PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al- Asy’ari menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Dasar Aliran
Theologi Islam, bahwa perpecahan dalam masyarakat muslim secara implisit muncul
sejak pemberontakan terhadap kekhalifahan Utsman bin Affan. Kemudian terjadi
perlawanan Mu’awiyah, Talha dan Zubair terhadap Ali karena perebutan kekuasaan
politik.
Untuk mengenal dan memahami pemikiran aliran ini, maka pemakalah memaparkan
sejarah, pokok ajaran dan sekte-sekte yang muncul dalam aliran Murji’ah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah munculnya aliran Murji’ah?
2. Apa ajaran pokok dalam aliran Murji’ah?
3. Apa dan berapa sekte dalam aliran Murji’ah?
C. Tujuan
1. Untuk menguraikan sejarah munculnya aliran Murji’ah.
2. Untuk menguraikan ajaran pokok dalam aliran Murji’ah.
3. Untuk mengulas sekte-sekte dalam aliran Murji’ah.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Murji’ah
1. Pengertian Murji’ah
Kata al-Murji’ah adalah bentuk isim fa’il yang mendapat ta’ marbutah (murji’un-
murji’atun). Fi’il madhinya (arja’a)-yurji’u-irja’a, artinya bisa bermacam-macam yaitu
menunda (menangguhkan), memberi harapan dan mengesampingkan.Nurdin menguraikan
ketiga makna tersebut sebagai berikut:
a. Menunda (menangguhkan) maksudnya ialah dalam menghadapi sahabat-sahabat
yang bertentangan, mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa yang bersalah.
Sikap mereka adalah menunda dan menangguhkan penyelesaian persoalan
tersebut di hari akhirat kelak di hadapan Allah.
b. Memberi harapan maksudnya ialah orang-orang Islam yang berbuat dosa besar
tidak mrnyeabkan mereka menjadi kafir. Mereka tetap mukmin dan tetap
mendapatkan rahmat Allah meskipun mereka harus masuk lebih dahulu dalam
neraka karena perbuatan dosanya. Nama al-Murji’ah diberikan untuk golongan ini
karena mereka memberi pengharapan bagi orang yang berdosa besar untuk masuk
surga.
c. Mengesampingkan maksudnya ialah golongan ini menganggap yang penting dan
diutamakan adalah iman, sedang amal perbuatan hanya merupakan soal kedua,
yang menentukan mukmin atau kafirnya seseorang adalah imannya bukan
perbuatannya. Dengan kata lain perbuatan itu berada di belakang setelah iman
dalam pengertian kurang penting atau dikesampingkan.
Sedangkan Dr. Abdul Mun’im Al-Hafni menjelaskan bahwa irja’ memiliki dua makna;
yang pertama adalahta’khir (mengakhirkan, maksudnya; kelompok ini sepakat untuk
mengakhirkan amal setelah iman). Sedangkan makna kedua adalah i’tha’u ar-raja’a
(memberikan harapan; pengikut kelompok ini sepakat memberi harapan bagi pelaku dosa
besar, tetap mendapatkan pahala atas keimanannya).
Belum ada bukti yang pasti mengenai siapa yang menamai golongan ini, Nurdin
menyatakan bahwa terdapat kecenderungan golongan mereka sendiri yang menamainya.
Penamaan tersebut diilhami oleh ayat Al-Qur’an, QS. At-Taubah (9): 106;
َ علَ ْي ِه ْم وهللا
)106( ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم ُ ُ ألم ِر هللا إ َّما يَت
َ وب َ َوآ َخ ُر
ْ ون ُم ْر َج ْو َن
“Dan ada (pula)orang-orang lain yang ditangguhkan sampai ada keputusan Allah;
adakalanya Allah akan mengazab mereka dan adakalanya Allah akan menerima taubat
mereka. Dan Allah maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”(QS. At-Taubah (9): 106 ).
Teori kedu mengatakan bahwa, gagasan irja’, yang merupakan basis doktrin Murji’ah,
muncul pertama kali sebagai gerakan politik yang diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Thalib,
Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah sekitar tahun 695 H. Penggagas teori ini
menceritakan bahwa 20 tahun setelah kematian Muawiyah , pada tahun 680 H dunia Islam
dikoyak oleh pertikaian sipil. Al-Mukhtar membawa paham Syi’ah ke Kufah dari tahun 685-
687 H; Ibn Zubayr mengklaim kekhalifahan di Mekah hingga yang berada di bawah
kekuasaan Islam. Sebagai respon dari keadaan ini, muncul gagasan irja’atau penangguhan
(postponenment). Gagasan ini pertama kali dipergunakan oleh cucu Ali dalam surat
pendeknya. Dalam surat itu, Al-Hasan menunjukkan sikap politiknya dengan mengatakan,
“Kita mengakui Abu Bakar dan Umar, tetapi menangguhkan keputusan atas persoalan yang
terjadi pada konflik sipil pertama yang melibatkan Utsman, Ali dan Zubayr”. Dengan sikap