Anda di halaman 1dari 17

Nama : Linda

Prodi : Ekonomi Syariah

Matkul : Ekonomi Keuangan Islam

Semester :5

Jawaban !

a. Ekonomi keuangan islam atau sering disebut juga dengan Ekonomi


Islam adalah bentuk percabangan ilmu ekonomi yang berlandaskan nilai-
nilai Islam. Ekonomi syariah melandaskan pada syariat Islam, yang
berasal dari Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas. Hukum-hukum yang
melandasai prosedur transaksi sepenuhnya untuk kemaslahatan
masyarakat. Kesejahteraan masyarakat ini tidak diukur dari aspek materil
saja, namun juga mempertimbangkan dampak sosial, mental dan spiritual
serta dampaknya pada lingkungan.
b. Perbedaan prinsip merupakan hal yang paling mendasar diantara sistem
ekonomi islam dan konvensional. Keduanya sama-sama memiliki
keunggulan dan kelemahan yang berbeda pula, diantaranya yaitu :

1. Landasan ekonomi islam yaitu didasari oleh syariat islam,


maksudnya setiap terjadi permasalahan ekonomi yang akan
ditinjau, dilihat dan diselesaikan sesuai dengan ajaran islam yaitu
dengan prinsip tauhid, khilafah dan keadilan. Sebaliknya dalam
pandangan ekonomi konvensional meletakkan prinsip dasarnya
pada keuntungan (profit)  dan pemenuhan materi semata,
2. Dalam mekanisme pasar keduanya juga memiliki perbedaan yaitu
ekonomi islam menganut paham bebas tapi masih dalam
pengawasan koridor islam sedangkan ekonomi konvensional
menganut paham kebebasan yang sebebas-bebasnya tanpa
intervensi,
3. Dalam memperoleh keuntungan juga memberikan perbedaan
diantara sistem ekonomi keduanya, yaitu sistem ekonomi islam
menerapakan sistem bagi hasil yang ditentukan oleh rasio untung-
rugi untuk memperoleh keuntungan, sedangkan ekonomi
konvensional menerapkan sistem bunga untuk memperoleh
keuntungan.

Jadi, perbedaan mendasari keterangan diatas adalah sistem kapitalisme


lebih mengarah kepada tujuan materialisme dalam setiap menjalankan
aktifitas ekonomi sedangkan sistem ekonomi islam memandang dunia
sebagai tujuan antara dalam mencapai suatu tujuan yang sebenarnya, yaitu
akhirat sehingga disetiap kegiatan ekonomi yang dilakukan bertujuan
untuk mencari falah yang sebesar-besarnya, sekalipun hanya mendapatkan
keuntungan duniawi yang terkecil.

c. Time value of money (TVM) atau nilai waktu dari uang merupakan suatu
konsep finansial yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang lebih
berharga dibandingkan dengan nilai uang dengan jumlah yang sama di
masa mendatang, karena potensi kapasitas penghasilan uang tersebut.
Secara prinsip, nilai waktu dari uang ini berbasis pada adanya potensi
pendapatan uang tersebut untuk menghasilkan bunga apabila
diinvestasikan. Sebaliknya, ada pula risiko kehilangan dalam jumlah
tertentu karena penurunan nilai mata uang akibat inflasi dan kegagalan
investasi.

Time value of money sangat penting dalam pengelolaan keuangan yang


efektif dan efisien. Tak bisa disangkal bahwa uang memang tidak hanya
sekadar sebagai alat pembayaran, tetapi memiliki nilai lebih untuk
merencanakan keuangan di masa depan.

Dalam manajemen keuangan, time value of money tak hanya bermanfaat


bagi investor dan perusahaan-perusahaan besar yang memang
membutuhkan informasi keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan
finansial di masa yang akan datang, tetapi juga individu.
d. Economic value of time adalah sebuah konsep dimana waktulah yang
memiliki nilai ekonomi, bukanlah uang memiliki nilai waktu. Economic
value of time memiliki arti memaksimumkan nilai ekonomis suatu dana
pada periodik waktu.

