Anda di halaman 1dari 8

1

TIDAKMELAKUKANNYA NABI SAW. TIDAK MENUNJUKKAN KEHARAMAN


Judul tersebut adalah kesimpulan dari sebuah kaidah yang berbunyi:

َّ َ ََّّ‫التَّرَّك‬
‫لَّيَّنَّتَّجََّّحَّكَّمَّا‬
Tidak melaksanakannya (Nabi saw.) sama sekali tidak membuahkan atau
menunjukkan hukum tertentu.

Topik ini sangat penting dikaji sebab adanya sebagian kelompok umat Islam yang salah
paham terkait tidakmelakukannya Nabi saw. terhadap sebuah perkara. Mereka
beranggapan bahwa semua yang tidak dilakukan Nabi saw. adalah buruk dan tercela,
apabila perkara tersebut juga tidak dilakukan oleh para sahabat ra. dan salafus shaleh,
misalnya tradisi muludan, yasinan, manaqiban, dll. Mereka menganggap semua itu
sebagai amalan yang batil yang tidak diridhai Allah dan Rasul-Nya Mereka berkata:

ََّ َّ‫عَّلَىَّال‬
ََّّ‫خيَّر‬ ََّ ََّّ‫صَّالنَّاس‬ ََّ ‫َّهَّمَََّّّأ َحَّ ََّر‬,َّ‫ هَّمَََّّّأَعََّّلَمََّّالنَّاسََّّبَّدَّيَّنََّّللا‬.َّ‫سبََّقَّوَّنََّاَّإََّّلَيَّه‬ََّ َ‫خيرَّاَََّّّل‬ ََّ ‫َّلَوََّّ ََّك‬
ََّ َّ‫انَّهذَا‬
ََّ ‫عَّلَيَّهََّّ ََّو‬
َّ.‫سلَّ ََّم‬ ََّ ََّّ‫شدََّّالنَّاسََّّحَّبَّاَّلَّلنَّبَّيََّّ ََّوَّأَكََّّثَرَّهَّمَََّّّتَ ََّمسَّكَّاَّبَّسَّنَّةََّّالنَّبَّي‬
ََّ ََّّ‫صلَّىَّللا‬ ََّ َ‫ََّوَّأ‬
Seandainya perkara ini baik, pasti mereka akan mendahului kita dalam
melakukannya. Mereka adalah orang yang paling faham terhadap agama Allah,
mereka adalah orang yang paling menginginkan kebaikan, mereka adalah orang
yang paling mencintai Nabi saw. dan paling memegang teguh sunnahnya.

A. Makna Tidakmelakukannya Nabi saw.


Seorang pakar bahasa, Ibnu Faris, di dalam kitab Mu’jamnya menulis bahwa
makna dasar al-tarku adalah al-takhliyyah ‘an al-sya’i (mengosongkan dari
sesuatu). Dari akar kata ini orang Arab menyebut menamakan taman yang
dilupakan oleh manusia dengan sebutan tarīkah.
Adapun yang disebut dengan tarku al-Nabī saw. (tidakmelakukannya Nai
saw.) adalah

ََّّ‫ىَّوانَّتَّفََّاعََّّالَّ ََّمانَّعََّّمَّن‬ََّ َ ‫ال َمَّ ََّرَّ ََّم ََّعَّوَّجَّوَّدََّّالَّمَّقََّّت‬


ََّ ‫ض‬ ََّ ‫علََّيَّهََّّ ََّو‬
َّ َّ‫سلَّ ََّم‬ ََّ ََّّ‫صلَّىَّللا‬ ََّ ََّّ‫ع َّدَمََّّفَّعَّلََّّالنَّبَّي‬
ََّ
َّ‫عنَّ َّه‬
ََّ ََّّ‫شرَّعَّي‬ََّ ََّّ‫غيَّرََّّنََّهَّي‬ ََّ
Tidak melakukannya Nabi saw. atas sebuah perkara, padahal saat itu ada
pendorong (untuk melakukannya) dan tanpa adanya penghalang selain
larangan syariat (untuk melakukannya).1

Adanya batasan ‫ه‬َّ َّ‫عن‬ ََّ َّ َّ‫غيَّرَّ َّنََّهَّي‬


ََّ َّ َّ‫شرَّعَّي‬ ََّ َّ َّ‫ مَّن‬dalam definisi bertujuan untuk
mengecualikan tidak melakukannya nabi yang disebabkan karena adanya

1
Bid’ah idhofi 196
2

sebuah larangan, seperti syirik,2 memutus silaturrahim,3 meminum khamr,4 dll.


