Oleh:
Kelompok 8
PAI-5 / III
Dosen Pengampu:
Abdul Rahman Ali, M. Pdi.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah ﷻ, Tuhan seru sekalian alam yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan tepat waktu. Sholawat dan salam hendaknya senantisa kita
sanjungkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ. Nabi terakhir yang diutus
membawa agama Islam yang penuh rahmat, dan membawa keselamatan di
kehidupan dunia dan akhirat.
Makalah Memahami Aliran Ilmu Kalam Dan Ajaran Pokok ini disusun untuk
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Aqidah Akhlak. Kami mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses
penyelesaian tugas ini, khususnya bapak Abdul Rahman Ali, M. Pdi. selaku
dosen pada mata kuliah Aqidah Akhlak.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Kami
mengharapkan kritik dan saran guna menambah pembelanjaran dan perbaikan
pada tugas kami kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca dan semoga amal ibadah serta kerja keras,
senantiasa mendapat ridho dan ampunan dari-Nya. Aamiin.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 1
BAB II ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM....................................................... 2
A. Aliran Khawarij............................................................................ 2
B. Aliran Murji’ah.............................................................................. 4
C. Aliran Syi’ah................................................................................ 6
D. Aliran Qadariyah.......................................................................... 8
E. Aliran Jabariyah.......................................................................... 10
F. Aliran Mu’tazilah.......................................................................... 11
G. Aliran Ahlussunnah wal jama’ah................................................. 12
BAB III PENUTUP......................................................................................... 15
A. Kesimpulan.................................................................................. 15
B. Saran........................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berangakat dari materi pembahasan kelompok pada makalah ini, dapat kita
sadari bahwa mempelajari ilmu kalam sangatlah penting untuk diketahui oleh
seorang muslim yang mana pembahasan dalam ilmu kalam ini adalah
pembahasan tentang aqidah dalam Islam yang merupakan inti dasar agama.
Karena persolaan aqidah ini berpengaruh pada keyakinan yang berkaitan
dengan bagaimana seorang muslim itu harus menginterpretasikan bahwa Allah
ﷻitu adalah satu-satunya Illah yang patut disembah sehingga terhindar dari
jurang kesesatan dan dosa yang tak terampunkan (syirik).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja aliran-aliran dalam ilmu kalam?
2. Bagaimana aliran-aliran dalam ilmu kalam?
3. Apa saja ajaran-ajaran pokok dalam ilmu kalam?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran dalam ilmu kalam.
2. Untuk mengetahui bagaimana aliran-aliran dalam ilmu kalam.
3. Untuk mengetahui apa saja ajaran-ajaran pokok dalam ilmu kalam.
1
BAB II
A. Aliran Khawarij
Latar belakang ketidak setujuan mereka itu, beralasan bahwa tahkim itu
merupakan penyelesaian masalah yang tidak di dasarkan pada ajaran Al-
Qur’an, tapi ditentukan oleh manusia sendiri, dan orang yang tidak memutuskan
hukum dengan Al-Qur’an adalah kafir. Dengan demikian, orang yang melakukan
tahkim dan menerimanya adalah kafir.
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini
selanjutnya berbalik menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh
pelaku tahkim lainnya yaitu Abu Musa Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan
Amr Bin Ash. Untuk itu mereka berusaha keras agar dapat membunuh ke empat
1
Abuddin Nata, Ilmu kalam, Filsafat, dan tasawuf, ( Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1995) hlm. 29
2
M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta :RajaGrafindo Persada, 1996) hlm.102
2
tokoh ini, dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang berhasil terbunuh ditangan
mereka.
a. Tokoh-tokoh Khawarij
Diantara tokoh-tokoh khawarij yang terpenting adalah :
1) Abdullah bin Wahab al-Rasyidi, pimpinan rombongan sewaktu
mereka berkumpul di Harura (pimpinan Khawarij pertama)
2) Urwah bin Hudair
3) Mustarid bin sa’ad
4) Hausarah al-Asadi
5) Quraib bin Maruah
6) Nafi’ bin al-azraq (pimpinan al-Azariqah)
7) Abdullah bin Basyir
8) Zubair bin Ali
9) Qathari bin Fujaah
10) Abd al-Rabih
11) Abd al Karim bin ajrad
12) Zaid bin Asfar
13) Abdullah bin ibad.3
3
Ibid. hlm.104
3
5) Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan
bersikap adil dan menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman
bunuh bila zhalim.
6) Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari
masa kekhalifahannya Usman r.a dianggap telah menyeleweng,
7) Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim
(Arbitrase).
1) Al-Muhakkimah
2) Al-Azariqah
3) Al-Najdat
4) Al-baihasyiah
5) Al-Ajaridah
6) Al-Sa’Alibah
7) Al-Ibadiah
8) Al Sufriyah
B. Aliran Murji’ah
a. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Murji’ah
Nama Murji'ah diambil dari kata irja atau arja'a yang bermakna
penundaan, penangguhan. dan Pengharapan. Kata arja'a mengandung Pula arti
memberi harapan, yakni memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk
memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Selain itu, arja'a berarti pula
meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan
amal dan iman. Oleh karena itu Murji’ah, artinya orang yang menunda penjelasan
kedudukan seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta
pasukannya masing-masing, ke hari kiamat kelak.
4
1) Adanya perbedaan pendapat antara Syi’ah dan Khawarij,
mengkafirkan pihak-pihak yang ingin merebut kekuasaan Ali dan
mengakfirkan orang- yang terlihat dan menyetujui tahkim dalam
perang siffin.
2) Adanya pendapat yang menyalahkan Aisyah dan kawan-kawan yang
menyebabkan terjadinya perang jamal.
3) Adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut
kekuasaan Usman bin Affan.
b. Ajaran-ajaran Murji’ah
Tokoh murji’ah Moderat antara lain adalah hasan bin Muhammad bin Ali
bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli hadits, yang
berpendapat bahwa bagaimanapun besarnya dosa seseorang kemungkinan
mendapat ampunan dari Tuhan masih ada. Sedangkan yang ekstrem antara lain
ialah kelompok Jahmiyah, pengikut Jaham bin Shafwan. Kelompok ini
berpendapat, sekalipun seseorang menyatakan dirinya musyrik, orang itu tidak
dihukum kafir.5
C. Aliran Syi’ah
4
Ibid. hlm.106
5
Ibid. hlm.108
5
a. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Qadariyah
Arti Syi’ah dalam bahasa Arab adalah pengikut. Sedangkan arti “kaum
Syi’ah” menurut istilah yang dipakai dalam lingkungan umat Islam ialah kaum
yang beri’tiqad bahwa saidina ‘Ali adalah orang yang berhak menjadi khalifah
pengganti nabi, karena nabi berwasiat bahwa pengganti beliau sesudah wafat
adalah saidina ‘Ali.6
Terdapat dua pendapat mengenai latar belakang munculnya aliran Syi’ah, yaitu:
Syi’ah mulai muncul pada akhir dari masa jabatan Usman bin Affan
kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Secara historis, akar aliran Syi’ah terbentuk segera setelah kematian Nabi
Muhammad, yakni ketika Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama pada
pertemuan tsaqifah yang diselenggarakan di Dar al-Nadwa, di Madinah.
Pemilihan tersebut dilaksanakan secara tergesa-gesa sebagai wujud persaingan
antara kelompok Anshar dan Muhajirin yang sempat mengancam perpecahan
Islam. Dalam pertemuan itu Ali tidak hadir karena sibuk mengurus jenazah Nabi.
Pada waktu itu usia Ali 30 tahun, di mana bangsa Arab menjadikan usia sebagai
syarat penting kecakapan dalam kepemimpinan, meskipun secara historis
terdapat sejumlah pengecualian akan hal tersebut. Tetapi pengikut Ali, pada saat
itu, merasa bahwa klaim mereka telah direbut secara tidak adil.