Islam tidak mengenal konsep time value of money, Dasar perhitungan


pada kontrak berbasis time value of money adalah bunga.
Sedangkan Dasar perhitungan pada kontrak berbasis Economic value of
time adalah nisbah. Economic value of time relatif lebih adil dalam
perhitungan kontrak yang bersifat pembiayaan bagi hasil (profit sharing).
Konsep  bagi hasil (profit sharing) berdampak pada tingkat nisbah yang
menjadi perjanjian kontrak dua belah pihak.
sungguh sangat jelas bahwa kita tidak akan mengetahui apa-apa yang
akan terjadi dihari esok. Oleh sebab itu, konsep time value of money di
tolak dalam ekonomi Islam.
Hal ini juga di pertegas dalam sebuah hadis yang artinya: Rasulullah Saw
bersabda. “Waktu itu seperti pedang, jika kita tidak bisa menggunakan
dengan baik, maka ia akan memotong kita”.
Menurut Sayyid Qutb Waktu itu hidup. Namun, penghargaan Islam
terhadap waktu itu tidak diwujudkan dalam rupiah tertentu atau
persentase bunga tetap.

e. Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat


tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda
apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses
pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang
didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima
sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta
kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaranhutang.
Uang sebagai flow concept merupakan sesuatu yang mengalir. Sehingga
uang diibaratkan seperti air. Jika di sungai itu mengalir, maka air tersebut
akan bersih dan sehat. Jika air berhenti (tidak mengalir secara wajar) maka
air tersebut menjadi busuk dan berbau. Demikian halnya dengan uang.
Uang yang berputar untuk produksi akan dapat menimbulkan kemakmuran
dan kesehatan ekonomi masyarakat. Sementara, jika uang ditahan maka
dapat menyebabkan macetnya roda perekonomian, sehingga dapat
menyebabkan krisis atau penyakit-penyakit ekonomi lainnya. Dalam
ajaran Islam, uang harus diputar terus sehingga dapat mendatangkan
keuntungan yang lebih besar. Untuk itu uang perlu digunakan untuk
investasi di sektor riil. Jika uang disimpan tidak diinvestasikan kepada
sektor riil, maka tidak akan mendatangkan apa-apa. Penyimpanan uang
yang telah mencapai haulnya, menurut ajaran Islam, akan dikenai zakat.
f. Dalam penerapan konsep islam dan konvensional sangat berbeda dalam
mendifinisikan konsep uang. Dalam ekonomi islam uang adalah uang,
uang bukan kapital. Sedangkan dalam konvensional tidak jelas apa
sebenarnya difinisi uang. Sering kali istilah uang dalam persepektif
konvensional diartikan secara bolak balik. Uang sebagai uang dan uang
sebagai kapital Dalam islam, Capital is private goods, sedangkan money is
pulic goods. Uang ketika mengalir adalah publics goods   