Perbuatan-perbuatan tersebut tidak pernah sama sekali dilakukan oleh Nabi
saw. karena sejara jelas adanya larangan dari Allah swt. Dalam kasus tidak
melakukannya Nabi saw. sebab adanya larangan, para ulama’ bersepakat bahwa
hukum apa yang ditinggalkan nabi tersebut adalah haram. Yang masih menjadi
menjadi perselisian adalah tidakmelakukannya nabi saw. atas sebuah perbuatan
padahal saat itu terdapat pendorong untuk melakukannya dan tanpa adanya
uzur untuk melakukannya. Sebelum lebih jauh membahas tentang hal ini berikut
pembagian tarku al-Nabi saw.
1. Meninggalkan dengan tanpa maksud

َّ‫ش َج َرةَّأَوَّنَخَّلَةَّفَقَالَت‬
َ َّ‫سل َمَّ َكانَ َّيَقومََّّيَو َمَّالجمعَةَّإلَى‬ َ َّ‫أَنَّالنبي‬
َ ‫صلىََّّللاَّ َعلَيه‬
َ ‫َّو‬
َّ َ َ‫اَّرسو َل ََّّللا َّأ‬
َّ‫ل َّنَجعَل َّلَكَ َّمنبَراَّقَا َل َّإن َّشئَّتم‬ َ َ‫َّرج ٌل َّي‬َ ‫صار َّأَو‬ َ ‫ام َرأَة ٌ َّمن َّالَن‬
َّ)‫فَ َجعَلواَّلَهَّمنبَراَّفَلَماَّ َكانَ َّيَو َمَّالجمعَةَّدفَّ َعَّإلَىَّالمنبَرََّّ(رواهَّالبخاري‬
Sesunguhnya tatkala (berkhutbah) pada hari Jum’at, Nabi saw. berdiri
bersandar pada pohon kurma, maka seorang wanita atau lelaki dari kaum
Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, maukah engkau kami buatkan mimbar
untukmu? Rasulullah saw. menjawab, “Ya, jika kalian mau.” Maka, mereka
membuatkan mimbar untuk beliau. Lalu ketika tiba hari Jum’at, beliau
(berkhutbah) di atas mimbar (HR. Bukhori)
2. Meninggalkan degan maksud
a. Tidak berselera

2
Nabi begitu pula umatnya dilarang bersujud kepada selain Allah. Allah berfirman:

ََّ َّ‫َّو َمنَّيشركَّباَّللَّفَقَدَّافت ََرىَّإثما‬


َّ ]48َّ:َّ‫عظيماَّ[النساء‬ َ ‫شاء‬ َ ‫إنََّّللاَ ََّلَّيَغفرَّأَنَّيش َركَ َّبه‬
ََّ َ‫َّويَغفرَّ َماَّدونَ َّذَلكَ َّل َمنَّي‬
Sesunguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia
mengampuni dosa selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa besar (Qs. An-Nisa’ 48)
3
Nabi saw. bersabda:
َّ‫يَّالَخَّ ََّرةََّّمَّنَََّّّقَطََّّي َّعَةََّّالرَّحَّمََّّ ََّوالََّّبَغَّىََّّ(رواهَّالبخاري‬
َّ َّ‫خرَََّّّلَ َّهَّف‬
ََّ َّ‫صاحَّبَّهََّّالَّعَّقَّوََّّبَ َّةََّفَّيَّالدَّنََّّيَاَّ ََّم ََّعَّ ََّماَّيَّد‬ ََّ َّ‫ََّماَّمَّنََّّ َّذَنَّبَََّّّأ َحَّ ََّرىََّّأ َنََّّيَّ َّعَج‬
ََّ َّ‫لَّللاََّّل‬
َّ )‫فيَّأدبَّالمفرد‬
Dari Abi Bakroh berkata bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada dosa yang pelakunya lebih
layak disiksa di dunia dan masih pula disimpan untuknya siksa di akhirat dari metutus silaturrahim
dan zina. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad)
4
Nabi saw. begitu pula umatnya dilarang oleh Allah meminum khamr. Allah swt. berfirman:

]90 : ‫ان فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّكُ ْم تُفْ ِلحُونَ [المائدة‬


ِ ‫ط‬َ ْ‫شي‬
َّ ‫ع َم ِل ال‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْيس ُِر َو ْاْل َ ْن‬
َ ‫صابُ َو ْاْل َ ْز ََل ُم ِر ْجس مِ ْن‬

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkurman untuk)
berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan
setan, maka jauhilah itu agar kamian beruntung (QS. al-Maidah 90)
3

Contoh dari hal ini adalah sebagaimana hadis riwayat Imam


Bukhari bahwasanya Nabi saw. tidak berkenan memakan hewan
dhab karena tidak berselera. Imam Bukhari meriwayatkan:

