KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Memahami hukum waris", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.
Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi
juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun.
Terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
1 1. Latar Belakang ..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2 .1. Pengertian hukum waris ...........................................................................
11
BAB III
PENUTUP
3 l. Kesimpulan ...............................................................................................
12
3 l. Saran .........................................................................................................
12
13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
: Memperoleh
gambaran
tentang
bagaimana
:.
:
BAB II
PEMBAHASAN
maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang
ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai [seluruh
harta saudara perempuan], jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika
saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka [ahli
waris itu terdiri dari] saudara-saudara laki dan perempuan, maka
bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang
saudara perempuan. Allah menerangkan [hukum ini] kepadamu, supaya
kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Adapun dasar atau sumber hukum waris yang berasal dari sunah rasul
ataupun hadist di antaranya;
1) yang artinyaalloh telah menurunkan hukum waris bagi saudarasaudaramu yang perempuan itu dan alloh telah menerangkan bahwa
mereka mendapat bagian dua pertiga
2) yang artinyabagi yang membunuh tidak mendapatkan hak waris atau
bagian harta warisan(HR.An nasai)
3) yang artinyaseorang muslim tidak berhak mendapat bagian harta warisan
dari seorang kafir,dan sebaliknya seorang kafir tidak berhak mandapat
bagian harta warisan dari seorang muslim(HR.jamaah ahlu hadist)
4) Dari Ibnu Abbas RA dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Berikanlah faraidh
(bagian-bagian yang telah ditentukan) kepada yang berhak, dan selebihnya
berikanlah kepada laki-laki dari keturunan laki-laki yang terdekat." (HR
Bukhari dan Muslim)kesimpulan atau intisari hadits ini: Dalam pembagian
warisan, ahli waris yang mendapat bagian lebih dahulu adalah ahli waris
golongan ashhabul-furudh (ahli waris yang bagian mereka sudah tertentu),
kemudian kalau ada sisanya baru diberikan kepada ahli waris golongan
ashabah (ahli waris penerima sisa).
Meskipun Al-Quran dan Sunnah Rasul telah memberi ketentuan terperinci
tentang pembagian harta warisan, tetapi dalam beberapa hal masih diperlukan
adanya ijtihad, yaitu terhadap hal-hal yang tidak ditentukan dalam kedua sumber
hukum tersebut. Misalnya mengenai bagian warisan orang banci, harta warisan
yang tidak habis terbagi kepada siapa sisanya diberikan, bagian ibu apabila hanya
bersama-sama dengan ayah dan duda atau janda.
kawini sendiri atau dikawinkan dengan orang lain atau tidak di bolehkan kawin
lagi.Di sinilah terlihat keadilan syariat islam mengangkat kedudukan wanita, baik
anak,cucu
atau
saudara,paman,dan
anak
turunanya
perbudakan
[wala],
yaitu
seseorang
berhak
dimaksud
mawani
dengan
al-irs
ialah
penghalang
seseorang sudah berhak mendapatkan warisan tetapi oleh karena ada suatu
keadaan tertentu berakibat dia tidak mendapat harta warisan.
Keadaan-keadaan yang menyebabkan seseorang ahli waris tidak dapat
memperoleh harta warisan adalah sebagai berikut:
1. Pembunuhan
Seseorang yang membunuh orang lain, maka ia tidak dapat mewarisi
harta orang yang terbunuh itu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
dari Amr bin syuaib dari ayahnya dari kakeknya ia berkata
Rasulullah SAW bersabda: orang yang membunuh tidak dapat mewarisi
sesuatu pun dari harta warisan orang yang di bunuhnya.
Ketentuan ini mengandung kemaslahatan agar orang tidak mengambil
jalan pintas untuk mendapat harta warisan dengan membunuh orang
yang mewariskan.
2. Berlainan agama
Berlainan agama dalam hukum waris islam di maksudkan bahwa
seseorang yang beragama islam tidak dapat mewarisi kepada orang non
muslim, demikian juga sebaliknya sebagaimana sabda rasulullah SAW :
tidak mewarisi orang islam kepada orang islam kepada orang kafir
dan orang kafir tidak akan mewarisi kepada orang lain.
3. Perbudakan
Seorang budak adalah milik tuanya secara mutlak karenan itu tidak
berhak untuk memiliki harta sehingga ia tidak bisa menjadi orang yang
mewariskan dan tidak akan mewarisi dari siapapun
sesuai dengan
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembahasan mengenai hukum kewarisan islam pada dasarnya menyangkut
tiga hal pokok yaitu pewaris,ahli waris,dan harta warisan. Ketiga hal pokok itu
dapat diklasifikasikan dalam dua kategori hubungan yaitu hubungan kekerabatan
dan hubungan perkawinan
3.2. Saran
Hukum kewarisan islam sebagai hokum yang berkaitan dengan ajaran agama
islam bagi masyarakat muslim, perlu dikaji secara mendalam, dalam pelaksanaan
yang dilakukan oleh masyarakat muslim yang bersistem kekrabatan patrilineal,
matrilineal, bilateral dalam rangaka pembianaan hukum kewarisan islam yang
bercirikan budaya hukum ke indonesiaan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Adat Bagi Umat Islam, Yogyakarta, Nur
Cahaya, 1983. Cf. Sajuti Thalib, Receptio A Contrario (Hubungan Hukum
Adat dengan Hukum Islam),
13