( Flow concept), kemudian mengendap dalam kepemilikan seseorang


(stock concept), uang tersebut menjadi milik pribadi ( Pivate goods).
Uang merupakan public goods artinya uang merupakan harta milik
umum, sedangkan modal merupakan  Private good artinya barang/harta
milik pribadi. Artinya ketika uang itu masih beredar di masyarakat dan
belum mengendap pada masyarakat itu berarti bisa dikatakan public
goods. Dan ketika sampai ketangan masyarakat dan mengenda itu
dikatakan modal atau private goods.  Konsep public goods belum dikenal
dalam teori ekonomi islam sampai tahun 1980.  Baru setelah muncul
ekonomi lingkungan, maka kita berbicara tentang externalities, publlic
good, dan sebagainya. Dalam islam, konsep ini sudah lama dikenal, yaitu
ketika Rosulullah mengatakan bahwa “Manusia mempunyai hak bersama
dengan tiga hal: air,rumput dan api” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan
Ibn Majah). Dengan demikian berserikat dalam hal public goods bukan
merupakan hal yang baru dalam ekonomi islam. Untuk lebih jelasnya
konsep private dan public goods masing-masing dapat diilustrasikan
dengan mobil dan jalan tol. Mobil adalah private goods ( Capital ) dan
jalan tol adalah public goods ( money ). Apabila mobil tersebut
menggunakan jalan tol baru kita dapat menikmati jalan tol. Namun,
apabila mobil tersebut tidak menggunakan jalan tol, maka kita tidak akan
dapat menikmati jalan tol tersebut. Dengan kata lain jika uang
diinvestikan dalam proses produksi, maka kita baru akan mendapatkan
lebih banyak uang. Sedangkan dalam konsep konvensional uang capital
dapat menjadi private goods. Maka bagi mereka jika mobil diparkir
digarasi ataupun digunakan dijalan tol, maka mereka akan tetap
menikmati menfaat dari jalan tol tesebut. Apakah uang diinvestasikan
pada proses tersebut maka mereka akan mendapatkan uang yang lebih
banyak. Disinilah letak keanehan bunga yang dikenukakan oleh para
ekonom konvensional.
g. Pengertian Riba Secara umum
Riba adalah penetapan nilai tambahan (bunga) atau melebihkan jumlah
pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah
pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam.
Riba secara bahasa yaitu ziyadah (tambahan).
Dalam pengertian lain, riba juga berarti tumbuh dan membesar.
Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari
harta pokok atau modal.
Secara umum “Pengertian riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam
transaksi jual-beli maupun hutang piutang secara batil atau bertentangan
dengan prinsip muamalat dalam Islam.”
Dalil Hukum Tentang Larangan Riba

 Al-Baqarah : 275

َ ِ‫الَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ ال ِّربَا اَل يَقُو ُمونَ إِاَّل َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَخَ بَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ ۚ ٰ َذل‬
‫ك بِأَنَّهُ ْم قَالُوا إِنَّ َما‬
‫ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّربَا‬

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
(Q.S Al-Baqarah: 275)

 Hadits Abu Daud No. 2895

‫ك َح َّدثَنِي َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن بْنُ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َم ْسعُو ٍد ع َْن أَبِي ِه‬ ٌ ‫س َح َّدثَنَا ُزهَ ْي ٌر َح َّدثَنَا ِس َما‬ َ ُ‫َح َّدثَنَا أَحْ َم ُد بْنُ يُون‬
ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم آ ِك َل ال ِّربَا َو ُم ْؤ ِكلَهُ َو َشا ِه َدهُ َو َكاتِبَه‬
َ ِ ‫ال لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللا‬َ َ‫ق‬

Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Yunus], telah menceritakan


kepada kami [Zuhair], telah menceritakan kepada kami [Simak], telah
menceritakan kepadaku [Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud], dari
[ayahnya], ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat
orang yang makan riba, orang yang memberi makan riba, saksinya dan
penulisnya.

h. Jenis- jenis Riba


Riba dalam utang piutang ada riba qardh yaitu tambahan yang diambil
dari suatu transaksi yang sifatnya utang piutang. Jadi transaksi pinjam
meminjam tetapi si pemberi pinjaman minta pengembalian lebih.
Contoh: Si A menghutangkan uang Rp 1 juta ke si B, dan si A
mensyaratkan pengembalian Rp 1,5 juta. Jadi penambahan uang 500 ribu
itu yang dinamakan riba qardh.
Lalu yang kedua yaitu riba dalam jual beli (buyu') ada 2 macam
yaitu riba fadhl dan riba nasi'ah. Riba ini terjadi pada transaksi tukar
menukar (barter).

