Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KELOMPOK III

MATA KULIAH :

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

OLEH :

SYARIF HIDAYAT

TIARA APRILIANI

SURYA FADILLAH SAPUTRA

DOSEN :

AULIA RAHMAN, S.Pdi


TEOLOGI QADARIYAH DAN JABARIAH

Kata qadariah berasal dari kata qadar. Kata ini adalah bentuk masdar dari fi’il madhinya
qadara yang berarti kuasa atau mampu. Qadariyah dari segi bahasa berarti kekuasaan atau
kemampuan. Pemahaman qadariah menyatakan bahwa manusia kuasa atau mampu dalam
melakukan perbuatan. Manusia secara leluasa melakukan apapun sesuai kehendak sendiri.
Oleh karena itu perbuatan manusia adalah diwujudkan oleh manusia itu sendiri, atas
kehendaknya sendiri, dan dengan menggunakan kemampuan yang ada dalam dirinya sendiri.

Kata jabariyah berasal dari kata jabar. Kata ini bentuk masdar, dan fi’il madinya adalah
jabara yang berarti memaksa. Dengan demikian, kata jabariyah dari segi bahasa berarti
pemaksaan. Adapun yang dimaksud jabariyah di sini ialah paham yang menafikan
(meniadakan) perbuatan bagi manusia secara hakiki, dan menyandarkan perbuatan manusia
bersifat majbur, artinya terpaksa atau dipaksa. Maksudnya adalah perbuatan manusia bukan
diwujudkan atau dilakukan atau diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendak Tuhan.
TEOLOGI MU’TAZILAH

Secara harfiah kata Mu’tazilah berasal dari I’tazalah yang berarti berpisah atau memisahkan
diri yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri. Golongan Mu'tazilah merupakan aliran
teologi yang mengedepankan akal sehingga mereka mendapat nama “kaum rasionalis
Islam.”Kaum Mu'tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang
lebih mendalam dan bersifat filosofis dibanding dengan persoalan-persoalan yang dibawa
kaum Khawarij dan Murji'ah.

SEJARAH
Nama atau sebutan Mu’tazilah muncul setelah peristiwa yang terjadi antara Hasan al-Basri
dengan Washil bin Atha dan ‘Amr Ibnu ‘Ubaid berkenaan dengan status orang Islam yang
berdosa besar. Hasan al-Basri dikenal Ulama besar dari kalangan tabi’in. Dia adalah
pemimpin halaqah di masjid Basrah pada saat itu. Sedang wasil bin atha ia adalah murid
Hasan al-Basri. Wasil dikenal sebagai murid yang cerdas dan memiliki pemikiran rasional.
Demikian juga ‘Amr Ibnu ‘Ubaid, ia adalah salah seorang murid Hasan al-Basri. Tetapi
kemudian berpindah menjadi pengikut Wasil bin atha. Tentang status orang Islam yang
berdosa besar, seperti diketahui, bahwa menurut Khawarij orang Islam yang berdosa besar
adalah kafir, sedangkan menurut kaum Murji’ah orang tersebut masih tetap mu’min.
Pada saat Imam Hasan al-Basri sedang mengajar di mesjid, ada seseorang bertanya tentang
para pendosa, apakah masih beriman atau telah kafir. Diapun diam sejenak untuk berpikir.
Saat itulah Wasil bin Atha' menjawab bahwa para pendosa berada di antara mu'min dan kafir.
Kemudian ia membentuk jemaah baru di sudut lain mesjid. Imam Hasan al-Basri berkata "Ia
telah i'tizal (mengasingkan diri) dari kita. Jadi mu'tazilah adalah orang yang mengasingkan
diri dari Imam Hasan al-Basri, sesuai dengan perkataan dia tersebut.

AJARAN UTAMA
1. Tauhid. Mereka berpendapat :
a. Sifat Allah adalah zat-Nya itu sendiri.
b. Al-Qur’an adalah makhluk.
c. Allah di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau mata
manusia bukanlah Ia.
2. Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan pada
manusia sesuai perbuatannya.
3. Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala
pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat.
4. Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan Wasil bin Atha' yang membuatnya berpisah
dari gurunya, bahwa mukmin yang berdosa besar, statusnya berada di antara mukmin
dengan kafir.
5. Amar ma’ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang
tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih

TOKOH MU’TAZILAH
1. Hasan Al-Basri, Ulama besar (pemimpin halaqah di masjid Basrah pada masa itu)
2. Wasil bin Atha', murid Hasan al-Basri, pelopor ajaran ini.
3. ‘Amr Ibnu ‘Ubaid, murid Hasan al-Basri yang berpindah menjadi pengikut Wasil bin
atha’
4. Abu Huzail al-Allaf  (751-849 M), penyusun 5 ajaran pokok Mu’tazilah.
5. An-Nazzam, murid Abu Huzail al-Allaf.
6. Abu ‘Ali Muhammad bin ‘Abdul Wahab/Al-Jubba’i (849-915 M).
TEOLOGI ASY’ARIYAH

Asy'ariyah adalah teologi yang disandarkan kepada Imam Abul Hasan al-Asy'ari , kata
asy’ariyah berasal dari nama pendiri aliran tersebut, yaitu imam abul hasan
asy’ariyah.munculnya faham asy’ariyah dipelopori oleh pendorong yaitu imam abul hasan
asy’ariyah yang semula adalah penganut dari faham mu’tazilah,.Sejarah Ada beberapa
pendapat yang menjelaskan perpindahan aliran teologi yang dilakukan oleh Asy’ari, -pertama
Asy’ari bermimpi bertemu Rasulullah saw. menyuruhnya meninggalkan aliran yang
dianutnya itu dan memerintahkan kepadanya untuk membela sunnah Rasulullah saw. -Kedua
Asy’ari tidak puas dengan jawaban dan penjelasan gurunya, al-Jubba’i tentang masalah
keagamaan.-Ketiga¸Asy’ari menyadari bahwa aliran Mu’tazilah tidak dapat diterima secara
umum oleh umat Islam yang bersifat sederhana dan pemikiran.Sementara ketika itu belum
ada aliran teologi yang dapatdiandalkan iInti pokok teologi Al-Asy'ari adalah
Sunnisme.sesuai dengan isi dari buku al-Ibanah. Bahwa pedoman yang dianutnya adalah
berpegang teguh kepada kitab al-Qur'an, sunnah Rasul dan riwayat (shahih) dari para sahabat,
tabi'in dan pemuka hadist.

DOKTRIN AJARAN ASY’ARIYAH


1. Sifat-sifat Tuhan.
Menurut aliran Asy'ariyah, Tuhan memiliki sifat sebagaimana disebut di dalam al-
Qur'an, yang di sebut sebagai sifat-sifat yang azali, qadim, dan berdiri di atas zat
tuhandan bukan pula lain dari zatnya.

2. Al-Qur'an
Menurut faham aliran Asy'ariyah, Al-Qur'an adalah qadim dan bukan makhluk
diciptakan

3. Melihat Tuhan.
Menurut faham Asy'ariyah, Tuhan dapat dilihatdengan mata oleh manusia pada
akhirat nanti.
4. Perbuatan Manusia.
Menurut faham Asy'ariyah, perbuatan manusia diciptakkan tuhan, bukan di ciptakkan
oleh manusia itu sendiri

5. Keadilan Tuhan.
Menurutnya, tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk menentukkan tempat
manusia di akhirat. Sebab semuanya itu merupakkan kehendak mutlak Tuhan Maha
Kuasa atas segalanya.

6. Muslim yang berbuat Dosa.


Menurut faham Asy'ariyah, yang berbuat dosa dan tidak sempat bertaubat di akhir
hidupnya tidaklah kafir dan tetap mukmin Pengaruh ajaran asy`ariah

a. Paham Asy’ariyah diajarkan sejak dini di surau, masjid, majelis taklim, TPA, dan
lainnya. Kita ingat dan mendengar bagaimana anak-anak kecil didikte untuk
menghafal sifat dua puluh. Sifat dua puluh mulai diperkenalkan oleh seorang Asy’ari,
yaitu as-Sanusi.
b. Buku-buku berpaham Asy’ariyah dijadikan kurikulum baku di lembaga-lembaga
pendidikan. Sebagai contoh: Diajarkannya sifat dua puluh di sekolah-sekolah.
c. Tokoh-tokoh Asy’ariyah menjadi figur banyak kaum muslimin, bahkan karya-karya
mereka menjadi rujukan.
d. Di pondok-pondok pesantren, diajarkan di sana kitab-kitab yang berpemikiran
Asy’ariyah
e. Banyaknya kelompok dakwah yang membawa paham Asy’ariyah,

Anda mungkin juga menyukai