Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH PERKEMANGAN DAN SEKTE-SEKTE

DALAM ALIRAN MURJI’AH

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

Alpi Hudaya 2281090005

Mutiara syafa’atiddzikra 2281090006

Haifa Nur’ainina 2281090007

DOSEN PENGAMPU:

Drs. Subur, M.Ag.

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
JL. Perjuangan, Sunyaragi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 4513
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkann
rahmatnya yang berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah Studi Ilmu Kalam yang berjudul “Sejarah Perkembangan Munculnya dan Sekte-sekte
Dalam Aliran Murji’ah”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Ilmu Kalam
semester II dengan dosen pengampu Drs. Subur, M.Ag.Tidak lupa kami sampaikan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Studi Ilmu Kalam yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya, penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya.Dengan segala kerendahan
hati, saran dan kritik sangat penulis harapkan dari pembaca untuk meningkatkan pembuatan
makalah pada waktu mendatang.

Cirebon, 7 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1

C. Tujuan................................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2

PEMBAHASAN........................................................................................................................2

A. Pengertian dan Penisbatan Istilah Murji’ah.......................................................................2

B. Sejarah Perkembangan Munculnya Murji’ah....................................................................2

C. Doktrin-Doktrin Aliran Murji’ah.......................................................................................3

D. Sekte-Sekte Murji’ah.........................................................................................................3

BAB III.......................................................................................................................................8

PENUTUP..................................................................................................................................8

A. Kesimpulan........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iv

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya beberapa golongan dan aliran-aliran dalam
agama islam pada dasarnya berawala dari permasalahan politik yang pada saat itu terjadi pada
umat Islam, yang akhirnya menjalar pada persoalan teologi dalam Islam.
Setelah wafatnya nabi Muhammad SAW dalam ajara islam banyak ditemukan aliran-
aliran dan teologi-teologi.Jika sebelumya masalah-masalah dikembalikan pada beliau, maka
setelah wafat yang menjadi pegangan umat islam pada saat itu adalah Al-Qur’an dan
Hadits.Namun, masalah semakin komplit dan Al-Qur’an masih sangat universal.Interprestasipun
dilakukan dan dijadikan sebuah peganga.Sebagai hasil sebuah pemikiran, lahirlah berbagai
perbedaan dari rujukan yang sama.
Aliran murji’ah merupakan salah satu aliran teologi yang muncul pada abad pertama
hijriah.Pendirinya tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi menurut Syahristani dalam bukunya
bahwa orang yang pertama kali membbawa paham ini adalah Gailan Ad-Dimasyqi.
Sebagaimana halnya denggn kaum khawarij dan syi’ah, murji’ah pada mulanya juga
ditimbulkan oleh persoalan politik.Dalam suasana konflik yang ditimbulkan oleh kaum khawarij
dan syi’ah itulah muncul suatu golongan baru yang ingin bersikap netral yang tidak mau terlibat
dalam pertentangan-pertentangan yang terjadi ketika itu dan mengambil sikap menyerahkan
ketentuan hukum kafir atau tidak kafirnya orang-orang yang bertentangan itu kepada tuhan.
Bagi kaum murji’ah mereka yang bertetangan itu merupakan orang-orang yang dapat
dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar, mereka tidak menyalahkan siapa yang benar
dan siapa yang salah, mereka lebih menyerahkan semua urusan urusan kepada Allah SWT, untuk
mengampui atau tidak mengampuninya pada hari kiamat nanti

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian dan Penisbatan Istilah Murji’ah
2. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Munculnya Murji’ah
3. Doktrin-doktrin Aliran Murji’ah
4. Apa Sekte-sekte Dalam Aliran Murji’ah

4
C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian dan Penisbatan Murji’ah
2. Mengetahui Awal mula munculnya Murji’ah serta Perkembanganya
3. Mengetahui Apa saja Doktrin-doktrin Aliran Murji’ah
4. Mengetahui Sekte-sekte Dalam Aliran Murji’ah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN PENISBATAN ISTLAH MURJI’AH


