merenungkan dan mempertimbangkan antara ajaran-ajaran Mutazillah
dengan paham ahli-ahli fiqih dan hadist.[6]
Ketika berumur 40 tahun, dia bersembunyi dirumahnya selama 15 hari
untuk memikirkan hal tersebut. Pada hari jumat dia naik mimbar dimasjid
Bashrah secara resmi dan menyatakan pendiriannya keluar dari
Mutazillah. Pernyataan tersebut adalah: wahai masyarakat, barang siapa
mengenal aku, sungguh dia telah mengenalku, barang siapa yang tidak
mengenalku, maka aku mengenal diri sendiri. Aku adalah fulan bin fulan,
dahulu aku berpendapat bahwa Al-Quran adalah makhluk, bahwa
sesungguhnya Allah tidak melihat dengan mata, maka perbuatan
perbuatan jelek aku sendiri yang yang membuatnya. Aku bertaubat,
bertaubat dan mencabut faham-faham Mutazillah dan keluar daripadanya.

Al-Asyari menulis tidak kurang dari 90 kitab dalam berbagai lapangan


yang bisa dibaca oleh orang banyak.dia menolak pendapat Aristoteles,
golongan jahamiyah dan golongan murjiah. Akan tetapi fokus kegiatan AlAsyari adalah ditujukan pada orang-orang Mutazilah seperti Ali Al-Jubai,
Abul Hudzail dan lain-lain.
Contoh perdebatan antara Imam Al-asyary dengan Abu Ali Al-Jubai: [7]
Abu Hasan Al-Asyary bertanya: Bagaimana menurut pendapatmu
tentang tiga orang yang meninggal dalam keadaan berlainan, mukmin,
kafir dan anak kecil.
Al-Jubai: Orang Mukmin adalah Ahli Surga, orang kafir masuk neraka
dan anak kecil selamat dari neraka.
Al-Asyari: Apabila anak kecil itu ingin meningkat masuk surga, artinya
sesudah meninggalnya dalam keadaan masih kecil, apakah itu mungkin?
Al-Jubai: Tidak mungkin bahkan dikatakan kepadanya bahwa surga itu
dapat dicapai dengan taat kepada Allah, sedangkan Engkau (anak kecil)
belum beramal seperti itu.
Al-Asyari: Seandainya anak itu menjawab memang aku tidak taat,
seandainya aku dihidupkan sampai dewasa, tentu aku beramal taat
seperti amalnya orang mukmin.
Allah menjawab: Aku mengetahui bahwa seandainya engkau sampai
umur dewasa, niscaya engkau bermaksiat dan engkau disiksa. Karena
itu Aku menjaga kebaikanmu. Aku mematikan mu sebelum engkau
mencapai umur dewasa.
Al-Asyari: seandainya si kafir itu bertanya: Engkau telah mengetahui
keadaanku sebagaimana juga mengetahui keadaannya, mengapa engkau
tidak menjaga kemashlahatanku, sepertinya? Maka Al-Jubai diam saja,
tidak meneruskan jawabannya .
2. Faham Asyariyah
Faham kaum Asyariyah berlawanan dengan paham Mutazilah. Golongan
Asyariyah berpendapat bahwa Allah itu mempunyai sifat diantaranya,
mata, wajah, tangan serta bersemayam di singgasana. Namun semua ini
dikatakan la yukayyaf wa la yuhadd (tanpa diketahui bagaimana cara dan
batasnya). [8]

Aliran Asyari mengatakan juga bahwa Allah dapat dilihat di akhirat kelak
dengan mata kepala. Asyari menjelaskan bahwa sesuatu yang dapat dilihat
adalah sesuatu yang mempunyai wujud, karena Allah mempunyai wujud ia
dapat dilihat .
Ayat-ayat Al-Quran yang dapat dijadikan dalil Asyariyah untuk
menyakinkan pendapatnya adalah:
1. QS. Ar-Rum ayat 25:
Artinya :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan
bumi dengan iradat-Nya.kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali
panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (QS. ArRum ayat 25)
2. QS Yasiin ayat 82:

Artinya :
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya: Jadilah! Maka terjadilah ia. (QS Yasiin ayat 82).
3. QS Al-Araaf ayat 54:

