Anda di halaman 1dari 20

Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Materi PAI SMA/SMK Drs. H Sofrayani , M.Pd.I

“HIKMAH RUKUN ISLAM”

Oleh:
KELOMPOK 2
NAMA NPM
BAYU SISWANTO 17.12.4446
NORLIYANA 18.12.4579
SITI NUR HIDAYAH 18.12.4612
SYAIFUL ASLAMI 18.12.4619

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KONSENTRASI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2020/202
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Hikmah Rukun Islam” ini dalam mata kuliah “Materi PAI
SMA/ SMK”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Banjarbaru, 12-03-2021

Penyusun
Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Rukun Islam.................................................................2


B. Rukun-Rukun Islam dan Hikmahnya............................................3
C. Makna dua kalimat syahadat..........................................................11
D. Lafal syahadat yang benar.............................................................12
E. Upaya keseharian untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan iman...............................................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................16
B. Saran..............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rukun Islam adalah pokok-pokok utama ajaran islam. Kita semua sebagai manusia yang
beragama islam harus berpegang teguh kepada ajaran Allah yakni ajaran islam. Dengan
berpegang teguh kepada ajaran agama Allah, maka hidup kita akan selamat di dunia maupun
di akhirat. Sebagai seorang muslim (islam) wajib melaksanakan perintahnya agar hidup di
dunia maupun di akhirat mendapat kebahagiaan dan keberuntungan. Adapun rukun islam
ada 5 yaitu, Membaca dua kalimah Syahadat, mendirikan Shalat 5 waktu , membayar zakat,
menjalankan puasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan Haji.

Mengenai hikmah yang dapat di ambil dari kita menjalankan rukun Islam ini akan
dibahas dalam bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Rukun Islam itu sendiri?
2. Apa itu Rukun-Rukun Islam dan sebutkan hikmahnya?
3. Apa Makna dua kalimat syahadat?
4. Bagaimana lafal syahadat yang benar?
5. Apa upaya keseharian untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan iman?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian rukun Islam
2. Untuk mengetahui rukun-rukun Islam dan hikmahnya
3. Untuk mengetahui makna dua kalimat syahadat
4. Untuk mengetahui lafal syahadat yang benar
5. Untuk mengetahui upaya keseharian untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
iman.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rukun Islam


Rukun Islam adalah pokok pokok utama ajaran islam. Kita semua sebagai manusia yang
beragama islam harus berpegang teguh kepada ajaran Allah yakni ajaran islam. Dengan
berpegang teguh kepada ajaran agama Allah, maka hidup kita akan selamat didunia maupun
diakhirat. Sebagai seorang muslim (islam) wajib melaksanakan perintahnya agar hidup
didunia maupun diakhirat mendapat kebahagiaan dan keberuntungan. 1
Seseorang dikatakan sebagai seorang muslim atau tidak dapat ditentukan melalui
beberapa indikator, dimana indikator tersebut di wujudkan dalam lima amalan utama yang
diajarkan dalam islam. Lima amalan indikator tersebut dikenal sebagai rukun islam. Jadi, bila
anda ingin dikatakan sebagai seorang muslim yang sesungguhnya, maka anda seharusnya
mengamalkan rukun islam.
Terdapat beberapa hadis yang menyebutkan tentang rukun islam, diantaranya adalah
berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang menyebutkan bahwa
Nabi Muhammad pernah bersabda kepada para sahabat :
“Agama Islam berdiri atas lima dasar utama, yakni mengucapkan dua kalimat syahadat
yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan mengerjakan
haji ke makkah.”
Adapula dari sahabat nabi Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khatab yang
mengatakan bahwa beliau pernah mendengar Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam
bersabda, bahwa islam berdiri dan dibangun atas lima hal utama, yakni:
“Menyatakan kesaksian atas keesaan Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan Nya,
mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, pergi haji dan berpuasa saat ramadhan.”
Begitu pentingnya rukun islam sehingga menjadi patokan indikator yang mampu
menentukan seseorang dianggap sebagai seorang muslim atau bukan. Oleh karena itu,
sebagai seorang muslim sejati kita harus benar-benar menjalankan dan menghayati apa yang

1
Yunuardi syukur,Mukjizat Gerakan Sholat. (jakarta: pustaka makmur 2014) hal 7.8

2
ada dalam rukun islam. Meskipun berupa kegiatan fisik, namun pemahaman makna rukun
islam sangatlah penting.2

B. Rukun-Rukun Islam dan Hikmahnya


Rukun islam terdiri dari lima hal, yakni:

1. Mengucapkan dua kalimat syahadat


2. Mendirikan shalat
3. Mengerjakan puasa di bulan ramadhan
4. Mengeluarkan zakat
5. Naik haji bila mampu

Adapula dari sahabat nabi Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khatab yang
mengatakan bahwa beliau pernah mendengar Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam
bersabda, bahwa islam berdiri dan dibangun atas lima hal utama, yakni:

“Menyatakan kesaksian atas keesaan Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan Nya,
mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, pergi haji dan berpuasa saat ramadhan.”

