Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ALIRAN KHAWARIJ

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ilmu Kalam

Disusun oleh :

1. Sesa Dwi Liawati


NPM : 211140048
2. Fina Selfiana
NPM : 211140017

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU (IAIM NU)


METRO LAMPUNG
TAHUN 2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpah rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kalam yang berjudul
“Aliran Khawarij”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut mendo’akan dan
membantu membuat makalah ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan
yang telah diberikan kepada penulis.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Metro, 05 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Table of Contents
MAKALAH................................................................................................................................................1
ALIRAN KHAWARIJ...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4
1.1        Latar Belakang Masalah...............................................................................................................4
1.2        Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3        Tujuan Masalah...........................................................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................................................5
PAHAM KAUM KHAWARIJ........................................................................................................................5
2.1        Arti Kata Khawarij........................................................................................................................5
2.2        Latar Belakang Munculnya Kaum Khawarij.................................................................................5
2.3        Paham Kaum Khawarij.................................................................................................................7
2.4        Sub – Sub sekte dalam Kaum Khawarij........................................................................................9
2.5        I’tikad Kaum Khawarij yang Bertentangan dengan I’tikad Kaum Ahlussunnah Wal Jamaah.....13
BAB III.......................................................................................................................................................18
PENUTUP..................................................................................................................................................18
3.1        Kesimpulan................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang Masalah

Pemahaman terhadap berbagai paham – paham dalam kancah dunia Islam merupakan hal yang
sangat penting. Islam sering digonjang ganjing dengan paham yang setengah – setengah dan
menjadi salah kaprah.

Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin rusaknya moral para penghuni dunia ini maka
tidak ada salahnya untuk menjaga diri kita dan membentengi akidah kita, maka pemahaman
terhadap paham – paham yang ada dalam Islam sangatlah perlu. Salah satunya dari paham –
paham yang ada adalah paham kaum Khawarij.

1.2        Rumusan Masalah

Dari uraian diatas kita dapat merumuskan bahwa:

1. Apa yang dimaksud dengan Khawarij?


2. Bagaimana sejarah kemunculan Aliran Khawarij?
3. Bagaimanakah paham kaum Khawarij?
4. Bagaimanakah Sub – Sub sekte dalam paham kaum Khawarij?
5. Mengidentifikasi paham kaum Khawarij?

1.3        Tujuan Masalah

Adapun tujuan masalah yang ada dalam pembahasan makalah ini adalah:

1. Mengetahui yang dimaksud dengan Khawarij.


2. Mengetahui sejarah kemunculan Aliran Khawarij.
3. Memahami paham kaum Khawarij.
4. Mengetahui Sub – Sub sekte dalam Khawarij.
5. Mampu mengidentifikasi paham/aliran Khawarij.

4
BAB II

PAHAM KAUM KHAWARIJ

2.1        Arti Kata Khawarij

Khawārij (Arab: ‫خوارج‬ baca Khowaarij, secara harfiah berarti "Mereka yang Keluar") ialah


istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang awalnya mengakui
kekuasaan Ali bin Abi Thalib, lalu menolaknya. Disebut Khowarij disebabkan karena keluarnya
mereka dari dinul Islam dan pemimpin kaum muslimin.

Kata Khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali
bin Abi Thalib yang kemudian keluar dan meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan
terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam perang Shiffin pada tahun
37/648 Masehi dengan kelompok Muawiyah bin Abu Sufyan perihal persengketaan khalifah.

2.2        Latar Belakang Munculnya Kaum Khawarij

Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah, bahwa Nabi Muhammad di samping sebagai Rasul
beliau juga pemimpin umat, sebagai kepala Negara. Ini berarti bahwa Islam disamping sebagai
system agama, juga sebagai system politik, yang mengatur tentang ketatanegaraan.

Oleh karena itu tidak mengherankan, kalau pada waktu Nabi Muhammad wafat, masyarakat
Madinah menjadi bingung memikirkan pengganti beliau untuk mengepalai Negara Islam yang
belum lama berdiri.

Maka timbullah masalah besar bagi mereka, yaitu siapakah yang akan menggantikan Nabi
Muhammad sebagai kepala Negara. Masalah ini dikenal dalam sejarah Islam sebagai masalah
khilafah. Sebagai Nabi atau Rasul, mereka tidak mempersoalkannya, sebab Nabi atau Rasul itu
tidak dapat digantikan.

Dalam sejarah kita ketahui bahwa masyarakat Islam pada waktu itu menyetujui Abu Bakar
sebagai pengganti Nabi Muhammad dalam mengepalai Negara mereka. Karena itu Abu Bakar
dikenal sebagai khalifah pertama. Kemudian Abu Bakar digantikan oleh Umar ibn al-Khatab
sebagai khalifah kedua, dan kemudian Umar digantikan oleh Usman ibn Affan sebagai khalifah
ketiga.

Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, Usman termasuk dalam golongan pedangan Quraisy yang
sangat kaya. Kaum keluarganya terdiri dari orang-orang aristokrasi Mekkah, yang karena
pengalaman dagang, mereka mempunyai pengetahuan tentang administrasi. Pengetahuan mereka
ini sangat bermanfaat dalam mengelola administrasi daerah- daerah di luar semenanjung Arabia,

5
yang semakin lama semakin bertambah banyak masuk ke bawah kekuasaan Islam. Gubernur-
gubernur yang diangkat oleh Umar ibn al- Khattab, khalifah yang terkenal sebagai orang kuat
dan tak memikirkan kepentingan sendiri atau kepentingan keluarganya itu dijatuhkan oleh
Usman.