َّ‫ضبَّ َمشَّوي‬ َ ‫سل َمَّب‬ َ ‫صلَّىََّّللاَّ َعلَيه‬


َ ‫َّو‬ َ َّ‫يَّالنبي‬ َ ‫َعنَّخَالدَّبنَّال َوليدَّقَا َلَّأت‬
َّ‫سكَ َّيَدَه َّفَقَا َل َّخَالد ٌَّأ َ َح َرا ٌم َّه َو‬
َ ‫ضبٌّ َّفََّأَم‬
َ َّ ‫فَأَه َوىَّإلَيه َّليَأك َل َّفَقي َل َّلَه َّإنه‬
َّ‫َّو َرسول‬ َ ٌ‫َّوَّلَكنه ََّلَّ َيكونَّبأَرضَّقَوميَّفَأَجدَّنيَّأَ َعافهَّفَأ َ َكلََّخَالد‬ َ ‫قَال‬
َ ‫ََّل‬
)‫سل َمَّيَنظرََّّ(رواهَّالبخاري‬ َ ‫صلىََّّللاَّ َعلَيه‬
َ ‫َّو‬ َ َّ‫َّللا‬
Dari Khalid bin Walid berkata bahwa bahwasaya Rasulullah saw.
pernah dibawakan untuknya daging hewan dhab yang sudah
dipanggang. Beliau tertarik pada daging tersebut. Tathkala beliau
hendak memakannya, dikatakan kepada beliau bahwa itu adalah
hewan dhab. Maka beliau menahan tangannya dari mengambilnya.
Khalid bertanya, “Apakah ini haram?”. Beliau menjawab, “Tidak,
tetapi hewan ini tidak aku jumpai di daerah kaumku, sehingga aku
tidak berselera.” Maka, Khalid memakannya dan Rasulullah saw.
melihatnya. (HR. Bukhari)
b. Khawatir diwajibkannya ibadah yang ditinggalkan
Contoh tidakmelakukannya Nai saw. karena kekhawatiran
beliau apabila yang beliau lakukan akan menjadi kewajiban adalah
qiyamu ramadhan, sebagaimana hadis Riwayat Imam Bukhari:

َّ‫سلَّ َم‬ َ ‫صلىََّّللا َّ َعلَيه‬


َ ‫َّو‬ َ َّ ‫َّرسو َل ََّّللا‬َ ‫ي ََّّللا َّ َعن َهاَّأَخ َب َرتهَّأَن‬
َ ‫َّرض‬ َ َ‫شة‬ َ ‫َعائ‬
َّ‫ص ََلته‬ َ ‫صلىَّر َجا ٌل َّب‬ َ ‫َّو‬َ ‫صلىَّفيَّال َمسجد‬ َ َ‫خ ََر َج َّلَيلَة َّمن َّ َجوف َّالليل َّف‬
َّ‫صلواَّ َم َعه َّفَأَص َب َح‬ َ َ‫صلىَّف‬ َ َ‫فَأَص َب َح َّالناس َّفَتَ َحدثواَّفَاجتَ َم َع َّأَكثَر َّمنهم َّف‬
َّ‫َّرسول ََّّللا‬ َ ‫الناس َّفَتَ َحدثواَّفَ َكث َر َّأَهل َّال َمسجد َّمن َّالليلَة َّالثالثَة َّفَخ ََر َج‬
َّ‫ص ََلته َّفَلَماَّ َكانَت َّالليلَة َّالراب َعة‬ َ ‫صلواَّب‬ َ َ‫صلىَّف‬ َ َ‫سل َم َّف‬ َ ‫صلىََّّللا َّ َعلَيه‬
َ ‫َّو‬ َ
َّ‫ضىَّالفَج َر‬ َ َ‫ص ََلة َّالصبح َّفَلَماَّق‬ َ
َ ‫َع َجزَ َّال َمسجد َّ َعن َّأهله َّ َحتىَّخ ََر َج َّل‬
َّ‫َّولَكني‬ َ ‫فَّ َعلَيَّ َم َكانكم‬ َ ‫لَّ َعلَىَّالناسَّفَتَشَهدََّثمَّقَالََّأَماَّبَعدَّفَإنهَّلَمَّيَخ‬ ََّ َ‫أَقب‬
)‫ضَّ َعلَيكمَّفَتَعجزواَّ َعن َهاَّ(رواهَّالبخاري‬ َ ‫خَشيتَّأَنَّتفتَ َر‬
Dari Aisyah ra. ia meriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw. pada
malam Ramadhan keluar (rumah) menuju Masjid. Lalu beliau shalat
di masjid dan orang-orang mengikuti shalat beliau. Pagi harinya,
para manusia saling membicarakannya. Maka (di malam berikutnya)
tatkala Rasulullah saw. shalat, dan orang-orang yang mengikuti
shalat beliau lebih banyak lagi. Lalu di pagi harinya manusia saling
membicarakannya lagi. Lalu di malam ketiga, orang-orang di masjid
sangat banyak. Tatkala Rasulullah saw. shalat mereka mengikuti
shalat beliau. Maka, pada malam ke empat, masjid tidak bisa
menampung manusia. (Pada malam ke empat itu beliau tidak
4

melaksanakan shalat di masjid) sampai beliau keluar untuk shalat


subuh. Lalu, ketika beliau selesai shalat subuh, beliau menghadap ke
arah manusia dengan tasyahhud lalu beliau berdiri dan bersabda,
“Amma ba’du. Sesunguhnya aku tidak khawatir tempat kalian
melainkan aku khawatir shalat ini diwajibkan atas kalian sedangkan
kalian tidak mampu mengerjakannya (HR. Bukhari)

