Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah nabi wafat, pucuk kepemimpinan umat Islam dipegang oleh Abu
Bakar Assidiq. Hal ini mengundang reaksi pada kelompok lain yang menganggap
bahwa pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pengganti nabi adalah tindakan
yang sangat tergesa-gesa dan tanpa berunding dengan ahlul bait, keluarga dan para
yang sedang sibuk dengan upacara pemakaman. Kelompok inilah yang merupakan
cikal bakal berdirinya syiah.
Kaum Mu’tazilah adalah suatu kaum yang membikin heboh dunia Islam
selama 300 tahun pada abad-abad permulaan Islam. Kaum Mu’tazilah pernah
dalam sejarahnya membunuh ribuan ulama’ Islam, di antarnya ulama’ Islam yang
terkenal Syeikh Buwaithi, imam pengganti Imam Syafi’I, dalam suatu peristiwa
yang dinamai “Peristiwa Qur’an mahluk”.
Paham Mu’tazilah telah tersebar dan berkuasa pada masa-masa Khalifah
Ma’mun bin Harun Rasyid, Khalifah al Mu’tashim bin Harun Rasyid, dan
Khalifah al Watsiq bin al- Mu’tashim sekitar abad-abad ketiga, ke-empat dan
kelima Hijriyah.

Kaum murji’ah muncul setelah wafatnya khalifah Utsman bin Affan pada akhir abad
pertama Hijriyah. Aliran murji’ah mula-mula timbul di Damaskus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Murji’ah ?

2. Apa ajaran – ajaran kaum Mu’tazilah ?


3. Apa pemikiran – pemikiran kaum Murji’ah ?
4. Mengetahui pokok – pokok penyelewengan Mu’tazilah dan Murji’ah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Mu’tazilah dan Murji’ah.
2. Untuk mengetahui apa saja ajaran – ajaran Mu’tazilah .
3. Untuk mengetahui pemikiran – pemikiran kaum murjiah.
4. Untuk mengetahui pokok – pokok penyelewengan Mu’tazilah dan
Murji’ah.

1
Bab II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Mu’tazilah berasal dari kata I’tazala yang berarti menyisihkan diri. Kaum Mu’tazilah
berarti orang-orang yang menyisihkan diri. Kata ini berasal dari ucapan Hasan al-Basri.
Sebutan ini tidak bisa dipisahkan dengan sosok Hasan al-Basri, salah seorang imam
dikalangan tabi’in. Asy-syihristani berkata: suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Al-
Hasan Al-Basri seraya berkata: “wahai imam dalam agama, telah muncul di zaman kita ini
kelompok yang mengkafirkan pelaku dosa besar (di bawah dosa syirik ).1
Murji’ah berasal dari kata arja’a atau arja yang mempunyai arti yaitu penundaan,
memberi pengharapan dan menyerahkan. Secara istilah Murji’ah merupakan golongan orang-
orang yang tidak mau ikut terlibat dalam mengkafirkan terhadap sesama umat islam dalan
peristiwa tahkim.2
B. Latar Belakang

Aliran Mu’tazilah lahir di Basrah pada permulaan abad partama hijriah, yang di pelopori
oleh Washil bin ‘Atha dan Amru bin Ubaid, aliran ini cepat berkembang dengan membahas
ilmu kalam lebih mendalam dan bersifat filosofis daripada yang dibahas alira-aliran
sebelumnya. Dalam pembahasan masalah banyak menggunakan akal, sehingga terkenal
dengan aliran rasionalis islam.
Aliran Murji’ah mula-mula timbul di Damaskus pada akhir abad pertama hijriyah,
lahirnya aliran Murji’ah disebabkan oleh kemelut politik setelah meninggalnya khalifah
Utsman bin Affan.
C. Ajaran Ajaran Pokok Aliran Mu’tazilah

a) Al-Tauhid
Tauhid (meng-Esa-kan Allah) pada hakikatnya merupakan inti ajaran islam. Islam
sebagai agama di pertaruhkan lewat tegaknya ajaran tentang tauhid ini. Ia merupakan akar
tunggang dari ajaran-ajaran islam itu sendiri. Mu’tazilah menempatkan Al-Tauhid sebagai
prinsip pertama dalam al-Ushul al-Khamsah mereka. Ini berarti kaum Mu’tazilah tidaklah
menambahkan yang baru terhadap islam.
Menurut Mu’tazilah Allah adalah Esa, tidak ada sesuatupun yang menyamaiNya,
tidak bertubuh, tidak berbentuk, tidak berdaging, tidak terbagi serta tidak istirahat. Allah ada
sebelum ciptaan Nya, tiada yang abadi kecuali Dia, tiada yang menyerupaiNya serta tidak ada
yang menciptakanNya.

