PIRIMIDIN
OLEH :
KELOMPOK 3 B 2022
DOSEN PENGAMPU :
Rismadefi Woferst., S. Si., M.Biomed
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan dengan judul “Metabolisme Purin dan Pirimidin”. Hanya kepada-
Nya penulis memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Shalawat
serta salam semoga tersampaikan kepada junjungan dan suri tauladan, yakni Nabi
Muhammad saw. yang telah membimbing pada jalan yang diridhai oleh Allah Swt.
Adapun tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah untuk
melengkapi nilai pada mata Ilmu Dasar Keperawatan Program B 2022. Harapan
dari penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, terutama dalam
meningkatkan pemahaman tentang Metabolisme Purin dan Pirimidin. Adapun
penyusunan makalah ini masih ada kekurangan. Untuk itu, penulis memohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Penulis berharap kepada
pembaca makalah dapat memberikan kritik dan saran.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
7. Apa saja kelainan metabolisme Purin dan Pirimidin?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Struktur Purin dan Pirimidin
Asam nukleat utama di dalam inti sel adalah deoxyribonucleic acid
(DNA). DNA mengandung gula pentosa deoksiribosa sebagai salah satu
komponennya. DNA sekarang dikenal sebagai material genetik. Tipe asam
nukleat yang lain adalah ribonucleic acid (RNA) yang mengandung gula
pentosa ribosa. Peran utamanya adalah transmisi informasi genetik dari
DNA ke protein.
Molekul DNA sangat besar, bahkan lebih besar daripada protein,
sedangkan ukuran molekul RNA relatif sama dengan protein. Hidrolisis
sempurna DNA dan RNA oleh asam menghasilkan: basa nitrogen, 2-
deoksiD-ribosa (atau ribosa untuk RNA) dan ortofosfat. Basa nitrogen
adalah senyawa organik yang mengandung Nitrogen dan bersifat basa.
Dikenal dua jenis basa nitrogen, yaitu purin dan pirimidin. Purin disusun
dari cincin yang memiliki dua cincin yaitu cincin lima dan cincin enam yang
masing masing mengandung dua nitrogen. Pirimidin hanya memiliki cincin
enam yang mengandung dua nitrogen Ada dua tipe basa nitrogen dalam
DNA dan RNA yaitu pirimidin dan purin.
• Basa purin adalah turunan senyawa cincin fusi purin. Ada empat macam
purin yang penting, yaitu :
a. Adenin : 6-amino purin
b. Guanin : 2-amino-6-oksipurin
c. Hipoxanthin: 6-oksipurin
d. Xanthin : 2,6-dioksipurin
Adenin dan guanin terdapat pada asam nukleat, baik DNA maupun
RNA. Hipoxanthin dan xanthin tidak merupakan bagian dari asam
nukleat tetapi merupakan senyawa antara penting dalam biosintesis dan
biodegradasi nukleotida purin. Basa dari inosin adalah hipoxanthin
4
Gambar 2.2 Struktur kimia nukleosida (purin): adenosin, guanosin dan
inosin
• Basa pirimidin. Basa pirimidin dalam DNA adalah timin dan sitosin,
sedangkan dalam RNA adalah urasil dan sitosin. Ketiga jenis basa ini
berbeda dalam tipe dan posisi gugus kimia yang terikat pada cincin. a.
Timin adalah: 5 metil-2,4-dioksipirimidin
b. Sitosin adalah: 2-oksi-4-aminopirimidin
c. Urasil adalah: 2,4-dioksipirimidin
Gambar 2.2. Struktur kimia nukleosida (pirimidin): urasil, timin, dan sitosin
5
Kemudian, penambahan glisin, serangkaian formilasi, aminasi dan
penutupan cincin terjadi. Rangkaian reaksi ini menghasilkan pembentukan
ribonukleotida 5-aminoimidazol. Ribonukleotida 5-aminoimidazol ini
memiliki cincin beranggota lima yang lengkap dari kerangka purin.
Penambahan karbon dioksida dan atom nitrogen dari aspartat bersama dengan
gugus formil mengambil bagian dalam penutupan cincin atau peristiwa
siklisasi. Ini akhirnya membentuk inosinate (IMP) yang merupakan
ribonukleotida purin.