Murji’ah berasal dari Bahasa arab, yaitu kata “al-Irja” secara bahasa mengandung arti
pertama: al-Ta’khir, yang kedua : al-Arja’a.Al - Asy’ari, 70 dalam (Sariah : 2) Penamaan
Murji’ah dengan pengertian yang pertama “menta’khirkan“ karena dari faham mereka
terkandung ajaran menomor duakan amal perbuatan dari iman, atau juga karena menangguhkan
ketentuan dan posisi orang yang melakukan dosa besar sampai di akhirat nanti. Murji’ah dengan
pengertiannya yang kedua yaitu: al-Arja’a atau memberi harapan, karena mereka berpendapat
bahwa perbuatan maksiat tidak merusak iman sebagaimana perbuatan taat tidak berarti apa kalau
disertai dengan kufran. Implikasi harapan terletak pada tidak khawatirnya kehilangan iman
karena perbuatan maksiat.
Sedangkan secara istilah Murji’ah adalah sekelompok orang yang mengesampingkan
atau memisahkan amal dari keimanan, sehingga dalam paham mereka suatu kemaksiatan itu
tidak mengurangi keimanan seseorang.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemikiran kalam Murji’ah
merupakan suatu aliran yang berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar tidaklah
menjadi kafir, akan tetapi tetap mukmin. Dan urusan dosa besar yang telah dilakukan ditunda
penyelesaiannya sampai hari kiamat. Mereka mempunyai pandangan bahwa kemaksiatan itu
tiadak mengurangi keimanan seseorang.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN MUNCULNYA MURJI’AH


Munculnya Murjia’ah sebagaimana Khawarij pada mulanya berkaitan dengan masalah
politik yang lebih tepatnya khilafah yang menimbulkan pertikaian dikalangan umat
muslim.Khususnya yang terjadi pada tahun 35 H atau tepatnya pada tanggal 17 Juni 856 M
terjadi pemberontakan di Madinah yang datang dari Mesir dan menyebabkan terbunuhnya
khalifah Utsman bin Affan.
Setelah 'Uśman bin 'Affan wafat terbunuh, banyak permasalahan khilafah yang membawa
perpecahan dikalangan umat Islam, seperti kaum khawārij yang pada awalnya adalah para
pendukung Ali yang kemudian berbalik menjadi musuhnya Ali. Karena adanya adanya

6
pendukung yang menjadi musuh ini , pendukung yang tetap setia padanya bertambah keras dan
kuat membelanya, akhirnya mereka membentuk satu golongan lain dalam Islam yang dikenal
dengan nama Syī'ah.Tetapi kaum Khawarij dan Syi’ah mereka sama-sama menentang kekuasaan
Bani Umayyah dengan alasan yang berbeda-beda.
Situasi kekacauan politik ini ternyata berlanjut bahkan semakin memanas pada masa
pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib. Goncangan politik mulai dari kelompok Thalhah dan Zubair di
Mekkah yang menduduki posisi khalifah dengan basis dukungan Aisyah. Guncangan politik ini
mengakibatkan terjadinya perang Jamal. tantangan berikutnya datang dari pihak Muawiyah
sebagai gubernur Damaskus waktu itu dengan keluarga dekat fihak Usman yang menuntut Ali
supaya menghukum pembunuh Usman, sebab kelihatannnya Ali tidak bertindak tegas terhadap
pemberontakan itu. Bahkan Muawiyah balikmenuduh Ali tersebut dalam pembunuhan Usman.
Puncak pertikaian Ali dan Muawiyah ini berakhir dengan tragedi perang Siffin.
Dalam pemberontakan senjata yang terjadi antara pihak Ali dengan Muawiyah yang
berakhir dengan arbitrase sekelompok orang yang semula berada di pihak Ali kemudian berbalik
menjadi lawan. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai Khawarij. Kekerasan mereka
menentang Ali menyebabkan pengikut Ali yang setia bertambah keras pula membelanya.
Terlebih lagi setelah kemudian Ali mati terbunuh pertentangan diantara mereka
semakin bertambah keras. Sekalipun pada akhirnya baik golongan Khawarij
maupun pembela setia Ali akhirnya sama-sama menentang kekuasaan Bani
Umayyah, akan tetapi motivasi perlawanan mereka berbeda. Khawarij menentang
dinasti ini karena dianggap telah menyeleweng dari ajaran Islam. Sementara
pengikut Ali yang setia menganggap bahwa dinasti ini telah merampas
kekuasaan kekhalifahan dari Ali ibn Abi Thalib
Menurut Abu Zahrah (Sariah : 2) pada saat terjadi petikaian pada waktu itu telah muncul
golongan orang yang cendrung memiliki sikap tidak mau ikut melibatkan diri ke dalam
pertikaian tersebut.Golongan ini bersikap netral tidak ikut dalam kafir-mengkafirkan yang
terjadi pada golongan Khawarij dan Syi’ah. Bagi mereka golongan yang bertentangan itu
merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar. Oleh
karena itu, mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa yang salah dan benar dan lebih baik
menunda penyelesaian hingga hari perhitungan di depan Allah. Dengan demikian, kaum
Murji’ah adalah kaum yang tidak ikut campur dalam pertentangan tersebut dan mengambil sikap