1
Agus Khunaifi,Ilmu Tauhid ( Semarang : Karya Abadi Jaya, 2015 ) hal 161 - 162
2
Agus Khunaifi,Ilmu Tauhid ( Semarang : Karya Abadi Jaya, 2015 ) hal 146 - 147

2
Dalam menguatkan pendirian mereka tentang kemakhlukan Al-Qur’an tersebut, kaum
Mu’tazilah mengatakan bahwa Al-Qur’an terdapat semua sifat ciptaan. Al-Qur’an tersusun
darisurah-surah, kalimat-kalimat dan huruf-huruf yang dapat dibaca dan didengarkan, pada
permulaan an ada pula akhirnya, maka tidak mungkin Al-Qur’an itu qadim. Sementara itu
dalam Al-Qur’an sendiri terdapat cerita-cerita yang terjadi pada tempat dan waktu tertentu,
umat tertentu, ada yang menasakh dan ada yang dinasakh. Jika Al-Qur’an Qadim tidak
mungkin terjadi nasakh padanya, sebab nasakh tidak mungkin terjadi pada yang qadim.
Dengan demikian Al-Qur’an adalah makhluk yang diciptakan Allah pada waktu diperlukan.

b) Al-Adl
Al-Adl adalah keadilan Tuhan, yang pembicaraannya di hubungkan dengan
perbuatan-perbuatan Tuhan. Tuhan dikatakan adil jika perbuatan-perbuatan Tuhan itu bersifat
baik. Tuhan tidak akan berbuat buruk dan tidak melupakan apa yang wajib dikerjakannya.
Disamping itu keadilan Tuhan juga dibicarakan dalam kaitan dengan perbuatan manusia yang
bebas dan merdeka tanpa paksaan. Jika manusia dituntut melakukan perbuatan baik dan
menjauhi perbuatan jahat, maka manusia harus mempunyai kebebasan untuk menentukan
perbuatannya sendiri, bukan perbuatan yang ditentukan Allah sebelumnya.
Namun, bagi Mu’tazilah mengatakan Tuhan bersifat baik dengan perbuatannya,
belumlah cukup untuk menyatakan ke-Maha Baik Tuhan. Untuk itu haruslah diyakini
menurut Mu’tazilah Tuhan wajib untuk memberikan yang baik dan terbaik bagi manusia. Bila
datangnya seorang Rasul sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia, maka menurut
Mu’tazilah mengirimkan Rasul kepada umat manusia agar manusia mendapat yang baik dan
terbaik, juga merupakan kewajiban bagi Tuhan.
c) Al-Wa’ad wa al-Wa’id
Janji dan ancaman Tuhan pasti terjadi. Allah berjanji dalam kitab suci untuk
memasukkan orang berpahala kedalam surga dan orang berdosa kedalam neraka, dan janji ini
pasti terjadi. Oleh sebab itu menurut mu’tazilah Tuhan tidak akan melakukan yang sebaiknya,
memasukkan orang yang berdosa kedalam surga yang berpahala kedalam neraka.
Bersinggungan erat dengan al-wa’ad dan wa’id ini adalah ditolaknya oleh mu’tazilah
adanya syafaat (pengampunan pada hari kiamat). Argumen yang mereka bawa adalah bahwa
syafaat merupakan hal yang berlawanan dengan prinsip al-wa’adwa al-wa’id itu sendiri.
d) Al-Manzilah bayn al-Manzilatain
Al-Manzilah bayn al-Manzilatain (posisi antara dua posisi) pada awalnya dicetuskan
oleh Wasil bin Atha’. Ajaran tersebut merupakan kritik terhadap pandangan yang ada
sebelumnya, dimana khawarij mengatakan pembuat dosa besar telah menjadi kafir sedangkan
murji’ah mengatakan tetap berada dalam mukmin.
Bagi Mu’tazilah orag yang mukmin yang melakukan dosa besar tidak mukmin dan
tidak pula kafir, tetapi fasiq. Penilaian seperti ini masih erat kaitannya dengan masalah
kedilan Tuhan. Sebagai disebut oleh Harun Nasution, pembuat dosa besar bukanlah kafir,
karena ia msih percaya kepada Tuhan dan Nabi Muhammad, dan bukan pula mukmin karena
imannya tidak lagi sempurna. Karena bukan mukmin ia tidak masuk surg dan pula karena

