Semester :5
Jawaban !
c. Time value of money (TVM) atau nilai waktu dari uang merupakan suatu
konsep finansial yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang lebih
berharga dibandingkan dengan nilai uang dengan jumlah yang sama di
masa mendatang, karena potensi kapasitas penghasilan uang tersebut.
Secara prinsip, nilai waktu dari uang ini berbasis pada adanya potensi
pendapatan uang tersebut untuk menghasilkan bunga apabila
diinvestasikan. Sebaliknya, ada pula risiko kehilangan dalam jumlah
tertentu karena penurunan nilai mata uang akibat inflasi dan kegagalan
investasi.
Al-Baqarah : 275
َ ِالَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ ال ِّربَا اَل يَقُو ُمونَ إِاَّل َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَخَ بَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ ۚ ٰ َذل
ك بِأَنَّهُ ْم قَالُوا إِنَّ َما
ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّربَا
ك َح َّدثَنِي َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن بْنُ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َم ْسعُو ٍد ع َْن أَبِي ِه ٌ س َح َّدثَنَا ُزهَ ْي ٌر َح َّدثَنَا ِس َما َ َُح َّدثَنَا أَحْ َم ُد بْنُ يُون
ُصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم آ ِك َل ال ِّربَا َو ُم ْؤ ِكلَهُ َو َشا ِه َدهُ َو َكاتِبَه
َ ِ ال لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللاَ َق
Dalam hadist ada yang namanya barang ribawi. Barang itu ada 6 yaitu
emas, perak, kurma, gandum, sya'ir, garam. Jika sesama jenis barang
ribawi itu di barter, misal emas dengan emas, maka harus memenuhi
syarat, yaitu:
Harus kontan, maksudnya penyerahan barangnya harus ditempat dan
bayar nya pun juga harus tunai tidak boleh di cicil dan gak boleh ditunda.
Timbangan atau ukurannya harus sama.
Yang pertama riba fadhl adalah riba karena penambahan, maksudnya
pertukaran (jual beli) barang antara 1 jenis barang ribawi tetapi yang 1
ada yang lebih banyak atau tidak sama timbangan atau ukurannya, maka
statusnya adalah riba fadhl.
Contoh: penukaran emas 1 gr dangan emas 2 gr, maka ada penambahan
karena ukuran atau timbangannya tidak sama.
Yang kedua Riba Nasi'ah adalah riba karena penundaan, maksudnya
pertukaran (jual beli) barang antara 1 jenis barang ribawi tetapi ada
pembayaran yang tertunda, jadi serah terima barangnya tidak satu waktu.
Ada sebagian yang tertunda.
Contoh : sama-sama jual emas 1 gr dengan emas 1 gr, tetapi satunya
diberikan hari ini dan satunya lagi diberikan besok, maka hal tersebut
tidak kontan, jadi dinamakan riba nasi'ah.
Mata uang juga bisa digolongkan barang ribawi. Meskipun tidak ada
hadist yang mencantumkan mata uang itu barang ribawi, karena dulu di
zaman Rasul Emas, perak itu adalah mata uang lalu sekarang berganti
menjadi uang kertas sehingga mata uang dapat dianalogikan dengan
emas dan perak.
Contoh : Si A ingin menukarkan uang kertas Rp 100.000 dengan pecahan
Rp 1000 an kepada si B. Namun si B pada saat ini hanya mempunyai
uang 70 lembar uang Rp 1000, maka 30 lembarnya lagi akan diserahkan 1
jam kemudian setelah melaksanakan akad. Nah.. penundaan 1 jam ini
termasuk riba nasi'ah.
Jika ingin menukar barang yang tidak sejenis maka itu boleh, misal ingin
menjual beras ditukar dengan jagung maka itu boleh karena barang itu
tidak sejenis, namun dengan catatan penukaran itu harus dilakukan
dengan kontan. (Beras disini juga bisa dikategorikan barang ribawi
meskipun tidak ada dalam hadist, tetapi beras merupakan barang yang
dapat ditakar, dimakan, dan ditimbang, maka dapat di analogikan
dengan ke 6 barang ribawi tersebut)
Menurut para fiqih, riba dapat dibagi menjadi 4 macam bagian, yaitu
sebagai berikut
1. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya
dengan kwalitas berbeda yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan.
contohnya tukar menukar emas dengan emas,perak dengan perak, beras
dengan beras dan sebagainya.
2. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima,
maksudnya : orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia
menerima barang tersebut dari si penjual, pembeli menjualnya kepada
orang lain. Jual beli seperti itu tidak boleh, sebab jual beli masih dalam
ikatan dengan pihak pertama.
3. Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang
disebabkan memperhitungkan waktu yang ditangguhkan. Contoh :
Aminah meminjam cincin 10 Gram pada Ramlan. Oleh Ramlan
disyaratkan membayarnya tahun depan dengan cincin emas sebesar 12
gram, dan apa bila terlambat 1 tahun, maka tambah 2 gram lagi, menjadi
14 gram dan seterusnya. Ketentuan melambatkan pembayaran satu tahun.
4. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan
atau tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi. Contoh :
Ahmad meminjam uang sebesar Rp. 25.000 kepada Adi. Adi
mengharuskan dan mensyaratkan agar Ahmad mengembalikan hutangnya
kepada Adi sebesar Rp. 30.000 maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba
Qardh.
i. Pengertian Gharar
Arti gharar secara bahasa yakni ‘tidak jelas’. Salah satu contoh gharar
adalah ketika membeli tanah menggunakan lemparan batu. Gharar
diharamkan karena ada unsur kebathilan sebagaimana yang disebutkan
dalam surat An-Nisa ayat 29. Dalam ekonomi, Islam lebih mengutamakan
bisnis riil yang berwujud karena unsur gharar yang minim..
Adapun gharar bisa ditinjau dalam 3 peristiwa. Yang pertama yaitu jual
beli ma’dum. Yaitu jual beli barang yang belum berwujud. Contohnya
adalah jual beli janin yang masih dalam kandungan. Karena janin yang
dikandung tidak diketahui jelas kondisinya saat dilahirkan. Yang kedua
adalah jual beli barang majhul. Yakni jual beli barang yang tidak jelas.
Contohnya adalah jual beli mobil tanpa deskripsi. Dan yang terakhir
adalah jual beli barang yang tidak dapat diserahterimakan. Contohnya,
jual beli ikan yang ada di laut.
Gharar terdapat dalam berbagai bentuk; harga, barang dan akad. Dalam
hadits, Rasulullah SAW mengharamkan adanya 2 harga dalam satu akad.
Gharar diharamkan dalam Islam untuk menghindari kedhaliman di kedua
belah pihak.
Pengertian Maisyir
Mudharabah berasal dari kata adh-dharbu fil ardhi, yaitu berjalan di muka
bumi. Dan berjalan di muka bumi ini pada umumnya dilakukan dalam
rangka menjalankan suatu usaha, berdagang atau berjihad di jalan Allah,
sebagaimana firman Allah di dalam surat Al-Muzzammil, ayat ke-
20.Mudharabah disebut juga qiraadh, berasal dari kata al–qardhu yang
berartial-qath‟u (sepotong), karena pemilik modal mengambil sebagian
dari hartanya untuk diperdagangkan dan ia berhak mendapatkan sebagian
dari keuntungannya.4 Sedangkan menurut istilah fiqih, Mudharabah ialah
akad perjanjian (kerja sama usaha) antara kedua belah pihak, yang salah
satu dari keduanya memberi modal kepada yang lain supaya
dikembangkan, sedangkan keuntungannya dibagi antara keduanya sesuai
dengan ketentuan yang disepakati. Mudharabah hukumnya boleh
berdasarkan dalil-dalil berikut: Al-Qur‟an: Firman Allah: “Dia
mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan
orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah;
dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah..”.(QS.
alMuzzammil: 20)
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya.” Islam mensyariatkan akad kerja sama
Mudharabah untuk memudahkan orang, karena sebagian mereka
memiliki harta namun tidak mampu mengelolanya dan disana ada juga
orang yang tidak memiliki harta namun memiliki kemampuan untuk
mengelola dan mengembangkannya. Maka Syariat membolehkan kerja
sama ini agar mereka bisa saling mengambil manfaat diantara mereka.
Pemilik modal memanfaatkan keahlian Mudhorib (pengelola) dan
Mudhoribmemanfaatkan harta dan dengan demikian terwujudlah kerja
sama harta dan amal. Allah tidak mensyariatkan satu akad kecuali untuk
mewujudkan kemaslahatan dan menolak kerusakan.
Sebagai sebuah akad, mudharabah memiliki syarat dan rukun.Imam
AnNawawi menyebutkan bahwa Mudharabah memiliki lima rukun:
1. Modal.
2. Jenis usaha.
3. Keuntungan.
4. Shighot (pelafalan transaksi)
5. Dua pelaku transaksi, yaitu pemilik modal dan pengelola. (Ar-
Raudhahkarya imam Nawawi (5/117).
