DI SUSUN OLEH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa selalu memberikan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
setelah melalui berbagai rintangan dan hambatan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan
keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini di
masa yang akan datang agar lebih baik.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN
Bab II PEMBAHASAN
2.5 Peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sajahtera
………………………………………………………………….................................. 7
BAB I
3
PENDAHULUAN
Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu, bergaul
dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan kesadaran pada diri setiap anggotanya sebagai
suatu kesatuan.
Masyarakat beradab dan sejahtera dapat diartikan sebagai civil society atau masyarakat madani.
Meskipun memiliki makna dan sejarah sendiri tetapi keduanya merujuk pada semangat yang sama
sebagai masyarakat yang adil, terbuka, demokratis dan sejahtera dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi
yang diterapkan dalam kehidupan sosial.
Asal-usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang
senantiasa membutuhkan orang lain. Kita harus menyadari bahwa islam sangat memperhatikan adab
dalam bertetangga. Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah memuliakan tetangganya”. (Mutaffaq Alaih)
Banyak diantara masyarakat yang mungkin meremehkan adab bertetangga. Contohnya, menyakiti
mereka dengan perkataan maupun perbuatan. Padahal jika masyarakat menyadari bahwa tidak ada
manusia yang dapat hidup sendiri dan mau menjunjung tinggi adab bertetangga akan tercipta peradaban
manusia yang jauh lebih baik dan sejahtera.
5. Bagaimana peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradap dan sejahtera ?
4. Mengetahui apa yang di maksud dengan masyarakat yang beradab dan sejahtera
5. Memahami peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradap dan sejahtera
BAB II
4
PEMBAHASAN
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama,
terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antarmanusia, antartetangga,
dan antarkaum. Dalam bahasa Arab, kata adab merupakan bentuk kata benda dari kata kerja adaba yang
berarti kesopanan, sopan santun, tata krama, moral, nilai-nilai, yang dianggap baik oleh masyarakat.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah. Buddhayah merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), yang mana diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia.
Kata Al Jaar (tetangga) dalam bahasa Arab berarti orang yang bersebelahan denganmu. Agama
Islam adalah agama rahmah yang penuh kasih sayang. Dan hidup rukun dalam bertetangga adalah moral
yang sangat ditekankan dalam Islam. Jika umat Islam memberikan perhatian dan menjalankan poin
penting ini, niscaya akan tercipta kehidupan masyarakat yang tentram, aman, nyaman dan sejahtera.
Dalam Islam ada hal – hal yang perlu diperhatikan dalam bertetangga.
a. Batasan Tetangga
Sebagaimana kaidah fiqhiyyah yang berbunyi al ‘urfu haddu maa lam yuhaddidu bihi asy syar’u (adat
kebiasaan adalah pembatas bagi hal-hal yang tidak dibatasi oleh syariat). Sehingga, yang tergolong
tetangga bagi kita adalah setiap orang yang menurut adat kebiasaan setempat dianggap sebagai tetangga
kita.
Hak dan kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah besar dan mulia. Sampai-sampai sikap
terhadap tetangga dijadikan sebagai indikasi keimanan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia muliakan tetannngganya”
(HR Bukhari Muslim)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah
kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki
hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS.
An Nisa: 36)
Maka jelas sekali bahwa berbuat baik terhadap tetangga adalah akhlak yang sangat mulia dan sangat
ditekankan penerapannya, karena diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Disamping anjuran, syariat Islam juga menggambakarkan kepada kita ancaman terhadap orang yang
enggan dan lalai dalam berbuat baik terhadap tetangga. Bahkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
menafikan keimanan dari orang yang lisannya kerap menyakiti tetangga. Beliau Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda
ُ الَّ ِذيْ اَل يَأْ َمنُ َجا ُرهُ بَ َوائِقَه: َو َم ْن يَا َرسُوْ َل هللاِ؟ قَا َل: قِ ْي َل. ُ َوهللاِ اَل ي ُْؤ ِمن، ُ َوهللاِ اَل ي ُْؤ ِمن، َُوهللاِ اَل ي ُْؤ ِمن
“Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: ‘Siapa itu wahai
Rasulullah?’. Beliau menjawab: ‘Orang yang tetangganya tidak aman dari bawa’iq-nya (kejahatannya)‘”
(HR. Bukhari 6016, Muslim 46)
Semua bentuk akhlak yang baik adalah sikap yang selayaknya diberikan kepada tetangga kita.
Diantaranya adalah bersedekah kepada tetangga jika memang membutuhkan. Bahkan anjuran bersedekah
kepada tetangga.2Dan juga segala bentuk akhlak yang baik lainnya, seperti memberi salam,
menjenguknya ketika sakit, membantu kesulitannya, berkata lemah-lembut, bermuka cerah di depannya,
menasehatinya dalam kebenaran, dan sebagainya.
