Anda di halaman 1dari 15

TUGAS UJIAN PRAKTIK AKIDAH AKHLAK

“TA’AWUN”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kelas Ix


Bidang Study Akidah Akhlak

DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 MAGELANG


TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah nya sehinga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
Tugas Ujian Praktik Akidah Akhlak yang bertemakan “TA’AWUN”
Sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
senantiasa kita harapkan syafaatnya kelak di hari kiamat.
Penyusun menyadari bahwa proses pembuatan makalah ini tidak lah
mudah dan memiliki banyak kendala. Sehingga penyusunan makalah ini sangatlah
jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari kekurangan-kekurangannya. Dengan
rendah hati, penyusun sangat mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun dan memperbaiki makalah ini sehingga menjadi lebih baik dalam
penyusunan dimasa mendatang.
Banyak bimbingan serta arahan yang diperoleh dari berbagai pihak
terutama Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak demi terwujudnya makalah ini Untuk
itu, kami ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak khususnya
kepada :
1. H.Tasimin,S. Ag. M. S. I. selaku kepala sekolah MTsN 4 Magelang
2. Bapak ………Selaku Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak
3. Bapak……….Selaku Wali Kelas
4. Teman-teman sekelas dan sekelompok kami.
Penyusun berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.semoga segala bantuan do’a dan motiasi dari berbagai pihak yang telah
membantu penyelesaian tugas ini mendapat ridho dari Allah Swt. Amiiiin.

Magelang 25 Februari 2019

i|MTsN 4 Magelang
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Ta`Awun .................................................................................. 3
2.2 Ayat/dalil yang menerangkan Ta’awun dalam kebaikan ............................ 3
2.3 Klasifikasi Manusia dalam Ta’awun. .......................................................... 7
2.4 Dampak Positif Ta’awun ............................................................................ 8
2.5 Cara Mewujudkan Sikap Ta’awun ............................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 11
3.2 Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12

ii | M T s N 4 M a g e l a n g
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sikap tolong menolong/Ta’awun adalah ciri khas umat muslim sejak masa
Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam. Pada masa itu tak ada seorang muslim
pun membiarkan muslim yang lainnya kesusahan, hal ini tergambar jelas ketika
terjadinya hijrah umat muslim Mekkah ke Madinah, kita tahu bahwa kaum ansor
atau Muslim Madinah menerima dengan baik kedatangan mereka yang seiman
dengan sambutan yang meriah, kemudian mempersilahkan segalanya bagi para
muhajirin. Hal ini juga banyak ditegaskan dalam al-Qur’an,

‫وف َو َي ْن َه ْو َن ع َِن‬ َ ‫ض يَأ ْ ُم ُر‬


ِ ‫ون ِبا ْل َم ْع ُر‬ ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْو ِليَا ُء بَ ْع‬
ُ ‫ون َوا ْل ُم ْؤ ِمنَاتُ َب ْع‬
َ ُ‫َوا ْل ُم ْؤ ِمن‬
َ َ‫سو َلهُ أُو َٰ َلئِك‬
‫سيَ ْر َح ُم ُه ُم‬ ُ ‫َّللا َو َر‬
َ ‫ون‬ َ ُ‫ون الزكَاةَ َويُ ِطيع‬ َ ُ ‫ون الص ََلةَ َويُ ْؤت‬ َ ‫ا ْل ُمنك َِر َويُ ِقي ُم‬
ٌ ‫َّللا ع َِز‬
‫يز َح ِكي ٌم‬ َ ‫َّللاُ إِن‬
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah Subḥānahu wa Ta’ālā: sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.. (At-Taubah Ayat 71)
Ayat tersebut menerangkan bahwa setiap muslim adalah sama di mata
Allah Subḥānahu wa Ta’ālā kecuali karena perbuatan mereka dan keimanan
mereka. Dalam makalah kami, kami hanya membahas tentang ayat-ayat al-Qur’an
yang menerangkan tolong menolong (Ta’awun) dalam hal kebaikan, dan tidak
membahas tentang tolong menolong (ta’awun) dalam hal kemungkar atau
kebathillan (Hal yang tidak baik).
Ibnu Huwaiz, sebagaimana dikutip al-Qurthubi di dalam tafsirnya
menjelaskan, ta’awun ala al-bir wa al-taqwa adalah akhlak Islam. Akhlak seorang
Muslim yang saling memberi dan memperkuat sesuai kemampuannya.