Begitu pentingnya rukun islam sehingga menjadi patokan indikator yang mampu
menentukan seseorang dianggap sebagai seorang muslim atau bukan. Oleh karena itu,
sebagai seorang muslim sejati kita harus benar-benar menjalankan dan menghayati apa yang
ada dalam rukun islam. Meskipun berupa kegiatan fisik, namun pemahaman makna rukun
islam sangatlah penting.

1. Rukun Islam yang Ke-1: Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat

Syahadat adalah bentuk mashdar (kata dasar) dari kata syahida-yasyhadu yang secara
bahasa mempunyai banyak arti, dan untuk menentukan arti mana yang cocok untuk
sebuah perkataan, maka hal itu ditentukan oleh dua hal. Pertama, situasi atau keadaan
suatu perkataan itu diucapkan. Kedua, konteks kalimat (susunan kata). Berkaitan dengan
pembahasan dua kalimat syahadat, maka arti yang tepat adalah ucapan yang keluar
berdasarkan ilmu yang dihasilkan dari pemikiran atau penglihatan (Kusnadi, 2009).

2
https://thegorbalsla.com/rukun-islam/ diakses pada hari jumat , tanggal11 maret 2021 pukul 15.00

3
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (t.t.) menyatakan makna syahadat sebagai
pengakuan, pembenaran, dan keyakinan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali
Allah dan tiada sekutu bagi-Nya. Secara menyeluruh syahadat merupakan keyakinan dan
pengakuan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah, lalu berkomitmen
dengannya dan mengamalkan tuntunan-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa syahadat merupakan kesaksian


bahwa “tiada tuhan selain Allah” dan “Muhammad adalah utusan Allah”, diwujudkan
dalam bentuk keimanan dengan syahadat, dengan merasakan dan menjiwainya. Yang
diamaksud internalisasi syahadat adalah upaya yang sungguh-sungguh guna menanamkan
syahadat di dalam hati, dengan penuh kesadaran antara gerak ruhani dan gerak jasmani,
secara personal, tanpa melibatkan orang lain. Jadi internalisasi syahadat adalah sebuah
proses atau cara menanamkan nilai-nilai atau syahadat yang menentukan tingkah laku
yang diinginkan bagi suatu sistem yang sesuai dengan tuntunan Islam menuju
terbentuknya kepribadian yang berakhlak mulia. Aktualisasi dari internalisasi syahadat
tersebut yaitu berupa pembenaran hati, pengakuan dengan lisan, dan mengamalkan
dengan perbuatan / perilaku.

Hikmahnya menurut Agustian (2003) menyatakan bahwa kalimat syahadat merupakan


cermin komitmen dari rukun iman. Apabila keyakinan bersyahadat ini telah ditanamkan
kuat-kuat dalam hati, maka keyakinan itu akan berubah menjadi suatu kekuatan yang
mendorong setiap jiwa manusia bergerak pada hal yang positif. Inilah sumber kekuatan
tak terperi bagi orang yang beriman dan bertakwa yang akan memunculkan keberanian,
sekaligus keyakinan, optimisme, juga ketenangan batin yang mengarahkan emosi,
pikiran, dan perilakunya pada hal-hal positif yang dirihai Allah.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan menginternalisasikan syahadat dengan cara


benar-benar meyakini dan mengamalkannya, maka seseorang akan cenderung
mempunyai pikiran yang positif. Hal ini dikarenakan berpikir positif merupakan salah
satu perilaku yang dianjurkan dalam Islam dan diridhai Allah. Dengan berpikir positif
seseorang akan dapat mengambil manfaat dan pelajaran dalam kehidupan dan

4
lingkungannya. Sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 269, yang
artinya:

“... Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang
mempunyai akal sehat”.