7
menyerahkan penentuan kafir atau tidaknya orang-orang yang bertentangan tersebut kepada
Allah.
Kelompok ini mengakui bahwa definisi iman adalah at-thasdiq wa al-fa’al (meyakini dan
melaksanakan).Tetapi, keimanan seseorang tidak akan hilang sebab karena melakukan perbuatan
dosa besar, Yunus An-Numairy dalam (M Nurudin : 123) “Barang siapa yang menanamkan rasa
kepatuhan hanya kepada Allah semata dan mencintai Allah dengan sepenuh hati, meskipun
melakukan perbuatan dosa maka perbuatannya tidak akan mengurangi iman dan keihklasan,
karena menurut mereka perbuatan buruk dan dosa tidak akan merusak keimanan seseorang.
Dari penejelasan di atas, terlihat ciri khas golongan Murji’ah adalah mereka tidak
mempercai bahwa adanya perubahan keimanan akibat perbuatan buruk dan maksiat yang mereka
lakukan.Padahal konsep iman menurut Jumhur sangat berkaitan dengan perbuatan.Sedangkan
golongan ini hanya di kedudukan formal, sednagkan penerapannya terhadap perbuatan di dunia
dikesampingkan.
Konsep keimanan menurut golongan Murji’ah sangat sederhana, hanya cukup dengan
pemenaran dalam hati.Dalam artian megenal Allah hanya cukup dalam hati saja tidak perlu
pengucapan apalagi perbuatan. Mereka menyatakan bahwa iman dalam pengertian bahasa adalah
membenarkan saja bukan yang lain. Amal perbuatan merupakan masalah tersendiri, yaitu tentang
amal salih. Jadi model pemahaman keimanan terfokus makna tekstual. Sebab hal ini tidak
terlepas dari para pengikutnya yang mayoritas terdiri dari kaum awam yang tidak memerlukan
penjelasan secara filosofis.
Menurut mereka iman mempunyai dua rukun, pertama membenarkan dalam hati dan
kedua mengikrarkan dengan lisan. Kedua rukun ini harus terpenuhi supaya dikatakan beriman.
Pembenaran dengan hati saja tidak cukup, atau dengan ikrar lisan saja juga tidak cukup, tetapi
mesti dilakukan serentak antara keduanya. Sedangkan mengamalkan dengan perbuatan bukanlah
merupakan rukun iman.
C. DOKTRIN-DOKTRIN ALIRAN MURJI’AH
Suatu golongan atau sekte tidak terlepas dari ajaran tertentu yang mereka yakini sebagai
kebenaran, meskipun dikelompok lain pahamnya termasuk bid’ah, namun di kalangan
pengikutnya itu dianggap sebuah kebenaran.Selama keyakinnan itu tidak menganggap dirinya
sebagai kelompok yang paling benar di antara paham-paham yang lain, akan tetapi jika dirinya