1|MTsN 4 Magelang
Orang berilmu menolong dengan ilmu serta mengamalkannya. Mereka
yang berharta membantu dengan kekayaannya. Orang yang kuat melindungi dan
memperkuat (perjuangan) di jalan Allah.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini
kami memperoleh hasil yang diinginkan, maka saya sebagai penyusun
mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:
1. Apa pengertian Ta’awun
2. Apa sajakah Ayat/dalil tentang Ta’awun
3. Apa dampak positif Ta’awun
4. Bagaimana cara mewujudkan sikap Ta’awun

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kelas IX Bidang Study Akidah Akhlak
2. Untuk mengetahui pengertian Ta’awun
3. Untuk mengetahui Ayat-ayat tentang Ta’awun
4. Untuk mengetahui dampak Positif Ta’awun
5. Untuk mengetahui cara mewujudkan sikap Ta’awun

2|MTsN 4 Magelang
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ta`Awun


Taawun artinya sikap tolong menolong, bantu-membantu, dan bahu-
membahu antara satu dengan yang lain. Taawun juga dapat diartikan sebagai
sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki dan saling membutuhkan antara satu
dengan yang lainnya, sehingga dapat mewujudkan suatu pergaulan yang
harmonis dan rukun.
Hikmah Sikap Taawun
1. Dapat memiliki banyak teman dan saudara.
2. Dapat menjalin kebersamaan dan kekeluargaan.
3. Mendapat pahala dari Allah.
4. Tercipta kehidupan yang harmonis didalam masyarakat.

2.2 Ayat/dalil yang menerangkan (Ta’awun) dalam kebaikan


Tolong menolong (Ta’awun) dalam al-Qur’an disebut beberapa kali,
diantaranya yaitu 5:2, 8:27, 18:19, 3:110, dan juga dalam beberapa ayat lainya.
1. a. al-Maidah Ayat 2

َ ‫ان َواتقُوا‬
َ‫َّللا إِن َّللا‬ ِ ‫اْلثْ ِم َوا ْلعُد َْو‬
ِ ْ ‫علَى‬ َ َ‫علَى ا ْلبِ ِ ِّر َوالت ْق َو َٰى َو َل تَع‬
َ ‫اونُوا‬ َ ‫اونُوا‬
َ َ‫َوتَع‬
﴾٢ :‫ب﴿المائدة‬ ِ ‫شدِي ُد ا ْل ِعقَا‬
َ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
b. Sebab Turunya Ayat
Menurut Zaid bin Aslam menuturkn, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan Rasulullah dan para sahabat saat berada di Hudaibiyyah, yang di halangi
orang-orang musyrikinuntuk sami ke Baitullah, keadaan ini membuat sahabat
marah, suatu ketika, dari arah timur, beberapa orang musyrikin yang akan umrah
berjalan melintasi mereka. Para sahabat pun berkata, bagimana jika kita juga
menghalangi mereka, sebagaimana kita pernah di halang-halangi.