3
bukan kafir, ia sebenarnya tak mesti masuk neraka. Ia sebenarnya harus ditempatkan di luar
surga dan neraka. Inilah sebenarnya keadilan. Tetapi karena di akhirat tidak ada tempat selain
surga dan neraka, maka pembuat dosa besar, harus dimasukkan dalam salah satu tempat itu.

e) Al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy ‘an al-Munkar


Prinsip Al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy ‘an al-Munkar banyak dijumpai dalam Al-
Qur’an . oleh sebab itu, prinsip ini, buka hanya milik mu’tazilah, tetapi juga dianut oleh
golongan umat islam lainnya. Kaum mu’tazilah berpendirian bahwa amar ma’ruf nahy
munkar merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap mukmin. Hanya saja
dalam pelaksanaan ajaran ini mu’tazilah menggunakan kekerasan. Dalam pandangan
mu’tazilah yang dikatakan ma’ruf adalah hal-hal yang mereka anggap benar dan baik
menurut ajaran Islam dan apa-apa yang sejalan dengan pendapat mereka itu, sedangkan hal
yang menyalahinya adalah dipandang munkar yang harus diberantas.
Dalam melaksanakan amar ma’ruf nahy munkar in mau’tazilah berpendapat bahwa
bila cukup dilaksanakan dengan seruan dan ajakan yang lunak saja berarti kewajibansudah
terpenuhi. Tetapi bila seruan dan ajakan yang lunak itu tidak berhasil maka perlu
dilaksanakan dengan penuh kekerasan.3
D. Pemikiran Teologi Kaum Murji’ah

Kaum Murji’ah memiliki pemikiran teologi yang dibedakan dalam dua golongan yaitu:
1. Golongan moderat
Golongan moderat ialah golongan yang berpendapat bahwa orang islam yang berdosa
besar tidak kafir dan ia tidak kekal di dalam neraka, akan tetapi disiksa didalam neraka sesuai
dengan besarnya dosa yang pernah ia lakukan, dan kemudian setelah menjalani siksaan akan
dikeluarkan dari neraka.tokoh kelompok moderat diantaranya adalah Hasan ibn Hasan ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abi Thalib, Abu Hanifah dan Abu Yusuf.
2. Golongan ekstrem
Golongan ekstrem merupakan golongan yang berpendapat iman ialah keyakinan didalam
hati. Tokon kelompok ekstrim diantaranya Jaham ibn Sofwan, Abu Hasan as Sahili, Ghosan
al Qufi dan Yunus ibn Aum an Numari.
E. Pokok-Pokok Penyelewengan
Jumhur ulama menamakan mu’tazilah itu Qadariyah karena mereka menghilangkan
sifat Qadar dan Iradat Allah, sehingga untung dan rugi, bahagia dan celakanya makhluk
bukan karena takdir Allah tetapi disebabkan dari kasab makhluk itu sendiri dilihta dari
kecekatan dan kelalaiannya.
Lain halnya dengan jabariyah yang menambahkandan melebihkan sifat Qudrat Iradat
Allah, sehingga tidak mendasarkan Qudrat Iradat Allah itu kepada sifat ma’ani (yakni:
Qudrat dan Iradat Allah yang berhubungan dengan sebab dan ikhtiar makhlukNya).
3
Yunan Yusuf,Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam ( Jakarta : Prenadamedia Group,2014 ) hal 82 - 88
4
Karena itu kaum Jabariyyah mempercayakan hidup semuanya kepada sifat kekuasaan
Allah secara mutlak.