Tindakan-tindakan politik yang dijalankan Usman ini sudah barang tentu menimbulkan reaksi
yang tidak menguntungkan bagi khalifah Usman sendiri. Sahabat-sahabat Nabi yang mulanya
menyokong Usman, ketika melihat tindakan yang kurang tepat itu, mulai meninggalkan khalifah
yang ketiga ini. Orang-orang yang semula ingin menjadi khalifah mulai pula menangguk di air
keruh yang timbul pada waktu itu. Perasaan tidak senang muncul di daerah-daerah. Dari Mesir
sebagai reaksi terhadap dijatuhkannya Umar ibn al-As yang diganikan oleh Abdullah ibn Sa’d
ibn Abi Sarh, salah satu anggota kaum keluarga Usman, sebagai Gubernur Mesir, lima ratus
pemberontak bergerak ke Madinah. Perkembangan suasana di Madinah selanjutnya
menimbulkan pembunuhan terhadap Usman, yang dilakukan oleh pemuka-pemuka
pemberontakan dari Mesir.

Setelah Usman wafat, maka Ali menjadi khalifah yang keempat. Tetapi ia mendapat tantangan
dari pemuka-pemuka yang ingin pula menjadi khalifah, terutama Talhah dan Zubair dari
Mekkah, yang mendapat sokongan dari Aisyah. Tantangan dari Aisyah-Talhah Zubair ini dapat
dipatahkan oleh kekuatan Ali. Dalam pertempuran yang terjadi di Irak pada tahun 656 M. Talhah
dan Zubair mati terbunuh dan Aisyah dikirim kembali ke Mekkah.

Selanjutnya Al-Tabari menerangkan, bahwa tantangan kedua datang dari Mu’awiyah. Gubernur
Damaskus dan keluarga dekat Usman. Seperti halnya Talhah dan Zubair, ia tak mau mengakui
Ali sebagai khalifah. Ia menuntut kepada Ali agar ia menghukum orang-orang yang membunuh
Usman. Bahkan ia menuduh Ali turut campur dalam pembunuhan itu. Salah seorang pemuka
pemberontak Mesir yang datang ke Madinah dan kemudian membunuh Usman adalah
Muhammad ibn Abi Bakr, anak angkatnya Ali bin Abi Thalib. Lagi pula Ali nampak tidak
mengambil tindakan keras terhadap kaum pemberontak itu, bahkan Muhammad ibn Abi Bakr
diangkat oleh Ali menjadi Gubernur Mesir.

Dalam pertempuran yang terjadi antara kedua golongan ini dalam perang “Siffin”, pasukan Ali
dapat mendesak pasukan Mu’awiyah. Tetapi tangan kanan Mu’awiyah, yaitu Amr ibn al-‘As,
yang terkenal sebagai orang yang sangat licik, minta berdamai dengan mengangkatkan Quran
keatas. Qurra’ yang ada di pihak Ali mendesak Ali supaya menerima tawaran itu, dan dengan
demikian dicarinyalah perdamaian dengan mengadakan arbitrase (tahkim). Sebagai arbiters
diangkatlah dua orang, yaitu Amr ibn al-As dari pihak Mu’awiyah dan Abu Musa al-Asy’ari dari
pihak Ali. Dalam pertemuan mereka, kelicikan Amr ibn al-‘As dapat mengalahkan Abu Musa
yang terkenal sangat takwa.

Karena tidak setuju dengan sikap Ali bin Abi Thalib yang menerima “tahkim” (arbitrase) sebagai
jalan untuk menyelesaikan persengketaannya dengan Mu’awiyah ibnu Abi Sufyan maka
pengikut Ali yang tidak setuju dengan penerimaan “tahkim”,  mereka menyatakan keluar dari
pengikut Ali bin Abi Thalib. Kaum inilah yang disebut dengan kaum Khawarij.

6
Kaum khawarij terkenal kaum yang keras, tidak pandai berminyak air. Mereka berjuang mati –
matian untuk menegakan fahamnya dan memberikan pengorbanan apa saja, sampai kepada
jiwanya, dalam menegakan fahamnya.

Pada saat  itu pengikut kaum Ali bin Abi Thalib harus memusatkan perhatiannya untuk
menghancurkan kaum Khawarij itu terlebih dahulu. Tetapi setelah mereka ini kalah, pasukan Ali
merasa sudah terlalu capai untuk meneruskan pertempuran dengan pasukan Mu’awiyah. Karena
itu Mu’awiyah tetap berkuasa di Damaskus, dan setelah Ali ibn Abi Thalib wafat. Mu’awiyah
dengan mudah dapat memperoleh pengakuan sebagai Khalifah Umat Islam pada tahun 661 M.

Walaupun kaum khawarij mengalami kekalahan besar, namun mereka dapat menyusun kembali
barisan mereka untuk meneruskan perlawanan mereka terhadap kekuasaan Islam resmi, baik di
zaman dinasti Bani Umayyah, maupun di zaman kekuasaan dinasti Bani Abbas. Pemegang-
pemegang kekuasaan yang ada pada waktu itu mereka anggap telah menyeleweng dari Islam,
karena itu menurut mereka harus ditentang dan dijatuhkan.

Setelah Saidina Ali sebagai Khalifah ke IV meninggal terbunuh dan setelah Saidina Hasan bin
Ali menyerahkan Khalifah kepada Saidina Muawiyah serta setelah Saidina Husein meninggal di
Padang karbella maka kaum Khawarij tidak bertambah mundur, tetapi tambah beringas dan
bertambah garang melawan kekuasaan Saidina Mu’awiyah. Mereka membangun organisasi
mereka dengan rapi. Gerakan Khawarij menjadi bercabang dua yaitu:

1. Bermarkas negeri Bathaih yang dikepalai oleh Nafi’ bin azraq dan Qathah bin Faja’ah.
Mereka mengontrol kaum khawarij yang berada di Persia dan satu lagi di Kiraman untuk
daerah – daerah di sekeliling Irak.
2. Bermarkas di Arab daratan yang menguasai kaum Khawarij yang berada di Yaman,
Hadharamaut dan thaif. Adapun markas ini dikepalai oleh Abu Thaluf, Najdah bin ‘Ami
dan Abu Fudaika.