Syahadat memiliki dampak besar bagi psikologis seseorang yang membacanya, yaitu
berupa perasaan tenang karena ia hanya ber”ilah” pada Tuhan yang satu. Elfiky (2008)
menyatakan bahwa dengan senantiasa mendekat kepada Allah, bertawakal, dan bersyukur
kepada-Nya, maka akan selalu mengarahkan pikiran pada hal-hal yang positif.
Kebahagiaan, kesedihan, senang, kekecewaan, dan juga kemarahan adalah produk mental
yang diproduksi oleh beberapa bagian otak sekaligus.3

2. Rukun Islam yang Ke-2: Mendirikan Shalat


Tak hanya sebagai syarat menjadi seorang muslim, shalat juga merupakan kewajiban
bagi seluruh umat muslim di dunia. Shalat merupakan suatu ibadah yang dilakukan
dengan rangkaian gerakan dan doa. Terdapat lima shalat wajib yang harus dikerjakan
oleh umat muslim. Selebihnya merupakan shalat yang di sunnahkan dan tidak di
wajibkan untuk dikerjakan.
Lima waktu shalat tersebut terdiri dari shalat subuh, shalat dhuhur, shalat ashar, shalat
maghrib, dan shalat isya’.
Hikmah shalat menurut Hasbi Ash-Shiddieqy adalah mendidik para manusia
berorganisasi, mengutamakan peraturan dan membiasakan rajin dan tangkas. Lanjutnya,
sembahyang itu membiasakan kita memelihara dan menjaga waktu serta membiasakan
kita mengerjakan sesuatu di masa-masa yang sudah ditentukan. Sehubungan dengan itu,
Qodri A. Azizy berpendapat, bahwa dari aspek keteraturan pelaksanaan, shalat dapat
membentuk pribadi disiplin dan mampu mewujudkan etika penghargaan waktu. Jadi,
seorang yang mendapat pelajaran dari shalatnya tentulah ia bersifat disiplin dan
menghargai waktu dengan sebaik-baiknya.4

3
Safrilsyah, Psikologi Ibadah Dalam Islam, (Banda Aceh: Lembaga Naskah Aceh NASA, 2013), cet. 1, hal 17-58
4
Ahmad Qodri A. Azizy, Islam dan Permasalahan Sosial : Mencari Jalan Keluar, (Yogyakarta: LKiS, 2000), hlm.
200.

5
Hikmah-hikmah dalam shalat terutama dari segi peribadatan danketundukkan hamba
kepada Tuhan-Nya dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental dan mewarnai
kepribadian seseorang. Gerakan-gerakan dalam shalat seperti mengangkat tangan ketika
takbir, sujud, ruku’ dan sebagainya dapat bermanfaat menghimpun anggota-anggota lahir
dalam rangka mengarahkan tenaga-tenaga batin dengan tujuan ta’dzim dan tunduk
kepada Allah, sedangkan bacaan-bacaan yang ada dalam sholat adalah sebagai bukti
pengakuan manusia.5

3. Rukun Islam yang Ke-3: Mengerjakan Puasa di Bulan Ramadhan

Di dalam Al Qur’an, perintah untuk berpuasa disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat
183: Allah pernah berfirman, yang isinya

“Hai orang-orang yang beriman di wajibkan atas kamu berpuasa dan di wajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”

Ayat ini menunjukkan bahwa puasa tak hanya untuk umat muslim, namun umat
terdahulu pun pernah diperintahkan berpuasa.

Sedangkan secara umum hikmah Puasa Ramadhan Bagi Umat Islam yaitu:

a) Meningkatkan Ketaqwaan Pada Allah SWT


b) Latihan Untuk Mengontrol Hawa Nafsu
c) Berusaha Merubah Diri Menjadi Lebih Baik
d) Ikut Merasakan Penderitaan Orang yang Tidak Mampu
e) Baik Bagi Kesehatan Jasmani.

4. Rukun Islam yang Ke-4: Mengeluarkan Zakat

Zakat merupakan kewajiban yang harus dijalankan setiap muslim. Zakat sendiri
berasal dari kata dasar (masdar) zakā yang berarti tumbuh, berkah , bersih dan baik.
Sesuatu itu zakā berarti tumbuh dan berkembang dan seseorang itu zakāberarti orang itu
baik.

5
Sulaiman Al-Kumayi, Shalat Penyembahan & Penyembuhan, (Jakarta: Erlangga), hlm. 80.

6
Kata amwāl jamak dari kata mal yang dapat diartikan segala sesuatu yang diinginkan
sekali oleh manusia untuk memiliki dan menyimpannya. Mula mula kekayaan sepadan
dengan emas dan perak, namun berkembang menjadi segala barang yang dimiliki dan
disimpan. Menurut istilah zakat māl dapat diartikan sebagian harta yang disisihkan secara
sengaja oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan islam untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya.