Mu’tazilah yang tidak mempercayai sifat Allah yaitu:


1. Mu’tazilah Qadariyah
2. Mu’tazilah Jabariyah
Syekh Zainudin al-Bahrawi dan Syekh Abdul Qadir Jaelani r.a. telah menafsil sifat-
sifat penyelewengan akidah mu’tazilah itu sebagai berikut:
1) Menghilangkan sifat Allah sama sekali yaitu sifat Qudrat, Iradat, ilmu, hayat,
sama’, bashar dan kalam.
2) Menghilangkan Af’al Allah yang ada dalam Al-Qur’an, seperti Khalaqa
(membentuk), Nazala (turun), Istawa ( tetap berkuasa).
3) Menghilangkam sifat Qudrat Allah dari Azali (Qadar Mubram) sehingga Allah
tidak bisa memastikan sesuatu.
4) Menghilangkan sifat Qahirun Allah, yang dapat memaksa menurut kehendakNya
dan makhluk harus tunduk kepadaNya.
5) Menghilangkan sifat Allah Khaliqu kulli syaiin, bahwa Allah yang menjadikan
segala sesuatu. Menurut mereka Allah itu hanya menjadikan hidup dan mati,
sedangkan bahagia dan celaka makhluk disebabkan kasabnya makhluk sendiri.
6) Menghilangkan sifat Allah Yarzuqu may yasy aa-u, sehingga menurut akidah
mu’tazilah, Allah hanya membuat rezeki yang halal, sedangkan rezeki yang haram
seperti babi dan khamar bukan buatan Allah.
7) Menghilangkan sifat Allah Yuhyi wayumiitu, bahwa orang yang dibunuh bukan
takdir Allah, tetapi yang menetapkan mati adalah pembunuh itu sebelum datang
ajal dari Allah.
8) Menghilangkan sifat Allah Ghafurur Rahiim, sehingga orang mukmin yang
melakukan dosa kemudian tobat tidak diampuni Allah, dan kekal dalam
nerakanya, juga batal segala amal kebaikannya.
Demikianlah dasar penyelewengan akidah golongan mu’tazilah dan mereka pecah
menjadi 6 golongan yaitu:
1. Mu’tazilah Hadzaliyyah
Pendapat mu’tazilah hadzaliyyah bahwa “kun” dalam firman Allah tersebut harus ada
hubungan dengan keadaan alam sekelilingnya, oleh kaenanya makhluk juga adanya karena
kekuasaan Allah itu tidak melebihi kebiasaan makhluknya.
Pendapat mu’tazilah ini bertentangan dengan akidah islam Ahli sunnah wal jamaah,
karena kalau kekuasaan (Qudrat) Allah terbatas dengan keadaan alam sekelilingnya, tentu
lebih dulu adanya alam daripada Dzat Allah. Hal ini adalah mustahil.

5
2. Mu’tazilah Nidhamiyyah
Mu’tazilah Nidhamiyyah mempunyai kepercayaan, bahwa :
1) Segala benda itu bergerak dengan sendirinya menurut teori evolusi,
tidak karena takdir Allah.
2) Sifat – sifat gerakan makhluk itu tidak ditentukan oleh Allah tetapi oleh
makhluk hidup itu sendiri.
3) Yang dinamakan manusia adalah nyawanya, bukan jasad dan nyawanya.
4) Diakhirat kelak, manusia tidak dapat melihat Nabi Muhammad SAW.
5) Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja, bila ingat tidak usah
diulang lagi .
3. Mu’tazilah Ma’mariyyah
Mu’tazilah ini menyeleweng dari akidah islam yang sebenarnya karena golongan
mu’tazilah ini beryakinan bahwa sesungguhnya Allah tidak menjadikan warna, rasa dan tidak
menjadikan mati dan hidup, karena semua itu adalah perbuatan keadaan atau alam yang
membentuk karena waktu dan pengaruh lingkungannya. Golongan Mu’tazilah ini mempunyai
keyakinan bahwa Al quran itu perbuatan makhluk bukan perbuatan Allah.
4. Mu’tazilah Jubaiyyah
Golongan ini menyeleweng dari akidah islam yang hak karena mereka berkeyakinan,
sesungguhnya abdi – abdi Allah itu berbuat dengan perbuatannya atas kehendak sendiri tidak
didahului oleh kehendak lain dan mereka juga berkeyakinan bahwa yang mencuri hingga
lima dirham adalah fasik bila kurang tidaklah fasik .
5. Mu’tazilah Bahsyamiyyah
Akidah yang menyeleweng dari akidah islam adalah ;
1) Iradat ( kehendak ) makhluk lebih menenetikan iradat atau kehendak
Allah.
2) Iradat ( kehendak ) makhluk lebih dulu datangnya ( qadim ) daripada
iradar atau kehendak Allah.
3) Kehamilan wanita dan melahirkan anak bukanlah qudrat Allah tetapi
disebabkan oleh persetubuhan dari wanita itu sendiri.