8
telah menganggap dirinya paling benar di antara golongan yang lain, menghina golongan
lain.Sikap seperti ini sudah termasuk kedalam kategori ajaran yang sesat dan tidak bisa diikuti.
Ajaran pokok Murji’ah Pada dasarnya bersumber pada gagasan doktrin irja atau ar-Ja’a
yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupaun persoalan teologis.
Di bidang politik, doktrin Irja’a diimplementasikan dengan sikap politik netral yang hampir
diekpresikan dengan sikap diam, itulah sebabnya, kelompok Murji’ah dikenal pula sebagai the
queietisisi ( kelompok bungkam).
Adapun di bidang teologis doktrin irja dikembangkan Murji’ah ketika
menanggapi persolan-persoalan teologis yang muncul saat itu. Pada perkembangan
berikutnya, persoalan-persoalan yang ditanggapinya menjadi semakin kompleks sehingga
mencakup iman, kufur, dosa besar dan ringan, tauhid, tafsir Al-Quran, eskatologi, pengampunan
dosa besar, kemaksuman nabi, hukuman atas dosa, ada yang kafir di kalangam generasi awal
Islam, tobat, hakikat Al-Quran, nama dan sifat Allah, serta ketentuan Tuhan.
Abu A’la Al-Maududi dalam (Dr. H M.Z Zuhri, M.Ag : 48) tentang doktrin Murji’ah
menyebutkan ada dua, yaitu :
a. Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal atau perbuatan
tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini, seseorang tetap
dianggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang difardukan dan melakukan
dosa besar.
b. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati,
setiap maksiat tidak dapat mendatangkan madarat ataupun gangguan atas seseorang .
Untuk mendapatkan pengampunan, manusia cukup hannya dengan menjauhkan diri dari
syirikdan mati dalam keadaan akidah tauhid.
Harun Nasution dalam (Muh. Anis : 35) mengatakan dalam kaitan teologi ajaran Murji’ah
dikelompokan menajdi tiga :
a. Menunda hukuan atas orang-orang yang berseteru yang terlibat dalam peristiwa tahkim
( Ali, Mu'awiyah, Amr Ibn As dan Abu Musa al-Asy'ari) dan menyerahkan kepada Allah
dihari akhirat.
b. Meletakan pentingnya iman daripada amal
c. Orang yang melakukan dosa besar tetaplah mukmin, dan memberikan harapan akan
adanya ampunan dan memperoleh rahmat dari Allah.

9
Dalam pandangan Murji’ah, orang islam yang melakukan dosa besar tidaklah menjadi
kafir, melainkan tetap mukmin persoalan dosa besarnya diserahkan kepada tuhan kelak di hari
perhitungan.Dasar argumen dari pandangan teologis ini adalah mereka berasumsi bahwa orang
islam yang melakukan dosa besar masih bisa mengucapkan dua kalimah syahadat.

D. SEKTE-SEKTE MURJI’AH
Menurut Al-Asy’ariy sekte-sekte Murji’ah secara keseluruhan ada 12 yaitu:
a. Al-Jahamiyah (pengikut Jahm Ibn Safwan), mereka berpendapat bahwa iman itu adalah
mengenai Allah dan Rasulnya dan semua apa yang datang dari Allah saja, dan selain dari
mengenal Allah dan Rasul, mengagungkan dan takut kepadanya serta beramal bukanlah
termasuk iman. Mereka mengira bahwa kekufuran itu adalah tidak mengenal Allah.
Mereka berkata pula jika seseorang mengenal Allah dengan hati, lalu mengingkari
dengan lidahnya, maka dia tidak kafir karena keimanan dan kekafiran itu tempatnya
dihati, bukan pada lidah atau anggota badan yang lain.
b. Al-Salihiyah (Abu Al- Hasan Al-Salihi) mereka beranggapan bahwa iman itu adalah
mengenal Allah saja, sementara kekufuran adalah tidak mengenalnya, maka tidak ada
keimanan tanpa mengenalnya dan tidak ada kekufuran kecuali tidak mengenal: Jadi kalau
dikatakan ‫( ثالث ثالثة‬Allah salah satu dari tiga Tuhan) tidak kafir. Mereka pula berpendapat
bahwa mengenal Allah itu adalah mencintainya yaitu tunduk kepadanya. Mereka
berpendapat pula bahwa shalat itu bukanlah ibadah karena ibadah yang sesungguhnya
adalah iman, iman juga ‫ ال يز يد و ال ينقص‬.
c. Al- Yunusiyah ( Yunus Al-Samariy ) mereka berpendapat bahwa iman itu adalah
mengenal dan tunduk kepada Allah yaitu tidak takabbur kepadanya dan mencintainya,
maka barangsiapa yang tidak takabbur dan mencintainya maka dia adalah mu’min.
Mereka juga termasuk golongan syi’ah yang ektrim, diyakini bahwa Allah yang
disembah itu di atas “Arasy dibawa oleh para malaikat. Hal yang sama juga secara
sepintas dikutip oleh Al-Sa’ani dalam kitabnya : Al- Yunusiyah mengira bahwa, iblis itu
adalah orang yang beriman kepada Allah hanya saja dia kafir karena takabbur.