Mulanya kaum Khawarij hanya mempersoalkan Khalifah dan tahkim, tetapi kemudian merembet
– rembet kepada soal – soal i’tikad dan kepercayaan, sehingga dalam dunia islam terbentuk suatu
faham yang dinamakan Faham “Khawarij” .

2.3        Paham Kaum Khawarij

Prof. Dr. Harun Nasution menyatakan bahwa menurut Abu Zahrah, timbulnya paham teologi
dalam kalangan kaum khawarij bermula dari paham mereka dalam masalah-masalah
politik/ketatanegaraan.

Dalam lapangan ketatanegaraan mereka memang mempunyai paham yang berlawanan dengan
paham yang ada pada waktu itu. Mereka lebih bersifat demokratis, karena menurut mereka
Khalifah atau Imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam, yang berhak menjadi
Khalifah itu bukan hanya anggota suku bangsa Quraisy, bahkan juga bukan hanya orang Arab
saja, tetapi siapa saja orang Islam yang sanggup dan mampu, walaupun ia seorang hamba yang

7
berasal dari Afrika. Khalifah yang terpilih akan terus memegang jabatannya selama ia masih
bersikap adil dan menjalankan syariat Islam. Tetapi kalau ia sudah menyimpang dari ajaran-
ajaran Islam, maka ia wajib dijatuhkan atau dibunuh.

Selanjutnya di dalam kitab Maqalat disebutkan, bahwa dalam hubungannya dengan khalifah-
khalifah yang empat, maka khalifah atau pemerintah Abu Bakar dan Umar ibn al- Khattab
seluruhnya dapat mereka terima, karena kedua khalifah tersebut diangkat dan tidak nyeleweng
dari ajaran- ajaran Islam.

Akan tetapi pada pemerintahan Ali ibn Abi Thalib, menurut pandangan mereka Ali telah
menyeleweng dari ajaran Islam sejak terjadinya peristiwa arbitrase (tahkim) sebagai jalan untuk
menyelesaikan persengketaan tentang khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah ibn Abi
Sufyan.

Karena itu Usma dan Ali menurut pandangan mereka telah menjadi kafir. Demikian pula
Mu’awiyah, Amr ibn al ‘As, Abu Musa al-Asy’ari dan semua orang yang mereka anggap telah
menyimpang atau menyeleweng dari ajaran Islam yang benar.

Dengan demikian dalam kalangan kaum khawarij mulai memasuki persoalan “kufr”: siapakah
yang disebut “kafir”, dan mereka anggap tidak keluar dari Islam, dan siapa pula yang disebut
“mukmin”, dan mereka anggap tidak keluar dari Islam.

Persoalan-persoalan serupa ini bukan lagi merupakan persoalan politik, tetapi sudah berubah
menjadi persoalan teologi.

Pendapat tentang siapa yang sebenarnya masih dipandang sebagai orang Islam, dan siapa yang
telah keluar dari Islam dan dipandang sebagai orang kafir, serta soal-soal yang bersangkut-paut
dengan ini, dikalangan kaum khawarij tidak selamanya sama, sehingga timbullah beberapa
golongan kecil atau sub-sub sekte dalam kalangan khawarij. Dalam kitab Al- Milal waal-Nihal
Al-Baqdadi, mereka terpecah menjadi 20 sub sekte, bahkan menurut Al-Asy’ari, mereka
terpecah menjadi sub-sub sekte yang jumlahnya lebih besar lagi.

Prof. Dr. Harun Nasution menambahkan bahwa kaum Khawarij itu pada umumnya terdiri dari
orang-orang Arab Badawi. Mereka hidup di padang pasir yang tandus, yang membuat mereka
bersifat sederhana dalam cara hidup dan pemikiran mereka, tetapi mereka sangat keras hati dan
berani serta bersikap merdeka, tidak mau tergantung pada orang lain. Agama tidak membawa
perubahan dalam sifat-sifat ke Badawian. Mereka telah bersikap bengis, suka kekerasan dan tak
gentar mati. Sebagai orang Badawi, mereka tetap jauh dari ilmu pengetahuan. Ajaran-ajaran
Islam sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis, mereka artikan menurut lafadznya
dan harus dilaksanakan sepenuhnya. Oleh karena itu iman dan pemahaman mereka sangat
sederhana, sempit dan fanatic. Iman mereka tebal, tetapi pandangan mereka sempit ditambah
dengan sikap mereka yang fanatic, ini membuat mereka tidak dapat mentolerir hal-hal yang
kelihatannya menyimpang dari ajaran Islam menurut paham mereka.

8
Inilah nampaknya yang menjadi faktor penyebab mengapa kaum khawarij terpecah-pecah
menjadi golongan-golongan kecil, dan mengapa mereka terus-menerus bersikap mengadakan
perlawanan terhadap penguasa-penguasa Islam dan umat Islam yang ada di zaman mereka.