c. Lupa
Terkadang Allah membuat Nabi saw. lupa karena Allah ingin
mensyariatkan sesuatu dan caranya adalah dengan menjadikan Nabi
saw. lupa, seperti tatkala Allah ingin mensyariatkan sujud sahwi,
maka Allah menjadikan nabi saw. lupa bilangan rakaat shalat.
Serbagimana hadis riwayat Abu Dawud
َّ‫َل‬َّ َ َ‫ل َّإَّبَّ ََّراهَّيَّمَّ ََّّف‬ ََّ ‫عَّلَيَّهَّ َّ ََّو‬
ََّ ‫سلَّ ََّم ََّّقَا‬ ََّ َّ َّ‫صلَّىَّللا‬ ََّ َّ َّ‫ىَّرسَّوَّلَّ َّللا‬ ََّ َّ‫صل‬ ََّ َّ َّ‫عبَّ َّد َّللا‬ ََّ َّ ‫ل‬ ََّ ‫َّقَا‬
َّ َ َّ‫ث َّفَّيَّالص‬
ََّّ‫َلة‬ ََّ َ‫ح َّد‬ََّ َ ‫اَّرسَّوَّلَّ َّللاَّ ََّّأ‬ ََّ ََّ‫ل ََّّلَ َّه َّي‬ ََّ َّ‫سلَّ ََّم َّقَّي‬ ََّ َ‫َّأَدَّرَّيَّ َّ ََّزا َّدَََّّأَمَّ ََّّنََّق‬
ََّ َّ‫ص ََّّفََّلَمَّا‬
ََّ‫لَّالَّقَّبََّّلَ َّة‬
ََّ ََّ‫اَّو ََّك َّذَاََّّفََّثَنَّىَّرَّجََّّلَ َّهَّ ََّواسََّّتَقَّب‬ ََّ َ‫تَّ ََّك َّذ‬ ََّ َّ‫صلَّي‬ََّ َّ‫اك؟ََّّقَالَّوَّا‬ ََّ َ‫لَّ ََّو ََّماَّ َّذ‬ ََّ ‫شيَّ ٌَّءََّّقَا‬ ََّ
ََّّ‫عَّلَيَّه‬ ََّ ََّّ‫صلَّىَّللا‬ ََّ ََّّ‫عَّلَيََّّنَاَّبَّ ََّوجَّهَّه‬ ََّ ََّ‫لََّّأ َقَّب‬
ََّ َّ‫ل‬ ََّ َ‫سلَّ ََّمََّّفََّلَمَّاَّانََّّفََّت‬
ََّ ََّّ‫سجَّ َّدََّتَيَّنََّّثَّم‬ ََّ ََّّ‫ج َّدََّبَّهَّم‬ ََّ ‫س‬ ََّ َ‫َّف‬
َّ‫ش ٌَّر‬ ََّ ‫شيَّ ٌَّءََّّأَنَََّّبأَّتَّكَّمََّّبَّهََّّ ََّولََّكَّنََّّإَّنَّمَّا َََّّأَنََّاَََّّب‬ ََّ ََّّ‫َلة‬ َّ َ َّ‫ثَّفَّيَّالص‬ ََّ ََّّ‫لَّإَّنَّ َّهَّلََّو‬
ََّ َ‫ح َّد‬ ََّ ‫سلَّ ََّمَّفََّقََّا‬ََّ ‫ََّو‬
)‫نَّفََّإَّ َّذَاَّنََّسَّيَّتََّّفََّ َّذَكَّرَّوَّنَّيََّّ(رواهَّأبيَّداود‬ ََّ َّ‫سو‬ ََّ َّ‫سىَّ ََّك ََّماََّّتَن‬ ََّ َّ‫َّأَن‬
Abdullah berkata bahwasanya ketika Rasulullah saw. shalat,
Ibrahim berkata: Aku tidak tahu apakah ada yang lebih atau yang
kurang dalam shalatnya. Dikatakan pada beliau, “Wahai Rasulullah
apakah telah terjadi aturan baru dalam shalat? Beliau menjawab,
“Apa itu?” Para sahabat berkata: Engkau shalat seperti ini dan
seperti ini. Maka Rasulullah saw. menekuk kakinya dan menghadap
kiblat lalu beliau sujud (sahwi) dengan para sahabat dua kali lalu
salam. Tatkala selesai beliau saw. menghadap kami (para sahabat)
dengan wajahnya seraya berkata, “Sungguh, seandainya terjadi
sesuatu di dalam shalat niscaya aku akan mengabarkannya kepada
kalian, akan tetapi aku adalah manusia yang bisa lupa sebagaimana
kalian, maka jika aku lupa, ingatkanlah aku. (HR. Abu Dawud)
d. Menjinakkan Hati dan mencegah terjadinya mafsadah yang lebih
besar.
Dalam beberapa riwayat diceritakan bahwa Nabi saw.
menginginkan untuk membangun ulang Ka’bah sesuai pondasi yang
dibuat oleh Nabi Ibrahim as., namun beliau mengurungkannya
karena khawatir apabila hal ini direalisasikan akan menyebabkan
kegaduhan di antra umat Islam yang belum mapan imannya. Hal ini
sebagaimana hadis riwayat Imam Bukhari:

َّ‫صلىََّّللاَّ َعلَيه‬َ َّ‫يَّرسولََّّللا‬ َ ‫يََّّللاَّ َعن َهاَّقَالَت قَالََّل‬ َ َ‫شة‬


َ ‫َّرض‬ َ ‫َعنَّ َعائ‬
َّ‫ساس‬ َ َ‫سل َمَّلَو َلَّ َحدَاثَةَّقَومكَّبالكفرَّلَنَقَضتَّال َبيتَ َّثمَّلَ َبنَيتهَّ َعلَىَّأ‬
َ ‫َو‬
5