Dalam hadist ada yang namanya barang ribawi. Barang itu ada 6 yaitu
emas, perak, kurma, gandum, sya'ir, garam. Jika sesama jenis barang
ribawi itu di barter, misal emas dengan emas, maka harus memenuhi
syarat, yaitu:
Harus kontan, maksudnya penyerahan barangnya harus ditempat dan
bayar nya pun juga harus tunai tidak boleh di cicil dan gak boleh ditunda. 
Timbangan atau ukurannya harus sama.
Yang pertama riba fadhl adalah riba karena penambahan, maksudnya
pertukaran (jual beli) barang antara 1 jenis barang ribawi tetapi yang 1
ada yang lebih banyak atau tidak sama timbangan atau ukurannya, maka
statusnya adalah riba fadhl.
Contoh: penukaran emas 1 gr dangan emas 2 gr, maka ada penambahan
karena ukuran atau timbangannya tidak sama.
Yang kedua  Riba Nasi'ah adalah riba karena penundaan, maksudnya
pertukaran (jual beli) barang antara 1 jenis barang ribawi tetapi ada
pembayaran yang tertunda, jadi serah terima barangnya tidak satu waktu.
Ada sebagian yang tertunda.
Contoh : sama-sama jual emas 1 gr dengan emas 1 gr, tetapi satunya
diberikan hari ini dan satunya lagi diberikan besok, maka hal tersebut
tidak kontan, jadi dinamakan riba nasi'ah.
Mata uang juga bisa digolongkan barang ribawi. Meskipun tidak ada
hadist yang mencantumkan mata uang itu barang ribawi, karena dulu di
zaman Rasul Emas, perak itu adalah mata uang lalu sekarang berganti
menjadi uang kertas sehingga mata uang  dapat dianalogikan dengan
emas dan perak.
Contoh : Si A ingin menukarkan uang kertas Rp 100.000 dengan pecahan
Rp 1000 an kepada si B. Namun si B pada saat ini hanya mempunyai
uang 70 lembar uang Rp 1000, maka 30 lembarnya lagi akan diserahkan 1
jam kemudian setelah melaksanakan akad. Nah.. penundaan 1 jam ini
termasuk riba nasi'ah.
Jika ingin menukar barang yang tidak sejenis maka itu boleh, misal ingin
menjual beras ditukar dengan jagung maka itu boleh karena barang itu
tidak sejenis, namun dengan catatan penukaran itu harus dilakukan
dengan kontan. (Beras disini juga bisa dikategorikan barang ribawi
meskipun tidak ada dalam hadist, tetapi beras merupakan barang yang
dapat ditakar, dimakan, dan ditimbang, maka dapat di analogikan
dengan ke 6 barang ribawi tersebut)
Menurut para fiqih, riba dapat dibagi menjadi 4 macam bagian, yaitu
sebagai berikut
1. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya
dengan kwalitas berbeda yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan.
contohnya tukar menukar emas dengan emas,perak dengan perak, beras
dengan  beras dan sebagainya.
2. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima,
maksudnya : orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia
menerima barang tersebut dari si penjual, pembeli menjualnya kepada
orang lain. Jual beli seperti itu tidak boleh, sebab jual beli masih dalam
ikatan dengan pihak pertama.
3. Riba Nasi’ah  yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang
disebabkan memperhitungkan waktu yang ditangguhkan. Contoh :
Aminah meminjam cincin 10 Gram pada Ramlan. Oleh Ramlan
disyaratkan membayarnya tahun depan dengan cincin emas sebesar 12
gram, dan apa bila terlambat 1 tahun, maka tambah 2 gram lagi, menjadi
14 gram dan seterusnya. Ketentuan melambatkan pembayaran satu tahun.
4. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan
atau tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi. Contoh :
Ahmad meminjam uang sebesar Rp. 25.000 kepada Adi. Adi
mengharuskan dan mensyaratkan agar Ahmad mengembalikan hutangnya
kepada Adi sebesar Rp. 30.000 maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba
Qardh.
i. Pengertian Gharar
Arti gharar secara bahasa yakni ‘tidak jelas’. Salah satu contoh gharar
adalah ketika membeli tanah menggunakan lemparan batu. Gharar
diharamkan karena ada unsur kebathilan sebagaimana yang disebutkan
dalam surat An-Nisa ayat 29. Dalam ekonomi, Islam lebih mengutamakan
bisnis riil yang berwujud karena unsur gharar yang minim..
Adapun gharar bisa ditinjau dalam 3 peristiwa. Yang pertama yaitu jual
beli ma’dum. Yaitu jual beli barang yang belum berwujud. Contohnya
adalah jual beli janin yang masih dalam kandungan. Karena janin yang
dikandung tidak diketahui jelas kondisinya saat dilahirkan. Yang kedua
adalah jual beli barang majhul. Yakni jual beli barang yang tidak jelas.
Contohnya adalah jual beli mobil tanpa deskripsi. Dan yang terakhir
adalah jual beli barang yang tidak dapat diserahterimakan. Contohnya,
jual beli ikan yang ada di laut.

