Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK

TOKOH DAN AJARAN TASAWUF SUFI BESAR

Kelompok 5:
Asty Rahmatasari
Ferdy Hermawan
Muhammad Reza M.
Putri Hadijah
Nanda Risqita
Qhadizah

MAN Kotawaringin Timur


2022/2023
Jl. H.M. Arsyad No.68, Mentawa Baru Hulu, Kec. Mentawa Baru Ketapang,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah
74321
Sufisme (Arab: ‫صوفية‬, translit. shufiyyah) atau tasawuf (Arab: ‫تصوف‬, translit. tashawwuf) adalah gerakan
Islam yang mengajarkan ilmu cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun lahir dan batin
serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud
(menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.
Tarekat (berbagai aliran atau jalan dalam Sufi) sering dihubungkan dengan Syiah, Sunni, cabang Islam
yang lain, atau gabungan dari beberapa tradisi[butuh rujukan]. Pemikiran Sufi muncul di Timur Tengah
pada abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia. Sufisme merupakan
sebuah konsep dalam Islam, yang didefinisikan oleh para ahli sebagai bagian batin, dimensi mistis Islam;
yang lain berpendapat bahwa sufisme adalah filosofi perenial yang telah ada sebelum kehadiran agama,
ekspresi yang berkembang bersama agama Islam.

Banyak orang sufi yang ternama dalam Islam, disamping berkembangnya tasawuf dari
abad kea bad juga muncul dari berbagai Negara yang dominasi masyarakatnya Islam.
Dalam diktat ini hanya diambil beberapa tokoh saja, diantaranya :
A. Ibnu ‘Araby
Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Abu Bakar Muhyiddin ibnu ‘Araby
Al-Hatimi At-tahi. Lahir di Mercia (Andalusia) 17 Ramadhan 560 H. (28 Juli 1165 M) dan
meninggal di Damaskus tahun 1240 M.
Bila orang membicarakan filsafat, nama Ibnu ‘Araby termasuk, dan didalam
daftar sufispun beliau populasir. Dalam teorinya di bidang tasawuf, yaitu:
1. Wihdatul Wujud
Dia telah menegakkan fahamnya dengan berdasarkan renungan filsafat dan
dzauq tasawuf. Baginya wujud itu hanya satu, wujud makhluk adalah ‘ain wujudnya
khaliq, dan wujud alam adalah ‘ain wujudnya Allah, Allah adalah hakikat alam. Tak ada
perbedaan antara makhlukdankhaliq, perbedaqan itu hanya rupa dan ragam dari
hakikat yang Esa. Oleh karena Tuhan dan lam merupakandua sisi atau wajah dari satu
hakikat, yakni dari segi lahir disebut alat dan dari segi batin atau hakikat disebut Tuhan.
2. Al – Haqiqatul Muhammadiyah
Allah adalah wujud yang mutlak, maka Nur (Allah) itu sebagian hakikat
Muhammadiyah, dan itulah sebagai kenyataan yang pertama dalam Uluhiyah. Dari situ
terjadilah segala alam, seperti alam Jabarut, alam Malakut, alam Ajsam, alam Arwah.
Haqiqatul Muhammadiyah merupakan sumber yang qadim, melimpahkan Nurnya
secara komplit dengan ilmu dan amal kepada para Nabi dan Auliya’ dan semua insane
yang kamil. Nur Muhammad itu qadim, sebab ia sebagian dari yang satu, yang tunggal.
Nur Muhammad tetap ada biarpun tubuhnya telah wafat, sebab ia adalah sebagian dari
Tuhan.
3. Kesatuan Agama
Akibat dari kedua teori di atas, timbullah teori kasatuan agama, bahwa yang
disembah oleh semua penganut adalah Dia (Allah) yang maha Esa. Adapun berhala,
ka’bah dan sebagainya hanyalah sekedar lambang. Biarpun tak ada lambang yang
berbentuk, apabila Allah yang disembah, maka ibadah itu adalah sah.