3|MTsN 4 Magelang
c. Penjelasan Ayat
Makna al-birru (‫ )ا ْل ِب ِ ِّر‬dan at-taqwa (‫ ) الت ْق َوى‬Dua kata ini, memiliki hubungan
yang sangat erat.Karena masing-masing menjadi bagian dari yang lainnya.
Secara sederhana, al-birru (‫ ) ا ْلبِ ِ ِّر‬bermakna kebaikan. Kebaikan dalam hal ini
adalah kebaikan yang menyeluruh, mencakup segala macam dan ragamnya yang
telah dipaparkan oleh syariat.
“Al-Birru adalah satu kata bagi seluruh jenis kebaikan dan kesempurnaan
yang dituntut dari seorang hamba. Lawan katanya al-itsmu (dosa) yang maknanya
adalah satu ungkapan yang mencakup segala bentuk kejelekan dan aib yang
menjadi sebab seorang hamba sangat dicela apabila melakukannya”.(Imam Ibnul
Qayyim)
Allah Subḥānahu wa Ta’ālā mengajak untuk saling tolong-menolong dalam
kebaikan dengan beriringan ketakwaan kepada-Nya. Sebab dalam ketakwaan,
terkandung ridha Allah. Sementara saat berbuat baik, orang-orang akan menyukai.
Barang siapa memadukan antara ridha Allah dan ridha manusia, sungguh
kebahagiaannya telah sempurna dan kenikmatan baginya sudah melimpah.
“Allah Subḥānahu wa Ta’ālā memerintahkan hamba-hamba-Nya yang
mukmin agar saling berta’awun di dalam aktivitas kebaikan yang mana hal ini
merupakan al-Birr, kebajikan) dan agar meninggalkan kemungkaran yang mana
hal ini merupakan at-Taqwa. Allah melarang mereka dari saling bahu membahu di
dalam kebatilan dan tolong menolong di dalam perbuatan dosa dan keharaman.”(
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anil Azhim)
Sebagai contoh sikap saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ قال رسول هللا‬: ‫حدثنا مسدد حدثنا معتمر عن حميد عن أنس رضي هللا عنه قال‬
‫ قالوا يا رسول هللا هذا‬. ) ‫صلى هللا عليه و سلم ( انصر أخاك ظالما أو مظلوما‬
) ‫ننصره مظلوما فكيف ننصره ظالما ؟ قال ( تأخذ فوق يديه‬

Diriwayatkan dari Musadad, diriwayatkan dari Mu’tamar, dari Anas. Anas


berkata: Rasulullah bersabda: Bantulah saudaramu, baik dalam keadaan sedang
berbuat zhalim atau sedang teraniaya. Anas berkata: Wahai Rasulullah, kami akan
menolong orang yang teraniaya. Bagaimana menolong orang yang sedang

4|MTsN 4 Magelang
berbuat zhalim?” Beliau menjawab: “Dengan menghalanginya melakukan
kezhaliman. Itulah bentuk bantuanmu kepadanya.
Orang berilmu membantu orang lain dengan ilmunya. Orang kaya
membantu dengan kekayaannya. Dan hendaknya kaum Muslimin menjadi satu
tangan dalam membantu orang yang membutuhkan. Jadi, seorang Mukmin
setelah mengerjakan suatu amal shalih, berkewajiban membantu orang lain
dengan ucapan atau tindakan yang memacu semangat orang lain untuk beramal.
Hubungan kedua, antara seorang hamba dengan Rabbnya tertuang dalam
perintah ‘Dan bertakwalah kamu kepada Allah’. Dalam hubungan ini, seorang
hamba harus lebih mengutamakan ketaatan kepada Rabbnya dan menjauhi
perbuatan untuk yang menentangnya.
Kewajiban pertama (antara seorang hamba dengan sesama) akan tercapai
dengan mencurahkan nasehat, perbuatan baik dan perhatian terhadap perkara ini.
Dan kewajiban kedua (antara seorang hamba dengan Rabbnya), akan terwujud
melalui menjalankan hak tersebut dengan ikhlas, cinta dan penuh pengabdian
kepada-Nya.
Hendaknya ini dipahami bahwa sebab kepincangan yang terjadi pada seorang
hamba dalam menjalankan dua hak ini, hanya muncul ketika dia tidak
memperhatikannya, baik secara pemahaman maupun pengamalan.
2. a. Al-Anfal 73

‫ض إِل ت َ ْفعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي‬ ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْو ِليَا ُء بَ ْع‬


ُ ‫ِين َكفَ ُروا بَ ْع‬
َ ‫َوالذ‬
﴾٧٣ :‫ير ﴿اْلنفال‬ َ َ‫ض َوف‬
ٌ ِ‫سا ٌد َكب‬ ِ ‫ْاْل َ ْر‬
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi
sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang
telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan
kerusakan yang besar.
b. Sebab Turunya Ayat
Menurut Abu Malik, ayat ini diturunkan berkenaan dengan seseorang laki-laki yang
suatu ketika bertanya kepada Rasulullah, apakah kita boleh memberikan harta
warisan kepada keluarga kita yang musyrik atau menerimanya dari mereka?.

