Anda di halaman 1dari 5

TAKDIR MENURUT ALIRAN-ALIRAN DALAM ISLAM

ALIRAN KHAWARIJ
Khawarij berarti orang-orang yang keluar barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini
menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah dan semata-mata untuk
berjuang di jalan Allah. Meskipun pada awalnya khawarij muncul karena persoalan politik,
tetapi dalam teapi dalam perkembangannya golongan ini banyak berbicara masalah teologis.
Alasan mendaar yang membuat golongan ini keluar dari barisan Ali adalh ketidak setujuan
mereka terhadap arbitrasi atau tahkim yang dijalankan Ali dalam menyelesaikan masalah
dengan Mu’awiyah.

Menurut keyakinan Khawarij, semua masalah antara Ali dan Mu’awiyah harus diselesaikan
dengan merujuk kepada hokum-hukum Allah yang tertuang dalam Surah al-Maidah Ayat 44
yang artinya,” Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itulah orang-orang kafir”. Berdasarkan ayat ini, Ali, Mu’awiyah dan orang-orang
yang menyetujui tahkim telah menjadi kafir karena mereka dalam memutuskan perkara tidak
merujuk Al-Qur’an.

Dalam aliran Khawarij terdapat enam sekte penting, yaitu al-Muhakkimah, al-Azariqah, an-
Najdat, al-Ajaridah, asy-Syufriyah dan al-Ibadiyah.

Lebih Simplenya Aliran Khawarij Ini Adalah Aliran Yg Gampang Mengkafirkan Orang

ALIRAN QODARIYAH
Nama Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya dan bukan nberasal dari pengertian bahwa manusia
terpaksa tunduk pada qadar Allah. Dalam sejarah perkembangan teologi Islam, tidak
diketahui secara pasti kapan aliran ini muncul.

Pendiri aliran ini adalah Ma’bad al-Juhani dan Gailan ad-Dimasyqi. Aliran ini mempunyai
pendapat bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatan baik ataupun jahat. Selain itu,
menurut aliran ini manusia mempunyai kemerdekaan atas tingkah lakunya. Ia berbuat baik
ataupun jahat atas kehendaknya sendiri. Degan demikian, menurut aliran ini manusia
diciptakan Allah mempunyai kebebasan untuk mengatur jalan hidupnyatanpa campur tangan
Allah. Oleh karena itu, jika manusia diberi ganjaran yang baik berupa surga atau disiksa di
neraka, semua itu adalah pilihan mereka sendiri.
ALIRAN JABARIYAH
Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung sarti memaksa. Smenurut al-
Syahrastani, Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan
menyandarkan perbuatamn tersebut kepada Allah.

Dalam sejarah tercatat bahwa orang yang pertama kali mengemukakan paham Jabariyah di
kalangan umat Islam adalh al-Ja’ad Ibnu Dirham. Pandangan-pandangan Ja’ad ini, kemudian
disebarluaskan oleh para pngikutnya, seperti Jahm bin Safwan. Manusia menurut aliran
Jabariyah adalah sangat lemah, tidak berdaya, serta terikat dengan kekuasaan dan kehendak
mutlak Tuhan. Manusia tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas, sebagaimana
dimiliki soleh paham qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh lepas
dari aturan, scenario, dan kehendak Allah. Segala akibat baik baik dan buruk yang diterima
oleh manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah. Akan tetapi, ada
kecendrungan bahwa Tuhan bahwa Tuhan lebih memperlihatkan sikap-Nya yang mutlak,
absolute, dan berbuat sekehenak-Nya. Hal ini dapat menimbulkan paham seolah-olah Tuhan
tidak adil. Misalnya, Tuhan menyiksa orang yang berbuat dosa yang dilakukan orang itu
terjadi atas kehendak-Nya.

Baik aliran Qadariyah maupun Jabariyah tampaknya memperlihatkan paham yang saling
bertentangan sekalipun mereka sama-sama berpegang pada Al-Qur’an. Hal ini
memperlihatkan betapa terbukanya kemungkinan terjadinay perbedaan pendapat dalm Islam.

ALIRAN MU’TAZILAH

Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan aliran Murji’ah
mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua pendapat ini, Wasil
bin Ata yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri, seorang ulama terkenal di Basra,
mendahuli gurunya dalam mengeluarkan pendapat. Wasil mengatakan bahwa orang mukmin
yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin dan kafir. Tegasnya, orang itu bukan
mukmin dan bukan kafir

Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang


lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya mereka banyak memakai akal
sehingga mendapat nama “kaum rasionalis Islam”

Setelah menyatakan pendapat itu, Wasil bi Ata meninggalkan perguruan Hasan al-Basri, lalu
membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal dengan Muktazillah. Pada awal
perkembangannya aliran ini tidak mendapat simpati umat Islam karena ajaran Muktazillah
sulit dipahami oleh beberapa kelompok masyarakat. Hal itu disebabkan ajarannya bersifat
rasional dan filosofis. Alas an lain adalah aliran Muktaszillah dinilai tidak berpegang teguh
pada sunnah Rasulullah SAW dan para sahabat. Aliran baru ini memperoleh dukungan pada
masa pemerintahan Khalifah al-Makmun, penguasa Bani Abbasiyah.
Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al- khamsah.
Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.