Kewajiban atau kefardhuan zakat merupakan jalan yang paling utama untuk
menyelesaikan kesejangan sosial. Disamping itu, zakat merupakan formula yang paling
kuat untuk merealisasikan sifat gotong-royong dan tanggung jawab sosial dikalangan
umat Islam.

Hikmah zakat ada 2 (dua) macam yaitu hikamh bagi si pemberi dan hikmah bagi si
penerima. Adapun hikmah zakat bagi si pemberi antar lain:

a) Mensucikan jiwa dari sifat kikir. Sifat kikir merupakan tabiat manusia yang tercela,
sifat ini timbul karena rasa keinginan untukmemiliki sesuatu sehingga manusia
cenderung mementingkan diri sendiri terhadap hal-hal yang baik dan bermanfaat dari
pada orang lain.
b) Merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah. Karena sesungguhnya Allah SWT
senantiasa memberikan nikmat kepada hambanya baik yang berhubungan dengan diri
maupun hartanya.
c) Mengembangkan kekayaan batin. Dengan mengeluarkan zakat berarti telah berusaha
menghilangkan kelemahan jiwanya, egoisme serta menghilangkan bujukan setan dan
hawa nafsu.

Hikmah bagi si penerima sebagai berikut:


a) Membebaskan si penerima sari kebutuhan. Allah SWT telah mewajibkan zakat dan
menjadikannya tiang agama dalam Islam, dimana zakat diambil dari orang-orang
kaya dan diberikan kepada orang-orang fakir, dengan adanya zakat tersebut mereka
dapat memenuhi kebutuhan materinya.

7
b) Menghilangkan sifat benci dan dengki. Dengan adanya kewajiban zakat orang akan
merasa baha muslim yang satu bersaudara dengan muslim yang lain, sehingga tidak
ada rasa dendam, dengki dan benci.6

5. Rukun Islam yang Ke-5: Naik Haji Bila Mampu


Haji atau al-hajj secara bahasa berarti al-Qasd, yaitu: pergi ke, bermaksud,
menyengaja. Menurut istilah syariyyah, al hajj ialah menyengaja atau pergi ke Ka’bah
untuk melaksanakan amalan-amalan tertentu, atau menziarahi tempat tertentu pada waktu
tertentu, dengan amalan tertentu.7
Ulama fikih menetapkan bahwa amalan yang harus dikerjakan seseorang dalam ibadah
haji meliputi ihram, memasuki kota Mekah (bagi orang yang berada di luar kota Mekah),
thawaf, sai, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, melontar jumroh, mabit di Mina,
bercukur atau gundul atau memotong beberapa helai rambut, menyembelih hewan dan
tahallul. Haji merupakan salah satu rukun dari rukun Islam yang lima. Hukumnya wajib
satu kali seumur hidup bagi seorang muslim yang merdeka, baligh, berakal dan mampu.
Kewajiban haji ditekankan kepada orang-orang Islam yang memiliki kemampuan atau
kesanggupan (istitha’ah) karena memang tugas itu berat dan memerlukan biaya yang
tidak murah. Bagi mereka yang bertempat tinggal jauh, tidak ditolak penafsiran ulama
tentang makna istitha’ah yang berarti sehat jasmani dan rohani, mampu melaksanakan
perjalanan, memiliki perbekalan yang cukup, aman di perjalanan, serta khususnya aman
pula di Tanah Suci, namun Istitha’ah itu berbeda sesuai kondisi masing-masing orang,
dan Tuhan tetap sayang kepada orang yang tidak mampu untuk mengadakan perjalanan
ke Baitullah.8

Di antara hikmah-hikmah haji ialah:

a) Menjadi Tetamu Allah

Ka’bah atau Baitullah itu dikatakan juga sebagai 'Rumah Allah'. Walau
bagaimana pun haruslah dipahami bahwa bukanlah Allah itu bertempat atau tinggal
6
El-Madani, Fiqh Zakat Lengkap, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hlm. 13.
7
Louis Ma’luf, Munjid fi Al-Lughah wa al-Adab wa Al-‘Ulum, (Beirut: Al-Tab’ah Al-Katulikiyah, tt), hlm.118.
8
Rif’at Syauqi, Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh, Kajian Masalah Aqidah dan Ibadah, (Jakarta: Paramadina,
2002), hlm. 192.