6
Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunah Wal Jamaah, (Jakarta Selatan: Pustaka Tarbiyah
Baru, 2010) hlm. 93
6
depotisme keluarga Umayah, Ali kemudian diangkat menjadi khalifah keempat
pada tahun 35H/656M.
Aliran yang paling terkenal dengan peristiwa ini adalah Khawarij yang
muncul sebagai pasukan yang keluar dari barisan Ali atau memisahkan diri
sebagai bentuk protes terhadap keputusan Ali dan pada saat yang bersamaan
juga muncul satu golongan yang tetap setia mendukung Ali bin Abi Thalib, yang
pada berikutnya terkenal dengan nama Syi’ah, yang dalam perkembangannya
hadir sebagai sebuah aliran yang memiliki konsep dan ajaran tersendiri. Dalam
perkembangannya, Syi’ah dapat diterima oleh banyak kalangan namun dengan
banyak perbedaan dan perpecahan yang melahirkan sekte yang tidak sedikit
dalam Syi’ah itu sendiri. Tetapi sekalipun Syi’ah terpecah kepada beragam sekte,
namun mereka mempunyai keyakinan yang sama pada umumnya, yang
merupakan ciri Syi’ah secara menyeluruh.
Kaum Syi’ah memiliki lima prinsip utama yang wajib di percayai oleh
penganutnya. Kelima prinsip itu adalah :
1) At Tauhid
7
Kaum Syi’ah mengimani sepenuhnya bahwa Allah itu ada, Maha esa,
tunggal, tempat bergantung segala makhluk, tidak beranak, tidak diperanakkan,
dan tidak ada seorang pun yang menyamainya. Dan juga mereka mempercayai
adanya sifat-sifat Allah.
2) Al ‘adl
Kaum Syi’ah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah tidak
melakukan perbuatan zhalim dan perbuatan buruk, ia tidak melakukan perbuatan
buruk karena ia melarang keburukan, mencela kezaliman dan orang yang
berbuat zalim.
3) An Nubuwwah
4) Al imamah
5) Al ma’ad
Ma’ad berarti tempat kembali (hari akhirat), kaum Syi’ah sangat percaya
sepenuhnya akan adanya hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti terjadi.
D. Aliran Qadariyah
8
dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada
qadar dan qada Tuhan.7
Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari
pada prinsip ajaran Al-Qur’an dan hadits sendiri. Al-Qur’an dan Hadits mereka
tafsirkan berdasarkan logika semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu
tidak bisa menjamin seluruh kebenaran, sebab logika itu hanya jalan pikiran yang
menyerap hasil tangkapan panca indera yang serba terbatas kemampuannya.
Jadi seharusnya logika dan akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Qura’n
dan Hadits, bukan sebaliknya.8
Tokoh utama Qadariyah ialah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan al Dimasyqi. Kedua
tokoh ini yang mempersoalkan tentang Qadar.
Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam halaman 297/298, pokok-
pokok ajaran qadariyah adalah :
1) Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlah mukmin,
tapi fasik dan orang fasik itu masuk neraka secara kekal.
2) Allah ﷻ. tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan
manusialah yang menciptakannya dan karena itulah maka manusia
akan menerima pembalasan baik (surga) atas segala amal baiknya,
dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal
perbuatannya yang salah dan dosa. Karena itu pula maka Allah berhak
disebut adil.
7
Abuddin Nata, op. cit. hlm. 122
8
Zainuddin, Ilmu Tauhid, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992) hlm. 45
9
3) Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu
dalam arti bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seperti ilmu,
qudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan zatnya
sendiri. Menurut mereka Allah ﷻ. itu mengetahui, berkuasa, hidup,
mendengar, dan meilahat dengan zatnya sendiri.
4) Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah
tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada yang
memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.9
E. Aliran Jabariyah
a. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Jabariyah
Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa.