2.4        Sub – Sub sekte dalam Kaum Khawarij

Diantara sub-sub sekte dari aliran khawarij tersebut ialah :

o Al- Muhakkimah

Al-Muhakkimah adalah golongan khawarij asli, bekas pengikut-pengikut Ali, yang kemudian
memisahkan diri, dan kemudian menentang Ali. Menurut golongan ini, Ali dan Mu’awiyah serta
kedua pengantarnya, yaitu Amr ibn ‘As dan Abu Musa Al-Asy’ari, serta semua orang yang telah
menyetujui arbitrase, mereka itu telah melakukan perbuatan salah, karena menyimpang dari
ajaran Islam, perbuatan mereka itu membuat mereka menjadi kafir. Selanjutnya hukum kafir ini
mereka luaskan artinya, sehingga orang yang melakukan dosa besar pun termasuk orang yang
telah kafir. Berbuat zina adalah termasuk dosa besar, karena itu menurut golongan ini orang yang
mengerjakan zina, dia telah menjadi orang kafir, dan dikeluarkan dari Islam. Demikian pula
membunuh sesama muslim tanpa sebab adalah termasuk dosa besar. Karena itu menurut
golongan ini perbuatan membunuh manusia itu membuat si pembunuhnya menjadi orang kafir,
dan keluar dari Islam. Demikian pula dengan dosa-dosa besar lainnya.

o  Al-Azariqah

Golongan ini muncul setelah hancurnya golongan Al- Muhakkimah, dan golongan ini kemudian
menjadi lebih besar dan lebih kuat dibandingkan dengan golongan Al- Muhakkimah sendiri.
Daerah-daerah kekuasaan mereka terletak di perbatasan antara Iran dan Irak. Nama Al- Azariqah
diambil dari nama seorang pemuka golongan ini, yaitu; Nafi’ ibn al-Azraq.

Golongan ini mempunyai sikap yang lebih radikal di bandingkan dengan golongan al-
Muhakkimah. Orang yang melakukan perbuatan dosa besar tidak lagi mereka sebut sebagai
orang yang kafir, seperti dalam golongan al- Muhakkimah, tetapi mereka sebut sebagai orang
yang ‘musyrik’(politeist). Padalah di dalam Islam, musyrik itu merupakan dosa yang paling
besar. Musyrik lebih besar dosanya daripada kafir.

Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, golongan al-Azariqah ini jelas mempunyai paham yang
sangat ekstrim, sebab menurut paham mereka, hanya mereka sajalah yang sebenarnya Islam.
Orang Islam yang berdomisili di luar lingkungan mereka adalah kaum musyrik yang harus
diperangi.

Oleh karena itu kaum al-Azariqah, sebagaimana disebutkan oleh ibn al-Hazm, selalu
mengadakan “istri’radh”, yaitu bertanya tentang pendapat atau keyakinan seseorang yang mereka
jumpai. Kalau orang tersebut mengaku sebagai orang Islam, tetapi tidak termasuk dalam
golongan al-Azariqah, maka mereka pun membunuhnya.

9
o Al-Nadjat

Nama golongan ini diambil dari nama seorang pemuka dari golongan ini, yaitu; Najdah ibn
“Amr al-Hanafi”. Ia berasal dari daerah Yamamah.

Menurut Al-Bagdadi, pada mulanya golongan ini ingin menggabungkan diri dengan orang al-
Azariqah, tetapi karena dalam kalangan al Azariqah ini timbul perpecahan, maka mereka tidak
jadi menggabungkan diri dengan al- Azariqah. Perpecahan dalam kalangan al-Azariqah itu
disebabkan oleh sebagian dari pengikut-pengikut Nafi’ibnal-Azraq, diantaranya ialah Abu
Fudaik, Rasyidal- Tawil dan ‘Atiah al-Hanafi, mereka tidak dapat menyetujui paham bahwa
pengikut-pengikut al-Azariqah yang tidak mau berhijrah ke daerah lingkungan mereka, pandang
sebagai golongan musyrik. Mereka juga tidak setuju dengan paham dalam golongan al-Azariqah,
bahwa anak- anak dan istri-istri orang yang tak sepaham dengan golongan al-Azariqah itu boleh
dibunuh.

Setelah memisahkan diri dari Nafi’ Abu Fudaik dan kawan-kawannya pergi ke Yamamah.
Disinilah mereka dapat membujuk Najdah bergabung dengan mereka dalam menentang Nafi’,
sehinggah Najdah dan pengikut- pengikutnya membatalkan rencana untuk hijrah ke daerah
kekuasaan al-Azariqah. Selanjutnya Abu Fudaik dan pengikut-pengikutnya Najdah bersatu, dan
memilih Najdah ibn ‘Amir al-Hanaf’ sebagai Imam mereka. Mereka tidak mau mengakui lagi
Nafi ‘ibn al-Azraq sebagai Imam. Bahkan mereka telah menganggap Nafi’ telah menjadi kafir,
dan orang-orang yang masih mengikutinya pun mereka pandang sebagai orang-orang yang kafir
juga.

Tetapi menurut al-Bagdadi, perpecahan di kalangan mereka itu terutama disebabkan oleh
pembagian ghanimah (harta rampasan perang), dan sikap lunak yang dilakukan oleh Najdah
terhadap Khalifah ‘Abd al-Malik ibn Marwandari dinasti Bani Umayah. Dalam masalah
ghanimah, pernah mereka memperolah harta rampasan dalam peperangan, tetapi mereka tidak
mengeluarkan seperlima lebih dulu, mereka langsung membaginya untuk orang-orang yang turut
dalam peperangan. Hal ini diangapnya bertentangan dengan ketentuan dalam Al- Quran. Dan
sikap lunak yang ditunjukkan oleh Najdah kepada Khalifah ‘Abd al-Malik ialah bahwa dalam
serangan terhadap kota Madinah,mereka dapat menawan seorang anak perempuan. Khalifah
‘Abd al-Malik meminta kembali tawanan itu, ternyata permintaan itu dikabulkan oleh Najdah.
Sikap seperti itu tentu saja tak dapat diterima oleh sebagian pengikut-pengikut mereka, karena
Khalifah ‘Abd al-Malik adalah musuh mereka. Dalam perpecahan itu Abu Fudaik, Rasyid al-
Tawil, dan Atiah al-Hanafi memisahkan diri dari Najdah. Atiah mengasingkan diri ke Sijistan di
Iran, sedangkan Abu Fudaik dan Rasyid al-Tawil mengadakan perlawanan terhadap Najdah.
Akhirnya Najdah dapat mereka tangkap dan mereka potong lehernya.