Gharar terdapat dalam berbagai bentuk; harga, barang dan akad. Dalam
hadits, Rasulullah SAW mengharamkan adanya 2 harga dalam satu akad.
Gharar diharamkan dalam Islam untuk menghindari kedhaliman di kedua
belah pihak.

Berdasarkan hukumnya, gharar dikategorikan dalam beberapa jenis, yaitu


gharar yang disepakati larangannya, gharar yang diperbolehkan dan
gharar yang diperselisihkan. Jenis pertama, gharar yang disepakati
larangannya adalah gharar yang jelas dan gharar yang besar. Gharar jenis
ini mutlak diharamkan tanpa adanya khilafiyah. Jenis kedua, gharar yang
diperbolehkan yaitu gharar yang sudah menjadi satu kesatuan dengan
objek transaksi dan tidak dapat dipisahkan. Ibnu Taimiyah menyatakan
gharar yang kecil diperbolehkan. Contoh gharar yang masuk dalam
kategori ini adalah pondasi rumah (ketika membeli rumah, pembeli tidak
mengetahui spesifikasi pondasi yang dipakai dalam pembangunan
rumah). Jenis ketiga, gharar yang diperselisihkan. Yang termasuk dalam
kategori gharar ini adalah jual beli tanaman yang masih berada dalam
tanah. Ada beberapa ulama yang membolehkan dan ada yang tidak
memperbolehkan. Salah satu solusi mencegah keghararan dalam kategori
ini adalah dengan merujuk kepada historical panennya.

Pengertian Maisyir

Maysir bisa disebut juga dengan judi. Secara istilahi, judi bermaksud


ketika ada satu pihak yang diuntungkan dan pihak lain yang dirugikan
dan tidak ada usaha dalam mendapat keuntungan tersebut. Dalam surat
Al-Maidah ayat 90, judi disandingkan dengan dosa-dosa besar. Judi
dibagi menjadi 2 macam; dalam bentuk permainan dan dalam bentuk
taruhan. Judi sebenarnya termasuk dalam kategori gharar karena
ketidakjelasannya. Beberapa ulama ada yang mengharamkan asuransi
karena mengandung unsur judi.

