Anda di halaman 1dari 5

Nama : Vela Rachma Putri

Kelas : MD 2C

NIM : 11210530000114

UAS AKIDAH DAN ILMU KALAM

MENGANALISIS AJARAN MASING-MASING KEPERCAYAAN

a. Aliran Ahlussunnah wal Jama’ah (ASWAJA)

Ahlu al-Sunnah dapat diartikan dengan orang-orang yang mengikuti sunnah dan
berpegang teguh padanya dalam segala perkara baik dalam perkataan pemikiran dan
perbuatan, yang merujuk kepada apa saja yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para
sahabatnya dalam sebuah hadits disebutkan Ma ana ’alaihi wa ashabi, dan orang-orang yang
mengikuti mereka sampai hari Kiamat.

Secara umum ajaran Ahli Sunnah Wal Jama’ah adalah ajaran yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW dan para shahabat, yang kemudian dikodifikasi, dihimpun dan ditulis ajaran
tersebut oleh Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi.

Seseorang dikatakan mengikuti al-Sunah, jika ia beramal menurut apa yang


diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam berdasarkan dalil syar‘i, baik hal itu
terdapat dalam al-qur‘an, hadits, ataupun merupakan ijtihad para sahabat. Adapun al-
Jama‘ah, berasal dari kata jama‘a dengan akar kata yajma‘u jama‘atan yang berarti
menyetujui atau bersepakat. Dalam hal ini, aljama‘ah juga berarti berpegang teguh pada tali
Allah SWT secara berjamaah, tidak berpecah dan berselisih.

Berdasarkan Ahlul Sunnah Wal Jama’ah, para ulama sepakat bahwa semua sahabat
adalah adil. Mereka selalu mengikuti jalan Rasulullah SAW. Dalam suatu hadis disebutkan
salah satu ciri golongan yang selamat adalah konsisten mengikuti ajaran Rasulullah SAW dan
sahabatnya. Secara sederhana, parameter ke-Ahlus Sunnah wal Jamaah-an seseorang dapat
dilihat dari komitmennya pada Al-Qur’an, Hadis, Ijma’ dan Qiyas. Keistiqamahan mengikuti
parameter ini diwujudkan dengan menganut kepada salah satu Imam madzhab empat yaitu
Imam Maliki, Hambali, Syafii dan Hanafi. Di luar itu, bukan termasuk pengikut Ahlus
Sunnah wal Jamaah. Oleh karenanya patutlah kita memegang erat-erat akidah ini

Ahlu sunnah wal jamaah bukanlah aliran baru yang muncul, tetapi ahlu sunnah wal
jamaah adalah islam yang murni  yang telah diajarkan Nabi Muhammad   dan sesuai dengan
apa yang diamalkan oleh para sahabat nabi.
Dikatakan bahwa hanya ada dua aliran yang mengatakan bahwa mereka adalah ahlu
sunnah wal jama'ah tetapi oengikut kaum al -asyri dan maturidi lah yang disebut representasi
aswaja itu dikarenakan kaum muslim menyatakan atau menganggap bahwa pengikut
golongan ini adalah yang selalu konsisten dan berpegang teguh pada ajaran rasulullah dan
sahabat.

b. Aliran Syi’ah

Sejarah dalam Islam mencatat bahwa terdapat dua macam aliran besar yang banyak
dianut oleh umat Islam dunia era kini, yakni Ahlusunnah (sunni) dan Syi’ah. Syi’ah adalah
salah satu aliran dalam Islam yang berkeyakinan bahwa yang paling berhak menjadi imam
umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad saw ialah keluarga Nabi saw sendiri (Ahlulbait).
Dalam hal ini, ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib (paman Nabi saw) dan ‘Ali bin Abi Thalib
(saudara sepupu sekaligus menantu Nabi saw) beserta keturunannya.

Aliran syiah bersandar pada kedustaan didalam riwayat dan menerima sumber dasar
agama dan berdusta atas musuh dan diri mereka sendiri, sedangkah khawarij ialah mereka
tidak berdusta didalam agaa, riwayat dan musuh mereka. Karena mereka menyakini dusta
termasuk dosa besar yang menyebabkan kekufuran.

Perbedaan pendapat dikalangan para ahli mengenai kalangan Syi’ah merupakan suatu
yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah “perpecahan” dalam islam yang
mulai mencolok pada masa pemerintahan Utsman bin Affan dan memperoleh momentumnya
yang paling kuat pada masa pemerintahan  ‘Ali bin Abi Thalib, tepatnya setelah perang
shiffin. Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan hadits-hadits yang mereka terima dari ahl al-bait ,
berpendapat bahwa perpecahan itu mulai ketika Nabi Muhammad SAW wafat dan
kekhalifahanya jatuh ke tangan Abu Bakar.