10
d. Al- Syamariyah (Abu Syamr dan Yunus ) mereka mengira bahwa iman itu adalah
mengenal Allah dan tunduk kepdanya, mencintainya dengan hati serta mengikrarkan
dengan hati bahwa Allah itu Esa dan tidah ada yang serupa dengannya.
e. Al- Saubaniyyah (Abu Sauban ) mereka berpendapat bahwa iman itu adalah mengakui
Allah dan Rsul-Rasulnya.
f. Al- Najjariyyah ( Pengikut Al-Husain Ibn Muhammad Al-Najjar ), Kelompok ini
berpendapat bahwa iman itu adalah mengenal Allah, Rasul-Rasulnya dan kewajiban-
kewajiban serta tunduk melaksankannya, maka orang yang tidak mengetahui hal- hal
tersebut atau mengetahui tapi tidak mengikrarkannya dia kafir. Seluruh kewajiban adalah
iman maka melaksanakan Sebagian dari itu bukan ketaatan atau iman, namun mereka
tidak kafir. Menurut mereka bahwa iman itu bertambah dan tidak berkurang.
g. Al- Gailaniyah ( pengikut Abu Marwan Al-Gailan Ibn Marwan Al-Dimasyqi), mereka
beranggapan bahwa iman kepada Allah persoalan ke dua ( ‫ = نظر استد الل‬Penalaran )
karena mau tidak mau tiap orang pasti mengenal Allah, jadi mengenal nabi dan apa-apa
yang datang dari Allah serta apa yang disepakati oleh umat Islam itulah yang disebuat
iman. Berkeyakinan pula bahwa ‫اال يمان ال يزيد وال ينقص‬, tidak ada sesuatu pun dari ajaran
Agama yang mengeluarkan seseorang dari keimanan. Gailan berkata iman itu
membenarkan dengan lidah sementara mengenal Allah adalah perbuatan Allah, jadi iman
tidak banyak atau sedikit karena iman hanya ‫ ( التصديق‬membenarkan dengan lidah ).
Semua kelompok ini yang Jahmiyah, Syamariyah, Gailaniyah dan Najjariyah
mengingkari adanya iman bagi orang kafir.
h. Syabibiyah ( pengikut Muhammad Ibn Syabib ), Iman adalah iqrar dang mengetahui
bahwa Allah itu Esa tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengannya, serta iqrar kepada
semua Nabi dan Rasul dan ajaran yang dibawanya seperti shalat dan puasa. Tunduk
kepada Allah adalah tidak takabbur, mereka yakin bahwa iblis itu orang yang beriman
hanya saja dia kafir karena takabbur dia tidak kafir. Menurutnya ‫د و ينقص‬dd‫ان يزي‬dd‫اال يم‬
( mengimani Sebagian dan mengingkari Sebagian adalah kafir ). Pelaku dosa besar tetap
mukmin hanya saja dia fasiq.
i. Al – Hanafiyah ( pengikut Abu Hanifah Al-Nu’man ) menurutnya Iman itu adalah
mengenal Allah dan mengEsakannya serta mengenal rasul serta apa yang dibawanya dari
Allah secara keseluruhan. Iman tidak terbagi-bagi, tidak berkurang, tidak bertambah dan