5|MTsN 4 Magelang
c. Penjelasan Ayat
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa semua orang kafir meskipun
berlainan agama dan aliran, karena ada di antara mereka yang musyrik, Nasrani,
Yahudi dan sebagainya dan meskipun antara mereka sendiri terjadi perselisihan
dan kadang-kadang permusuhan, mereka semua itu adalah sama-sama menjadi
kawan setia antara sesama mereka dalam berbagai urusan. Sebagian mereka
menjadi pemimpin bagi yang lain bahkan kadang-kadang mereka bersepakat
untuk memusuhi dan menyerang kaum Muslimin seperti terjadi pada perang
Khandaq. Di waktu turunnya surah ini dapat dikatakan bahwa yang ada hanya
kaum musyrikin dan Yahudi. Orang Yahudi sering mengadakan persekutuan
dengan kaum musyrikin dan menolong mereka dalam menghadapi kaum Muslimin
bahkan kerap kali pula mengkhianati perjanjian sehingga mereka diperangi oleh
kaum Muslimin dan diusir dari Khaibar keluar kota Madinah. Jadi wajiblah kaum
Muslimin menggalang persatuan yang kokoh dan janganlah sekali-kali mereka
mengadakan janji setia kawan dengan mereka atau mempercayakan kepada
mereka mengurus urusan kaum Muslimin, karena hal itu akan membawa kepada
kerugian besar atau malapetaka. Allah memperingatkan bila hal ini tidak
diindahkan, maka akan terjadilah fitnah dan kerusakan di muka bumi.
Sementara itu dalam Tafsir Jalalain Surah Al Anfaal 73 ditafsirkan:

‫"والذين كفروا بعضهم أولياء بعض" في النصرة واْلرث فَل إرث بينكم‬
‫وبينهم "إل تفعلوه" أي تولي المسلمين وقمع الكفار "تكن فتنة في‬
‫اْلرض وفساد كبير" بقوة الكفر وضعف اْلسَلم‬
Yang bermakna “Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi
pelindung bagi sebagian yang lain”. Ditafsirkan bahwa dalam hal saling tolong-
menolong dan saling waris-mewarisi, maka tidak ada saling waris-mewarisi antara
kalian dan mereka. (Jika kalian tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan
Allah itu) yakni melindungi kaum Muslimin dan menekan orang-orang kafir
(niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar) karena
kekafiran bertambah kuat sedangkan Islam makin melemah keadaannya.

6|MTsN 4 Magelang
2.3 Klasifikasi Manusia dalam Ta’awun.
1. Al- mu’in wal Musta’in
Yaitu orang yang memberi pertolongan dan juga minta tolong. Orang ini
memiliki sikap timbal balik dan inshaf (seimbang). Ia laksanakan kewajibannya dan
ia juga mengambil apa yang menjadi haknya. Ia seperti orang yang berutang ketika
sangat butuh, dan mengutangi orang lain ketika sedang dalam kecukupan.
2. La Yu’in wa la Yasta’in
Yaitu orang yang tidak mau menolong dan juga tidak minta tolong. Ia ibarat
orang yang hidup sendirian dan terasing, tidak mendapatkan kebaikan, namun
juga tidak mendapat kejelekan orang. Dia tidak dicela karena tidak pernah
mengganggu, namun tidak pernah mendapatkan kebaikan dan ucapan terima
kasih karena tidak melakukan sesuatu untuk orang lain. Namun posisinya lebih
dekat pada posisi tercela.
3. Yasta’in wa la Yu’in.
Yaitu orang yang maunya minta tolong saja, namun tidak pernah mau
menolong. Ia adalah orang yang paling tercela, terhina dan terendah. Ia sama
sekali tidak punya semangat berbuat baik dan tidak punya perasaan khawatir
mengganggu orang. Tidak ada kebaikan yang diharapkan dari orang bertipe ini,
maka cukuplah seseorang dianggap hina jika ketidakberadaannya membuat orang
lain lega dan merdeka. Ia tidak mendapatkan loyalitas dan ukhuwah. Dan di
masyarakat, ia bahkan sering menjadi penyakit dan racun yang mengganggu.
4. Yu’in wa la Yasta’in
Yaitu orang yang selalu menolong orang lain, namun dia tidak meminta
balasan pertolongan mereka. Ini merupakan orang yang paling mulia dan berhak
mendapatkan pujian. Dia telah melakukan dua kebaikan dalam hal ini, yaitu
memberi pertolongan dan menahan diri dari mengganggu orang. Tidak pernah
merasa berat di dalam memberi bantuan dan tidak pernah mau berpangku tangan
ketika ada orang lain butuh pertolongan.