6
kemudian mengatur ulang dan mentransfer gugus karboksilatnya ke cincin
imidazol.
Apalagi mamalia tidak membutuhkan ATP untuk langkah ini. Bikarbonat
menempel pada gugus amino eksosiklik, kemudian ditransfer ke cincin
imidazol.
• Gugus imidazol karboksilat selanjutnya difosforilasi, dan gugus amino
aspartat menggantikan fosfat. Ini, kaskade reaksi enam langkah
menghubungkan glisin, format, amonia, bikarbonat, dan aspartat untuk
menghasilkan perantara reaksi yang mengandung semua kecuali dua atom
yang diperlukan untuk pembentukan cincin purin.
• Tiga langkah lagi menyelesaikan sintesis cincin. Fumarat, yang merupakan
perantara dalam siklus Kreb, kemudian dihilangkan, yang memfasilitasi
bergabungnya atom nitrogen dari aspartat ke cincin imidazol. Gugus amino
yang disumbangkan oleh aspartat dan penghapusan fumarat secara
simultan merangsang transformasi citrulline menjadi arginine. Enzim
homolog diperlukan untuk mengkatalisasi langkah-langkah ini menjadi
dua jalur. Sebuah gugus formil ditambahkan ke atom nitrogen (sumber
gugus formil adalah N10-formyltetrahydrofolate) untuk membentuk
perantara terminal yang memicu proses siklisasi dengan eliminasi molekul
air untuk membentuk inosinat.
7
pembentukan urea, dimana reaksi nya berlangsung bukan didalam sitosol
melainkan didalam mitokondria.
b. Berikutnya karbamoil-P berkondensasi dengan asam aspartat
menghasilkan senyawa karbamoil-asparta. Reaksi ini dikatalisis oleh
enzim aspartat transkarbamoilase.
c. Berikutnya terjadi reaksi penutupan rantai sambil membebaskan H2O
dari molekul karbamoil-aspartat sehingga dihasilkan asam dehidro orotat
(DHOA= dihidroorotic acid). Reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim
dihidroorotase.
d. Berikutnya melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim DHOA
dehidrogenase dengan koenzim NAD+, DHOA menghasilkan asam
arotat (OA=orotic acid).
e. Selanjutnya terjadi reaksi penambahan gugus ribosa-P pada asam orotat.
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim orotat fosforibosil transferase dan
dihasilkan orotidilat OMP (orotidin mono posphate).
f. Akhirnya enzim orotidilat dikarboksilase mengkatalisis reaksi
dikarboksilasi orotidilat dan menghasilkan uridilat (uridin mono
phosphate)yaitu produk nukleotida pertama pada biosintesis pirimidin.
8
Gambar 2.5. Skema sistem regulasi pengendalian biosintesis purin
ADP dan GDP merupakan inhibitor umpan balik dari ribosa-5-fosfat
pirofosfokinase (ribose-5-phosphate pyrophosphokinase) reaksi pertama dari
jalur biosintesis purin. Enzim kedua adalah glutamin fosforibosil pirofosfat
amidotransferase, memiliki dua situs atau tapak penghambatan umpan balik
yang berbeda, satu untuk nukleotida A, dan yang lain untuk nukleotida G.
Enzim ini diaktivasi secara allosterik oleh PRPP.
Pada cabang yang mengubah IMP menjadi AMP, enzim pertama nya
dihambat umpan balik oleh AMP, sedangkan enzim di cabang yang
mengubah IMP menjadi GMP dihambat umpan balik oleh GMP. Sumber
energi ATP digunakan untuk sintesis GMP, sedangkan GTP digunakan
sebagai sumber energi untuk sintesis AMP. Enzim yang mengkatalisis tahap
berikutnya adalah glutamin fosforibosil pirofosfat amidotransferase,
memiliki dua situs allosterik. Satu diikat oleh kelompok “A”, nukleosida
fosfat (AMP, ADP, dan ATP) sehingga terjadi penghambatan umpan balik.
Yang lain diikat kelompok “G”. PRPP berperan sebagai “feed-forward”
aktivator dari enzim ini. Jadi kecepatan pembentukan IMP oleh jalur ini
dikendalikan oleh kadar produk akhir, yaitu nukleotida adenin dan guanin.