6. Mu’tazilah Ka’biyyah
Mu’tazilah ini menyeleweng karena berkeyakinan bahwa :

6
1) Allah hanya maha kuasa dalam menentukan hidup dan mati, sedangkan
gerak dan daya upaya adalah kehendak mahkluknya.
2) Mahkluk lebih berkuasa menentukan kehendaknya daripada kehendak
Allah.
3) Al Quran itu bisa berubah – ubah, tidak qadim dan bukan kalam Allah
yang langsung.4
Pokok-pokok penyelewengan faham murji’ah diantaranya yaitu:
1. Kaum murji’ah berpandangan bahwa orang yang telah mengucapkan syahadat
Laa ilaaha illallaah Muhammadurrasuulullah adalah dijamin masuk surga
dan tidak akan masuk neraka walaupun berbuat segala kemaksiatan.
2. Kaum murji’ah berpandangan bahwa amal syariat adalah amal yang bisa
diamalkan karena amal syariat adalah pernyataan dengan lafal Laa ilaaha
illallaah Muhammadurrasuulullah yang pokok asal niatnya baik, walaupun
tidak mengerjakan sholat, puasa dan tidak mengamalkan syariat islam
lainnya.
3. Kaum murji’ah menyamkan iman kita dengan iman para nabi. Golongan
murji’ah pecah menjadi 12 yaitu:
1) Murji’ah Jahmiyyah
2) Murji’ah Shalihiyyah
3) Murji’ah Samriyyah
4) Murji’ah Yunusiyya
5) Murji’ah Yunaniyyah
6) Murji’ah Najjariyyah
7) Murji’ah Ghayalaniyyah
8) Murji’ah Sabibiyyah
9) Murji’ah Hanafiyyah
10) Murji’ah Mu’adziyyah
11) Murji’ah Murissiyah
12) Murji’ah Karamiyyah.5

BAB III

4
Balukia Syakir, Ahlus Sunnah Wal Jamaah ( Bandung : Sinar Baru, 1992) hal 101 -121
5
Balukia Syakir, Ahlus Sunnah Wal Jamaah ( Bandung : Sinar Baru, 1992) hal 91-93
7
A. KESIMPULAN
Mu’tazilah merupakan kaum orang-orang yang menyisihkan diri. Aliran
Mu’tazilah berdiri di Basrah pada permulaan abad hijriyah. Mu’tazilah mempunyai
ajaran – ajaran diantaranya yaitu :
1) Al – tauhid
2) Al – adl
3) Al wa’ad wa al wa’id
4) Al-Manzilah bayn al-Manzilatain
5) Al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy ‘an al-Munkar
Pokok – pokok penyelewengan golongan Mu’tazilah ada enam antaralain :
I. Mu’tazilah Hadzaliyyah
II. Mu’tazilah Nidhamiyyah
III. Mu’tazilah Ma’mariyyah
IV. Mu’tazilah Jubaiyyah
V. Mu’tazilah Bahsyamiyyah
VI. Mu’tazilah Ka’biyyah

B. Saran
Demikian makalah kami ini dibuat mengeni materi – materi yang telah menjadi
pembahasan makalah inu tentunya banyak kekurangan dan kelemahannya karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan yang kami peroleh. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Daftar Pustaka
Khunaifi, Agus.2015. Ilmu Tauhid . Semarang : Karya Abadi Jaya.

Yusuf,Yunan. 2014.Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam.Jakarta : Prenadamedia Group.

8
Syakir,Balukia.1992. Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Bandung : Sinar Baru.

Anda mungkin juga menyukai