Didalam ajaran aliran Syiah, ada lima ajaran pokok Syiah yang paling mendasar yaitu, At
Tauhid, Al Adl, An Nubuwwah, Al Imamah, dan Al Ma’ad.Berbagai pandangan dan pola
pikir pada Tokoh-tokoh Syiah, sehingga Kelompok-kelompok dalam aliran Syiah pun
mengalami perpecahan dalam berbagai Sekte-sekte, seperti : Al Kaisaniyah, Az zaidiyah, Al
Imamiyah, dan Al Ghaliyah.

c. Aliran Khawarij
Di tinjau dari segi bahasa kata kawarij berasal dari suku kata Arab yaitu ‫ خَ َر َج‬yang artinya
keluar atau hengkang. Sedangkan menurut istilaha yaitu suatu aliran atau golongan atau
kelompok yang pada mula nya setia dan mendukung kepada khalifah Ali bin Abu Thalib ra,
kemudian keluar dan tidak mendukungnya, kemudian bergabung dengan kelompok lain
karena tidak setuju dengan kebijakan peme rintahan khalifah Ali bin Abu Thalib ra. Definisi
inilah yang paling rajih dibanding dengan lainnya.
Khawarij adalah sekte yang terbentuk karena ketidak setujuan terhadap keputusan Ali,
karena Ali telah bersedia dan menerima tahkim, maka akhirnya sekte tersebut keluar dari
kelompok Ali tersebut. Aliran Khawarij ini muncul karena ketidaksetujuan dan sebagai
wujud protes kepada Ali yang telah menerima tahkim, yang pada akhirnya aliran ini keluar
dari kelompok Ali. Aliran Khawarij mempunyai doktrin-doktrin pokok yang sifatnya terlalu
radikal, anarchis, yang memusuhi semua pihak dan tidak mau diatur. Pada akhirnya aliran ini
mengalami perkembangan, yaitu terpecah menjadi sub-sekte yang kecil-kecil, karena
perbedaan pandangan terhadap suatu masalah.
Ajaran Khawarij bermula dari masalah pandangan mereka tentang kufur. Kufur (orang-
orang kafir), berarti tidak percaya. Lawannya adalah iman (orang yang dikatakan mukmin)
berarti percaya.
Kefanatikan mereka yang berlebihan terhadap satu kebenaran yang mereka miliki,
menyebabkan mereka memandang kelompok muslim lain adalah salah, kafir dan musyrik.
Kefahaman mereka ke atas sumber-sumber ajaran dan hukum Islam (al-Qur’an dan
AlSunnah) yang terbatas hanya kepada makna tekstual (harfiah, literal) mengakibatkan
mereka terkadang salah menafsirkan maksud sesungguhnya dari teks tersebut. Kelebihan
Khawarij iaitu keikhlasan mengorbankan kesenangan dunia demi mencapai mardhotillah
dengan zuhud dan ibadah mereka. Meskipun demikian terjadi pula pemaksaan dalam
pelaksanaan amalah ibadah yang luar batas kemampuan manusia.

d. Aliran Mu’tazilah
Mu’tazilah adalah salah satu aliran pemikiran dalam islam yang banyak terpengaruh
dengan filsafat barat sehingga berkecenderungan menggunakan rasio sebagai dasar
argumentasi. Kelahiran dari Mu’tazilah bersama kawan-kawannya biasanya dikaitkan dengan
keluarnya Washil ibn Atha dalam pengajian/halaqoh yang diadakan bersama Gurunya Hasan
Basri, juga kaum Syi’ah dan Khawaij.
Beberapa ajaran ajaran pokok aliran Mu’tazilah :

1. Al-Manzilah bain Al Manzilataini, Prinsip ini yang menyebabkan Wasil ibn


‘Ata’memisalkan diri dari gurunya, Hasan Al-Basri . Menurutnya orang Islam yang
melakukan dosa besar (selain syirik), bukan lagi mukmin dan juga tidak menjadi kafir.
Adapun tempat di akherat tetap di neraka, tetapi lebih ringan siksanya daripada orang kafir.

2. Al-‘adl, Semua orang Muslim dan golonganya mempercayai terhadap keadilan Tuhan.
Tetapi,karena Mu’tazilah memperdalam arti keadilan dan menentukan batas-batasnya,
sehingga menimbulkan permasalahan. Bagi Mu’tazilah, keadilan Tuhan adalah meletakan
pertanggung jawaban manusia atas segala perbuatanya.

Mu’tazilah membangun kerangka pemikiranya secara rasional dengan bertujuan untuk


mensucikan Tuhan dari segala hal yang bisa menodai keesaan dan kebaikan-Nya. Untuk itu,
jika ada sebuah teks al-Quran atau Sunnah yang dianggap bisa memberikan pengertian yang
menodai keesaan dan kebaikan-Nya, mereka menakwilkan sehingga sesuai dengan apa yang
ditunjukkan dalil-dalil akal.