Sedangkan menurut As-syahrastani bahwa jabariyah berarti menghilangkan
perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut
kepada Allah ﷻ. Dalam istilah Inggris paham jabariyah disebut fatalisme atau
predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia
ditentukan sejak semula oleh qada dan qadar Tuhan. Dengan demikian posisi
manusia dalam paham ini tidak memiliki kebebasan dan inisiatif sendiri, tetapi
terikat pada kehendak mutlak Tuhan. oleh karena itu aliran Jabariyah ini
menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini betul
melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.
Menurut catatan sejarah, paham jabariyah ini di duga telah ada sejak
sebalum agama Islam datang ke masyarakat arab. Kehidupan bangsa arab yang
diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar terhadap
hidup mereka, dengan keadaan yang sangat tidak bersahabat dengan mereka
pada waktu itu. Hal ini kemudian mendasari mereka untuk tidak bisa berbuat
apa-apa, dan menyebankan mereka semata-mata tunduk dan patuh kepada
kehendak tuhan.
9
Ibid. hlm. 47
10
perkembangannya aliran ini di sebarluaskan oleh Jahm bin Shafwan. Karena itu
aliran ini terkadang disebut juga dengan Jahmiah.
F. Aliran Mu’tazilah
Lafazh Mu’tazilah berasal dari kata i’tizal yang artinya “memisahkan diri”,
pada mulanya nama ini di berikan oleh orang dari luar mu’tazilah karena
pendirinya Washil bin Atha’ tidak sependapat dan memisahkan diri dari gurunya,
Hasan al-Bashri. Dalam perkembangan selanjutnya, nama ini kemudian di setujui
oleh pengikut Mu’tazilah dan di gunakan sebagai nama dari bagi aliran teologi
mereka.
Aliran mu’tazilah lahir kurang lebih 120 H, pada abad permulaan kedua
hijrah di kota basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, namun
sebenarnya, aliran ini telah muncul pada pertengahan abad pertama hijrah yakni
diisitilahkan pada para sahabat yang memisahkan diri atau besikap netral dalam
peristiwa-peristiwa politik. Yakni pada peristiwa meletusnya perang jamal dan
perang siffin, yang kemudian mendasari sejumlah sahabat yang tidak mau
terlibat dalam konflik tersebut dan memilih untuk menjauhkan diri mereka dan
memilih jalan tengah.
Ada lima prinsip pokok ajaran Mu’tazilah yang mengharuskan bagi pemeluk
ajaran ini untuk memegangnya, yang dirumuskan oleh Abu Huzail al-Allaf :
10
Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunah Wal Jamaah, (Jakarta Selatan: Pustaka Tarbiyah
Baru, 2010) hlm. 277
11
3) Al Wa’d wa al wa’id (janji dan ancaman)
4) Al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)
5) Amar ma’uruf dan Nahi mungkar.
12
Aliran ini muncul sebagai reaksi setelah munculnya aliran Asy’ariyah dan
maturidiyah, dua aliran yang menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah.
Tokoh utama yang juga merupakan pendiri mazhab ini adalah Abu al hasan al
Asy’ari dan Abu Mansur al Maturidi.
Pokok-pokok pemikirannya
Pokok-pokok pemikirannya :
12
M. Yusran Asmuni, op. cit. Hlm. 122
13
3. Al Qur’an. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari
4. Kewajiban Tuhan. Menurutnya, Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban
tertentu.
5. Muslim yang berbuat dosa. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari
6. Janji Tuhan. Menurutnya, janji pahala dan siksa mesti terjadi, dan itu
merupakan janji Tuhan yang tidak mungkin dipungkirinya.13
13
Ibid. hlm. 128
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat kita pahami bahwa Islam telah hadir sebagai
pelopor lahirnya pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang semuanya itu dapat
kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan bahwa
Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah bukanlah sesempit yang dipahami
pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada al-Quran dan As-Sunnah
dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.
B. SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16