َّ‫َّو َج َعلتَّلَهََّّخَلفا‬ َ ‫يمَّ َعلَيهَّالس ََلمَّفَإنَّق َريشاَّاستَق‬


َ ‫ص َرتَّبنَا َءه‬ َ ‫إب َراه‬
)‫(رواهَّالبخاري‬
Dari Aisyah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku,
“Seandainya bukan karena dekatnya masa kekafiran kaummu (yakni
mereka baru masuk Islam), niscaya aku akan merobohkan Ka’bah ini
lalu aku akan membangunnya sesuai pondasi Nabi Ibrahim as.
Sesungguhnya suku Quraish kurang dalam pembangunannya, dan
aku akan buatkan pintu untuknya. (HR. Bukhari)
e. Pengamalan Akhlak Mulia
Diriwayatkan bahwasanya dalam perang Hunain, Nabi saw.
pernah dituduh tidak adil dalam pembagian ghanimah. Meski
dituduh seperti itu nabi tidak menghukum atau mendoakan buruk
kepada orang-orang yang menuduh beliau. Hal ini sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

َّ‫صلىََّّللا‬ َ َّ‫ل لَماَّ َكانَ َّيَومَّحنَينَّآثَ َرَّالنبي‬ ََّ ‫يََّّللاَّ َعنهَّقَا‬


َ ‫َّرض‬ َ ‫َعنَّ َعبدََّّللا‬
َّ‫ع َّبنَ َّ َحابس َّمائَة َّمنَّاْلبل‬ َ ‫طىَّالَق َر‬ َ ‫سل َم َّأنَاساَّفيَّالقس َمةَّفَأَع‬ َ ‫َعلَيه‬
َ ‫َّو‬
َّ‫طى َّأنَاسا َّمن َّأَش َراف َّالعَ َرب َّفَآثَ َرهم‬ َ ‫َّوأَع‬ َ َ‫طى َّع َيينَةَ َّمث َل َّذَلك‬ َ ‫َوأَع‬
ََّ‫اَّو َماَّأريد‬َ ‫ٌَّوَّللاَّإنَّهَذهَّالقس َمةََّ َماَّعدلََّفي َه‬ َ ‫َيو َمئذَّفيَّالقس َمةَّقَال‬
َ ‫ََّرجَّل‬
َّ‫سل َم َّفَأَتَيته‬ َ ‫صلى ََّّللا َّ َعلَيه‬
َ ‫َّو‬ َ َّ ‫َّوَّللا ََّلخب َرن َّالنبي‬ َ ‫َّوجه ََّّللا َّفَقلت‬ َ ‫ب َها‬
َّ‫سىَّقَد‬ َ ‫َّرح َم ََّّللا َّمو‬
َ ‫َّو َرسوله‬ َ ‫فَأَخ َبرته َّفَقَا َل َّفَ َمن َّ َيعدل َّإذَاَّلَم َّ َيعدل ََّّللا‬
َّ)‫ص َب ََّرَّ(رواهَّالبخاري‬ َ َ‫يَّبأَكثَ َرَّمنَّ َهذَاَّف‬ َ ‫أوذ‬
Dari Abdillah ra. berkata: Pada peristiwa perang Hunain, Nabi saw.
mendahulukan beberapa manusia dalam pembagian (ghanimah).
Beliau memberi al-Aqra’ bin Habis seratus ekor unta dan
memberikan Uyainan semisalnya. Pada hari itu, beliau juga
mendahulukan pemberian kepada para pembesar Arab. Seorang
laki-laki berkata, demi Allah sesungguhnya ini adalah pembagian
yang tidak adil dan tidak ikhlas karena Allah. Maka aku (Abdullah)
berkata demi Allah aku akan menceritakan (perkataan mereka)
kepada Nabi saw. Lalu aku mendatangi beliau dan menceritakannya.
Beliau menjawab, “Jika Allah dan Rasul-Nya tidak adil, maka siapa
yang bisa adil, semoga Allah merahmati Musa yang telah bersabar
padahal ia benar-benar telah disakiti melebihi ini. (HR. Bukhari)
f. Tesibukkan dengan hal yang lebih penting
Tidak semua perbuatan yang tidak dilakukan oleh Nabi saw.
hukumnya haram. Contohnya adalah tidak melakukannya Nabi saw.
shalat Id pada saat melaksanakan ibadah haji. Nabi saw. tidak
melakukannya karena saat itu beliau sedang disibukkan oleh
amaliyah-amaliyah ibadah haji dan mengajari manusia tatacara
6

ibadah haji. Hal ini sebagaimana komentar Imam Nawawi di dalam


al-Majmu’ Syarah Muhaddzab:

ََّّ‫سافَّرََّّ ََّوالَّ ََّمرََّّأَةََّّ ََّوالَّمَّنَّفََّرَّدََّّفَّيََّّبََّيَّتَّهَََّّّأَوََّّفَّي‬ َّ َ ‫ص‬


