Anda di halaman 1dari 18

DZAWIL ARHAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Mawaris

Dosen Pengampu :
Abdul Haris,M.HI

Disusun Oleh :

Muhammad Farhat Abulkhair (230202110159)


Rajwa Nabila Arsy Faradina (220202110109)
Aula Nur Illahia (220202110105)
Fika Rizqi Aulia (220202110037)

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2023

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul “Dzawil Arham” dapat
diselesaikan dengan baik dan lancar serta tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas dari Bapak
Abdul Haris,M.HI pada bidang mata pelajaran fiqh mawaris. Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
pemahaman mengenai dzawil arham.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Abdul
Haris,M.HI selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Berkat tugas yang diberikan
ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Dan kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih
melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas
kesalahan dan ketidak sempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Serta mohon masukan dan saran dari teman-teman apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini.

Malang, 21 November 2023

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Dzawil Arham.................................................................................3

B. Syarat Pemberian Hak Waris Bagi Dzawil Arham...........................................4

C. Ahli Waris Dan Pihak Luar Waris Dzawil Arham ..........................................5

D. Cara Membagi Waris Dzawil Arham.................................................6BAB III


12PENUTUP .............................................................................................12

Kesimpulan..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syariat Islam telah meletakkan aturan kewarisan dan hukum mengenai harta
benda dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Agama Islam menetapkan hak
milik seseorang atas harta, baik laki-laki maupun perempuan melalui jalan syara’.
Seperti perpindahan hak milik laki-laki dan perempuan di waktu masih hidup
ataupun perpindahan harta kepada para ahli warisnya setelah pewaris meninggal
dunia.
Al-Qur’an menjelaskan dan merinci secara detail mengenai hukum-hukum
yang berkaitan dengan hak waris tanpa mengabaikan hak seseorang. Bagian yang
harus diterima semuanya dijelaskan sesuai kedudukan nasab terhadap pewaris.
Namun seiring berkembangnya zaman, masalah kewarisan dikembangkan secara
kompleks oleh para fuqoha. Dalam kewarisan tersebut mereka mengelompokkan
pihak-pihak dalam hal warisan diantaranya yaitu ashabul furudh, asabah, dzawil
arham.
Dzawil arham merupakan golongan kekerabatan dari pewaris yang bukan
merupakan ahli waris, namun dalam keadaan tertentu berhak mendapatkan harta
warisan sebagai pengganti posisi ahli waris (ahli waris pengganti). Penggantian
posisi ahli waris pengganti merupakan adaptasi dari sistem waris barat yaitu
dikenal dengan plaatsvervulling. Berdasarkan fikih ulama yang berdasar pada Al-
Quran dan Al-Hadist, pembagian waris kepada golongan dzawil arham haruslah
sewajarnya atau sepantasnya, meskipun di dalam kompilasi hukum Islam tidak
secara terperinci dijelaskan mengenai besaran pembagiannya. Dalam praktiknya
banyak terjadi sengketa pembagian harta warisan yang tidak sesuai dengan
porsinya bahkan ada pula yang menguasai harta tersebut secara sepihak tanpa
menghiraukan hak ahli waris lain.
Disimpulkan bahwa sengketa waris merupakan hal sensitif di masyarakat,
dzawil arham bukan merupakan ahli waris yang lumrah di mata umum,

1
namun cukup sering terjadi di masyarakat sehingga seringkali haknya
terabaikan. Oleh karena permasalahan waris merupakan permasalahan yang
menyangkut keluarga dan kekerabatan, sehingga apabila terjadi sengketa maka
lebih baik untuk penyelesaiannya dilakukan dengan cara musyawarah mufakat
diantara para pihak (non-litigasi).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dzawil arham?


2. Apa saja syarat pembagian hak waris dalam dzawil arham?
3. Siapa saja ahli waris dan pihak di luar dzawil arham?
4. Bagaimana cara pembagian waris dzawil arham?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui pengertian dzawil arham


2. Mengetahui syarat pembagian hak waris dalam dzawil arham
3. Mengetahui siapa saja yang merupakan ahli waris dan pihak di luar dzawil
arham
4. Mengetahui cara pembagian waris dzawil arham