8
di situ. Sesungguhnya Allah itu ada di mana-mana. Kakbah dikatakan sebagai
'Rumah Allah' karena mengambil apa yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim a.s.:
orang yang mengerjakan haji adalah merupakan tetamu istimewa Allah. Dan, sudah
menjadi kebiasaan setiap tetamu mendapat layanan yang istimewa dari tuan rumah.

Rasulullah bersabda: "Orang yang mengerjakan haji dan orang yang


mengerjakan umrah adalah tetamu Allah Azza wa jalla dan para pengunjung-Nya.
Jika mereka meminta kepada-Nya, niscaya diberi-Nya. Jika mereka meminta
ampun, niscaya diterima-Nya doa mereka. Dan, jika mereka meminta syafaat,
niscaya mereka diberi syafaat."

b) Mendapat Tarbiah Langsung dari Allah

Di kalangan mereka yang pernah mengerjakan haji, mereka mengatakan


bahwa ibadah haji adalah ke puncak ujian dari Allah Swt. Ini disebabkan jumlah
orang yang sama-sama mengerjakan ibadah tersebut adalah terlalu ramai hingga
menjangkau angka jutaan orang. Rasulullah bersabda: "Bahwa Allah Azza wa
jalla telah menjanjikan akan 'Rumah' ini, akan berhaji kepadanya tiap-tiap tahun
enam ratus ribu. Jika kurang, niscaya dicukupkan mereka oleh Allah dari para
malaikat."
Sabda Rasulullah lagi, "Dari umrah pertama hingga umrah yang kedua
menjadi penebus dosa yang terjadi di antara keduanya, sedangkan haji yang
mabrur (haji yang terima) itu tidak ada balasannya kecuali surga." (Bukhari dan
Muslim)
c) Membersihkan Dosa
Mengerjakan ibadah haji merupakan kesempatan untuk bertaubat dan meminta
ampun kepada Allah. Terdapat beberapa tempat dalam mengerjakan ibadah haji itu
merupakan tempat yang mustajab untuk berdoa dan bertaubat. Malah ibadah haji itu
sendiri jika dikerjakan dengan sempurna tidak dicampuri dengan perbuatan-
perbuatan keji, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya sehingga dia suci
bersih seperti baru lahir ke dunia ini.

9
Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang melakukan Ibadah Haji ke Baitullah
dengan tidak mengucapkan perkataan keji, tidak berbuat fasik, dia akan kembali ke
negerinya dengan fitrah jiwanya yang suci ibarat bayi baru lahir daripada perut
ibunya." (Bukhari Muslim)

d) Memperteguhkan Iman
Ibadah haji secara tidak langsung telah menghimpunkan manusia Islam dari
seluruh pelusuk dunia. Mereka terdiri atas berbagai bangsa, warna kulit, dan bahasa
pertuturan. Hal ini membuka pandangan dan pikiran tentang kebenaran Alquran
yang diterangkan semua dengan jelas dan nyata.

Firman -Nya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal." (Al-Hujurat 13)

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi


dan berlainan bahasamu dan warna kulitmu." (Ar-Rumm 22)

e) Iktibar dari Peristiwa Orang-Orang Saleh

Tanah suci Mekah adalah merupakan lembah yang menyimpan banyak rentetan
peristiwa-peristiwa bersejarah. Di antaranya sejarah nabi-nabi dan rasul, para
sahabat Rasulullah, para tabiin, tabi’ut tabiin dan salafus saleh yang mengiringi
mereka. Sesungguhnya peristiwa tersebut boleh diambil iktibar atau pengajaran
untuk membangun jiwa seseorang.

Rasulullah bersabda: "Sahabat-sahabatku itu laksana bintang-bintang di langit,


jika kamu mengikut sahabat-sahabatku, niscaya kamu akan mendapat petunjuk."

f) Merasa Bayangan Padang Mahsyar

Bagi orang yang belum mengerjakan haji tentunya belum pernah melihat dan
mengikuti perhimpunan ratusan ribu manusia yang berkeadaan sama tiada beza. Itu
semua dapat dirasai ketika mengerjakan haji. Perhimpunan di Padang Arafah

10
menghilangkan status dan perbedaan hidup manusia sehingga tidak dapat kenal siapa
kaya, hartawan, rakyat biasa, raja, dan sebagainya. Semua mereka sama dengan
memakai pakaian seledang kain putih tanpa jahit.