j. Pengertian Akad Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata adh-dharbu fil ardhi, yaitu berjalan di muka
bumi. Dan berjalan di muka bumi ini pada umumnya dilakukan dalam
rangka menjalankan suatu usaha, berdagang atau berjihad di jalan Allah,
sebagaimana firman Allah di dalam surat Al-Muzzammil, ayat ke-
20.Mudharabah disebut juga qiraadh, berasal dari kata al–qardhu yang
berartial-qath‟u (sepotong), karena pemilik modal mengambil sebagian
dari hartanya untuk diperdagangkan dan ia berhak mendapatkan sebagian
dari keuntungannya.4 Sedangkan menurut istilah fiqih, Mudharabah ialah
akad perjanjian (kerja sama usaha) antara kedua belah pihak, yang salah
satu dari keduanya memberi modal kepada yang lain supaya
dikembangkan, sedangkan keuntungannya dibagi antara keduanya sesuai
dengan ketentuan yang disepakati. Mudharabah hukumnya boleh
berdasarkan dalil-dalil berikut: Al-Qur‟an: Firman Allah: “Dia
mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan
orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah;
dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah..”.(QS.
alMuzzammil: 20)
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya.” Islam mensyariatkan akad kerja sama
Mudharabah untuk memudahkan orang, karena sebagian mereka
memiliki harta namun tidak mampu mengelolanya dan disana ada juga
orang yang tidak memiliki harta namun memiliki kemampuan untuk
mengelola dan mengembangkannya. Maka Syariat membolehkan kerja
sama ini agar mereka bisa saling mengambil manfaat diantara mereka.
Pemilik modal memanfaatkan keahlian Mudhorib (pengelola) dan
Mudhoribmemanfaatkan harta dan dengan demikian terwujudlah kerja
sama harta dan amal. Allah tidak mensyariatkan satu akad kecuali untuk
mewujudkan kemaslahatan dan menolak kerusakan.
Sebagai sebuah akad, mudharabah memiliki syarat dan rukun.Imam
AnNawawi menyebutkan bahwa Mudharabah memiliki lima rukun:
1. Modal.
2. Jenis usaha.
3. Keuntungan.
4. Shighot (pelafalan transaksi)
5. Dua pelaku transaksi, yaitu pemilik modal dan pengelola. (Ar-
Raudhahkarya imam Nawawi (5/117).
Mudharabah hukumnya boleh, baik secara mutlak maupun
muqayyad(terikat/bersyarat), dan pihak pengelola modal tidak mesti
menanggung kerugian kecuali karena sikapnya yang melampaui batas dan
menyimpang.Ibnul Mundzir menegaskan, “Para ulama sepakat bahwa
jika pemilik modal melarang pengelola modal melakukan jual beli secara
kredit, lalu ia melakukan jual beli secara kredit, maka ia harus
menanggung resikonya.” 8 Dari Hakim bin Hizam, sahabat Rasulullah,
bahwa Beliau pernah mempersyaratkan atas orang yang Beliau beri
modal untuk dikembangkan dengan bagi hasil (dengan berkata),
“Janganlah engkau menempatkan hartaku ini pada binatang yang
bernyawa, jangan engkau bawa ia ke tengah lautan, dan jangan (pula)
engkau letakkan ia di lembah yang rawan banjir; jika engkau melanggar
salah satu dari larangan tersebut, maka engkau harus mengganti hartaku.”
(Shahih Isnad: Irwa-ul Ghalil V: 293, Ad-Daruquthni II: 63 no: 242, Al-
Baihaqi VI: 111)

Pengertian Musyarokah
Musyarakah adalah bentuk kerjasama dua orang atau lebih dengan
pembagian keuntungan secara bagi hasil.Menurut Dewan Syariah
Nasional MUI dan PSAK Np. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing – masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan kontribusi dana. Para mitra bersama – sama menyediakan
dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam masyarakat, baik usaha
yang sudah berjalan maupun yang baru. Investasi musyarakah dapat
dalam bentuk kas, setara kas atau asset non kas.Jenis akad musyarakah
berdasarkan eksistensi terdiri dari :
1. Syirkah Al Milk atau perkongsian amlak Mengandung
kepemilikan bersama yang keberadaannya muncul apabila dua
orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama atas suatu
kekayaan.Syirkah ini bersifat memaksa dalam hukum
positif.Misalnya : dua orang atau lebih menerima warisan atau
hibah atau wasiat sebidang tanah.
2. Syirkah Al Uqud Yaitu kemitraan yang tercipta
dengankesepakatan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dlam
mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra berkontribusi dana dn atau
dengan bekerja, serta berbagai keuntungan dan kerugian. Syirkah
jenis ini dapat dianggap kemitraan yang sesungguhnya karena
pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk
membuat kerjasama investasi dan berbagi keuntungn dan
resiko.Syirkah uqud sifatnya ikhtiariyah (pilihan sendiri).
k. Perbedaan Akad Mudharabah dan akad Musyarokah
1. Mudharabah (Trustee Profit Sharing)
Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa
seseorang memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu
diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua
belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh
pemilik modal.
Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah
nasabah bertindak sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan
usaha atas modal kontrak mudharabah. Mudharib menerima
dukungan dana dari bank, yang dengan dana
tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan
membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual
kepada pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan
(profit).
Adapun bentuk-bentuk mudharabah yang dilakukan dalam
perbankan syariah dari penghimpunan dan penyaluran dana adalah:
Tabungan Mudharabah. Yaitu, simpanan pihak ketiga yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai
perjanjian.
Deposito Mudharabah. Yaitu, merupakan investasi melalui
simpanan pihak ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu
(jatuh tempo), dengan mendapat imbalan bagi hasil.
Investai Mudharabah Antar Bank (IMA). Yaitu, sarana kegiatan
investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar uang
antar Bank Syariah berdasarkan prinsip mudharabah di mana
keuntungan akan dibagikan kepada kedua belah pihak (pembeli
dan penjual sertifikat IMA) berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya.