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dzawil Arham


Dzawil arham menurut istilah para ulama adalah para ahli waris kerabat
yang tidak termasuk pada daftar ahli waris dzawil furudh dan juga tidak ada dalam
daftar ahli waris dzawil asabah. Secara bahasa kata arham berasal dari al-rahm
yang artinya tempat tumbuhnya janin yang berada di dalam perut seorang ibu atau
rahim. Berdasarkan kata rahim tersebut kemudian dijadikan sebagai hubungan
kerabat secara umum, baik dari garis laki-laki maupun garis perempuan dengan
landasan bahwa seseorang dipandang mempunyai hubungan kerabat karena
berasal dari dalam rahim ibu yang sama.
Berdasarkan pada pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dzawil arham
adalah orang-orang yang secara kekerabatan memiliki hubungan darah dengan
pewaris, tetapi mereka tidak memperoleh bagain warisan karena dianggap bukan
sebagai ahli waris.1
Terdapat dua pendapat ulama fikih yang berkaitan tentang status dan
kedudukan dzawil arham. Pendapat tersebut yaitu:2
1. Pendapat mazhab Syafi’i dan Maliki menyatakan bahwasanya ahli waris
dzawil arham tidak memiliki hak atas harta peninggalan si mayit, baik
disebabkan karena keberadaan ashabul furudh atau asabah. Jika tidak
terdapat ashabul furudh atau asabah, maka harta peninggalan si mayit di
serahkan kepada Baitul mal yang nantinya akan dibagikan kepada keperluan
umat Islam secara umum. Artinya pendapat ini memandang baitul mal lebih
berhak daripada dzawil arham.
2. Pendapat mazhab Hanafi dan Hambali menyatakan bahwa dzawil arham
lebih berhak menerima harta waris. Hak kewarisan kepada dzawil arham
tersebut dengan syarat selama tidak terdapat ashabul furudh atau asabah.

1
Ade Fariz Fahrullah, Ahli Waris Dalam Perspektif Hukum Islam San KUHP, Jurnal Hukum Islam
No.1 (2021), https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/hukumislam/article/view/9321
2
Abdur Rahim, Penyelesaian Kewarisan Dzawil Arham Dalam Komplikasi Hukum Islam, Taqnin
No.1 (2021), http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/taqnin/article/view/9515

3
Jika si mayit meninggalkan harta peninggalan dengan meninggalkan kerabat
yang hanya berstatus dzawil arham maka dalam hal ini kerabat tersebut
lebih berhak daripada baitul mal dalam memperoleh harta waris.
Pendapat para ulama tersebut didasarkan pada beberapa dalil Al-Qur’an
seperti ayat tentang ulu arham pada surat Al-Anfal:75:

‫َو ُأو ُلو ا َأْل ْر َح ا ِم َب ْع ُض ُه ْم َأ ْو َل ٰى ِب َب ْع ٍض ِفي ِك َت اِب ال َّل ِه‬


Artinya : “Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu
sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada
yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah.”
Disamping itu ada juga yang berdasarkan hadits Nabi, sebagaimana
diceritakan bahwa ketika Thabit bin Dahdah meninggal dunia dan tidak
seorang pun mengenal siapa keluarganya kecuali ponakannya (anak laki-laki
saudara perempuan Thabit) yang Bernama Abu Lubanah bin Abdul Munzir,
kemudian Rasulullah menjadikannya sebagai penerima warisannya. 3

B. Syarat-Syarat Pemberian Hak Waris Bagi Dzawi Arham


1. Tidak ada ashabul furudh, karena jika ada ashabul furudh mereka tidak
hanya mengambil bagiannya tetapi juga mengambil sisanya, karena
merupakan hak mereka secara ar-radd. Penerimaan ini lebih didahulukan
dibanding dzawil arham.
2. Tidak ada asabah. Karena jika ada asabah akan diambil seluruh hak waris
jika tidak ada ashabul furudh. Apabila ada ashabul furudh maka asabah akan
memerima sisa harta waris yang ada setelah diambil hak para ashabul
furudh.
3. Apabila ashabul furudh hanya terdiri dari suami atau istri saja, maka akan
menerima hak warisnya secara faradh, dan sisanya diberikan kepada dzawil
arham. Karena kedudukan suami istri secara raad itu sesudah kedudukan
dzawil arham. Dengan begitu sisa harta waris akan diberikan kepada dzawil
arham.