Masyarakat beradab dan sejahtera adalah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, sejahtera,
dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diterapkan dalam kehidupan sosial. Prinsip masyarakat
beradab dan sejahtera (masyarakat madani) adalah keadilan sosial, egalitarianisme, pluralisme, supremasi
hukum, dan pengawasan sosial. Keadilan sosial adalah tindakan adil terhadap setiap orang dan
membebaskan segala penindasan.Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis, agama,
suku, dll. Pluralisme adalah sikap menghormati kemajemukan dengan menerimanya secara tulus sebagai
sebuah anugerah dan kebajikan. Supremasi hukum adalah menempatkan hukum di atas segalanya dan
menetapkannya tanpa memandang “atas” dan “bawah”.
Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu, bergaul
dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan kesadaran pada diri setiap anggotanya sebagai
suatu kesatuan. Asal usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial
yang senantiasa membutuhkan orang lain. Dari fitrah ini kemudian mereka berinteraksi satu sama lain
6
dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan hubungan sosial yang pada gilirannya
menumbuhkan kesadaran akan kesatuan. Untuk menjaga ketertiban daripada hubungan sosial itu, maka
dibuatlah sebuah peraturan.
Masyarakat beradab dan sejahtera dapat dikonseptualisasikan sebagai civil society atau
masyarakat madani. Meskipun memiliki makna dan sejarah sendiri, tetapi keduanya, civil society dan
masyarakat madani merujuk pada semangat yang sama sebagai sebuah masyarakat yang adil, terbuka,
demokratis, sejahtera, dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diimplementasikan dalam kehidupan
sosial.
Prinsip masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat madani) adalah keadilan sosial,
egalitarianisme, pluralisme, supremasi hukum, dan pengawasan sosial. Keadilan sosial adalah tindakan
adil terhadap setiap orang dan membebaskan segala penindasan. Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa
diskriminasi baik etnis, agama, suku, dll. Pluralisme adalah sikap menghormati kemajemukan dengan
menerimanya secara tulus sebagai sebuah anugerah dan kebajikan. Supremasi hukum adalah
menempatkan hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa memandang “atas” dan “bawah”.
2.5 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
Masyarakat, sebagaimana masyarakat madani binaan Rasulullah, didasarkan pada Alquran dan
Assunnah beliau sendiri. Petunjuk Alquran yang langsung berkenaan dengan masyarakat beradab dan
sejahtera didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Tauhid
Rumusan tauhid terdapat Dalam surat al-Ikhlas yang artinya sebagai berikut:
Katakanlah, “Dia lah Alah Yang Maha Esa”. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula dianakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia
(Q.S. al-Ikhlas/ll2:l-4)
Dalam ayat kedua dari surat tersebut menyatakan bahwa segala sesuatu bergantung kepada Allah swt.,
termasuk segala urusan yang berkenaan dengan masyarakat. Kepada Allah mereka, masyarakat,
kumpulan dari orang perorang, yang memiliki sistem budaya dan pandangan hidup, menyembah dan
mohon pertolongan. Allah berfirman yang artinya sebagai berikut:
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan” (Q.S. al-
Fatihah/1:5).
Dalam sistem kebangsaan dan kenegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia, prinsip tauhid sejalan
dengan sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, bahkan sebenarnya prinsip tauhid menjiwai sila
pertama ini.
7
b. Perdamaian
Suatu masyarakat, negara, bahkan masyarakat yang paling mikro sekalipun, yaitu keluarga batih (nuclear
family: suami, istri, dan anak) tidak akan bisa bertahan kebaradaannya kalau tidak ada perdamaian
diantara warganya. Allah berfirman yang artinya sebagai berikut :
“Dan jika ada dua golongan orang-orang mukmin berperang (bermusuhan), maka damaikan diantara
keduanya . . . sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara. Karena itu damaikanlah anatara
kedua saudaramu itu” (Q.S. al-Hujarat/49: 9 dan l0)..
Semangat ayat itu hendaklah yang satu kepada yang lain senantiasa berbuat baik, dan tidak boleh saling
bermusuhan.