B. Ibnu Taimiyah
Taqiuddin Abdul Abbas bin Abdul Halim bin Abdussalam bin Abdullah bin
Muhammad bin Taimiyah. Lahir di Harran pada senin tanggal 10 Rabiul Awal 661 H (22
Januari 1263 M), dan meninggal di Damaskus pada tahun 726 H (1328 M).
Adapun ajaran Ibnu Taimiyah lain dengan ajaran Ibnu ‘Araby. Beliau
penentangberat dari ajaran Ibnu ‘Araby dalam paham Ahli Wihdah, Ahli Hulul dan Ahli
Ittihat.
Ajaran – ajarannya, antara lain :
1. Hubungan makhluk dengan khaliq adalah langsung tanpa perantara, tidak boleh
memakai perantara atau wasilah.
2. Perhubungan langsung itu berpedoman pada petunjuk Rasulullah saw. Dengan
lengkap, tak boleh berlebih atau berkurang, karena akan meninggalkan derajat iman.
3. Muhammad adalah hamba Allah dan pesuruh Allah dan barang siapa yang
memakai cara hidup seperti yang digariskan beliau, dapat menjadi waliyullah.
Disini bahwa Ibnu Taimiyah berusaha mengembalikan umat kepada keaslihan
ajaran Nabi Muhammad saw. Mengenblikan tasawuf ke pangkal tauhid.
C. Hasan Basri
Beliau adalah seorang zahid yang amat masyhur dalam kalangan tabi’in. lahir
pada tahun 21-110 H. beliau juga yang pertama kali membicarkan ilmu-ilmu kebatinan,
kemurnian akhlak, dan usaha mensucikan jiwa di masjid Bashrah. Segala ajarannya
tentang kerohanian yang senantiasa diukur dengan sunnah-sunnah Nabi.
Pandangan tasawufnya senantiasa bersedih hati dan takut, sehingga membawa
kepada pendirian beliau untuk zuhud, menolak akan kemegahan, semata menuju
kepada Allah, tawakkal, antara takut dan mengharap tidak pernah terpisah. Dan
rupanya pendirian hidup Hasan Basri itu dijadikan pedoman oleh seluruh ahli tasawuf.
Terkutip ajaran-ajaran beliau sebagai berikut :
1. Perasaan takutmu sehingga bertemu demgam hati yang tenteram, lebih baik dari
pada perasaan tenterammu yang kemudian menimbulkan takut.
2. Dunia adalah negeritempat beramal. Barang siapa yang bertemu dunia dalam
rasa benci kepadanya dan zuhud, maka akan berbahagialah dia dan beroleh faedah.
3. Tentang tafakkur. Tafakkur membawa kita kapada kebaikan dan berusaha
mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan jahat, kenudian meninggalkannya.
4. Orang yang beriman adalah orang yang telah berduka cita pagi dan sore, karena
dia hidup di antara dua ketakutan (akan dosa yang lampau dan balasan yang akan
menimpanya).