3
Maimun Nawawi, Pengantar Hukum Kewarisan Islam (Surabaya: Pustaka Radja, 2016), 141

4
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan
kekeluargaan tidak dapat dinafikan. Jika seorang kerabat berkedudukan sebagai
dzawil arham, maka ada dua faktor utama yang mendasari kedudukannya sebagai
dzawil arham. Faktor tersebut adalah hubungan nasab dan tidak adanya ahli waris
dzawil furudh dan asabah. Dua faktor tersebut menjadi dasar bahwa seorang
kerabat si mayit dapat dikatakan sebagai dzawil arham apabila mempunyai
hubungan nasab. Selama seseorang menpunyai hubungan kekerabatan tanpa ada
yang menghijabnya, maka orang tersebut lebih berhak atas harta peninggalan si
mayit daripada orang lain. Pendapat ini didasari pada dalil Al-Qur’an surat Al-
Anfal (8):57 “orang yang mempunyai hubungan kerabaat itu sebagiannya lebih
berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab
Allah”
Ayat ini menjelaskan bahwa seseorang yang menjadi ahli waris dengan
sebab adanya pertalian darah dan hubungan kekerabatan lebih utama
kedudukannya dibanding dengan orang-orang yang bukan dari golongan kerabat
si mayit.

C. Ahli Waris Dan Pihak Luar Ahli Waris Dzawil Arham


Ahli Waris Dzawil Arham
Ahli waris dzawil arham adalah ahli waris yang mempunyai kekerabatan
dengan pewaris, tetapi tidak termasuk golongan ahli waris dzawil furudh dan
asabah. Yang termasuk ahli waris dzawil arham adalah:4
1. Cucu laki-laki atau perempuan dari anak perempuan
2. Keponakan laki-laki atau perempuan, anak dari saudara laki-laki sekandung
atau seayah
3. Keponakan perempuan (anak dari saudara laki-laki sekandung atau seayah)
4. Saudara sepupu perempuan, anak perempuan paman (saudara laki-laki ayah
seibu)
5. Paman seibu (saudara laki-laki ayah seibu)
4
Petty Aulia Mandasari, Penyelesaian Sengketa Pembagian Waris Kepada Golongan Dzawil Arham
Melalui Litigasi dan Non Litigasi Dalam Perspektif Sistem Pewarisan Islam, Acta Diurnal no.1
(2022), https://jurnal.fh.unpad.ac.id/index.php/acta/article/view/1392

5
6. Paman (saudara laki-laki ibu)
7. Bibi (saudara perempuan ayah)
8. Bibi (saudara perempuan ibu)
9. Kakek (ayah dari ibu)
10. Nenek buyut (ibu dari kakek)
11. Keponakan seibu (anak-anak saudara laki-laki seibu)

Pihak di Luar Ahli Waris Dzawil Arham


Apabila ahli waris dari pewaris tidak ada, sementara dzawil arham juga
tidak ada maka masih ada beberapa pihak yang bisa diberi bagian waris sebagai
berikut:
1. Budak yang dimerdekakan.
2. Orang yang meng-Islamkan Pewaris.
3. Orang yang diikrarkan nasab kepadanya.
4. Baitul mal
5. Warganya/kaumnya

D. Cara Membagi Waris Dzawil Arham


Para fuqoha berbeda pendapat mengenai cara pembagian harta warisan
kepada dzawil arham. Dalam hal ini terdapat tiga golongan, yakni di antaranya
adalah:
1. Madzhab Ahl Ar-Rahim
Mengenai cara pembagian hak waris pada kerabat, madzhab ahl ar-rahim
menyatakan bahwa semua kerabat berhak mendapat waris secara rata, tanpa
membedakan jauh dekatnya kekerabatan dan tanpa membeda-bedakan
antara laki-laki dan perempuan.5
Madzhab ini disebut sebagai madzhab ahl ar-rahim karena mereka tidak
membedakan antara seseorang dari ahli waris dalam pembagian dan tidak
memperhatikan kekuatan atau kelemahan kerabat. Madzhab ahl ar-rahim

5
Tina Risanti, Studi Komperatif Pandangan Hakim Pengadilan Agama Curup Tentang Ahli Waris
Dzawil Arham, (Skripsi:IAIN Curup,2019), 46 http://e-theses.iaincurup.ac.id/133/