Artinya :
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy[548]. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-

masing) tunduk kepada perintah-Nya.Ingatlah, menciptakan dan


memerintah hanyalah hak Allah.Maha suci Allah, Tuhan semesta
alam.(QS Al-Araaf ayat 54).
4. QS Al-Kahfi ayat 109:

Artinya :
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimatkalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak
itu (pula). (QS Al-Kahfi ayat 109).
5. QS Al-Mukmin ayat 16:
Artinya :
(yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari
Keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (lalu Allah berfirman):
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? kepunyaan Allah yang Maha
Esa lagi Maha Mengalahkan. (QS Al-Mukmin ayat 16).
3. Perkembangan Aliran Asyariyah
Aliran ini termasuk cepat berkembang dan mendapat dukungan luas
dikalangan sebelum meninggalnya pendiri Aliran Asyariyah itu sendiri
yaitu Imam Abu Hasan Ali bin Ismail Al-Asyari, yang wafat pada tahun
324 H/934 M. Sepeninggalnya Al-Asyari sendiri mengalami
perkembangan dan perubahan yang cepat karena pada akhirnya Asyariyah
lebih condong kepada segi akal pikiran murni dari pada dalil nash.
4. Penyebab keluarnya Al-Asyari dari aliran Mutazillah
Penyebab keluarnya Al-Asyari dari aliran mutazillah antara lain:
1. Pengakuan Al-Asyari telah bertemu Rasulullah SAW sebanyak 3 kali,
yakni pada malam ke-10, ke-20 dan ke-30 bulan Ramadhan. Dalam

mimpinya itu Rasulullah memperingatkannya agar meninggalkan faham


Mutazillah .
2. Al-Asyari merasa tidak puas terhadap konsepsi aliran Mutazilah dalam
soal soal perdebatan yang telah ditulis diatas.
3. Karena kalau seandainya Al-Asyari tidak meninggalkan aliran
Mutazillah maka akan terjadi perpecahan dikalangan kaum muslimin
yang bisa melemahkan mereka. [9]
Al-Asyari sebagai orang yang pernah menganut paham Mutazillah, tidak
dapat menjauhkan diri dari pemakaian akal dan
argumentasi pikiran.ia menentang dengan kerasnya mereka yang
mengatakan bahwa akal pikiran dalam agama atau membahas soal-soal
yang tidak pernah disinggung oleh Rasulullah merupakan suatu kesalahan.
Dalam hal ini ia juga mengingkari orang yang berlebihan menghargai akal
pikiran, karena tidak mengakui sifat-sifat Tuhan. Beberapa pendapat AlAsyari adalah tentang :
1. Sifat Tuhan
Al-Asyari mengakui sifat-sifat Tuhan (Wujud, Qidam, Baqa, Wahdania,
Sama, Basyar, dll), sesuai dengan dzat Tuhan itu sendiri dan sama sekali
tidak menyerupai sufat sifat makhluk. Tuhan dapat mendengar tetapi
tidak seperti manusia mendengar dan seterusnya.
2. Kekuasaan Tuhan dan Perbuatan manusia.
Al-Asyari mengatakan bahwa manusia tidak berkuasa menciptakan
sesuatu, tetapi berkuasa untuk memperoleh sesuatu perbuatan.
3. Melihat Tuhan pada hari kiamat.
Al-Asyari mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat, tetapi tidak menuntut
cara tertentu dan tidak pula arah tertentu. Al-Maturidi mengatakan juga
bahwa manusia dapat melihat Tuhan . Firman Allah dalam QS Al-Qiyamah
ayat 22- 23:

Artinya :
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada
Tuhannyalah mereka melihat. (QS Al-Qiyamah ayat 22 dan 23)
4. Dosa besar
Al-Asyari mengatakan bahwa orang mukmin yang mengesakan Tuhan
tetapi fasik, terserah kepada Tuhan, apakah akan diampuni-Nya dan
langsung masuk syurga atau akan dijatuhi siksa karena kefasikannya, tetapi
dimasukkan-Nya kedalam surga .

