Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt dengan berkat, rahmat
dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang membahas
tentang “Mudharabah atau Qiradh”.
Sholawat serta salam semoga senantiasa dihaturkan kepada junjungan kita
nabi besar muhammad saw, para sahabat dan para pengikutnya sampai di hari
kiamat.
Tentunya dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan-
kekurangannya tanpa penulis sengaja atau penulis sadari, tetapi penulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir kekurangan-kekurangan
tersebut. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun dari forum diskusi ini.
Semoga dengan adanya kritik dan saran tersebut dapat bermanfaat dan
menjadi pedoman bagi penulis dalam penyusunan makalah ini pada khususnya
dan para pembaca pada umumnya, segala kelebihan hanya milik allah SWT dan
segala kekurangan milik hambanya.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mudharabah atau Qiradh........................................................3
B. Syarat Sah Mudharabah............................................................................6
C. Dasar Hukum Mudharabah atau Qiradh...................................................6
D. Rukun dan Syarat Mudharabah atau Qiradh...........................................10
E. Hukum Mudharabah atau Qiradh.............................................................11
F. Jenis-jenis Mudharabah...........................................................................12
G. Aplikasi dalam Perbankan.......................................................................13
H. Manfaat dan Risiko Al-Mudharabah.......................................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah cukup lama umat Islam Indonesia, demikian juga belahan dunia
menginginkan perekonomian yang berbasis nilai-nalai dan prinsip syari’ah
untuk dapat diterapkan dalam segenap aspek kehidupan. Di zaman sekarang
kita hanya menerapkan Islam hanya dalam ibadah saja, tetapi terkadang
dalam dunia perekonomian kita tidak memperhatikan nilai-nilai Islam
tersebut, sehingga seringnya merugikan orang lain, dengan tidak memberikan
hak-hak yang orang lain, seperti bagi hasil yang tidak merata, sehingga ada
salah satu pihak menjadi terzholimi. Oleh karena itu kami akan membahas
salah satu akad atau cara bagi hasil sesuai yang telah dijelaskan pada Al-
quran dan Hadits, yaitu “Qiradh atau mudharabah.”
Mudharabah atau qiradh ialah akad antara pemilik modal (harta)
dengan pengelola modal tersebut, dengan syarat bahwa keuntungan diperoleh
dua belah pihak sesuai dengan keputusan.
Para ulama mazhab sepakat bahwa mudharabah hukumnya dibolehkan
(mubah) berdasarkan Al-quran, sunah, dan ijma’.
Dalam pelaksanaan qiradh kita harus sesuai denga rukun dan syarat
qiradh itu sendiri, qiradh pun dapat diterapkan di perbankan, dan qiradh juga
mempunyai manfaat dan risiko dalam menjalankannya.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami membahas tentang
1. Pengertian Mudharabah atau Qiradh
2. Syarat Sah Mudharabah
3. Dasar Hukum Mudharabah atau Qiradh
4. Rukun dan Syarat Mudharabah atau Qiradh
5. Hukum Mudharabah atau Qiradh
6. Jenis-jenis Mudharabah
1
7. Aplikasi dalam Perbankan
8. Manfaat dan Risiko Al-Mudharabah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3) Mazhab Syafi’I :
definisi mudharabah yaitu pemilik modal menyerahkan sejumlah
uang kepada pengusaha untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang
dengan keuntungan menjadi milik bersama antara keduanya.
4) Mazhab Hambali :
mudharabah adalah penyerahan barang atau sejenisnya dalam
jumlah yang jelas dan tertentu kepada orang yang
mengusahakannya dengan mendapatkan bagian tertentu dari
keuntungannya.
3. Definisi Mudharabah Menurut Regulasi
1) UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah :
Dalam pasal 19 poin (b) dan (c) dijelaskan bahwa kegiatan usaha bank
syariah meliputi menghimpun dana dalam bentuk investasi dengan akad
mudharabah dan menyalurkan pembiayaan bagi hasil dengan akad
mudharabah. Dalam penjelasan UU Nomor 21, Mudharabah
didefinisikan :
Yang dimaksud dengan “Akad mudharabah” dalam
menghimpun dana adalah Akad kerja sama antara pihak
pertama (malik, shahibul mal, atau Nasabah) sebagai pemilik
dana dan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau Bank Syariah)
yang bertindak sebagai pengelola dana dengan membagi
keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan
dalam Akad.