6
mendasari alasannya dengan suatu analis bahwa nash-nash yang
mengharuskan adanya perbedaan penerimaan antara ashabul furudh dan
ashabah adalah peninjauan dari segi jihat, derajat, dan kuatnya kekerabatan.
Tidak ada nash yang mengatur pusaka dzawil arham dari segi peninjauan
ini.
Contoh :6
Seseorang wafat dan meninggalkan harta warisan sebesar 150 juta
Dalam kasus ini diibaratkan dengan pewaris meninggalkan ahli waris yaitu
saudara perempuan sekandung, saudara perempuan seayah, saudara
perempuan seibu, dan paman kandung.
Ahli Waris Keterangan Jumlah
Harta
Keponakan perempuan keturunan 37.500.000
saudara perempuan sekandung
Keponakan perempuanbketurunan Madzhab ini membagi 37.500.000
dari saudara perempuan seayah waris sama rata tanpa
Keponakan laki-laki keturunan membeda-bedakan laki- 37.500.000
saudara perempuan seibu laki atau perempuan
Sepupu perempuan anak dari paman 37.500.000
kandung

2. Madzhab Ahl At-Tanzil


Madzhab Ahl At-Tanzil ini menganut asas pembagian harta pusaka
kepada ahli waris dzawil arham dengan sebab adanya pertalian nasab
dengan orang yang meninggal dan menggantikannya sekiranya ia masih
hidup. Jika derajat dzawil arham tersebut sudah jauh hendaklah bergeser
naik atau turun hingga mencapai ahli waris yang menjadikan sebab untuk
digantikan bagiannya. Madzhab ini adalah madzhab imam Ahmad yang
diikuti oleh ulama mutakhir dari kalangan ahli hukum Islam golongan
Syafi’iyyah dan Malikiyyah. Dasar hukum yang dikemukakan ulama
mengenai pembagian sebab pertalian nasab adalah sebagai berikut :

6
Fadlun Ma’arif, Pembagian Waris Bagi Dzawil Arham Menurut Imam As-Syafi’I Dan Imam Abu
Hanifah, (Skripsi: UIN Raden Fatah,2019), 71 https://repository.radenfatah.ac.id/16795/

7
a. Atsar sahabat yang diriwayatkan oleh Ibrahim An-Nakha’i dari Ali bin
Abibdillah mengenai masalah seorang pewaris yang meninggalkan ahli
waris dzawil arham, amah, dan khalah berikut:
“ Harta peninggalan untuk keduanya dibagi tiga. Dua pertiga untuk amah
dan sepertiga nya untuk khalah. Ammah diberi dua pertiga bagian
karena ia dipertalikan nasabnya dengan yang telah meninggal melalui
bapak sehingga ia dapat menempati tempat bapak. Kkhalah hanya diberi
bagian pertiga, karena pertalian nasabnya dengan orang yang
meninggal lewat ibu sehingga bagiannya sebanyak bagian yang diterima
ibu sekiranya ibunya masih hidup.”

b. Suatu riwayat yang dinukilkan dari Sayyidina Ali:


“ Beliau menempatkan cucu perempuan dari anak perempuan ketempat
anak perempuan, anak perempuan saudara ke tempat saudara, anak
perempuan saudari ke tempat saudari, saudari ayah ke tempat ayah, dan
saudari ibu ke tempat ibu.” 7
Contoh:8
1. Seorang wafat meninggalkan:
Anak perempuannya saudara perempuan kandung
Anak perempuan saudara perempuan seayah
Anak laki-laki saudara peremuuan seibu
Anak perempuan paman kandung.
Maka para ahli waris itu diposisikan sebagai: saudara Perempuan kandung,
saudara perempuan seayah, saudara Perempuan seibu, paman kandung.

Ahli waris ashabul furudh/ asabah yang


Ahli waris menyambungkan dzawil arham dengan mayit Bagian

‫ﺑﻨﺖ اﺧﺖ ﻗﺔ‬ ‫اﺧﺖ ﻗﺔ‬ ½

‫ﺑﻨﺖاﺧﺖ ﻻﺏ‬ ‫اﺧﺖ ﻻﺏ‬ 1/6

7
Tinuk Dwi Cahyani, Hukum Waris Dalam Islam Dilengkapi Contoh Kasus dan Penyelesaiannya,
Cetakan I, (Malang: UMM Press,2018), 82.
8
Abdul Haris, Belajar Praktis Fiqh Mawaris, Cetakan I (Malang: Maknawi, 2023), 159