10
o Al-Ajaridah

Golongan ini dinamakan Al-Ajaridah, karena mereka itu adalah pengikut dari ‘Abd Karim ibn
‘Ajrad, yang menurut al-Syahrastani, termasuk salah seorang teman dari ‘Atiah al-Hanafi.

Menurut al-Bagdadi, paham al-Ajaridah ini lebih lunak dibandingkan dengan golongan-golongan
lain dalam kalangan khawarij. Menurut paham mereka, berhijrah bukanlah merupakan kewajiban
bagi setiap orang Islam sebagaimana diajarkan dalam paham al-Azariqah dan paham al-Nadjat.
Bagi mereka berhijrah itu hanyalah merupakan kebajikan saja. Dengan demikian kaum Ajaridah
bebas tinggal dimana saja di luar daerah kekuasaan mereka, dan mereka tidak dianggap sebagai
orang kafir. Mengenai harta yang boleh dijadikan sebagai harta rampasan perang, menurut
mereka, hanyalah harta musuh yang telah mati terbunuh.

Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, kaum Ajaridah ini mempunyai paham puritanisme. Surat
Yusuf dalam Al- Quran membawa cerita tentang cinta. Menurut mereka Al- Quran sebagai kitab
suci, tidak mungkin mengandung cerita cinta. Oelh karena itu mereka tidak mengakui surat
Yusuf sebagai bagian dalam Al-Quran.

o Al-Sufriyah

Golongan ini dinamakan demikian, karena pemimpin golongan ini ialah Ziad ibn al-Asfar.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, golongan Al-Sufriyah ini mempunyai paham yang agak
ekstrim dibandingankan dengan yang lain. Diantara pendapat-pendapat mereka itu ialah :

1)      Orang sufriyah yang tidak berhijrah tidak dianggap menjadi kafir.

2)      Mereka tidak sependapat, bahwa anak-anak orang yang musyrik itu boleh dibunuh.

3)      Selanjutnya tidak semua orang sufriyah sependapat bahwa orang yang melakukan dosa
besar itu telah menjadi musyrik. Ada diantara mereka yang membagi dosa besar menjadi dua
golongan, yaitu dosa yang diancam dengan hukum dunia, seperti membunuh dan berzina, dan
dosa yang tidak diancam dengan hukum dunia, tetapi diancam dengan hukuman karena di
akhirat, seperti dosa karena meninggalkan shalat atau puasa bulan Ramadhan. Orang yang
berbuat dosa besar golongan pertama, tidak dipandang kafir, tetapi orang yang paham moderat.
mereka itu dapat dilihat dari ajaran-ajaran mereka sebagai berikut :

a)      Orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka, mereka itu bukan mukmin dan bukan
pula musyrik, mereka itu adalah kafir. Dengan orang Islam yang demikian boleh diadakan
hubungan perkawinan dan hubungan warisan. Syahadat mereka dapat diterima. Membunuh
mereka haram hukumnya.

b)      Daerah orang Islam yang tidak sepaham dengan golongan al-Ibadiyah,kecuali markas
pemerintah, merupakan afar al-tawhid, yaitu daerah orang yang meng-Esakan Tuhan, karena itu

11
daerah seperti itu tidak boleh diperangi. Sedangkan daerah ma’askar pemerintah, bagi mereka
merupakan afar al-kufr, karena itu harus diperangi.

c)      Orang Islam yang berbuat dosa besar, mereka sebut oran muwahhid, yaitu orang yang
meng- Esakan Tuhan, tetapi ia bukan orang yang mukmin.Dengan demikian orang Islam yang
mengerjakan dosa besar, perbuatannya itu tidak membuatnya keluarnya dari Islam.

d)     Harta yang boleh dijadikan ghanimah (harta rampasan), hanyalah kuda dan senjata saja.
Emas dan perak harus dikembalikan kepada yang empunya. Tidak mengherankan kalau paham
moderat seperti yang digambarkan diatas membuat Abdullah ibn Ibad tidak mau turut dengan
golongan al-Azariqah dalam melawan Khalifah Bani Umayah. Bahkan sebaliknya ia mempunyai
hubungan yang baik dengan Khalifah Abdul Malik ibn Marwan. Demikian pula Jabir ibn Zaid
al-Azdi, pemimpin golongan al-Ibadiyah sesudah Ibn Ibad, mempunyai hubungan yang baik
dengan al-Hajjah, yang pada waktu itu sedang giat-giatnya memerangi golongan khawarij yang
ekstrim. Oleh karena itu, kalau golongan khawarij lainnya telah hilang dan hanya tinggal dalam
sejarah saja, maka golongan al-Ibadiah ini masih ada sampai sekarang dan terdapat di Zanzibar,
Afrika Utara, Omman dan Arabia Selatan. berbuat dosa golongan kedua itulah yang dipandang
kafir.  Daerah golongan Islam yang tidak sepaham dengan mereka, tidak dianggap sebagai dar al-
harb, yaitu daerah yang harus diperangi. Menurut mereka, daerah yang boleh diperangi itu hanya
daerahma’askar, yaitu markas- markas pasukan musuh. Anak-anak dan wanita-wanit tidak boleh
dibunuh atau dijadikan tawanan.

e)      Menurut mereka kufur itu ada dua macam yaitu : kufr bi inkar al-ni’mah, yaitu kufur
karena mengingkari rahmat Tuhan, dan kufr bin inkar al-rububiyah, yaitu kufur karena
mengingkari adanya Tuhan. Karena itu menurut mereka, tidak selamanya sebutan kafir itu mesti
diartikan keluar dari Islam.

f)      Menurut mereka,taqiyah hanya dibolehkan dalam bentuk perkataan saja, dan tidak boleh
dalam bentuk perbuatan. Tetapi sungguhpun demikian, untuk menjaga keamanan dirinya,
seorang wanita Islam boleh kawin dengan laki- laki kafir, apabila dia berada di daerah bukan
Islam.

o Al-Ibadiyah

Nama golongan ini diambil dari nama seorang pemuka mereka yaitu Abdullah ibn Ibad. Pada
mulanya dia adalah pengikut golongan al-Azariqah, tetapi pada tahun 686 M, ia memisahkan diri
dari golongan al-Azariqah.

Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, golongan al-Ibadiyah ini merupakan golongan yang paling
moderat di bandingkan dengan golongan-golongan khawarij lainnya.Paham moderat mereka itu
dapat dilihat dari ajaran-ajaran mereka sebagai berikut :

a)      Orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka, mereka itu bukan mukmin dan bukan
pula musyrik, mereka itu adalah kafir. Dengan orang Islam yang demikian boleh diadakan

12
hubungan perkawinan dan hubungan warisan. Syahadat mereka dapat diterima. Membunuh
mereka haram hukumnya.

b)      Daerah orang Islam yang tidak sepaham dengan golongan al-Ibadiyah, kecuali markas
pemerintah, merupakan afar al-tawhid, yaitu daerah orang yang meng-Esakan Tuhan, karena itu
daerah seperti itu tidak boleh diperangi. Sedangkan daerah ma’askar pemerintah, bagi mereka
merupakan afar al-kufr, karena itu harus diperangi.

c)      Orang Islam yang berbuat dosa besar, mereka sebut oran muwahhid, yaitu orang yang
meng- Esakan Tuhan, tetapi ia bukan orang yang mukmin. Dengan demikian orang Islam yang
mengerjakan dosa besar, perbuatannya itu tidak membuatnya keluarnya dari Islam.

d)     Harta yang boleh dijadikan ghanimah (harta rampasan), hanyalah kuda dan senjata saja.
Emas dan perak harus dikembalikan kepada yang empunya. Tidak mengherankan kalau paham
moderat seperti yang digambarkan diatas membuat Abdullah ibn Ibad tidak mau turut dengan
golongan al-Azariqah dalam melawan Khalifah Bani Umayah. Bahkan sebaliknya ia mempunyai
hubungan yang baik dengan Khalifah Abdul Malik ibn Marwan. Demikian pula Jabir ibn Zaid
al-Azdi, pemimpin golongan al-Ibadiyah sesudah Ibn Ibad, mempunyai hubungan yang baik
dengan al-Hajjah, yang pada waktu itu sedang giat-giatnya memerangi golongan khawarij yang
ekstrim. Oleh karena itu, kalau golongan khawarij lainnya telah hilang dan hanya tinggal dalam
sejarah saja, maka golongan al-Ibadiah ini masih ada sampai sekarang dan terdapat di Zanzibar,
Afrika Utara, Omman dan Arabia Selatan.

2.5        I’tikad Kaum Khawarij yang Bertentangan dengan I’tikad Kaum


Ahlussunnah Wal Jamaah

Pada awalnya munculnya kaum Khawarij hanya mempersoalkan khalifah dan tahkim, namun
kemudian merembet – rembet kepada soal – soal i’tiqad dan kepercayaan sehingga dalam dunia
islam munculah yang disebut dengan paham kaum Khawarij.

Setiap orang islam harus mengetahui macam dan bentuk paham kaum Khawarij, khususnya yang
bertentangan dengan paham Ahlussunnah Wal Jamaah, dengan tujuan agar kita terhindar dari
paham yang keliru dari paham Khawarij ini.

Memang golongan Khawarij ini sudah hilang dibawa arus sejarah tetapi pahamnya masih
berkeliaran dimana – mana, sehingga kita harus waspada supaya tidak terbawa arus yang tidak
sesuai dengan paham Ahlussunnah Wal Jamaah.

Adapun beberapa i’tiqad kaum Khawarij yang bertentangan dengan i’tiqad kaum Ahlussunnah
Wal Jamaah adalah sebagai berikut:

13
1.         Persoalan Khalifah

Kaum khawarij mengakui khalifah – khalifah Abu Bakar, Umar, dan separuh zaman daru
khalifah utsman bin Afan. Pengangkatan ketiga khalifah itu dianggap syah sebab sudah
dilakukan dengan “Syura”. Tetapi separuh yang akhir dari khalifah utsman tidak diakui mereka
lagi, karena Utsman menyeleweng. Begitu juga khalifah Ali mulanya pengangkatannya syah
tetapi kemudian membuat kesalahan besar yakni menerima “Tahkim” dan Ali menjadi kafir
karena menerima tahkim itu adalah dosa dan siapa yang membuat dosa menjadi kafir.

Hal ini ditentang oleh kaum Ahlussunah Wal Jamaah karena penyelewengan – penyelewengan
yang tidak membahayakan rakyat umum kalau umpamanya betul ia menyeleweng tidaklah
menggugurkan pangkat khalifah. Yang menggugurkan pangkat khalifah ialah kalau khalifah itu
telah “Tahajur” (dihadapan umum berbuat maksiat) dan menganjurkan rakyat mengikutinya. 

2.         Terhadap Ummul Mu’minin Sitti ‘Aaisyah Rda

Kaum kawarij mengutuk dan mencaci maki, kadang-kadang mengkafirkan Ummul Mu’minin
Sitti ‘Aisyah. Thalhah dan Zuber bin ‘Awam, karena ketiganya menggerakkan peperangan
“jamal” yaitu antara beliau-beliau itu dengan Saidina ‘Ali, begitu juga kaum khawarij
menghukum kafir Abu Musa al ‘ari dan ‘Amru bin ‘Ash, yaitu ketua-ketua delegasi pada masa
tahkim.