At-Taauhid (Tauhid)
Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT. Konsep
tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka senang disebut pembela tauhid
(ahl al-Tauhid).

Ad-Adl
Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai pengertian bahwa
Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya. Mereka
berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi manusia. Misalnya, tidak memberi
beban terlalu berat, mengirimkan nabi dan rasul, serta memberi daya manusia agar dapat
mewujudkan keinginannya.

Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).


Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang mukmin ke dalam
sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya mencampakkan orang kafir serta orang yang
berdosa besar ke dalam neraka.

Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).


Pemahaman ini merupakan ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan Muktazillah.
Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang Islam yang berbuat dosa besar. Orang jika
melakukan dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak kafir.
Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke
neraka selama-lamanya. Akan tetapi, sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang


Kemungkaran).
Dalam prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib menegakkan yang ma’ruf dan menjauhi
yang mungkar. Bahkan dalam sejarah, mereka pernah memaksakan ajarannya kepada
kelompok lain. Orang yang menentang akan dihukum.

AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH

Adapun ungkapan Ahlussunah (sering juga disebut sunni) dapat dibedakan menjadi dua
pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok
syiah. Dalam pengertian ini, Mu’tazilah-sebagaimana juga Asy’ariayah-masul dalam barisan
sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah mahzhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah
dan merupakan lawan Mu’tazilah.

Secara etimologis, istilah “Ahlus Sunnah Wal Jamaah” berarti golongan yang senantiasa
mengikuti jejak hidup Rasulallah Saw. dan jalan hidup para sahabatnya. Atau, golongan yang
berpegang teguh pada sunnah Rasul dan Sunnah para sahabat, lebih khusus lagi, sahabat yang
empat, yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin ‘Affan, dan Ali bin Abi
Thalib.
Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
sunnah shahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Al-Imam Ibnul Jauzi menyatakan tidak diragukan
bahwa Ahli Naqli dan Atsar pengikut atsar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan atsar
para shahabatnya, mereka itu Ahlus Sunnah.

Kata “Ahlus-Sunnah” mempunyai dua makna. Pertama, mengikuti sunah-sunah dan atsar-
atsar yang datangnya dari Rasulullah shallallu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat
radhiyallahu ‘anhum, menekuninya, memisahkan yang shahih dari yang cacat dan
melaksanakan apa yang diwajibkan dari perkataan dan perbuatan dalam masalah aqidah dan
ahkam.

Kedua, lebih khusus dari makna pertama, yaitu yang dijelaskan oleh sebagian ulama di mana
mereka menamakan kitab mereka dengan nama As-Sunnah, seperti Abu Ashim, Al-Imam
Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Al-Khalal dan lain-lain.
Mereka maksudkan (As-Sunnah) itu i’tiqad shahih yang ditetapkan dengan nash dan ijma’.

Kedua makna itu menjelaskan kepada kita bahwa madzhab Ahlus Sunnah itu kelanjutan dari
apa yang pernah dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam dan para shahabat
radhiyallahu ‘anhum. Adapun penamaan Ahlus Sunnah adalah sesudah terjadinya fitnah
ketika awal munculnya firqah-firqah.

Ada beberapa riwayat hadits tentang firqah atau millah ( golongan atau aliran) yang
kemudian dijadikan landasan bagi firqah ahlussunnah waljamaah. Sedikitnya ada 6 riwayat
hadits tentang firqah/millah yang semuanya sanadnya dapat dijadikan hujjah karena tidak ada
yang dloif tetapi hadits shahih dan hasan. Dari hadits yang kesimpulannya menjelaskan
bahwa umat Rasulullah akan menjadi 73 firqah, semua di nearka kecuali satu yang di surga.
itulah yang disebut firqah yang selamat (‫)الفرقة الناجية‬. Dari beberpa riwayat itu ada yang secara
tegas menyebutkan; ( ‫ )أهل الســنة والجمــاعة‬ahlussunnah waljamaah”. ataub “aljamaah”. (‫الجماعة‬
Tetapi yang paling banyak dengan kalimat; “ maa ana alaihi wa ashhabi” ( ‫ )ماأنا عليه وأصحا‬.
baiklah penulis kutipkan sebagian hadits tentang firqah atau millah:.