8
‫اﺑﻦاﺧﺖﻻﻡ‬ ‫اﺧﺖﻻﻡ‬ 1/6

‫ﺑﻨﺖﻋﻢ ﻕ‬ ‫ﻋﻢ ﻕ‬ Ashabah

2. Seorang wafat, meninggalkan:


Cucu perempuan dari jalur perempuan
anak laki-laki saudara perempuan kandung
Anak perempuan saudara laki-laki seayah.
Maka para ahli waris tersebut diposisikan sebagai bintun, ukhtun syaqiqah,
akhun liab.
Ahli Waris Ahli waris ashabul furudh/ asabah yang Bagian
menyambungkan dzawil arham dengan
mayit

‫ﺑﻨﺖ ﺑﻨﺖ‬ ‫ﺑﻨﺖ‬ ½

‫اﺑﻦ اﺧﺖ ﻗﺔ‬ ‫اﺧﺖ ﻗﺔ‬ Asabah ma’al


ghair

‫ﺑﻨﺖاﺥﻻﺏ‬ ‫اﺥﻻﺏ‬ Mahjub

3. Seseorang wafat meninggalkan hatra warisan sebesar 150 juta rupiah.


Berapa bagian dari setiap ahli waris tersebut?
Dalam kasus ini diibaratkan dengan pewaris meninggalkan ahli waris yaitu
saudara perempuan sekandung, saudara perempuan seayah, saudara
perempuan seibu, dan paman kandung.
Ahli Waris Bagian Asal Jumlah Harta
Masalah
Keponakan perempuan saudara ½ 75.000.000
perempuan sekandung 6
Keponakan perempuan keturunan dari 1/6 25.000.000
saudara perempuan seayah
Keponakan laki-laki keturunan saudara 1/6 25.000.000
perempuan seibu
Sepupu perempuan anak dari paman 1/6 25.000.000

9
kandung

3. Madzhab Ahl Al-Qarabah


Madzhab ini merupakan pendapat Ali bin Thalib r.a. dan diikuti oleh para
ulama madzhab Hanafi. Hak waris pada madzhab ahl Qarabah ditentukan
dengan melihat derajat kekerabatan mereka kepada pewaris. Hal ini
dilakukan dengan mengqiyaskannya pada hak para asabah. Berarti yang
paling berhak diantara mereka (para asabah) adalah yang paling dekat
dengan pewaris dilihat dari sisi dekat dan kuatnya kekerabatan.
Dalam melaksanakan pembagian waris, madzhab ini membaginya secara
kelompok. Prakteknya sama seperti membagi hal waris para asabah, yaitu
melihat siapa yang paling dekat hubungan kekerabatannya dengan pewariss,
kemudian baru yang lebih kuat di antara kerabat yang ada. Selain itu,
pelaksanaannya tetap mengikuti kkaidah umum pembagian waris, yaitu
bagian laki-laki mendapat dua kali lipat dari bagian wanita. 9
Susunan ahli waris dzawil arham terdiri dari empat rumpun yang berbeda-
beda tingkatannya. Ahli waris dzawil arham yang tergolong dalam
kekerabatan pertama harus didahulukan daripada kekerabatan yang kedua,
begitu seterusnya.
Cara membagi harta warisan dzawil arham
1) Jika ahli waris dzawil arham yang akan menerima bagian itu hanya
seorang diri, maka seluruh sisa harta yang sudah dibagikan kepada
ashabul furudh suami dan istri, dibagikan kepada dzawil arham semua.
2) Jika ahli waris dzawil arham lebih dari seorang, maka harus
diklasifikasikan terlebih dahulu:
a. Apakah mereka semua berasal dari rumpun yang berbeda-beda. Jika
mereka berasal dari rumpun yang berbeda, maka yang berasal dari
rumpun yang pertama harus didahulukan dari pada rumpun yang

9
Laras Shesa, Keterjaminan Kedudukan Dzaul Arham Dalam Kewarisan Islam Melalui Wasiat
Wajibah, al istinbath No.2 (2018), Keterjaminan Kedudukan Dzaul Arham Dalam Kewarisan Islam
Melalui Wasiat Wajibah | Shesa | Al-Istinbath: Jurnal Hukum Islam (iaincurup.ac.id)