Yang dimaksud dengan “Akad mudharabah” dalam
Pembiayaan adalah Akad kerja sama suatu usaha antara pihak
pertama (malik, shahibul mal, atau Bank Syariah) yang
menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (‘amil, mudharib,
atau Nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan
membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang
dituangkan dalam Akad, sedangkan kerugian ditanggung
sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika pihak kedua
4
melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi
perjanjian.
2) UU Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah
Negara
Mudarabah adalah Akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih, yaitu satu pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain
sebagai penyedia tenaga dan keahlian, keuntungan dari
kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah
disetujui sebelumnya, sedangkan kerugian yang terjadi akan
ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali
kerugian disebabkan oleh kelalaian penyedia tenaga dan
keahlian.
3) PERMA Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah
Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau
penanam modal dengan pengelola modal untuk melakukan
usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan
nisbah.
4) Fatwa DSN-MUI Nomor 115 Tahun 2017 Tentang Akad
Mudharabah
Akad mudharabqh adalah akad kerja sama suatu usaha arrtara
pemilik modal (malilk / shahib al-mal) yang menyediakan
seluruh modal dengan pengelola ('amil/mudharib) dan
keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai nisbah yang
disepakati dalam akad.
5
1. syarat Aqidani
disyaratkan bagi orang yang akan melakukan akad, yakni pemilik modal
dan pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil, sebab
mudharib mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil.
2. Syarat Modal
a. modal harus berupa uang, seperti dinar, atau sejenisnya
b. modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran.
c. Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak tetapi harus ada di
tempat akad.
d. Modal harus diberikan kepada pengusaha
3. Syarat – syarat Laba
a. Laba Harus Memiliki Ukuran
b. Laba Harus Berupa Bagian Umum (Masyuhur)
6
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam
atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang
yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang.
Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan
batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu,
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia
mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit
dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan
Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman
kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi
Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
7
3) Firman Allah QS. An-Nisa (4):29
اض ٍ ار ًة َعنْ َت َر َ َٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا اَل َتْأ ُكلُ ْٓوا ا
َ مْوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْالبَاطِ ِل ِآاَّل اَنْ َت ُك ْو َن ت َِج
هّٰللا
َ ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل َت ْق ُتلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِنَّ َ َك
ان ِب ُك ْم َر ِح ْيمًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu”
2. Dalil As-Sunnah
Sedangkan sumber landasan hukum mudharabah yang berasal dari
Hadis Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, yaitu antara lain:
1) Hadis Nabi Muhammad SAW riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib
yang artinya:
”Nabi bersabda, ada tiga hal yang didalamnya
mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai,
muqharadhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan
jemawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual” (HR.Ibnu Majah dari Shuhaib).
2) Hadis Nabi Muhammad SAW riwayat Thabrani yang artinya:
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak
membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika
persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah,
beliau membenarkannya” (HR.Thabrani dari Ibnu Abbas).
3) Hadis Nabi Muhammad SAW riwayat Ibnu Majah yang artinya:
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain”(HR.Ibnu
Majah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa’id Al-Khudri).