3.         Cap “Kafir”

Satu keistimewaan I’tiqad kaum khawarij ialah lekas-lekas menuduh “kafir” bagi orang-orang
yang tidak suka mengikutinya.

Nafi’I bin Azraq, yang digelari Amirul Mu’minin oleh kaum Khawarij mewafatkan bahwa
sekalian orang yang membantahnya adalah kafir yang halal darahnya, halal hartanya dan halal
anak istrinya.

Dalil yang mereka pakai untuk pendrian ini ialah firman Allah dalam surat nuh ayat 26-27.
Yang  artinya: “ Nuh berdoa: Wahai Tuhanku jangan Engkau biarkan orang-orang kafir itu
bertempat tinggal dimuka bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan tinggal, niscaya mereka
akan menyesatkan hamba-hamba Engkau, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang
jahat dan tidak tahu berterima kasih. (  Nuh : 26-27).

Inilah paham yang sangat keterlaluan dari orang-orang Khawarij yang memakai ayat-ayat untuk
orang-orang kafir bagi orang islam yang menjadi lawan-lawan politiknya. Kaum Ahlusunnah
tidak lekas-lekas mengkafirkan orang lain, walaupun orang itu menentang pendapatnya , karena
kalimat “kafir” itu adalah kalimat yang hebat, yang dapat menentukan kecelakaan manusia yang
abadi dunia akhirat.

14
4.         Ibadat = Iman

Kaum Khawarij berpendapat bahwa yang dikatakan iman itu bukan pengakuan dalam hati dan
ucapan dengan lisan saja, tetapi amal ibadat menjadi rukun iman pula. Barang siapa yang tidak
sembahyang, puasa, sholat, zakat dan lain-lain maka orang itu kafir, kata kaum Khawarij.

Pendeknya bagi kaum Khawarij sekalian orang mu’min yang berbuat dosa, baik besar maupun
kecil, maka orang itu kafir, wajib di perangi dan boleh dibunuh , boleh di rampas hartanya. Oleh
karena Saidina Mu’awiyah sudah membuat dosa dengan melawan kepada Khalifah yang syah
yaitu Saidina ‘Ali Kw. Maka kaum Khawarij mencap Saidina Mu’awiyah dan pengikutnya
dengan kafir dan wajib diperangi.

Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah, berpendirian bahwa rukun Iman itu hanyalah dua, yaitu
membenarkan dalam hati dan mengikrarkan dengan lisan.

Adapun amal ibadat, seumpama sembahyang , puasa, zakat, dan lain-lain, maka itu untuk
kesempurnaan iman. Orang yang sembahyang dan mengerjakan amal ibadat sebaik-baiknya
maka orang itu adalah orang mu’min yang sempurna.

5.         Orang Sakit dan Orang Tua

Kaum Khawarij menfatwakan bahwa orang-orang sakit atau orang yang sudah tua yang tidak
ikut perang sabil maka orang itu menjadi kafir, wajib di bunuh.

Paham ini sangat keliru dan k arena itu di tentang oleh kaum Ahlussunnah wal jama’ah. Orang-
orang sakit dan orang-orang yang sudah tua tidak wajib pergi perang sabil, karena ia tidak
menjadi kafir karena tidak ikut.

6.         Dosa Kecil dan Dosa Besar

Kaum Khawarij menfatwakan bahwa sekalian dosa, adalah dosa besar, tidak ada yang namanya
dosa kecil atau dosa besar.  Sekalian pendurhakaan kepada Tuhan adalah besar, tidak ada yang
kecil menurut kaum khawarij. Paham ini di tentang oleh kaum Ahlussunnah wal Jama’ah karena
di dalam al- qur’an di nyatakan terus terang, bahwa ada dosa besar dan dosa kecil yang di namai
“ sai yiaat”.

Jadi, ada dua macam dosa, satu di namai besar dan yang satu lagi dinamai sai-yiaat yaitu
kejahatan kecil.

Tuhan menjelaskan di sini,bahwa kalau yang besar kita jauhi maka dosa kecil diampuni, tetapi
kalau dosa yang  besar tidak dijauhi maka dosa yang kecil akan dihukum juga.,

Ini suatu  rahmat dari Tuhan kepada Manusia walaupun mereka berbuat dosa, tetapi dosa itu
bukan besar, maka tuhan yang Maha Pemurah bisa mengampuni saja.

15
Dosa-dosa besar ada 7 macam, yaitu di bawah ini :

1. Syirik, mempersekutukan Tuhan.ini yang paling besar


2. Memakai atau menjalankan ilmu sihir.
3. Membunuh manusia tanpa hak.
4. Memakan atau menghabiskan harta anak yatim.
5. Memperanakkan uang atau uang riba.
6. Lari dari medan pertempuran perang sabil.
7. Menuduh/curang pada wanita yang baik.

Inilah dosa besar, hampir semua bertalian dengan orang lain. Kecuali nomor satu yang bertalian
dengan Tuhan.

Fatwa kaum Khawarij nampaknya mempunyai latar belakang yang jahat, yaitu dengan maksud
agar sekalian orang Islam lawan-lawannya dapat di perangi dan dapat di rampas hartanya dengan
dalil mereka yang dapat membuat dosa dan setiap orang berbuat dosa adalah kafir.

Menurut i’tiqad kaum ahlussunnah, bahwa setiap orang islam yang membuat dosa tidak menjadi
kafir. Ia tetap islam tetapi muslim yang durhaka. Muslim yang durhaka itu akan dihukum
diakhirat untuk sementara dan setelah selesai menjalankan hukumannya akan dikeluarkan dan
dimasukkan kedalam syurga.