Tolong menolong merupakan kelanjutan dan isi berbuat baik terhadap orang lain. Secara naluri, orang
yang pernah ditolong oleh orang lain di saat ia tertimpa kesulitan, diam-diam ia berjanji “suatu saat akan
membalas budi baik yang sedang diterima”. Di saat itu ia merasa berhutang budi. Di saat ini pula sering
terlontar kata “semoga Allah membalas budi baik Bapak . . . dan sering pula diiringi doa“Jazakumu-llahu
khairal jaza’, jazakumu-llah khairan kasira”(semoga Allah membalas kebaikan yang jauh lebih baik dan
semoga Allah membalas dengan kebaikan yang lebih banyak). Dalam hal tolong-menolong, Allah
berfirman yang artinya :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya (Q.S. alMaidah/5:3).
d. Bermusyawarah
Dalam bermusyawarah sering muncul kepentingan yang berbeda dari masing-masing sub kelompok atau
warga. Supaya tidak ada pihak yang dirugikan atau tertindas, musyawarah untuk mencapai kata sepakat,
motto yang harus sama-sama dijunjung tinggi adalah “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”, nikmat
sama-sama dirasakan”, “duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. Allah berfirman yang artinya:
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila membulatkan tekad
(keputusan) maka bertakwalah kepada Allah (Q.S. Ali Imran/3: l59).
e. Adil
Adil merupakan kata kunci untuk menghapus segala bentuk kecemburuan sosial. Aneka macam bentuk
protes dan demo-demo kolosal umumnya menuntut keadilan atau rasa keadilan karena merasa dirugikan
oleh mitra kerja, juragan, majikan, atau pemerintah. Jika para penguasa, majikan, juragan, dan pemegang
amanah lainnya berbuat adil insyaallah kesentosaan dan kesejahteraan akan menjadi kenyataan bagi
masyarakatnya karena rakyat merasa dilindungi dan diayomi, dan penguasa dihormati dan disegani.
8
Sifat utama adil dan keadilan amat diserukan dalam Islam. Himbauan, perintah, janji ganjaran bagi yang
berbuat adil, ancaman siksa bagi yang berbuat tidak adil (curang, culas, dan lalim) disebut 28 kali (‘Abd
al-Baqi, [t.th]:569-700),dan sinonimnya (al-qist) disebut 29 kali dalam Alquran (‘Abd al-Baqi, [t.th.]:691-
692). Ini menandakan adil harus menjadi ciri utama bagi setiap muslim atau masyarakat muslim dalam
semua urusan.
f. Akhlak
Nabi Muhammad mengaku bahwa dirinya diutus di muka bumi ini untuk menyempurnakan akahlak
manusia supaya ber-akhlaqul karimah. Pengakuan itu diwujudkan dengan tindakan konkrit beliau baik
sebagai pribadi maupun dalam membangun masyarakat Islam di masanya, yaitu sebagai masyarakat yang
disitir dalam Alquran yang artinya:
Negeri yang baik dan Allah berkenan senantiasa menurunkan ampunan-Nya (Q.S. as-Saba’/34:15).
Indonesia adalah negara yang didasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Penduduk Bangsa Indonesia
sudah dapat dimaklumi bahwa setiap penduduk harus beragama. Agama yang diakui oleh negara adalah
Islam, Kristen (Katolik dan Protestan), Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu.
Dengan demikian, maka warga negara Indonesia harus memeluk satu agama di antara agama-agama
tersebut.
Salah satu pluralitas bangsa Indonesia adalah agama. Karena itu peran umat beragama dalam
mewujudkan masyarakat madani sangat penting. Peran itu dapat dilakukan, antara lain, melalui dialog
untuk mengikis kecurigaan dan menumbuhkan saling pengertian, melakukan studi-studi agama,
menumbuhkan kesadaran pluralisme, dan menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama mewujudkan
masyarakat madani.
Peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradap dan sejahtera dapat dilakukan, antara lain,
melalui :
a. Pengertian HAM
1. Menurut JAN MATERSON (KOMISI HAM PBB), HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia
yang tanpanya manusia mustahil hidup
9
2. Menurut ABU A’LA AL-MAUDUDI, HAM adalah Hak kodrati yang dianugrahkan Allah SWT
kepada manausia yang tidak dapat dicabut atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan hukum.
“ JIKALAU HIDUP MERUPAKAN GANJARAN YANG DAPAT DIBELI DENGAN UANG, MAKA
ORANG KAYA MAU HIDUP DAN ORANG MISKIN MAU MATI”
- Menjaga hubungan baik negara dengan
rakyat
- Melindungi hak-hak Rakyat
- Usaha pemberdayaan konsep Civil Society
dengan nilai-nilai dasar Persamaan,
Kebebasan dan Keadilan.
c. Sejarah HAM
Konstruksi HAM Dalam pandangan Islam pada dasarnya termaktum dalam Piagam Madinah(624M)
Piagam tersebut berisikan Perlindungan kebebasan beragama dan beribadah, Persamaan hak dan
kewajiban, Persamaan di depan Hukum.