10
kedua dan begitupun seterusnya sesuai dengan rumpun yang sudah
diurutkan diatas.
b. Klasifikasi kedua apakah dia berasal dari satu rumpun, tetapi berbeda
derajat, kekuatan kerabat, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemecahan
masalahnya sebagai berikut:
a) Apabila derajat mereka tidak sama, harus diutamakan mereka yang
derajatnya lebih dekat dengan si pewaris.
b) Apabila derajatnya sama, harus didahulukan mereka yang lebih
kuat kekerabatannya.
c) Apabila derajat dan kekuatannya sama, mereka berserikat dalam
menerima seluruh atau sisa harta peninggalan. Apabila mereka
terdiri atas lakki-laki atau perempuan saja, maka mereka akan
menerima sama banyaknya. Apabila mereka terdiri atas laki-laki
dan perempuan, maka yang laki-laki akan menerima dua kali lipat
dari perempuan.
Contoh :
Seseorang wafat dan meninggalkan:
Keponakan perempuan keturunan saudara perempuan sekandung
Keponakan Perempuan keturunan saudara peremuan seayah
Keponakan laki-laki keturunan saudara perempuan seibu
Sepupu perempuan keturunan paman kandung (saudara laki-laki seayah).
Dengan hatra warisan sebesar 150 juta rupiah. Berapa bagian dari setiap ahli
waris tersebut?
Dalam kasus ini diibaratkan dengan pewaris meninggalkan ahli waris yaitu
saudara perempuan sekandung, saudara perempuan seayah, saudara
perempuan seibu, dan paman kandung.
Ahli Waris Bagian Asal Jumlah Harta
Masalah
Saudara perempuan sekandung Ashabah 150.000.000
Saudara perempuan seayah Mahjub Tidak mendapat
warisan
Saudara perempuan seibu Mahjub Tidak mendapat

11
warisan
Paman kandung Mahjub Tidak mendapat
warisan

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dzawil arham adalah golongan kekerabatan dari pewaris yang bukan
merupakan ahli waris, namun dalam keadaan tertentu berhak mendapatkan harta
warisan sebagai pengganti posisi ahli waris. Terkait status dan kedudukan dzawil
arham, Mazhab Syafi’i dan Maliki menyatakan bahwa baitul mal lebih berhak
mendapatkan harta warisan dibandingkan dengan dzawil arham. Sedangkan,
Mazhab Hanafi dan Hambali menyatakan bahwa dzawil arham lebih berhak
dibandingkan dengan baitul mal terkait harta warisan.
Syarat pemberian hak waris bagi dzawil arham ada tiga, yaitu tidak ada
ashabul furudh, tidak ada asabah, dan apabila ashabul furudh hanya terdiri dari
suami atau istri saja.
Ahli Waris Dzawil Arham adalah ahli waris yang mempunyai kekerabatan
dengan pewaris, tetapi tidak termasuk golongan ahli waris dzawil furudh dan
asabah.
Terdapat tiga golongan dalam tata cara pembagian harta warisan kepada
dzawil arham, yaitu Madzhab Ahl Ar-Rahim, Mazhab Ahl At-Tanzil, dan Mazhab
Ahl Al-Qarabah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Haris, Belajar Praktis Fiqh Mawaris, Cetakan I, Malang: Maknawi, 2023

Abdur Rahim, Penyelesaian Kewarisan Dzawil Arham Dalam Komplikasi Hukum


Islam, Taqnin Jurnal Syariah dan Hukum No1, 2021

Ade Fariz Fahrullah, Ahli Waris Dalam Perspektif Hukum Islam Dan KUHP
(Burgerlijk Wetbook), Jurnal Hukum Islam No.1, 2021

Fadlun Ma’arif, Pembagian Waris Bagi Dzawil Arham Menurut Imam As-Syafi’I
Dan Imam Abu Hanifah, Skripsi: UIN Raden Fatah,2019

Laras Shesa, Keterjaminan Kedudukan Dzaul Arham Dalam Kewarisan Islam


Melalui Wasiat Wajibah, al istinbath No.2, 2018

Maimun Nawawi, Pengantar Hukum Kewarisan Islam, Surabaya: Pustaka Radja,


2016

Petty Aulia Mandasari, Djanuardi, Penyelesaian Sengeta Pembagian aris Kepada


Golongan Dzawil Arham Melalui Litigasi Dan Non Litigasi Dalam
Perspektif Pewarisan Islam, Acta Diurnal Jurnal Ilmu Hukum
Kenotariatan No.1, 2022

Tina Risanti, Studi Komperatif Pandangan Hakim Pengadilan Agama Curup


Tentang Ahli Waris Dzawil Arham, Skripsi: IAIN Curup, 2019

Tinuk Dwi Cahyani, Hukum Waris Dalam Islam Dilengkapi Contoh Kasus dan
Penyelesaiannya, Cetakan I, Malang: UMM Press,2018

14

Anda mungkin juga menyukai