ََّ َّ‫َلةََّّالَّعَّيَّدََّّلَّلَّ ََّعبَّدََّّ ََّوالَّم‬ ََّ ََّّ‫ََّهلََّّتَّشَّ ََّرع‬
َّ.َّ‫َّوَّأ َشَّ ََّهرَّهَّ ََّما) َّالَّقََّطَّعَّ َّبََّّأ َنَّ ََّها َّتَّشَّ ََّرعَّ َّلََّهَّم‬ ََّ ‫صحَّهَّ ََّما‬ ََّ َ‫طرَّيَّقََّانَّ َّ(َّأ‬ ََّ َّ َّ‫غيَّرَّهَّ؟ َّفَّيَّه‬ ََّ
ََّ ‫عَّلَيَّهََّّ ََّو‬
َّ‫سلَّ ََّم‬ ََّ ََّّ‫صلَّيَّللا‬ ََّ ََّّ‫عنَََّّّتَرَّكََّّالنَّبَّي‬ ََّ َّ‫جابَّوَّا‬ ََّ َّ‫َّ ََّوأ‬.َّ‫صنَّف‬ ََّ َّ‫ََّو َّدَلَّيَّلَّ َّهَّ ََّماَّ َّذَ ََّك ََّرهََّّالَّم‬
َّ‫َل َّةََّالَّعَّيَّدََّّبَّمَّنََّىَّبََّّأ َنَّ َّهََّّتَ ََّر ََّك ََّهاَّلََّّشَّتَّغََّالَّهََّّبَّالَّ ََّمنََّاسَّكََّّ ََّوَّتَعَّلَّيَّمََّّالنَّاسَََّّّأ َحَّ ََّكا ََّم ََّها‬ َّ َ ‫ص‬ ََّ
5
َّ‫نَّالَّعَّيَّد‬ ََّ َّ‫كََّّأَهََّمََّّم‬
ََّ َّ‫انَّ َّذَل‬
ََّ ‫ََّو ََّك‬
Apakah shalat Id disunnahkan bagi hamba sahaya, musafir, wanita,
dan orang yang sendirian. Ada dua jawaban. Pendapat ashoh yang
populer adalah tetap disunnahkannya shalat Id bagi mereka.
Adapun tidak shalat Id-nya Nabi saw., ketika di Mina adalah karena
tersibukkannya beliau dengan amaliyah ibadah haji dan
mengajarkan manusia terkait hukum shalat Id. Hal itu lebih penting
dari melaksanakan shalat Id.
B. Hukum Perbuatan yang Tidak Dilakukan Nabi saw.
Tidak melaksanakannya Nabi saw. terhadap sebuah perbuatan samasekali
tidak menunjukkan bahwa perbuatan yang tidak diperbuat Nabi saw.
hukumnya wajib, sunnah, mubah, mahruh, ataupun haram. Hal ini selama tidak
dijumpai indikator-indikator yang mengarahkan kepada salah satu hukum
tersebut.
1. Pendapat Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali (w. 505 H.)

ََّّ‫حةَّ َّ ََّوالنَّدَّبَّ َّ ََّوالَّوَّجَّوَّب‬ ََّ ‫ن َّاْلَََّّبا‬ََّ َّ‫للََّةََّ َّلََّ َّه َََّّبلَّ َّهَّ ََّو َّمََّّتَ ََّردَّ َّدٌَََّّبي‬ َّ َ َّ ‫اَّأَنَّ َّه‬
َّ َ َ‫لَّ َّد‬ َّ ََّ‫فََّالصَّحَّيَّحَّ َّعَّنَّ َّدَن‬
ََّّ‫لَََّّيَّتَ ََّعيَّنََّّ ََّواحَّ َّدٌَّمَّن‬ َّ َ ‫غيَّرَّهََّّفَّيَّهََّّ ََّو‬ ََّ َّ‫شارَّ ََّك َّه‬ ََّ َّ‫نََّّأَنََّّي‬ ََّ َّ‫نَّ ََّمخَّصَّوَّصَّاَّبَّهََّّ ََّوََّبي‬ ََّ َّ‫نََّّأَنََََّّّيكَّو‬ ََّ َّ‫ََّوََّبي‬
ََّّ‫علََّيَّهَّم‬
ََّ َّ َّ‫جوَّز‬ ََّ َّ‫ظرَّ ََّّأَيَّضَّا َّعَّنَّ َّدَ َّ ََّمنَّ َّي‬ ََّ ‫ح‬ ََّ َّ‫سامَّ َّإَّلَّ َّبَّ َّدَلَّيَّلَّ َّ ََّزائَّدَّ َََّّبلَّ ََّّيَحََّّتَمَّلَّ َّال‬ ََّ َّ‫ال َق‬
َّ َّ َّ‫ََّهذَّه‬
َّ‫علََّى‬ ََّ َّ ‫ل َّقََّوَّ ٌَّم‬
ََّ ‫حةَّ َّ ََّوقََّا‬ ََّ ‫عَّلَىَّاْلَّبََّا‬ ََّ َّ ‫ل َّقََّوَّ ٌَّم‬ ََّ ‫ظرَّ َّ ََّوقََّا‬ ََّ ‫ح‬ََّ َّ‫علََّىَّال‬ ََّ َّ ‫ل َّقََّوَّ ٌَّم ََّّأَنَّ َّه‬
ََّ ‫الصَّغََّائَّرَّ َّ ََّوقََّا‬
ََّّ‫ان َّفَّيَّالَّ ََّعا َّدَات‬ ََّ ‫ان َّفَّيَّالَّعَّبََّا َّدَاتَّ َّ ََّوإَّنَّ َّ ََّك‬ ََّ ‫علََّىَّالَّوَّجَّوَّبَّ َّإَّنَّ َّ ََّك‬ ََّ َّ ‫ل َّقََّوَّ ٌَّم‬ ََّ ‫النَّدَّبَّ َّ ََّوقََّا‬
ََّّ‫لَّصَّيَّغََّةَََّّلََّ َّهَّ ََّوهََّذَّه‬ َّ َ َّ‫ل‬ ََّ َّ‫ل َنََّّالَّفَّع‬
َّ َّ‫ات‬ ٌَّ ‫حكَّ ََّم‬ ََّ َ‫حبََّّالتََّّأ َسَّيََّّبَّهََّّ ََّو ََّهذَّهَََّّّت‬ ََّ َ‫فََّ ََّعلََّىَّالنَّدَّبََّّ ََّويَّسََّّت‬