8
3. Dalil Ijma'
Hukum ijma’ pada akad mudharabah menurut Wahbah Zuhayli dijelaskan
bahwasanya para sahabat menyerahkan (kepada seseorang
sebagai mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak ada
seorang pun mengingkarimereka. Ijma’ tersebut termasuk ke dalam
jenis ijma’ sukuti, karena para sahabat diam atau menyatakan pendapat
serta tidak ada yang mengingkari, sehingga hal tersebut dapat
dipandang sebagai ijma’yang dapat dijadikan sebagai salah satudasar
penetapan suatu hukum
4. Dalil Qiyas
Sedangkan hukum qiyas pada akad mudharabah dianalogikan kepada
akad Al-Musaqat, dimana sebagian dari pihak memiliki modal yang
cukup tetapi tidak memiliki keahlian atau kompetensi yang
dibutuhkan, dan di pihak lain mempunyai keahlian atau kompetensi
yang baik tetapi tidak mempunyai modal yang memadai untuk
mengelola suatu usaha. Dengan demikian, melalui akad ini akan
menjembatani pihak-pihak yang memiliki modal dan keahlian untuk
saling bekerjasama sesuai kemampuan, sehingga dapat memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan nilai dan prinsip syariahyang diturunkan oleh
Allah SWT.
9
5. Amal, yaitu pekerjaan pengelolaan harta sehingga menghasilkan laba.
6. Keuntungan.(Dr. H. Hendi Suhendi, M. Si. 2010: 139).
Rukun akad mudharabah menurut Hanafiah adalah Ijab dan Qabul,
dengan menggunakan lafal yang menunjukkan kepada arti yang mudharabah.
Lafal yang digunakan untuk ijab adalah lafal mudharabah, muqharadah,
mu’malah, serta lafal-lafal lain yang artinya sama dengan lafal-lafal tersebut.
Sebagai contoh, pemilik modal mengatakan: “Ambillah modal ini dengan
mudharabah, dengan ketentuan keuntungan yang diperoleh dibagi diantara
kita berdua dengan nisbah setengah, seperempat, atau sepertiga.”
Adapun lafal qabul yang digunakan oleh ‘amil mudhorib (pengelola)
adalah lafal: saya ambil, atau saya terima, atau saya setuju, dan semacamnya.
Apabila ijab dan qabul telah terpenuhi maka akad mudharabah telah sah.
Menurut jumhur ulama, rukun mudharabah ada tiga, yaitu:
1. ‘aqid, yaitu pemilik dan modal dan pengelola(‘amil/mudhorib).
2. Ma’qul ‘alaih, yaitu modal , tenaga (pekerja) dan keuntungan, dan
3. Shighat, yaitu ijab dan qabul.
Adapun syarat-syarat mudharabah atau qiradh, antara lain:
1. Modal harus dinyatakan dengan jelas mengenai jumlahnya, seandainya
modal berbentuk barang maka barang tersebut harus dihargakan dengan
harga semasa dalam uang yang beredar (atau sejenisnya).
2. Modal harus diserahkan kepada mudharib untuk memungkinkannya
melakukan usaha.
3. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dengan persentase dari
keuntunga yang mungkin dihasilkan nanti.
5. Kesepakatan rasio persentase harus dicapai melalui negosiasi dan
dituangkan dalam kontrak.
6. Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan
setelah mudharib mengembalikan seluruh (atau sebagian) modal
kepada shahib a-mal.
10
E. Hukum Mudharabah atau Qiradh
Hukum mudharabah ada dua macam yaitu:
1. Mudharabah fasid
Apabila mudharabah fasid karena ayat-ayat yang tidak selaras dengan
tujuan mudharabah maka menurut Hanafiah, Syafi’iyah, dan
Hanabila mudharib tidak berhah melakukan melakukan perbuatan
sebagaimana (mudharib) tidak berhak memperoleh biaya operasional dan
keuntungan yang tertentu, melainkan ia hanya memperoleh upah yang
sepadan atas hasil pekerjaannya, baik kegiatan mudharabah tersebut
memperoleh keuntungan atau tidak. Apabila dalam
kegiatan mudharabah tersebut diperoleh keuntungan maka keuntungan
tersebut semuanya untuk pemilik modal, karena keuntungan tersebut
merupakan tambahan atas modal yang dimilikinya,
sedangkan mudharib tidak mendapatkan apa-apa, kecuali upah yang
sepadan, sebagaimana telah disebut di atas.