11
tidak ada yang lebih imannya diantara manusia. Sementara Gassan dan mayoritas
pengikut Abu Hanifah, Iman adalah Iqrar, Cinta, Mengagungkan, dan takut kepada Allah
serta tidak meremehkannya. Iman itu ‫ال يزيد وال ينقص‬.
j. Al- Mu’aziyah ( pengikut Abu Mu’az al Taumi ) kelompok ini berpendapat bahwa iman
itu adalah yang bebas dari kekufuran. Perintah fardu yang tidak fasiq namun tidak boleh
di panggil fasiq, namun jika meninggalkan fardu seperti shalat, zakat, puasa karena
mengingkarinya maka di anggap kekufuran.
k. Al- Murisiyah ( pengikut Basyr Al-Murisi ) Perkataan mereka bahwa iman itu adalah
‫ديق‬dd‫( التص‬membenarkan) karena iman menurut Bahasa ‫ديق‬dd‫ التص‬maka selain dari itu
bukanlah katehori iman. Iman itu terletak pada hati dan lidah, sementara kekafiran adalah
pengingkaran, tidak boleh dikatakan kafir kecuali dikembalikan kepada asal bahasanya
yaitu ‫ الجحد و االنكار‬. Demikian hanya iman, dikmebalikan kepada asal bahasanya yaitu
‫ديق‬dd‫ التص‬, maka tidak dikatakan iman jika tidak diambil dari asal makna bahasanya.
Mereka mengira bahwa sujud kepada matahari itu bukanlah kekufuran melainkan hanya
tanda-tandanya, karena Allah menjelaskan bahwa tidak ada yang sujud kepada matahari
kecuali orang kafir.
l. Al- Karamiyah (pengikut Muhammad Ibn Karam ) keyakinan mereka bahwa iman itu
adalah ‫( االقرار و التصديق باللسان دون القلب‬Iqrar dan pembenaran lidah bukan hati ), mereka
mengingkari hati sumber iman. Mengatakan pula bahwa orang-orang munafik pada masa
Rasulullah mukmin sejati, kekufuran adalah pengingkaran dengan lidah. Itulah sekte-
sekte murji’ah, secara umum semua sekte tersebut sependapat bahwa : ‫إنه ليس في احد من‬
‫ ( الكفار ايمان باهلل عز وخل‬tidak ada iman kepada Allah bagi seorang pun dari kuffar ). Ada
pula mengatakan : Ahlu Al-Qiblah tidak boleh dikatakan orang fasiq meski telah jelas
kefasikannya namun ada juga mengatakan fasiq kalau memang perbuatannya terbukti.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Murji’ah merupakan suatu aliran yang berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa
besar tidaklah menjadi kafir, akan tetapi tetap mukmin. Dan urusan dosa besar yang telah
dilakukan ditunda penyelesaiannya sampai hari kiamat.
Munculnya Murjia’ah sebagaimana Khawarij pada mulanya berkaitan dengan masalah
politik yang lebih tepatnya khilafah yang menimbulkan pertikaian dikalangan umat
muslim.Khususnya yang terjadi pada tahun 35 H atau tepatnya pada tanggal 17 Juni 856 M
terjadi pemberontakan di Madinah yang datang dari Mesir dan menyebabkan terbunuhnya
khalifah Utsman bin Affan.
Ajaran pokok Murji’ah Pada dasarnya bersumber pada gagasan doktrin irja atau ar-Ja’a
yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupaun persoalan teologis.
Di bidang politik, doktrin Irja’a diimplementasikan dengan sikap politik netral yang hampir
diekpresikan dengan sikap diam. adapun di bidang teologis doktrin irja dikembangkan Murji’ah
ketika menanggapi persolan-persoalan teologis yang muncul saat itu. persoalan-persoalan yang
ditanggapinya menjadi semakin kompleks sehingga mencakup iman, kufur, dosa besar dan
ringan.
Menurut Al-Asy’ariy sekte-sekte Murji’ah secara keseluruhan ada 12 yaitu: Al-
Jahamiyah, Al-Salihiyah, Al-Yunusiyah, Al-Saubaniyyah, Al-Najjariyyah, Al-Gailaniyah,
Syabibiyah, Al-Hanafiyah, Al-Mu’aziyah, Al-Murisiyah, Al-Karamiyah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abu ‘Abdirrahman Abdurrahman bin Thoyyib as-Salafy, Dakwah Salafiyah Bukan


Murji’ah,2006.
Hanafi, Ahmad, Teologi Islam/Ilmu Kalam, Jakarta: PT Bulan Bintang.1974.
Kumaidi, H. Aqidah Kalam. Surabaya: Akik Pusaka. 2001.
Mulyadi dan Bashori, Studi Ilmu Tauhid/ Kalam, Malang: UIN-Maliki Press. 2010.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Pers. 1985.
Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran – Aliran Sejarah Analisa
Perbandingan, Jakarta: UI Press. 1986.

14

Anda mungkin juga menyukai