NISN : 212203007
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah
kepada umat ini. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada nabi kitaMuhammad Saw.
yang tidak ada nabi setelahnya. sebagai contoh dan panutan yangpaling baik bagi seluruh umat
manusia.
”Walaupun kami sadari masih banyak kekurangan yang belum bisa kami tutupi
dalampembuatannya. Dengan adanya makalah ini mudah-mudahan dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca dan terutama penyusun dan semoga makalah ini dapat menjadi
pelengkap nilai dalam mata pelajaran pabp.
Saran dan masukkan sangat kami harapkan agar dapat menjadi lebih baik dimasa
yang akan datang. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Aamiin.
A.Kata pengantar…………………………………………………………………….........................01
B.Daftar isi…………………………………………………………………………...............................02
C. Rumusan Masalah
D. Kesimpulan………………………………………………………………………..............................29
E. Penutup ………………………………………………………………………….................................30
F. Daftar pustaka……………………………………………………………….............................…..31
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN MAWARIS
Secara etimologis Mawaris adalah bentuk jamak dari kata miras yang
berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yangmasih
hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yangberupa hak
milik yang legal secara syar’i.
Jadi yang dimaksudkan dengan mawaris dalam hukum Islam adalah pemindahan
hak milik dari seseorang yang telah meninggal kepada ahli waris yang masih hidupsesuai
dengan ketentuan dalam al-Quran dan al-Hadis.
siapa-siapa ahli waris yang berhak menerima warisan, siapa yang tidak berhakmenerima,
serta bagian-bagian tertentu yang diterimanya.
Fiqih Mawaris juga disebut Ilmu Faraid, diambil dari lafazh faridhah,
yang olehulama faradhiyun semakna dengan lafazh mafrudhah, yakni bagian yang
telahdipastikan kadarnya. Jadi disebut dengan ilmu faraidh, karena dalam pembagian harta
warisan telah ditentukan siapa-siapa yang berhak menerima warisan, siapa yang tidakberhak,
dan jumlah (kadarnya)yang akan diterima oleh ahli waris telah ditentukan.
1
B. TUJUAN KEWARISAN ISLAM
Adapun tujuan kewarisan dalam Islam dapat kita rumuskan sebagai berikut :
1. Penetapan bagian-bagian warisan dan yang berhak menerima secara rinci dan jelas,
bertujuan agar tidak terjadinya perselisihan dan pertikaian antaraahli waris. Karena dengan
ketentuan-ketentuan tersebut, masing-masingahli waris harus mengikuti ketentuan syariat dan
tidak bisa mengikutikehendak dan keinginan masing-masing.
2. Baik laki-laki maupun perempuan mendapat bagian warisan (yang pada masa jahiliyah hanya
laki-laki yang berhak) sebagai upaya mewujudkanpembagian kewarisan yang berkeadilan
berimbang. Dalam artian masing-masing berhak menerima warisan sesuai dengan porsi beban
dan tanggung jawabnya
BAB II
HUKUM KEWARISAN
A. Hukum Kewarisan
syariat Islam bagi umat Islam melaksanakan peraturanperaturan syari'at yang telah ditentukan
nash yang sharih adalah suatu keharusan, selama peraturan tersebut tidak ditunjuk oleh dalil
nash yang lain yang menunjukkan ketidak-wajibannya.
Islam mengatur ketentuan pembagian harta waris secara rinci agar tidak terjadinya
perselisihan dan pertikaian antara ahli waris. Hal tersebut seringkali terjadi jika seseorang
meninggal dunia, menimbulkan perselisihan bagi ahli warisnya dalam pembagian harta,
bahkan tidak jarang terjadi pertikaian. Sebagai antisipasi hal tersebut, maka ditentukan
secara rinci tentang pembagian harta warisan sebagai pedoman.
B. Sumber Hukum Kewarisan
1. Al-Quran
2. Al-Hadis
Nabi SAW. bersabda, Berikanlah bagian-bagian tertentu kepada orang-orang yang berhak,
sesudah itu sisanyauntuk orang laki-laki yang lebih utama (dekatkekerabatannya). (H.R. Bukhari
dan Muslim).
b. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim Orang muslim tidak berhak mewarisi
orang kafir dan orang kafir tidak berhak mewarisi orang muslim. (H.R.Bukhari dan Muslim).