Firman Allah Swt.: "Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah siapa
yang paling taqwa." (Al-Hujurat-13)

g) Syiar Perpaduan Umat Islam


Ibadah Haji adalah merupakan syiar perpaduan umat Islam. Ini kerana mereka
yang pergi ke Tanah Suci itu hanya mempunyai satu tujuan, yaitu menunaikan
perintah Allah atau kewajiban Rukun Islam yang kelima. Dalam memenuhi tujuan
tersebut mereka melakukan perbuatan yang sama, memakai pakaian yang sama,
mengikut tertib yang sama. Malah boleh dikatakan, semuanya sama. Ini
menggambarkan perpaduan dan satu hati umat Islam. Dan, gambaran inilah yang
semestinya diamalkan dalam kehidupan seharian umat Islam apabila mereka
kembali ke negara asal masing-masing.

C. Makna Dua Kalimat Syahadat

Dua kalimat syahadat (syahadatain) yang merupakan kunci pembuka seseorang yang
ingin masuk agama Islam, sekaligus merupakan rukun pertama dari arkanul Islam yang lima,
sesungguhnya mengandung makna transendental vertikal dan mengandung implikasi
horizontal. Dengan mengikrarkan kalimat syahadat yang pertama (kalimat tauhid) seseorang
telah berjanji dengan sepenuh hati, bahwa ia hanya akan melakukan pengabdian sekaligus
memohon pertolongan hanyalah kepada Allah SWT, dan tidak kepada selain-Nya.

Dialah Zat yang Maha kuasa, Maha perkasa, Maha pemberi, sekaligus Maha pengasih
dan Maha penyayang. Hidup dan kehidupannya sepenuhnya bergantung kepada-Nya dan
tidak kepada makhluk-Nya, seperti kepada para dukun tukang peramal nasib, kepada benda-
benda keramat atau kepada binatang-binatang tertentu yang disakralkan.

11
Kalimat tauhid ini akan mengantarkan pula kepada suatu keyakinan yang mantap,
bahwa ketundukan yang mutlak absolut itu hanyalah kepada Allah SWT. Kepada manusia,
meskipun kepada para pemimpinnya, ketundukannya itu hanyalah bersifat relatif.

Ia akan tunduk dan patuh, manakala pemimpin itu berperilaku sesuai dengan ketentuan
Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi, manakala menyimpang jauh dari garis kebenaran, maka
tidak ada kepatuhan dan ketundukan kepadanya. Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah saw
bersabda, ''Tidak ada ketaatan kepada makhluk manakala bermaksiat kepada Khalik (Allah
SWT).''

Dalam pandangan Muslim dan Mukmin yang bertauhid, semua manusia itu sama,
mungkin benar, mungkin salah. Karena itu, sangatlah ganjil dan aneh serta bertentangan
dengan pernyataan syahadatnya yang pertama, apabila ada seorang Muslim yang mengaku
bertauhid, tetapi mensakralkan pemimpinnya. Jangankan benar, salah pun selalu dianggap
benar. Seolah-olah pemimpin itu suci dan makshum (dijamin oleh Allah SWT tidak akan
melakukan kesalahan). Padahal, yang makshum itu hanyalah para Rasul dan Nabi Allah
(semoga Allah SWT melimpahkan shalawat dan salam kepada mereka).

Syahadat yang kedua mengantarkan seorang Muslim pada keyakinan bahwa


Muhammad itu adalah utusan Allah SWT, ialah figur yang patut dijadikan teladan dalam
segala aktivitas kehidupan (QS 33: 21).

Bukti keimanan dan kecintaan kepada Allah SWT, adalah ittiba' (mengikuti dengan
sungguh-sungguh) kepada Rasulullah saw. Perhatikan firman-Nya, Katakanlah: Jika kamu
benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-
dosamu. Dan Allah Zat Yang Maha pengampun dan Maha penyayang. (QS 3: 31)

D. Lafal Syahadat yang Benar

Secara sederhananya, arti syahadat adalah kesaksian dan pengakuan bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT. Dalam arti
syahadat ini, ada pemaknaan yang perlu diketahui umat Islam. Syahadat adalah kalimat
tauhid yang menjadi pondasi pertama seseorang menjadi Muslim. Ikrar syahadat membuat
seorang muslim bersedia menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

12
Tidak sekadar pengucapan, bersyahadat membuat seseorang harus melakukan kesaksian
dan pengakuan tersebut dengan perbuatan yang nyata. Berdasarkan arti syahadat maka,
beribadah kepada Allah SWT, menjauhi larangannya, dan mengikuti sunnah Nabi
Muhammad SAW perlu dilakukan.