Kaum mu'tazilah ini telah menyebabkan akidah islam yang mudah menjadi ruwet atau
berbelit-belit, yaitu dengan memasukkan filsafat ketuhanan dan alam, yang tidak dapat
memperjelas ajaran-ajaran agama islam. kaum ini ada ajaran untuk memperbolehkan untuk
mencela para sahabat nabi bahkan dengan tindak kekerasan yang tidak selaras dengan
perjuangan-perjuangan para sahabat dalam menyiarkan islam dan mendukung Rasul.Karena
ajaran yang sesat banyak para pengikut yang pergi meninggalkan ajran tersebut dan
menyebabkan kelemahan dan keruntuhan mereka sendiri.

Diantara dokrin aliran Mutazilah yang sering muncul oleh mereka mengenai
lima prinsip pokok yang disebut al-ushul al-khamsah yaitu :
1. Tauhid
2. Keadilan Tuhan
3. Al-wa’du wal wa’id (janji dan ancaman)
4. Manzilah bainal manzilatain (tempat antara dua tempat)
5. Amar ma’ruf dan nahi munkar (perintah berbuat baik dan larangan berbuat jahat)

e. Aliran Wahabi
Ajaran wahabi merupakan salah satu aliran yang muncul pada zaman Islam sudah
mengalami kemunduran. Pendirinya melihat banyak sekali kesyirikan, kekufuran dan lain
sebagainya. Menurut pendiri ajaran wahabi ini, Islam mengalami kemunduran karena sudah
tidak murni lagi ajarannya, oleh sebab itu ia ingin memberantas syirik, khurafat, bid'ah,
tahayul dan lain-lainnya agar Islam kembali murni dengan ide-ide tajdidnya.

Istilah Wahabi dikenal semasa hidupnya, tetapi bukan atas inisiatifnya, melainkan
pemberian dari lawan-lawannya. Artinya, istilah Wahabisme merupakan bagian dari
rangkaian stigma terhadap gerakan tersebut. Sedangkan pendukungnya menamakan gerakan
mereka dengan nama "Al-Muwahhidun atau Al-Muslimin.
Gerakan wahabiyah merupakan perkembangan dari aliran salafiyah, yang pemikirannya
berpangkal pada Imam Ahmad bin Hanbal, kemudian di-konstruksikan kembali secara
sistematis oleh Ibnu Taimiyah, dan dimapankan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Tidak ada
yang baru dari gerakan Wahabi, kecuali upaya penerapannya lebih ekstrim dan memperdalam
pemahaman Syirik dan bid'ah.

Pendukung aliran ini percaya bahwa gerakan mereka adalah "gerakan reformasi" Islam
untuk kembali kepada "ajaran monoteisme murni", kembali kepada ajaran Islam
sesungguhnya, yang hanya berdasarkan kepada Qur'an dan Hadis, bersih dari segala
"ketidakmurnian" seperti praktik-praktik bid'ah, syirik dan khurafat. Sementara penentang
ajaran ini menyebut Wahhabi sebagai "gerakan sektarian yang menyimpang", "sekte
keji" dan sebuah distorsi ajaran Islam

Cara berpikir wahabi juga hanya tekstual saja dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat;
khususnya yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah ‫ﷻ‬sehingga mengindikasikan makna-
makna Jismiyah Tuhan secara lahir sebab mereka tidak mau melakukan Ta'wil alias
mengharamkannya.

Dalam bidang hukum tentang halal, haram, wahabi juga hanya mau langsung bersumber
kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah dan tidak mengakui pendapat para teologi dalam bidang
akidah, dan para ahli fikih dalam bidang hukum, menurut wahabi pendapat para pakar
tersebut tidaklah dapat dijadikan dalil; karena setiap orang berhak untuk berijtihad, bila
memenuhi persyaratannya.

Tanggapan Penulis :

Dengan berbagai sumber dan informasi yang saya ketahui. Karena banyaknya
informasi terkait masalah kesesatan yang ada pada aliran-aliran ini, maka perlu adanya kajian
yang mendalam untuk memahami aliran ini khususnya pada pokok ajaran-ajarannya sehingga
kita dapat menghindarinya atau meluruskannya. Dan juga kita sebagai umat muslim,
sebaiknya kita selalu mengikuti ajaran Islam dari sumber-sumber yang sudah otentik seperti
Al-Qur’an, Sunnah Rasul, serta Hadist yang Shahih. Dari situ baru kita bahas lebih dalam
lagi sehingga mempermudah perjalanan hidup di dunia hingga akhirat nanti.

Anda mungkin juga menyukai