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa mudharib (pengelola) dalam
semua hukum mudharabah yang fasid dikembalikan kepada qiradh yang
sepadan (qiradh mitsl) dalam keuntungan, kerugian, dan lain-lain dalam
hal-hal yang bisa dihitung, dan ia (mudharib) berhak atas upah yang
sepadan (ujrah mitsl) dengan perbuatan yang dilakukannya. Apabila
diperoleh keuntungan, maka mudharib berhak atas keuntungannya itu
sendiri, bukan dengan perjanjingan dengan pemilik modal, sehingga
apabila harta rusak maka mudharib tidak memperoleh apa-apa.
Beberapa hal yang menyebabkan kembalinya mudharabah yang
fasid kepada qiradh mitsl adalah:
a. Qiradh dengan modal barang bukan uang.
b. Keadaan keuntungan yang tidak jelas.
c. Pembatasan qiradh dengan waktu, seperti sayu tahun.
d. Menyandarkan qiradh kepada masa yang akan datang, dan
e. Mensyaratkan agar pengelola mengganti modal apabila hilang atau
rusak tanpa sengaja.
11
2. Mudharabah yang shahih
Pembahasan mengenai mudharabah yang shahih meliputi beberapa
hal, yaitu:
a. Kekuasaan mudharib.
b. Pekerjaan dan kegiatan mudharib.
c. Hak mudharib, dan’
d. Hak pemilik modal.
F. Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum mudharabah dibadgi menjadi dua jenis yakni yang
bersifat tidak terbatas (muthlaqah,unrestricted), dan yang bersifat
terbatas (muqayyadah, restricted).
1. Mudharabah Muthlaqah
Pada jenis almudharabah yang pertama ini, pemilik dana memberika
otoritas dan hak sepenuhnya kepada mudharib untuk menginvestasikan
atau memutar uangnya.
2. Mudharabah Maqayyadah
Pada jenis mudharabah yang kedua ini, pemilik dan pemilik dana
memberikan batasan kepada mudharib. Di antara batasan itu, misalnya,
jenis investasi, tempat investasi, serta pihak-pihak yang diperbolehkan
terlibat dalam investasi. Pada jenis ini shahibul maal dapat pula
mensyaratkan kepada mudharib untuk tidak mencampurkan hartanya
dengan dana al-mudharabah.(Muhammad Syafi’I Antonio. 2001: 138-
139).
12
2. Deposito special (special investment), dimana dana yang dititipkan
nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja
atau ijara saja.
Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:
1. Pembiayaan modal kerja, seperti modal perdagangan dan jasa.
2. Investasi khusus disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber
dana khusus dengan penyaluran uang yang khusus dengan syarat-syarat
yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.
13
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
(DR. Muhammad Syafi’I Antonio, M.Ec. 2001: 97-98).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian mudharabah atau qiradh termasuk salah satu bentuk akad
syirkah (perkongsian). Istilah mudharabah di gunakan oleh orang irak,
sedangkan orang Hijaz menyebutnya dengan istilah qiradh. Dengan
demikian, mudharabah atau qiradh adalah dua istilah untuk maksud yang
sama.
14
Setelah kita mengetahui beberapa pendapat para ulama diatas
mengenai mudharabah atau qiradh, kiranya kita dapat pahami bahwa
mudharabah atau qiradh ialah akad antara pemilik modal (harta) dengan
pengelola modal tersebut, dengan syarat bahwa keuntungan diperoleh dua
belah pihak sesuai dengan keputusan.
Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih
mencerminkan anjuaran untuk melakukan usaha. Melakukan mudharabah
atau qiradh adalah mubah (boleh). Para ulama mazhab sepakat bahwa
mudharabah hukumnya dibolehkan berdasarkan Al-quran, sunah, dan ijma’.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://galangfhotocopy.blogspot.com/2016/05/makalah-mudharabah-atau-
qiradh.html
https://www.syariahpedia.com/2019/05/definisi-mudharabah.html
https://tafsirq.com/73-al-muzzammil/ayat-20
https://www.merdeka.com/quran/al-baqarah/ayat-283
https://www.merdeka.com/quran/an-nisa/ayat-29