Pernyataan kalimat Syahadat dengan lisan paling tidak diucapkan satu kali seumur
hidup sebagai pernyataan awal bagi pemeluk agama Islam. Rukun imam yang paling
fundamental yang diajarkan oleh Allah adalah keesaan Allah (Tauhid).

Hal ini diekspresikan dalam kalimat syahadat pertama yang berbunyi laa ilaha illallah,
yang berarti “tidak ada tuhan selain Allah.” Ekspesi iman ini membedakan orang Muslim
sejati denga orang kafir (yang tidak beriman). Hal ini penting sekali karena ekspresi itu
membebaskan konsep tauhid (keesaan Allah) dari semua ketidaksucian dan menjadikannya
suci, sederhana, dan terlepas dari setiap bahaya syirik. Seperti yang termaktub dalam Hadis
tersebut, syahadat tersusun atas dua kalimat kesaksian yang berbunyi sebagai berikut:

ِ‫أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬
Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah

Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah".
Dengan mengucapkan kalimat syahadat yang pertama, Keinginan untuk istiqomah
dalam beribadah pasti menjadi dambaan setiap muslim. Hanya saja iman itu kadang selalu
naik turun kalau kita gak pintar-pintar menjaganya. Koneksi yang kendor dengan sang
Khalik, pada akhirnya bakal membuat kita menyesal kemudian.

E. Upaya Keseharian untuk Memelihara dan Meningkatkan Kesehatan Iman

Supaya iman yang ada pada diri manusia bisa bertahan bahkan bisa meningkat, maka
iman yang ada pada diri manusia harus selalu diperbaharui. Ada beberapa cara untuk selalu
memperbahui iman antara lain. :

13
1. Menyimak ayat-ayat al-qur’an. Al-qur’an diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk,
juga sebagai obat hati manusia. ‘’ Dan kami turunkan dari al-qur’an sesuatu yang menjadi
obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman’’ (Al-isra :82)
2. Merasakan keagunggan Allah seperti yang digambarkan al-qur’an dan sunnah. Al-qur’an
dan sunnah banyak sekali mengungkap keagunggan Allah Swt. Seorang muslim yang
ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwa nya akan
tunduk. Kekhusukan akan hadir mengisi-ngisi relung hatinya.
3. Memperbanyak amal shaleh. Banyak beramal shaleh, akan menguatkan iman manusia.
Jika ia secara terus-menerus berbuat amal shaleh, Allah akan mencintainya. Dalam
sebuah hadis qudsi, Rasullullah Saw menerangkan bahwa Allah berfirman: ‘’hamba-ku
senantiasa bertaqarrub kepada-ku dengan mengerjakan nafilah sehingga aku
mencintainya.’’ ( shahih bukhari no:6137)
4. Mengahadirkan perasaan takut mati dalam keadaan yang buruk ( su’ al-khatimah). Rasa
takut ini mendorong kita taat dan senantiasa menjaga iman kita. Penyebab kita su al
khatimah adalah lemah nya iman menenggelamkan diri kita kedalam jurang kedurhakaan.
Sehingga, ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat izrail, lidah kita tidak mampu
mengucapkan kalimat la ilaha haillallah.
5. Memperbanyak meingat kematian. Mengingat-ingat mati bisa mendorong kita untuk
menghindari diri dari berbuat durhaka kepada Allah dan dapat melunakkan hati yang
keras. Karena itu Rasullullah menganjurkan kepada kita, ‘’kunjungilah orang sakit dan
iringilah jenazah, niscaya akan mengiatkanmu terhadap hari akhirat.’’ ( sahih al jami’
no:4109)
6. Memperbanyak mengingat Allah Swt (dzikir). Melalaikan mengingat Allah adalah
kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan sebelum kita terbujur di kubur. Ruh kita
terpenjara. Tidak buisa kembali. Karena itu, orag yang ingin mengobati iman nya yang
lemah, harus memperbanyak dzikir kepada Allah Swt. ‘’ Dan ingat lah rabb-mu jika
kamu lupa.’’(Al-kahfi:24) ‘’ingat-lah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi
tentram.’’( Ar-ra’d:28)
7. Memperbanyak munajat kepada Allah dan pasrah kepada-nya. Seseorang selagi banyak
pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda Rasullullah Saw:’’saat