Hak untuk hidup, memperoleh keselamatan dalam hidup, penghormatan terhadap kesucian wanita,
kebebasan keadilan, kesamaan derajat manusia, kerjasama atau tidak bekerja sama
10
A. SEMUA UMAT ISLAM SATU, WALAU
BEDA SUKU
B. HUBUNGAN KOMUNITAS MUSLIM
DAN NON MUSLIM
BERLANDASKAN PRINSIP:
- Hubungan baik sesama tetangga
- Saling bantu menghadapi musuh
- Saling membela yang teraniaya
- Saling Menasihati
- Menghormati kebebasan beragama
2. DEKLARASI KAIRO (5-8-1990)
- Persamaan Dan Kebebasan
- Hak Hidup
- Memperoleh Penghidupan
- Kehormatan Pribadi
- Hak Menikah Dan Berkeluarga
- Hak Wanita Sederajat pria
- Hak Anak Terhadap Orang Tua
- Hak Memperoleh Pendidikan dan Berperan dalam
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
- Hak Tahanan Dan Narapidana
- Hak Kebebasan Memilih Agama
- Hak Mencari suaka
- Hak Untuk Bekerja
- Hak Untuk Memperoleh Kesempatan Yang Sama
- Hak Milik Pribadi
- Hak Menikmati Hasil Atau Produk Ilmu
DEMOKRASI ISLAM adalah sistem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami yang sudah lama berakar
yaitu Musyawarah ( Syura’),Persetujuan (ijma) dan Penilaian intepretative yang mandiri (Ijtihad)
11
1. PRINSIP MARTABAT MANUSIA
Prinsip ini dapat dilihat pada Q.S at-Tiin:3. dalam HAM PPB Ps.1 dan 3
2. PRINSIP PERSAMAAN
Prinsip ini dapat dilihat pada Q.S 49:13 dalam HAM PBB Ps.6 dan 7 PRINSIP
3. KEBEBASAN BERPENDAPAT
Prinsip ini dapat dilihat pada Q.S.
Dalam HAM PBB Ps. 19
4. KEBEBASAN BERAGAMA
Prinsip ini dapat dilihat pada Q.S. AL-IMRON:256 Dalam HAM PBB Ps.18
5. HAK ATAS JAMINAN SOSIAL
Prinsip ini dapat dilihat pada Q.S al-Imron:273
6. HAK ATAS HARTA BENDA
Prinsip ini dapat dilihat pada Q.S . Dalam HAM PBB Ps. 17
Apoteker mempunyai peran penting dalam pelayanan kesehatan yang berfokus pada pasien, terlebih
dalam menjamin ketersediaan obat yang bermutu ditinjau dari segi keamanan dan efektivitas
pengelolaannya. Rendahnya pengakuan peran Apoteker dalam Sistem Kesehatan Nasional berakibat pada
tidak terlibatnya peran Apoteker dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan secara nasional. Hal ini
dikarenakan belum adanya payung hukum yang mengatur tentang praktik kefarmasian.
Rancangan Undang Undang Kefarmasian (RUU Kefarmasian) sangatlah di tunggu-tunggu dan perlu
disegarkan. Hal ini dikarenakan urgensi RUU Kefarmasian ini sangatlah penting karena mengatur tentang
praktik kefarmasian, menjadi payung hukum yang kuat dalam menaungi posisi keprofesian apoteker di
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas agama islam adalah agama yang menjunjung tinggi adab
bertetangga. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam bertetangga yaitu batasan bertetangga, kedudukan
tetangga bagi seorang muslim, anjuran berbuat baik kepada tetangga, ancaman atas sikap buruk kepada
12
tetangga, kedudukan tetangga bagi seorang muslim, anjuran berbuat baik kepada tetangga, ancaman atas
sikap buruk kepada tetangga, serta bentuk-bentuk perbuatan baik kepada tetangga.
Masyarakat beradab dan sejahtera adalah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, sejahtera,
dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diterapkan dalam kehidupan sosial. Peranan umat
beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera yaitu dialog, melakukan studi agama,
menumbuhkan kesadaran pluralism dan masyarakat madani, menjaga perdamaian, bermusyawarah, dan
bersikap adil.
3.2 Saran
Dalam kehidupan bermasyarakat khususnya kaum muslim sudah seharusnya memperhatikan adap
dalam bertetangga karena kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah besar dan mulia. Serta ikut
berperan dalam mewujudkan masyarakat beradap dan sejahtera
Daftar Pustaka
http://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/
http://modulislam.blogspot.com/2009/11/normal-0-false-false-false_7937.html
http://dheanandika.blogspot.com/2012/01/contoh-makalah-pendidikan-agama-islam.html
13
http://mamien-go.blogspot.com/2011/07/umat-beragama.html
http://bdkpalembang.kemenag.go.id/wawasan-islam-tentang-pluralitas-kehidupan-sosial-dan-kerjasama-
kemanusiaan/
14