Anda di halaman 1dari 12

Makalah Mawaris

Disusun oleh : Bulan Septiani

NISN : 212203007

Kelas : XII TKJ

Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan

SMK MUHAMMADIYAH 2 CIKAMPEK


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah

kepada umat ini. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada nabi kitaMuhammad Saw.
yang tidak ada nabi setelahnya. sebagai contoh dan panutan yangpaling baik bagi seluruh umat
manusia.

Alhamdulillah kami dapat menyusun Makalah dengan tema " Mawarriits

”Walaupun kami sadari masih banyak kekurangan yang belum bisa kami tutupi
dalampembuatannya. Dengan adanya makalah ini mudah-mudahan dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca dan terutama penyusun dan semoga makalah ini dapat menjadi
pelengkap nilai dalam mata pelajaran pabp.

Saran dan masukkan sangat kami harapkan agar dapat menjadi lebih baik dimasa
yang akan datang. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Aamiin.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Karawang, 18 Februari 2024


DAFTAR ISI

A.Kata pengantar…………………………………………………………………….........................01

B.Daftar isi…………………………………………………………………………...............................02

C. Rumusan Masalah

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………........................04

Bab II Hukum kewarisan ………………………………………………......................06

Bab III Unsur-unsur dan Syarat kewarisan……………………....................14

Bab IV Sebab-sebab adanya kewarisan ……………………….....................16

Bab V Sebab-sebab yang menjadi penghalang kewarisan …………….19

Bab VI Hajib dan Mahjub ………………………………………………......................23

Bab VII Cara Menghitung dan membagikan warisan ……………………...28

D. Kesimpulan………………………………………………………………………..............................29

E. Penutup ………………………………………………………………………….................................30

F. Daftar pustaka……………………………………………………………….............................…..31
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN MAWARIS

Secara etimologis Mawaris adalah bentuk jamak dari kata miras yang

merupakan mashdar (infinitif) dari kata : warasa – yarisu – irsan – mirasan.Maknanya


menurut bahasa adalah ; berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada

orang lain, atau dari suatu kaum kepada kaum lain.

Sedangkan maknanya menurut istilah yang dikenal para ulama ialah,

berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yangmasih
hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yangberupa hak
milik yang legal secara syar’i.

Jadi yang dimaksudkan dengan mawaris dalam hukum Islam adalah pemindahan

hak milik dari seseorang yang telah meninggal kepada ahli waris yang masih hidupsesuai
dengan ketentuan dalam al-Quran dan al-Hadis.

Sedangkan istilah Fiqih Mawaris dimaksudkan ilmu fiqih yang mempelajari

siapa-siapa ahli waris yang berhak menerima warisan, siapa yang tidak berhakmenerima,
serta bagian-bagian tertentu yang diterimanya.

Fiqih Mawaris juga disebut Ilmu Faraid, diambil dari lafazh faridhah,

yang olehulama faradhiyun semakna dengan lafazh mafrudhah, yakni bagian yang
telahdipastikan kadarnya. Jadi disebut dengan ilmu faraidh, karena dalam pembagian harta
warisan telah ditentukan siapa-siapa yang berhak menerima warisan, siapa yang tidakberhak,
dan jumlah (kadarnya)yang akan diterima oleh ahli waris telah ditentukan.

1
B. TUJUAN KEWARISAN ISLAM

Adapun tujuan kewarisan dalam Islam dapat kita rumuskan sebagai berikut :

1. Penetapan bagian-bagian warisan dan yang berhak menerima secara rinci dan jelas,
bertujuan agar tidak terjadinya perselisihan dan pertikaian antaraahli waris. Karena dengan
ketentuan-ketentuan tersebut, masing-masingahli waris harus mengikuti ketentuan syariat dan
tidak bisa mengikutikehendak dan keinginan masing-masing.

2. Baik laki-laki maupun perempuan mendapat bagian warisan (yang pada masa jahiliyah hanya
laki-laki yang berhak) sebagai upaya mewujudkanpembagian kewarisan yang berkeadilan
berimbang. Dalam artian masing-masing berhak menerima warisan sesuai dengan porsi beban
dan tanggung jawabnya
BAB II

HUKUM KEWARISAN

A. Hukum Kewarisan

Dalam hukum kewarisan terdapat dua hal, yaitu, hukum

membagi harta warisan menurut ketentuan syari'at Islam

dan hukum mempelajari dan mengajarkannya.

1. Hukum membagi harta warisan menurut ketentuan

syariat Islam bagi umat Islam melaksanakan peraturanperaturan syari'at yang telah ditentukan
nash yang sharih adalah suatu keharusan, selama peraturan tersebut tidak ditunjuk oleh dalil
nash yang lain yang menunjukkan ketidak-wajibannya.

2.Hukum mempelajari dan mengajarkannya.

Islam mengatur ketentuan pembagian harta waris secara rinci agar tidak terjadinya
perselisihan dan pertikaian antara ahli waris. Hal tersebut seringkali terjadi jika seseorang
meninggal dunia, menimbulkan perselisihan bagi ahli warisnya dalam pembagian harta,
bahkan tidak jarang terjadi pertikaian. Sebagai antisipasi hal tersebut, maka ditentukan
secara rinci tentang pembagian harta warisan sebagai pedoman.
B. Sumber Hukum Kewarisan

Hukum kewarisan bersumber pada al-Quran dan alHadis

yang menjelaskan ketentuan hukum kewarisan.

1. Al-Quran

a. Surat an-Nisa' ayat 7

b. Surat al-Ahzab ayat 6

c. Surat an-Nisa' ayat 11 dan 12

2. Al-Hadis

a. Riwayat Bukhari dan Muslim.