14
seseorang paling dekat dengan rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka
perbanyak lah doa.’’(HR.Muslim)
8. Bersikap tawadhu. Rasullullah juga berkata: ’’Barang siapa menanggalkan pakaian
karena merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu mengenakanya, maka Allah
memanggilnya pada hari kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi
kebebasan memilih di antara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk
dikenekanya.’’(HR.Tarmidzi)
9. Memperbanyak amalan hati. Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-
nya, berharap bertemu dengan-nya, berbaik sangka dan ridha dengan semua takdir yang
ditetapkan-nya. Hati juga penuh dengan iman jika di isi dengan perasaan syukur dan
taubat kepada-nya. Amalan-amalan hati seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk,
zuhud, wara’ dan mawas diri. Inilah yang disebut dengan halawah iman (manisnya iman)
10. Sering menghitung amalan dan kualitas keimanan diri sendiri. Allah berfirman: ‘’Hai
orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok(akhirat).’’ (Al-Hasyar:18).
Sejalan dengan ini, Umar bin Khattab r.a. berwasiat: ‘’ Hisablah dirimu sekalian sebelum
kamu dihisab. ‘’ Selagi waktu kita masih longgar, hitung-hitunglah bekal kita untuk hari
akhirat. Apakah sudah cukup untuk mendapat ampunan dan surga dari Allah Swt.?
Sungguh ini sarana yang efektif untuk memperbaharui iman yang ada pada dalam diri
kita.
11. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman. Doa adalah kekuatan yang luar biasa
yang dimiliki oleh seorang hamba. Rasullullah Saw berwasiat: iman itu dijadikan di
dalam diri salah seorang diantara kamu bagaikan pakaian yang dijadikan, maka
memohonlah kepada Allah agar dia memperbahrui iman didalam hatimu.9

9
Silahuddin, Internalisasi Pendidikan Iman Kepada Anak Dalam Perspektif Islam, Jurnal Ilmiah Didaktika, Februari
2016, Vol. 16 No. 2, hal 207-209.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seseorang dikatakan sebagai seorang muslim atau tidak dapat ditentukan melalui
beberapa indikator, dimana indikator tersebut di wujudkan dalam lima amalan utama yang
diajarkan dalam islam. Lima amalan indikator tersebut dikenal sebagai rukun islam. Jadi,
bila anda ingin dikatakan sebagai seorang muslim yang sesungguhnya, maka anda
seharusnya mengamalkan rukun islam. Rukun islam terdiri dari lima hal, yakni:

1. Mengucapkan dua kalimat syahadat


2. Mendirikan shalat
3. Mengerjakan puasa di bulan ramadhan
4. Mengeluarkan zakat
5. Naik haji bila mampu

Sedangkan dalam hikmah yang dapat diambil dari pengimplementasian rukun Islam itu
adalah komitmen dalam menjalankan amalaiah-amaliah yang diperintahkan Allah Swt. dan
tercermin dalam perbuatan sehari-hari menjauhkan diri dari larangan-Nya dan mendekatkan
diri dengan perintah-Nya.

B. Saran
Semoga kita sebagai mukmin yang senantiasa patuh terhadap suruhan-Nya dan menjaga
diri dari kerusakan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Kumayi, Sulaiman. 2014. Shalat Penyembahan & Penyembuhan. Jakarta: Erlangga.

Azizy, Ahmad Qodri. 2000. Islam dan Permasalahan Sosial : Mencari Jalan Keluar.

Yogyakarta: LkiS.

El-Madani. 2013. Fiqh Zakat Lengkap. Yogyakarta: Diva Press.

Louis Ma’luf, Munjid fi Al-Lughah wa al-Adab wa Al-‘Ulum. Beirut: Al-Tab’ah Al-Katulikiyah,

tt.

Syukur, Yunuardi. 2014. Mukjizat Gerakan Sholat. Jakarta: Pustaka Makmur.

Safrilsyah. 2013. Psikologi Ibadah Dalam Islam, Banda Aceh: Lembaga Naskah Aceh NASA.

Cet. 1.

Syauqi, Rif’at. 2002. Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh, Kajian Masalah Aqidah dan

Ibadah. Jakarta: Paramadina.

Silahuddin. Internalisasi Pendidikan Iman Kepada Anak Dalam Perspektif Islam. Jurnal Ilmiah

Didaktika. (2016).

https://thegorbalsla.com/rukun-islam/ diakses pada hari jumat , tanggal11 maret 2021 pukul

15.00

17

Anda mungkin juga menyukai