Mudharabah hukumnya boleh, baik secara mutlak maupun
muqayyad(terikat/bersyarat), dan pihak pengelola modal tidak mesti
menanggung kerugian kecuali karena sikapnya yang melampaui batas dan
menyimpang.Ibnul Mundzir menegaskan, “Para ulama sepakat bahwa
jika pemilik modal melarang pengelola modal melakukan jual beli secara
kredit, lalu ia melakukan jual beli secara kredit, maka ia harus
menanggung resikonya.” 8 Dari Hakim bin Hizam, sahabat Rasulullah,
bahwa Beliau pernah mempersyaratkan atas orang yang Beliau beri
modal untuk dikembangkan dengan bagi hasil (dengan berkata),
“Janganlah engkau menempatkan hartaku ini pada binatang yang
bernyawa, jangan engkau bawa ia ke tengah lautan, dan jangan (pula)
engkau letakkan ia di lembah yang rawan banjir; jika engkau melanggar
salah satu dari larangan tersebut, maka engkau harus mengganti hartaku.”
(Shahih Isnad: Irwa-ul Ghalil V: 293, Ad-Daruquthni II: 63 no: 242, Al-
Baihaqi VI: 111)
Pengertian Musyarokah
Musyarakah adalah bentuk kerjasama dua orang atau lebih dengan
pembagian keuntungan secara bagi hasil.Menurut Dewan Syariah
Nasional MUI dan PSAK Np. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing – masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan kontribusi dana. Para mitra bersama – sama menyediakan
dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam masyarakat, baik usaha
yang sudah berjalan maupun yang baru. Investasi musyarakah dapat
dalam bentuk kas, setara kas atau asset non kas.Jenis akad musyarakah
berdasarkan eksistensi terdiri dari :
1. Syirkah Al Milk atau perkongsian amlak Mengandung
kepemilikan bersama yang keberadaannya muncul apabila dua
orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama atas suatu
kekayaan.Syirkah ini bersifat memaksa dalam hukum
positif.Misalnya : dua orang atau lebih menerima warisan atau
hibah atau wasiat sebidang tanah.
2. Syirkah Al Uqud Yaitu kemitraan yang tercipta
dengankesepakatan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dlam
mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra berkontribusi dana dn atau
dengan bekerja, serta berbagai keuntungan dan kerugian. Syirkah
jenis ini dapat dianggap kemitraan yang sesungguhnya karena
pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk
membuat kerjasama investasi dan berbagi keuntungn dan
resiko.Syirkah uqud sifatnya ikhtiariyah (pilihan sendiri).
k. Perbedaan Akad Mudharabah dan akad Musyarokah
1. Mudharabah (Trustee Profit Sharing)
Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa
seseorang memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu
diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua
belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh
pemilik modal.
Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah
nasabah bertindak sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan
usaha atas modal kontrak mudharabah. Mudharib menerima
dukungan dana dari bank, yang dengan dana
tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan
membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual
kepada pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan
(profit).
Adapun bentuk-bentuk mudharabah yang dilakukan dalam
perbankan syariah dari penghimpunan dan penyaluran dana adalah:
Tabungan Mudharabah. Yaitu, simpanan pihak ketiga yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai
perjanjian.
Deposito Mudharabah. Yaitu, merupakan investasi melalui
simpanan pihak ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu
(jatuh tempo), dengan mendapat imbalan bagi hasil.
Investai Mudharabah Antar Bank (IMA). Yaitu, sarana kegiatan
investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar uang
antar Bank Syariah berdasarkan prinsip mudharabah di mana
keuntungan akan dibagikan kepada kedua belah pihak (pembeli
dan penjual sertifikat IMA) berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya.
Pengertian kedua ini hampir sama dengan yang pertama karena yang
tertahan itu berada tetap di tempatnya.
Hal ini berarti bahwa rahn dapat dijadikan sebagai alat tukar atau bahkan
pengganti bagi pihak yang meminjam uang atau barang.
3. Ijarah
Ijarah merupakan kontrak antara bank syariah dengan nasabah dimana
bank syariah sebagai pihak yang menyewakan barang dan nasabah sebagai
penyewa. Menentukan biaya sewa yang disepakati oleh kedua belah pihak
pada saat akad. Ijarah muntahiya bittamlik adalah perjanjian diantara
lessor dan lessee atas barang yang disewakan. Perbedaan antara ijarah dan
ijarah muntahiyah bittamlik adalah letak kepemilikan aset pada saat jatuh
tempo.