Nabi SAW. bersabda, Berikanlah bagian-bagian tertentu kepada orang-orang yang berhak,
sesudah itu sisanyauntuk orang laki-laki yang lebih utama (dekatkekerabatannya). (H.R. Bukhari
dan Muslim).

b. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim Orang muslim tidak berhak mewarisi
orang kafir dan orang kafir tidak berhak mewarisi orang muslim. (H.R.Bukhari dan Muslim).

c. Riwayat Bukhari dan Muslim dari Sa'ad ibn Abi

Waqqas tentang batas. maksimal pelaksanaan wasiat. Rasulullah SAW. datang menjengukku
pada tahun haji wada diwaktu aku menderita sakit keras. Lalu aku bertanya kepada beliau,"
wahai Rasulullah, aku. sedang menderita sakit keras, bagaimana pendapatmu, aku ini

orang berada sementara tidak ada yang akan mewarisi hartaku selain seorang anak perempuan,
apakah aku sedekah (wasiat) kan dua pertiga hartaku? "Jangan" jawab Rasul. Aku bertanya
"setengah"? "jangan" jawab Rasul. Aku bertanya "sepertiga"? Rasul menjawab "sepertiga"

sepertiga adalah banyak atau besar, sungguh kamu jika meninggalkan ahli warismu dalam
keadaan yang cukup adalah lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam

keadaan miskin yang meminta-minta kepada orang. (H.R. Bukhari dan Muslim).
BAB III

UNSUR DAN SYARAT KEWARISAN

A. UNSUR KEWARISAN

Dalam kewarisan Islam terdapat tiga unsur (rukun), yaitu:

1. Maurus.

Maurus atau miras adalah harta peninggalan si mati setelah dikurangi biaya perawatan jenazah,
pelunasan hutang dan pelaksanaan wasiat.

2. Muwaris.

Muwaris, yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang yang mewariskan hartanya.

3. Waris

Waris, adalah orang yang berhak mewarisi harta peninggalan muwaris karena mempunyai
hubungan kekerabatan baik karena hubungan darah, hubungan sebab perkawinan atau akibat
memerdekakan hamba sahaya.

B. SYARAT KEWARISAN

Adapun syarat-syarat terjadinya pembagian harta warisan dalam Islam adalah

1. Matinya muwaris. Kematian muwaris dibedakan kepada tiga macam

yaitu:

a. Mati haqiqy.

Mati haqiqy, ialah kematian seseorang yang dapat disaksikan oleh panca indra dan dapat
dibuktikan dengan alat pembuktian..

b. Mati hukmy.

Mati hukmy, ialah suatu kematian disebabkan adanya vonis hakim.

c. Mati taqdiry (menurut dugaan). Mati taqdiry, yaitu orang yang dinyatakan mati

berdasarkan dugaan yang kuat.

2. Hidupnya waris. Dalam hal ini, para ahli waris yang benar-benar hiduplah

disaat kematian. muwaris, berhak mendapatkan harta peninggalan. Berkaiatan dengan bayi
yang masih berada
dalam kandungan akan dibahas secara khusus.

3. Tidak adanya penghalang-penghalang mewarisi. Tidak ada penghalang kewariosan,


sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hal-hal yang menjad penghalang kewarisan.
BAB IV

CARA MENGHITUNG DAN MEMBAGIKAN WARISAN

Contoh Kasus

Pertanyaan :

Seseorang Meninggal dunia meninggalkan harta warisan senilai Rp 66.000.000,00. Ahli waris
terdiri dari kakek, bapak, dan Zanak laki-laki. Berapa bagian masing-masing?

Jawab:

Untuk dapat menjawab kasus ini mari kita buka materi yang terdapat pada BAB VI, disana
dikatakan bahwa Bapak mendapatkan bagian 1/6 penyelesainnya adalah 1 x Rp
66.000.000,00/6 Rp 11.000.000.00 jadi bapak mendapatkan bagian sejumlah Rp 11.000.000.00
sedangkan 2 Anak laki-laki adalah asobah/sisa, maka Penyelesainnya Rp 66.000.000.00 Rp
11.000.000.00 Rp 55.000.000.00, seorang anak laki-laki adalah Rp 55.000.000.00 / 2 = Rp.
27.500.000.00 Bagimana dengan kakek, kakek tidak memiliki hak waris karena terhalang oleh
ayah.
Kesimpulan

Seorang yang meninggal dunia tidak usai begitu saja, dia masih menimbulkan hukum Bagi yang
ditinggalkannya salah satunya yaitu hukum kewarisan, Hukum kewarisan hukum yang mengatur
ketentuan yang diperoleh oleh ahliwaris menurut ketentuan syara. Yakni memungkinkan
seseorang mendapat Warisan.

Dalam menyikapi hukum mawaris ada beberapa

poinpenting yang memang kita harus pelajari yaitu:

• Hukum kewarisa

• Unsur-unsur dan Syarat kewarisan

• Cara Menghitung dan membagikan warisan

Apabila kita sudah mengetahui keenam poin diatas insyaAllah minimal kita dapat mempelajari
ataupun menerapkan hukum mawaris sesuai tuntunan syariat islam. Wallahu'alam
PENUTUP

Demikian materi makalah Fikih Mawaris dapat saya suguhkan, semoga dengan uraian
sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya selaku penyusun danpara pembaca yang
budiman pada umumnya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Saepul Khaer S.P.D.I Pengajar mata pelajaran
PABP yang telah memberikan tugas makalah sehingga penyusun mendapat pengalaman dan
pengetahuan baru mengenai ilmu fiqih mawaris. Semoga dengan ini kita semua dapat
meningkatkan kualitas ilmu kita scara maksimal sehingga kita menjadi hamba Allah yang
bermanfaat dengan ijinNya.

Anda mungkin juga menyukai