ََّ َّ‫التََّّمََّّتَ ََّعار‬
‫ض َّة‬ َّ َ ‫الَّحَّتَّ ََّم‬
Menurut kami, pendapat yang benar -terkait perbuatan nabi saw.- adalah
bahwasanya ia tidak menunjukkan hukum apapun, sebab perbuatan
tersebut berkemungkinan antara mubah, sunnah, dan wajib, bahkan juga
berkemungkinan perbuatan tersebut merupakan khususan beliau yang
tidak boleh dikerjakan oleh selain beliau. Salah satu dari kemungkinan-
kemungkinan ini tidak bisa diunggulkan tanpa adanya dalil yang lain.
Bahkan perbuatan Nabi juga bisa saja perbuatan terlarang –menurut
kelompok yang berpendapat bahwa nabi mungkin berbuat dosa kecil-.

5
Al-Nawawi, al-Majmu’ Syarah al-Muhaddzab, Maktabah Syamilah juz 5 halaman 26
6
Al-Ghazali, al-Mustasfa min Ilmi al-Ushul, 275
7

Banyak pendapat terkait perbuatan nabi, ada yang menyatakaan


menunjukkan keharaman, ada yang menyatakan mubah, ada yang
menyatakan wajib jika masalah ibadah dan sunnah jika berkaitan masalah
selain ibadah sehinga sunnah ditiru. Menurut kami, ini adalah adalah
pendapat yang tidak didasari dalil, sebab perbuatan itu tidak mempunyai
shighat dan ia mungkin dipahami dengan pemahaman yang berbeda-beda
dan pemahaman yang saling bertentangan.
2. Muhammad bin Ahmad al-Sarakhsi (w. 490 H.)