7|MTsN 4 Magelang
2.4 Dampak Positif Ta’awun
1. Dengan tolong-menolong, pekerjaan akan dapat terselesaikan dengan
lebih sempurna. Sehingga jika ada kekurangan, maka yang lain dapat
menutupinya.
2. Dengan ta’awun dakwah akan lebih sempurna dan tersebar.
3. Ta’awun dan berpegang teguh kepada al-jama’ah adalah perkara ushul
(pokok) dalam ahlus sunnah wal jama’ah. Dengan tolong-menolong, maka
telah terealisasi salah satu pokok ajaran Islam
4. Dengan saling menolong dan kerja sama, maka akan memperlancar
pelaksanaan perintah Allah, membantu terlaksananya amar ma’ruf dan
nahi munkar. Saling merangkul dan bergandeng tangan akan menguatkan
antara satu dengan yang lain, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Rasulullah Sallallahu ‘alahi wasallam.
5. Ta’awun melahirkan cinta dan belas kasih antara orang yang saling
menolong dan menepis berbagai macam fitnah.
6. Ta’awun mempercepat tercapainya target pekerjaan, dengannya pula
waktu dapat dihemat. Sebab waktu amat berharga bagi kehidupan seorang
muslim.
7. 7. Ta’awun akan memudahkan pekerjaan, memperbanyak orang yang
berbuat baik, menampakkan persatuan dan saling membantu. Jika
dibiasakan, maka itu akan menjadi modal kehidupan sebuah ummat.

2.5 Cara Mewujudkan Sikap Ta’awun


1. Mengerti Masalah Khilaf.
Perbedaan pendapat itu ada dua macam, yaitu perbedaan
tanawwu’(variatif) dan perbedaan tadhad (kontradiktif). Perbedaan tanawwu’
adalah perbedaan yang hanya menyangkut jenis dan macam amalan dan
bukan masalah yang prinsip sehingga tidak diperbolehkan mengingkari
pelakunya. Orang yang tidak faham masalah ini akan menganggap, bahwa
setiap perbedaan adalah berlawanan (tadhad) dan bertentangan, sehingga
siapa saja yang tidak sama dengannya dianggap sebagai lawan atau musuh.
Masuk dalam perbedaan tanawwu’ yaitu perbedaan bidang kerja dan
spesialisasi orang perorang. Ada yang memiliki kemampuan dalam bidang
tulis-menulis, ada yang pandai berorasi, ada yang mampu berinfaq

8|MTsN 4 Magelang
membangun masjid atau sekolah dan ada yang menangani bidang sosial
kemanusiaan dst. Maka dalam hal ini, seseorang tidak boleh mencela yang
lainnya, saling mengejek dan menganggap apa yang ia kerjakan adalah yang
paling baik.
2. Menjauhi Penyakit Hati.
Kerja sama dan saling menolong tidak akan terealisasi, jika masing-masing
elemen terkena penyakit hati, seperti hasad (dengki), benci dan dendam,
amarah dan saling buang muka. Semua itu akan menyebabkan perpecahan
serta menjadi penghalang dari terjalinnya ta’awun.
3. Mensosialisasikan Hadits Nabi Sallallahu ‘alahi wasallam, yang
menjelaskan,
bahwa orang-orang mukmin di dalam saling cinta, bergandengan dan berkasih
sayang, seperti satu tubuh. Jika satu anggota sakit, maka bagian tubuh yang
lain juga akan merasakan sakit.
4. Memperbaiki Hubungan Sesama Muslim.
Memperbaiki hubungan sesama muslim sangat mendukung terlaksananya
ta’awun. Dengan hubungan yang baik, akan mencegah permusuhan dan
menyambung tali ta’awun dan ukhuwah. Allah Ta’ala berfirman, “Sebab itu
bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara saudaramu.”
(al-Hujurat:10).
5. Menyatukan Barisan dan Meminimalisir Perbedaan.
Dengan anjuran agar saling mempererat hubungan dan tolong-menolong serta
menjauhi perpecahan umat, maka persatuan sangat mungkin diraih. Kita
sadar, bahwa di antara tipu daya orang-orang kafir dan munafik adalah dengan
mencerai beraikan persatuan dan melemahkan semangat ta’awun.
6. Membudayakan Sikap Ringan Tangan.Yaitu membiasakan diri agar
mudah
memberi bantuan kepada sesamamuslim, dan merasa senang dengannya.
Merasa berat, dan enggan jika dimintai bantuan.
7. Menyadari Bahwa Ta’awun adalah Sebuah Keharusan di Setiap Tempat.
Baik dengan anggota keluarga, sesama muslim dan tetangga, maka kapan
seseorang merasa bahwa ta’awun adalah sebuah keharusan, maka dengan
sendirinya ia akan cepat terealisasi.
8. Membiasakan Tepat Waktu.