Tersebut termasuk dalam Hadist Bukhori yang artinya:

“Dari Abi Sa’id al khudri,dari Nabi Muhammad SAW,beliau berkata : Maka masuklah penduduk
syurga ke syurga dan penduduk nerraka ke neraka,kemudianTuhan berkata (kepada malaikat):
kelurkan dari neraka orang-orang yang ada dalam hatinya setimbang biji sawi
keimanannya,maka di keluarkan sekalian mereka dsari dalam neraka”. (HSR Bukhori-Sahih Juz
1,hal 11).

7.         Anak-Anak Orang Kafir

Menurut fatwa kaum Khawarij, bahwa anak-anak orang kafir kalau mati kecil masuk neraka juga
karena ia kafir mengikuti ibu bapaknya. I’itiqad  ini ditentang oleh kaum Ahlussunnah wal
jama’ah yang berpendapat bahwa anak-anak orang kafir yang meninggal selagi ia masih kecil
akan dimasukkan kedalam syurga bukan ke dalam neraka. Hal ini tidak sesuai dengan keadilan
Tuhan karena menghukum anak kecil dengan dosa ibu bapaknya. Setiap orang hanya dihukun
sesuai dengan  dosanya masing-masing. Dan lagi sewaktu di alam dzar anak-anak orang kafir
telah mengakui bahwa tuhan hanya Allah. Anak kecil belum bersalah walaupun anak orang kafir,
begitulah i’itiqad kaum Ahlussunnah wal Jama’ah. Melihat faham-faham kaum Khawarij ini
bahwa mereka sangat radikal, sangat keras dan keterlaluan. Sifat yang macam ini tidak sesuai
dengan kesopanan dan sifat Islam, karena Islam itu diturunkan ke dunia adalah untuk membawa
kerahmatan bukan membawa siksaan mempunyai kebijaksanaan bukan serampangan. Oleh
karena itu faham Khawarij ini tidak laku dikalangan jumhur ummat Islam di Dunia.

16
8.         Orang yang Paling Buruk

Tersebut dalam kitab Hadist Bukhari, bahwa sahabat Nabi Ibnu Umar Rda berpendapat bahwa
orang-orang Khawarij dan i’itiqadnya adalah orang-orang yang paling buruk. Kami nukilkan
dibawah ini apa yang tersebut dalam kitab Hadist Bukhari yang artinya: “Dan adalah  sahabat
nabi Ibnu Umar Rda berpendapat bahwa mereka (kaum khawarij) makhluk Allah yang paling
jahat, mereka mengambil ayat-ayat Qur’an yang sebenernya turun untuk orang kafir tetapi
dipasangkanya kepada orang mu’min”.

Dalam menerangkan perkataan ibnu Umar ini, imam ibnu hajar Asqalani menyatakan bahwa
dalam hadist yang diriwayatkan oleh imam Thabari diterangkan bahwa seorang bernama Asyaj
bertanya kepada Nafi’I bagaimana pendapat Ibnu Umar tentang orang-orang Khawarij yang
berkumpul di Haruriyah. Abdullah bin Umar menjawab bahwa mereka adalah makhluk yang
paling buruk karena mereka memakai ayat-ayat Qur’an yang sebetulnya menerangkan hal-hal
orang kafir dan di pasangkannya kepada orang mu’min.

17
BAB III

PENUTUP

3.1        Kesimpulan

Perang Shiffin membawa akibat terjadinya berbagai perubahan, terutama mengenai perubahan
system politik kenegaraan dan timbulnya golongan-golongan di kalangan Umat Islam yang satu
sama lain saling bertentangan.

Perang Shiffin meletus akibat dari politik yang dilakukan oleh Khalifah Usman bin Affan pada
masa menjelang akhir pemerintahannya, dimulai dari perang Shiffin inilah kaum Khawarij
muncul. Persoalan politik terus berlanjut dan bahkan makin berkembang setelah usainya perang
Shiffin, yang akhirnya membawa kepada timbulnya persoalan- persoalan Theologi.

Golongan khawarij memandang Ali, Mu’awiyah, Amru bin Ash, Abu Musa Al Asy’ari dan lain-
lain sudah keluar dari Islam, bahkan dianggap murtad dan wajib dibunuh.

Sesuai dengan firman Allah dalam Surah An-Nisa : 100, Khawarij merupakan suatu kaum yang
berhijrah meninggalkan rumah dan kampong halam mereka untuk mengabdikan diri kepada
Allah dan Rasul-Nya dan untuk memperolah pahala dari Allah SWT. Kaum Khawarij
memisahkan diri dari barisan ‘Ali bin Abi Thalib, karena mereka tidak setuju dengan sikapnya
yang menerima tahkim (arbitrase) dalam menyelesaikan persengketaannya dengan Mu’awiyah
bin Abi Sufyan. Akan tetapi dalam pertemuan dengan kekuatan Ali, kaum khawarij mengalami
kekalahan besar, tapi akhirnya Ibn al- Muljam dapat membunuh Ali bin Abi Thalib.

Di kemudian hari kaum Khawarij terpecah-pecah dalam beberap sub-sekte, di antaranya ialah :
1) Al-Muhakkimah, 2) Al-Azariqah, 3) Al-Najdat, 4) Al-Ajaridah, 5) Al-Sufriyah, 6) Al-
Ibadiyah.

Adapun beberapa i’tiqad kaum Khawarij yang bertentangan dengan i’tiqad kaum Ahlussunah
wal Jamaah adalah mengenai persoalan khalifah, terhadap ummul mu’minin siti ‘aisyah rda, cap
“kafir”, ibadat = iman, dosa kecil dan dosa besar, anak-anak orang kafir, orang yang paling
buruk.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Khawarij

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id

https://www.kompasiana.com/fivialida1474/5bb4c71d43322f5d6c241582/pemikiran-pemikiran-
aliran-khawarij?page=all#section1

19

Anda mungkin juga menyukai