D. Al – Ghazali
Nama besarnay Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al- Imam Al-Jahl, Abu
AHmid Ath Thusi Al-Ghazali. Populair dengan gelar Hujjatul Islam, karena banyak
pembelaannya kepada keislaman. Beliau lahir di Thusia pada tahun 450-505 H (1058-
1111 M.).
Al-Ghazali berhasil membela kemurnian Islam dari dua serangan :
- Pertama, serangan dari dunia filsafat yang menjadikan ilmu tentang ketuhanan berupa
pengetahuan ahli semta-mata yang membingungkan umat Islam.
- Kedua, mengembalikan tasawuf sesuai dengan syari’at Islam yang sebelumnya telah
keterlaluan dan membahayakan amal syari’at Islam.
Perhatian Al-Ghazali banyak dicurahkan di bidang akhlak sopan santun yang tercakup
dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, yang isinya terbagi menjadi 4 jilid:
1. Bagian Ibadah : Tentang rahasia beribadah
2. Bagian Adab : Tentang sopan santun
3. Bagian Kejahatan : Tentang penyakit-penyakit dan keburukan dunia serta
cara membersihkan hati.
4. Bagian Pujaan : Tentang Syukur dan cinta.
Al-Ghazali mencapai kesufiannya berawal dari perasaan syak yang timbul dari ilmu
kalam (teologi), mengapa terjadi perbedaan atau pertentangan pendapat ? Beliau harus
berfikir mana yang benar, sehingga kemudian masuklah sebagai filosof islam
(mempelajari ilmu filsafat) sebagai halnya dalam ilmu kalam, dalam filsafat Al-Ghazali
juga menjumpai argumen-argumen yang tidak kuat. Akhirnya dalam tasawuflah ia
memperoleh raga syak yang lama mengganggu dirinya.
Dengan demikian satu-satunya pengetahuan yang menimbulkan kenyakinan akan
kebenarannya bagi Al-Ghazali adalah pengetahuan yang diperoleh secara langsung
dari Tuhan dengan Tasawuf. Beliau menolak ajaran-ajarannya Ibnu ‘Araby juga Al
Hallaj tentang (Hulul atau Wihdatul Wujud). Kemudian memurnikan kembali pada tauhid
yang benar, yang berpangkal pada sunnah Rasul saw.
Tasawuf Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah terdapat sedikit perbedaan, yang mana Ibnu
TAimiyah dalam zuhudnya masih mau ikut dalam berperang demi keberadaan
masyarakat Islam. Akan tetapi sebaliknya, beliau hanya mementingkan dirinya sendiri,
mencari keselamatan sendiri, tanpa memperdulikan keadaan dunia masyarakat.
Adapun ajaran-ajaran Al-Ghazali antara lain :
1. Dengan ilmu klam saya dapat mengatakan bahwa Allah itu ada, tetapi adanya
Allah itu tiada saya rasa.
2. Allah itu hendaknya terasa bukan terpikir.
3. Dalami dahulu benar-benar rasa tauhid atas dasar LAA ILAA HA ILLALLAH
menurut Al-Qur’an dan hadits, bilamana tidak, engkau akan sesat dalam Whdatul
Wujud.
4. Dengan tauhid menimbulkan iman, dengan taat menjalankan syari’at terlihatlah
cinta Allah dan Rasul. Maka siapa yang tidak bertauhid, dia tidak beriman.
5. Jangan perdulikan keadaan dunia, terimalah takdir Allah dengan sabar dan
tahankanlah penderitaan, kedhaliman raja-raja, karena itu adalah cobaan.
E. Al-Hallaj
Nama besarnya adalah Abu Wusith Al-Husain bin Manshur Al-Hallaj Muhammad
Al-baidhowi. Lahir di Thur, salah satu desa dekat Baida di Persia, pada tahun 244H dan
meninggal tahun 309 H. dan merupakan salah seorang murid dari Sahl bin Abdullah At
Tusturi dan berguru pula pada Amar Al-Makki dan Al-Juanaid.
Al-Hallaj hidup di zaman pemerintahan khalifah Al-Maktadirbillah. Dan ia kawin
dengana nak Abu Ya’kub Al-Aqtha’. Pernah dua kali ia ditahan polisi kerjaan Abbasiyah
dan atas perintah perdana menteri Ibnu Isa dalam tahun 913 H. Al-Hallaj dipenjara
selam 8 tahun.
Ajaran-ajarannya banyak dilukiskan berupa puisi atau terkandung prosa. Adapun
sari teorinya adalah tentang: Hulul, An Nurul Muhammad dan perdamaian seluruh
Agama. Dan isinya tidak berbeda denagn teori Ibnu ‘Araby yaitu :
1. Al-Hulul
Yaitu bersatunya Al-Khaliq dengan makhluk, menjelmalah Tuhan kepada dirinya
apabila seseorang bersih batinnya dan senantiasa hidup dalam kehidupan batiniyah
maka pada mulanya ia muslim, lalu mukmin, lalu shaleh dan yang terakhir muqarrab
pada Allah setelah ia sampai pada Hulul.
2. An-Nurul Muhammadiyah
Cinta kepada Allah adalah sebagai cinta yang pertama dan cinta kepada
Muhammad sebagai cinta kedua, sebab Muhammad adalah penjelmaan yang Esa,
Dialah yang batin dalam hakikat dan lahir dalam ma’rifat. Jadi Muhammad sendiri
sebagai Abdullah dan Aminah serta sebagai Nur yang terlimpah, Allah memancarkan
diri-Nya kepada sesuatu yang dinamai Muhammad.
3. Perdamaian Seluruh Agama
Agama islam menuju pada Allah. Jadi antara agama yang satu dengan yang
lain tak ada bedanya, hanya perbedaan jalan saja dan itu merupakan taqdir Allah tak
perlu diperselisihkan, maksud dan tujuannyapun sama, yeitu kembali pada Allah.

Akibat dari ajaran-ajaran tersebut, beliau dihukum pancung oleh pemerintah,


karena dianggap membahayakan dan merupakan ajaran yang sesat.

Anda mungkin juga menyukai