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitabnya Al-Ghunyah li Thalibi Thariq Al-Haqq, Juz 1,
Hal 80 mendefinasikan ASWAJA sebagai berikut;

“yang dimaksudkan dengan sunnah adalah apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW
(meliputi ucapan,perilaku serta ketetapan Baginda). Sedangkan yang dimaksudkan dengan
pengertian jemaah adalah sesuatu yang telah disepakati oleh para sahabat Nabi SAW pada
masa Khulafa’ Al-Rasyidin yang empat yang telah diberi hidayah oleh Allah SWT”.

Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah RA, Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,

“ Akan terpecah umat Yahudi kepada 71 golongan, Dan terpecah umat Nasrani kepada 72
golongan, Dan akan terpecah umatku menjadi 73 golongan. Semuanya akan dimasukkan
keneraka kecuali satu. Berkata para sahabat : Wahai Rasulullah, Siapakah mereka wahai
Rasulullah ?. Rasulullah menjawab : Mereka yang mengikuti aku dan para sahabatku”. (HR
Abu Daud,At-Tirmizi, dan Ibn Majah)

Dari pengertian hadits diatas dapat difahami dan disipulkan sebagai berikut:
Penganut suatu agama sejak sebelum Nabi Muhammad (Bani Israil) sudah banyak yang
‘menyimpang’ dari ajaran aslinya, sehingga terjadi banyak interpretasi yang kemudian
terakumulasi menjadi firqah-firqah.

Umat Nabi Muhammad juga akan menjadi beberpa firqah. Namun berapa jumlahnya?
Bilangan 73 apakah sebagai angka pasti atau menunjukkan banyak, sebagaimana kebiasaan
budaya arab waktu itu?.

Bermacam-macam firqah itu masih diakui oleh Nabi Muhammad SAW sebagai umatnya,
berarti apapun nama firqah mereka dan apaun produk pemikiran dan pendapat mereka asal
masih mengakui Allah sebagai Tuhan, Muhammad sebagi Nabi dan ka’bah sebagai kiblatnya
tetap diakui muslim. Tidak boleh di cap sebagai kafir. ‘lahu ma lana wa alaihi ma alainaa.’

Pengertian semua di nereka kecuali satu, yaitu mereka yang tidak persis sesuai dengan
sunnah Nabi dan para sahabatnya akan masuk neraka dahulu tapi tidak kekal didalmnya yang
nantinya akan diangkat ke surga kalau masih ada secuil iman dalam hatinya. Sedangkan yang
satu akan langsung ke surga tanpa mampir di neraka dahulu.
‫( الفرقة النـاجية‬kelompok yang selamat) adalah mereka yang mengikuti sesuai apa yang
dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya (‫ ) ماأناعليه وأصحـابه‬yang mungkin
berada di berbagai tempat, masa dan jamaah. tidak harus satu organisasi, satu negara, satu
masa atau satu partai dan golongan.

Istilah ahlu sunnah dan jamaah ini timbul sebagai reaksi terhadap paham-paham gilongan
Muktazilah, yang telah dikembangkan dari tahun 100 H atau 718 M. Dengan perlahan-lahan
paham Muktazilah tersebut memberi pengaruh kuat dalam masyarakat Islam. Pengaruh ini
mencapai puncaknya pada zaman khalifah-khalifah Bani Abbas, yaitu Al-Makmun, Al-
Muktasim, dan Al-Wasiq (813 M-847 M). Pada masa Al-Makmun, yakni tahun 827 M
bahkan aliran Muktazilah diakui sebagai mazhab resmi yang dianut negara.

Ajaran yang ditonjolkan ialah paham bahwa Al-Qur’an tidak bersifat qadim, tetapi baru dan
diciptakan. Menurut mereka yang qadim hanyalah Allah. Kalau ada lebih dari satu zat yang
qadim, berarti kita telah menyekutukan Allah. Menurut mereka Al-Qur’an adalah makhluk
yang diciptakan Allah. Sebagai konsekuensi sikap khalifah terhadap mazhab ini, semua calon
pegawai dan hakim harus menjalani tes keserasian dan kesetiaan pada ajaran mazhab.

Mazhab ahlu sunnah wal jaamaah muncul atas keberanian dan usaha Abul Hasan Al-Asy’ari.
Ajaran teologi barunya kemudian dikenal dengan nama Sunah wal Jamaah. Untuk
selanjutnya Ahli Sunah wal jamaah selalu dikaitkan pada kelompok pahan teologi Asy’ariyah
ataupun Maturidiyah.

Asy’ariyah banyak menggunakan istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah ini. Kebanyakan di
kalangan mereka mengatakan bahwa madzhab salaf “Ahlus Sunnah wa Jamaah” adalah apa
yang dikatakan oleh Abul Hasan Al-Asy’ari dan Abu Manshur Al-Maturidi. Sebagian dari
mereka mengatakan Ahlus Sunnah wal Jamaah itu Asy’ariyah, Maturidiyah,dan Madzhab
Salaf.

Anda mungkin juga menyukai