ََّّ‫ل َّيَّوَّجَّب‬ َّ َ َّ َّ‫ح َّد َّقَّسَّ ََّميَّ ََّّأ َفَّعََّالَّهَّ َّ ََّوهَّ ََّو َّالتَّرَّك‬ ََّ َ ‫ َّثَّمَّ ََّّأ‬.‫ك‬ ٌَّ َّ‫َّوَّتَر‬ ََّ ،ٌ‫ ََّّأ َخَّ َّذ‬:َّ‫الَّفَّعَّلَّ َّقَّسَّ ََّمان‬
ََّّ‫خمَّر‬ ََّ َّ‫ان َّال‬ََّ ‫ن َّ ََّك‬ ََّ َّ‫اَّأَنَّ َّه َّحَّي‬
َّ َ‫َّ ََّوبََّيََّانَّ َّ ََّه َّذ‬.َّ‫خر‬ ََّ َّ‫ك َّالَّقَّسَّمَّ َّال‬ ََّ َّ‫عَّلَيَََّّناَّإَّلَّ َّبَّ َّدَلَّيَّلَّ ََّّفَ ََّك َّذَل‬
ََّ َّ‫الَّتَّبََّاع‬
ََّ َّ‫عَّلَيَّنََّاََّّتَر‬
َّ‫ك‬ ََّ َّ َّ‫ل َّيَّوَّجَّب‬ َّ َ َّ َّ‫َّثَّمَّ َّ َّذَلَّك‬،َّ‫اَّأ َصََّل‬ َّ ‫ك َّ ََّرسَّوَّلَّ َّللاَّ َّ(ص)َّشَّرَّبََّ ََّه‬ ََّ ‫مَّبََّاحَّاََّّقَدَّ ََّّتَ ََّر‬
ََّ ‫ان َّمَّوَّجَّبَّاَّلََّلَّتَّبََّاعَّ ََّّلَ ََّك‬
َّ‫ان‬ ََّ ‫ق َّفَّعَّلَّهَّ ََّّلَوَّ َّ ََّك‬ ََّ َ‫َّيَّوَّضَّحَّ َّه ََّّأَنَّ َّمَّطََّّل‬،‫ح‬ ٌَّ ‫الشَّرَّبَّ َّفَّيَّ ََّماَّهَّ ََّو َّمَّبََّا‬
ََّّ‫حد‬ََّ َ‫عَّلَىَّكَّلَََّّّأ‬ ََّ ََّّ‫كَّيَّوَّجَّب‬ ََّ َّ‫َّل َنََّّ َّذَل‬
َّ ،‫ك‬ ََّ َّ‫َّوجَّهَََّّلَّلََّّقَوَّلََّّبَّ َّذَل‬ََّ ‫ل‬َّ َ ‫جمَّيَّعَََّّّأَفَّعََّالَّهََّّ ََّو‬ ََّ ََّّ‫عامَّاَّفَّي‬ ََّ َّ‫ك‬ ََّ َّ‫َّذَل‬
َّ َ َّ ‫َّل َنَّ َّه‬،
َّ‫ل‬ َّ َّ‫جمَّيَّعَّ ََّّأَفَّعََّالَّهَّ ََّّفَيََّقََّّتَدَّيَّ َّبَّه‬ ََّ َّ‫عَّلَى‬ ََّ َّ‫ل َّيََّّفَارَّقَّ َّه َّآنَّا َ ََّء َّاللَّيَّلَّ َّ ََّوالنَّ ََّهارَّ َّلَّيََّق‬
ََّ َّ ‫ف‬ َّ َ َّ َّ‫َّأَن‬
َّ.ٌ‫ح َّد‬ََّ َ‫لََّّيَقَّوَّلََّّبَّهَََّّّأ‬َّ َ ‫حَّقَقََّّ ََّو‬ َّ َ َّ‫َّو ََّمعَّلَّوَّ ٌَّمََّّأَنََّّهََّ َّذَاَّمَّم‬،
ََّ َ‫اَّلَّيَََّّت‬ ََّ ‫ك‬ ََّ َّ‫عنََّّالَّ ََّواجَّبََّّإَّلََّّبَّ َّذَل‬ ََّ ََّّ‫يََّخَّرَّج‬
.‫ك‬ 7 َ
ََّ َّ‫ع َّهَّفَّيََّّ َّذل‬ ََّ ‫لَّيََّلَّ ََّزمَّنََّاَّاتَّبََّا‬ َّ َ ََّّ‫قَّالَّفَّعَّل‬ ََّ َ‫اَّأَنََّّمَّطََّّل‬ َّ ََّ‫َّفَعََّ ََّرفَّن‬
Perbuatan Nabi saw. terbagi menjadi dua: melakukan dan meninggalkan.
Tidakmelakukannya nabi terhadap sebuah hal tidak wajib diikuti kecuali
apabila ada dalil, begitu pulaperbuatan nabi yang lain. Penjelasannya
adalah bahwa tatkala hukum meminum khamar masih mubah. Rasulullah
saw. benar-benar tidak meminum khamr sama sekali. Meski begitu kita
tidak wajib meninggalkan memunumnya sebab hal itu mubah. Seandainya
seluruh perbuatan beliau wajib diikuti niscaya semua perbuatannya wajib
diikuti (termasuk tidak meminum khamr) dan tidak ada yang berpendapat
demikian, sebab itu menjadikan setiap orang tidak boleh berpisah dari nabi
saw. siang dan malam agar bisa mengetahui perbuatannya lalu menirunya,
sebab ini adalah satu-satunya cara untuk terbebas dari hukum wajib.
Namun, jelas ini tidak akan dapat dilakukan dan tidak ada yang
berpendapat seperti ini. Karena itulah kita dapat mengetahui bahwa
kemutlakan perbuatan nabi tidak wajib diikuti.
3. Ibnu Qudamah al-Hanbali (w. 602 H.)

َّ‫َّفإنَّالنبيَّصلىَّللا‬،َّ‫وتركَّالنبيَّصلىَّللاَّعليهَّوسلمَّلَّيدلَّعلىَّالكراهة‬
‫عليهَّوسلمَّقدَّيتركَّالمباحَّكماَّيفعله‬
Tidakmelakukannya Nabi saw. tidak menunjukkan makruhnya perbuatan
yang tidak dilakukan, sebab sesungguhnya Nabi saw. terkadang tidak

7
Muhammad bin Ahmad al-Sarakhsi, Ushul al-Sarakhsi, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), vol. 2,
hal 88
8

melakukan perbuatan mubah sebagaimana terkadang pula beliau


melakukannya.

4. Ibnu Daqiq al-Id (w. 702 H.)

َّ8َّ‫عَّلَىَّاْلَّمَّتَّنََّاع‬ ََّ َّ‫ََّوَّلَي‬


ََّ ََّّ‫سَّالتَّرَّكََّّبَّ َّدَلَّيَّل‬
Tidak melakukannya (Nabi saw.) bukanlah dalil tidakbolehnya perkara
tersebut.

Dari penjelasan-penjelasan para ulama’ ini beserta argumentasi yang


dikemukakan oleh mereka, dapat disimpulkan bahwa tidakmelakukannya
Nabi saw. atas sebuah perbuatan bukan berarti perbuatan tersebut haram
dilakukan. Sehingga tradisi seperti mauludan, yasinan, dll. tidak bisa
dihukumi haram hanya berdasar tidak melakukannya nabi atas tradisi
tersebut. Bahkan, tradisi-tradisi tersebut merupakan hal yang masyru’, bisa
sunnah, bisa juga wajib, berdasarkan dalil-dalil umum, sebagaimana yang
kami jelaskan pada pembahasan dalil umum dan dalil khusus.

8
Ibnu Daqiq al-Id, Ihkam al-Ahkam Syarah Umdah al-Ahkam, (Mesir: Muassasah al-Risalah, 2005), 131

Anda mungkin juga menyukai