5.Ciri-ciri Penganut Aliran Asyariyah


Ciri-ciri orang yang menganut aliran Asyariyah adalah sebagai berikut:
1. Mereka berpikir sesuai dengan Undang-Undang alam dan mereka juga
mempelajari ajaran itu.
2. Iman adalah membenarkan dengan hati, amal perbuatan adalah
kewajiban untuk berbaut baik dan terbaik bagi manusia. dan mereka
tidak mengkafirkan orang yang berdosa besar.
3. Kehadiran Tuhan dalam konsep Asyariyah terletak pada kehendak
mutlak-Nya.
6. Tokoh-tokoh Aliran Asyariyah
1. Al-Baqillani
Namanya Abu Bakar Muhammad bin Tayib, diduga kelahiran kota Basrah,
tempat kelahiran gurunya, yaitu Al-Asyari. ia terkenal cerdas otaknya,
simpatik dan banyak jasanya dalam pembelaan agama.
Al-Baqillani mengambil teori atom yang telah dibicarakan oleh aliran
mutazillah sebagai dasar penetapan kekuasaan Tuhan yang tak
terbatas.Jauhar adalah suatu hal yang mungkin, artinya bisa wujud dan
bisa tidak, seperti halnya aradh.dan menurutnya tiap-tiap aradh

mempunyai lawan aradh pula. Disinilah terjadi mukjizat itu karena


mukjizat tidak lain hanyalah penyimpangan dari kebiasaan.
2. Al-Juwaini
Namanya Abdul Maali bin Abdillah, dilahirkan di Naisabur (Iran),
kemudian setelah besar pergi kekota Muaskar dan akhirnya tinggal di kota
Bagdad. kegiatan ilmiahnya meliputi ushul fiqh dan teologi islam.
Empat hal yang berlaku pada kedua alam tersebut, alam yang tidak dapat
disaksikan dengan alam yang dapat disaksikan, yaitu:
Illat : Seperti ada sifat ilmu (tahu) menjadi illat (sebab) seseorang
dikatakan mengetahui (alim).
Syarat : Sifat hidup menjadi syarat seseorang dikatakan mengetahui
Hakikat : Hakikat orang yang mengetahui ialah orang yang mempunyai
sifat ilmu
Akal pikiran : Seperti penciptaan menunjukkan adanya zat yang
menciptakan. [10]
3. Al-Ghazaly

Namanya Abu Hamid Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali, gelar Hujjatul


Islam, lahir tahun 450 H, di Tus kota kecil di Churassan (Iran). Al-Ghazali
adalah ahli pikir islam yang memiliki puluhan karya seperti Teologi islam,
Hukum islam, dll.
Sikap Al-Ghazali yang dikemukakan dalam bukunya yang berjudul
Faishalut Tafriqah bainal islam waz zandaqah dan Al-Iqtishad. menurut AlGhazali perbedaan dalam soal soal kecil baik yang bertalian dengan soal
soal aqidah atau amalan, bahkan pengingkaran terhadap soal khilaffat
yang sudah disepakati oleh kaum muslimin tidak boleh dijadikan alasan
untuk mengkafirkan orang.
BAB III
PENUTUP

1. C. Kesimpulan
1. Aliran Mutazilah
Sejarah munculnya aliran Mutazilah oleh para kelompok pemuja dan
aliran Mutazilah tersebut muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2
Hijriyah tahun 105 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah
Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah Hisyam Bin Abdul Malik.
Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan AlBashri yang bernama Washil bin Atha Al-Makhzumi Al-Ghozzal,
kemunculan ini adalah karena Wasil bin Atha berpendapat bahwa muslim
berdosa besar bukan mukmin dan bukan kafir yang berarti ia fasik. Imam
Hasan al-Bashri berpendapat mukmin berdosa besar masih berstatus
mukmin.Inilah awal kemunculan paham ini dikarenakan perselisihan
tersebut antar murid dan Guru, dan akhirnya golongan Mutazilah pun
dinisbahkan kepadanya.
2. Aliran Asy-Ariyah
Nama lengkap Asyari adalah Abu Hasan Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim
bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa AlAsy;ari. Menurut beberapa riwayat, Al-Asyari lahir di Bashrah pada tahun
260 H/ 875 M. Ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota
Baghdad dan wafat di sana pada tahun 324 H/ 935 M. Al-Asyari menganut
faham Mutazilah hanya sampai ia berusia 40 tahun. Setelah itu, secara
tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jamaah Masjid Bashrah bahwa
dirinya telah meninggalkan faham Mutazilah dan menunjukkan
keburukan-keburukannya. Yang melatarbelakangi Al-Asyari meninggalkan
faham Mutazilah adalah pengakuan Al-Asyari telah bermimpi bertemu
dengan Rasulullah sebanyak tiga kali.

Anda mungkin juga menyukai