9|MTsN 4 Magelang
Disiplin dan tepat waktu ketika melakukan pekerjaan bersama akan
menumbuhkan semangat ta’awun. Karena ini menunjukkan adanya perhatian
dan anggapan penting akan pekerjaan tersebut.
8. Pembagian Kerja.
Membagi pekerjaan sesuai kemampuan dan keahlian masing-masing , sangat
membantu proses ta’awun. Sebab seseorang yang melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan bidangnya akan merasa senang dan menjadikan kerja sama
lebih kuat dan membuahkan hasil yang efisien dan optimal .
10. Menyadari Pentingnya Da’wah. Dengan mengetahui pentingnya da’wah
dan tujuan yang akan dicapai, maka akan mempererat jalinan ta’awun. Sebab
seorang da’i pasti membutuhkan pihak-pihak yang membantu dan
mendukungnya.

10 | M T s N 4 M a g e l a n g
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tolong menolong (Ta’awun) dalam al-Qur’an disebut beberapa kali
diantaranya yaitu 5:2, 8:27.
Allah mengajak untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dengan
beriringan ketakwaan kepada-Nya. Sebab dalam ketakwaan, terkandung ridha
Allah. Sementara saat berbuat baik, orang-orang akan menyukai. Barang siapa
memadukan antara ridha Allah dan ridha manusia, sungguh kebahagiaannya telah
sempurna dan kenikmatan baginya sudah melimpah.dalam hal saling tolong-
menolong dan saling waris-mewarisi, maka tidak ada saling waris-mewarisi antara
kalian dan mereka. (Jika kalian tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan
Allah itu).
Adapun hikmah dari tolong menolong (Ta’awun) antara lain yaitu,
Menciptakan hidup yang tentram dan harmonis dan jugaMenumbuhkan rasa
gotong-royong antar sesama

3.2 Saran
Dengan penjelasan tentang sikap ta’awun diatas kita bisa lebih mengerti
apa itu sikap Ta’awun, jadi kita sebagai manusia diharuskan tolong menolong,
karena sikap tolong dapat mewujudkan kekompakan, kekeluargaan dll

11 | M T s N 4 M a g e l a n g
DAFTAR PUSTAKA
Asuyuti, Jalaluddin. Muhammad bin Ahmad Mahali dan Jalajuddin Abdurrahman
bin Abu Bakar, Tafsir Jalalain, al-Haramain Jaya Indonesia, ttp, Cet 6, 2008
Departemen agama RI, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid, Kalim, Pondok Karya
Permai, Banten, tth
Din, (al). Abu ‘AbduAllah Ibn Ahmad Ibn Abu Bakar Ibn farh al-Anshari al-Khazraji
Syamsy -, Al-Jâmi’ li Ahkâmil-Qur‘ân, tahqîq: ‘Abdur-Razzaq al-Mahdi, Dâr Al-
Kitab Al-‘Arabi, Bairut, Cet 2, 1421 H
Jak”fi, (al). Muhammad bin Isma’il abu “abdullah Bukhari, tahqiq: Mustofa, al-Jami
sahih al-Muhtasar, Dar ibnu Katsir, Bairut. Cetakan ke3, 1407-1987
Maghfiroh, Bahrul. “tolong menolong dalam kebaikan” dalam http://.blogspot
.com/2013/09/tolong-menolong-dalam-kebaikan/.html (diunduh 02-12-2015)
Zahil. “tafsir surat al-maidah ayat 2”dalamhttp://blog.wordpress.com/2012/05/
30/tafsir-surat-al-maidah-ayat-2/.html (diunduh 28-11-2014)

12 | M T s N 4 M a g e l a n g

Anda mungkin juga menyukai