Waqqas tentang batas. maksimal pelaksanaan wasiat. Rasulullah SAW. datang menjengukku
pada tahun haji wada diwaktu aku menderita sakit keras. Lalu aku bertanya kepada beliau,"
wahai Rasulullah, aku. sedang menderita sakit keras, bagaimana pendapatmu, aku ini
orang berada sementara tidak ada yang akan mewarisi hartaku selain seorang anak perempuan,
apakah aku sedekah (wasiat) kan dua pertiga hartaku? "Jangan" jawab Rasul. Aku bertanya
"setengah"? "jangan" jawab Rasul. Aku bertanya "sepertiga"? Rasul menjawab "sepertiga"
sepertiga adalah banyak atau besar, sungguh kamu jika meninggalkan ahli warismu dalam
keadaan yang cukup adalah lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam
keadaan miskin yang meminta-minta kepada orang. (H.R. Bukhari dan Muslim).
BAB III
A. UNSUR KEWARISAN
1. Maurus.
Maurus atau miras adalah harta peninggalan si mati setelah dikurangi biaya perawatan jenazah,
pelunasan hutang dan pelaksanaan wasiat.
2. Muwaris.
Muwaris, yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang yang mewariskan hartanya.
3. Waris
Waris, adalah orang yang berhak mewarisi harta peninggalan muwaris karena mempunyai
hubungan kekerabatan baik karena hubungan darah, hubungan sebab perkawinan atau akibat
memerdekakan hamba sahaya.
B. SYARAT KEWARISAN
yaitu:
a. Mati haqiqy.
Mati haqiqy, ialah kematian seseorang yang dapat disaksikan oleh panca indra dan dapat
dibuktikan dengan alat pembuktian..
b. Mati hukmy.
c. Mati taqdiry (menurut dugaan). Mati taqdiry, yaitu orang yang dinyatakan mati
2. Hidupnya waris. Dalam hal ini, para ahli waris yang benar-benar hiduplah
disaat kematian. muwaris, berhak mendapatkan harta peninggalan. Berkaiatan dengan bayi
yang masih berada
dalam kandungan akan dibahas secara khusus.
Contoh Kasus
Pertanyaan :
Seseorang Meninggal dunia meninggalkan harta warisan senilai Rp 66.000.000,00. Ahli waris
terdiri dari kakek, bapak, dan Zanak laki-laki. Berapa bagian masing-masing?
Jawab:
Untuk dapat menjawab kasus ini mari kita buka materi yang terdapat pada BAB VI, disana
dikatakan bahwa Bapak mendapatkan bagian 1/6 penyelesainnya adalah 1 x Rp
66.000.000,00/6 Rp 11.000.000.00 jadi bapak mendapatkan bagian sejumlah Rp 11.000.000.00
sedangkan 2 Anak laki-laki adalah asobah/sisa, maka Penyelesainnya Rp 66.000.000.00 Rp
11.000.000.00 Rp 55.000.000.00, seorang anak laki-laki adalah Rp 55.000.000.00 / 2 = Rp.
27.500.000.00 Bagimana dengan kakek, kakek tidak memiliki hak waris karena terhalang oleh
ayah.
Kesimpulan
Seorang yang meninggal dunia tidak usai begitu saja, dia masih menimbulkan hukum Bagi yang
ditinggalkannya salah satunya yaitu hukum kewarisan, Hukum kewarisan hukum yang mengatur
ketentuan yang diperoleh oleh ahliwaris menurut ketentuan syara. Yakni memungkinkan
seseorang mendapat Warisan.
• Hukum kewarisa
Apabila kita sudah mengetahui keenam poin diatas insyaAllah minimal kita dapat mempelajari
ataupun menerapkan hukum mawaris sesuai tuntunan syariat islam. Wallahu'alam
PENUTUP
Demikian materi makalah Fikih Mawaris dapat saya suguhkan, semoga dengan uraian
sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya selaku penyusun danpara pembaca yang
budiman pada umumnya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Saepul Khaer S.P.D.I Pengajar mata pelajaran
PABP yang telah memberikan tugas makalah sehingga penyusun mendapat pengalaman dan
pengetahuan baru mengenai ilmu fiqih mawaris. Semoga dengan ini kita semua dapat
meningkatkan kualitas ilmu kita scara maksimal sehingga kita menjadi hamba Allah yang
bermanfaat dengan ijinNya.