Ketika Nabi SAW wafat, kaum muslimin masih bersatu dalam agama
yang mereka jalani. Klasifikasi sosial yang ada pada saat itu terdiri dari 3
golongan, yaitu orang muslim, orang kafir, dan orang munafik. Namun begitu
Nabi wafat, perselisihan diantara mereka terjadi tentang pemimpin yang
akan
menjadi
pengganti
Nabi
SAW.
Namun
akhirnya,
kekuatan
politik
seputar
kebijakan-kebijakan
Utsman
mulai
muncul
yang
terjadi
pada
Utsman
sangat
berpengaruh
terhadap
pemerintahan Ali bin Abi Tholib. Pada masa pemerintahannya terjadi perang
saudara besar-besaran antara Ali dengan kelompok Aisyah, Tholhah, dan
Zubair dalam perang jamal, kemudian terjadi perang shiffin dengan
kelompok Muawiyah bin Abi Sofyan.
dinamakan
aliran
Murjiah
(kelompok
yang
mengembalikan
seorang muslim yang fasik tidak dikatakan mukmin dan tidak dikatakan kafir
dan diakhirat nanti dia akan kelak dineraka bersama dengan orang-orang
kafir. Selain aliran tersebut diatas muncul aliran Najjariyah, Karramiyah dan
Wahhabi.
Berdasarkan data sejarah yang ada, setelah terjadinya fitnah pada
masa kholifah Utsman bin Affan kemudian aliran-aliran yang menyimpang
dari ajaran islam yang murni dan asli bermunculan satu persatu, maka pada
periode akhir generasi sahabat Nabi SAW istilah Ahlus Sunnah Wal Jamaah
mulai diperbincangkan dan dipopulerkan sebagai nama bagi kaum muslimin
yang masih setia kepada ajaran islam yang murni dan tidak terpengaruh
dengan ajaran-ajaran baru yang keluar dari mainstrem. Hal ini dapat
dibuktikan dengan memperhatikan beberapa riwayat yang menyebutkan
bahwa istilah Ahlus Sunnah Wal Jamaah diriwayatkan dari sahabat Nabi
generasi junior (sighor al-shohabah) sepert Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Ibnu
Said al-Khurdi. Ibnu Abbas (3SH-68H/619-688)
Baaitsul Hatsits, hal. 173-174, Limaadza ikhtartu Manhajas Salaf, edisi terjemahan, hal. 77-78 ).
Mereka itulah yang disebut dengan As Salaf Ahlul Hadits. Wallahu Alam bis Shawwab.
Ajaran-ajaran Ahlussunnah adalah:
1.
Megimani dan mengamalkan semuaq yang datang dari Rosulillah saw. Baik yang
tercantum di al-Quran ataupun di Hadits sebagai bukti dari sikap ubudiyyah pada Allah
2.
SWT.
Tidak mencaci makai para Sahabat Nabi, tetapi menghormati dan memintakan ampunan
3.
untuk mereka.
Bersedia untuk taqlid pada Ijtihad para Ulama Madzahib dalam berbagai masail diniyah
4.
5.
6.
mengalami perubahan.
Tidak beranggapan bahwa Imamah adalah rukum Iman, namun sebagai kewajiban /
7.
8.
9.