2. Musyarakah (Joint Venture Profit & Loss  Sharing)


Adalah mencampurkan salah satu dari macam harta  dengan harta
lainnya sehingga tidak dapat dibedakan di antara keduanya.
Dalam pengertian lain musyarakah adalah akad kerjasama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise)
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Penerapan yang dilakukan Bank Syariah, musyarakah adalah
suatu kerjasama antara bank dan nasabah dan bank setuju untuk
membiayai usaha atau proyek secara bersama-sama dengan
nasabah sebagai inisiator proyek dengan suatu jumlah berdasarkan
prosentase tertentu dari jumlah total biaya proyek dengan dasar
pembagian keuntungan dari hasil yang diperoleh dari usaha atau
proyek tersebut berdasarkan prosentase bagi-hasil yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
l. akad Murabahah, Salam dan Isthisna’
1. Pengertian Murabahah
Kata Murabahah secara bahasa adalah bentuk  mutual (bermakna: saling)
yang diambil dari bahasa Arab, yaitu ar-ribhu (‫)ال™™™ر ْب ُح‬
ِ yang berarti
kelebihan dan tambahan (keuntungan). Jadi, murabahah diartikan dengan
saling menambah (menguntungkan). Sedangkan dalam definisi para
ulama terdahulu adalah jual beli dengan modal ditambah keuntungan
yang diketahui. Hakekatnya adalah menjual barang dengan harga (modal)
nya yang diketahui kedua penjual dan pembeli dengan tambahan
keuntungan yang jelas. Murabahah adalah jual belibarang pada harga
asal dengan tambahan keuntungan/margin yang disepakati. Akad yang
banyak mendapat penilaian tentang “kehalalan” pelaksanaannya adalah
murabahah, yaitu jual beli dengan harga jual terdiri dari harga beli dan
keuntungan yang sudah disepakati.  Pada murabahah, penyerahan barang
dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara
tunai, tangguh ataupun dicicil.
 Landasan Hukum Murabahah
Ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan jual beli, diantaranya
adalah firman Allah:
‫َوأَ َح َّل هللاُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا‬
Artinya: "..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba"
(QS. Al-Baqarah:275).
Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli
dan murabahah merupakan salah satu bentuk dari jual beli.
2. Secara bahasa as-salam  atau as-salaf  berarti pesanan. Secara
terminologis para ulama mendefinisikannya dengan: “Menjual suatu
barang yang penyerahannya ditunda, atau menjual suatu (barang) yang
ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan
barangnya diserahkan kemudian hari”.
Secara istilah salam adalah jual beli sesuatu dengan ciri-ciri tertentu yang
akan diserahkan pada waktu tertentu. Contohnya, orang muslim membeli
komoditi tertentu dengan ciri-ciri tertentu, misalnya: mobil, rumah
makan, hewan, dan sebagainya, yang akan diterimanya pada waktu
tertentu. Ia bayar harganya dan menunggu waktu yang telah disepakati
untuk menerima komoditi tersebut. Jika waktunya telah tiba, penjual
menyerahkan komoditi tersebut kepadanya.
Sedangkan dalam kodifikasi produk perbankan Syariah dijelaskan bahwa
pengertian salam adalah Jual beli barang dengan cara pemesanan
berdasarkan persyaratan dan kriteria tertentu sesuai kesepakatan serta
pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
3. Istishna adalah akad bersama produsen untuk satu pekerjaan tertentu
dalam tanggungan atau jual beli satu barang yang akan dibuat oleh
produsen yang juga menyediakan barang bakunya, sedangkan jika barang
bakunya dari pemesan maka transaksi itu menjadi akad jarah (sewa),
pemesan hanya menerima jasa produsen untuk membuat barang.
Sedangkan dalam kodifikasi produk perbankan Syariah dijelaskan bahwa
istishna adalah sebagai Jual beli barang dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang berdasarkan persyaratan tertentu, kriteria, dan pola
pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
Tujuan istishna umumnya diterapkan pada pembiayaan untuk
pembangunan proyek seperti pembangunan proyek perumahan,
komunikasi, listrik, gedung sekolah, pertambangan, dan sarana jalan.
Pembiayaan yang sesuai adalah pembiyaan investasi.
m. Pengertian akad wadi’ah, rahn, ijarah dan Ijarah Muntahia bi Tamlik
(IMBT)
1. Wadi’ah
Kata wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yaitu meninggalkan sesuatu.
Sesuatu yang seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut
wadi’ah, karena dia meninggalkannya pada orang yang sanggup menjaga1.
Secara harfiah, Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu
pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus
dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.
2. Rahn
Secara bahasa, rahn berarti tsubut wadawam (tetap dan lama). Ada
sebagian yang menyatakan bahwa kata rahn bermakna tertahan dengan
dasar firman Allah:

ٌ‫ت َر ِهينَة‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬


ْ َ‫س بِ َما َك َسب‬

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab (tertahan) atas apa yang telah


diperbuatnya.” (QS. Al-Mudatstsir ayat 38)

Kata rahinah dalam ayat tersebut bermakna tertahan.

Pengertian kedua ini hampir sama dengan yang pertama karena yang
tertahan itu berada tetap di tempatnya.

Sedangkan secara istilah, pengertian rahn berarti menjadikan sebuah


barang sebagai jaminan utang yang dapat dijadikan pembayar apabila tidak
bisa membayar utang. Hal ini berarti bahwa rahn sama artinya dengan
borg, yakni sesuatu yang digadaikan oleh orang yang berutang dan
sewaktu-waktu bisa disita apabila pihak yang berutang tersebut tidak bisa
membayar utangnya. Makna yang hampir mirip tentang rahn ini
dikemukakan oleh Ibn Qudamah.

Dengan mengutip pendapat ulama Hanabilah, Ibn Qudamah mengartikan


rahn dengan harta yang dijadikan sebagai jaminan utang untuk dijadikan
sebagai harga pembayar apabila pihak yang berutang tidak dapat
membayar utangnya kepada pihak pemberi pinjaman.

Hal ini berarti bahwa rahn dapat dijadikan sebagai alat tukar atau bahkan
pengganti bagi pihak yang meminjam uang atau barang.
3. Ijarah
Ijarah merupakan kontrak antara bank syariah dengan nasabah dimana
bank syariah sebagai pihak yang menyewakan barang dan nasabah sebagai
penyewa. Menentukan biaya sewa yang disepakati oleh kedua belah pihak
pada saat akad. Ijarah muntahiya bittamlik adalah perjanjian diantara
lessor dan lessee atas barang yang disewakan. Perbedaan antara ijarah dan
ijarah muntahiyah bittamlik adalah letak kepemilikan aset pada saat jatuh
tempo.

Anda mungkin juga menyukai