Jalur purin bercabang pada IMP. Enzim pertama pada cabang AMP,
adenilosuksinat sintetase, dihambat secara kompetitif oleh AMP. Pada
cabang GMP, IMP dehidrogenase, dihambat oleh GMP. Jadi nasib IMP
ditentukan oleh kadar relatif AMP dan GMP, sehingga defisiensi nukleotida
purin dapat dikoreksi sendiri. Regulasi resiprokal merupakan mekanisme
9
yang efektif untuk keseimbangan pembentukan AMP dan GMP sesuai
dengan kebutuhan sel. Reprositas juga dapat dilihat dari jumlah masukan
energi: GTP menyediakan energi untuk sintesis ATP, kemudian ATP
menyediakan energi untuk sintessis GTP.
(Gambar 2.6.).
Gambar 2.6. Regulasi metabolisme pirimidin Aktivitas enzim kedua,
aspartat
Pengendalian atau regulasi sintesis nukleotida pirimidin pada manusia
dilakukan oleh cytoplasmic CPS II. UTP menghambat enzim tsb secara
kompetitif dengan ATP. PRPP mampu mengaktivasinya. Situs sekunder
lain juga ditemui pada pengendalian tersebut. (Misal OMP dekarboksilase
dihambat oleh UMP dan CMP). Dalam kondisi normal tampaknya tidak
terlalu penting.
Pada bakteri, aspartat transkarbamilase merupakan enzim pengendali.
Hanya ada satu karbamoil fosfat sintase pada bakteri sebab bakteri tidak
memiliki mitokondria. Karbamoil fosfat oleh karena itu berpartisipasi
dalam jalur bercabang dalam organisme tsb yang menghasilkan baik
nukleotida pirimidin atau arginin.
b. Interkonversi nukleotida
Monofosfat dibentuk secara de novo sedangkan trifosfat berasal dari
monofosfat tsb. Tentu ketida bantuk tsb berada dalam keadaan ada
beberapa enzim yang dikelompokkan dalam nukleosida monofosfat kinase
yang mengkatalisis reaksi umum yang reversible.
Basa-monofosfat + ATP → Basa-difosfat + ADP
10
Misal Adenilate kinase: AMP + ATP → 2 ADP
Ada sejumlah enzim untuk GMP, satu untuk pirimidin dan juga enzim
untuk mengenal bentuk deoksi nya. Serupa, difosfat dikonversi menjadi
trifosfat oleh nukleosida difosfat kinase: BDP + ATP = BTP + ADP
Kemungkinan hanya ada satu nukleosida difosfat kinase dengan
spesifitas yang luas. Mungkin agar dapat menjaga equilibrium.
Biosintesis pirimidin pada bakteria diregulasi secara allosterik pada
aspartat trans- karbamoilase (ATCase). Escherichia coli ATCase dihambat
secara regulasi umpan baik oleh produk akhir, CTP. ATP, yang bisa dilihat
sebagai signal baik untuk ketersediaan energi maupun untuk penyediaan
purin, adalah aktivator allosterik dari ATCase. CTP dan ATP berkompetisi
untuk situs allosterik pada enzim. Pada bakteria, UTP, bukan CTP,
bertindak sebagai inhibitor umpan balik ATCase.
11
Xanthin oxidase mempunyai pusat FAD, nonheme Fe- S, dan kofaktor
molybdenum sebagai gugus prostetis untuk transfer elektron
Produk akhir dari katabolisme purin adalah asam urat. Mammalia
selain manusia memiliki enzim urate oksidase dan mengekskresikan
allantoin (Gambar 2.16) yang mudah larut sebagai produk akhir. Manusia
tidak mempunyai enzim tsb sehingga urat menjadi produk akhir. Asam urat
dibentuk terutama di hati dan dieksresikan oleh ginjal lewat urin.
12
oleh subunit regulatori sehingga menyebabkan perubahan dalam
konformasinya.Perubahan ini disampaikan kepada subunit katalitik, yang
kemudian juga beralih ke konformasi inaktif.Adanya ATP mencegah
perubahan yang diinduksi oleh
CTP (Lehninger A,1982)
Gambar 2.8 . Pengaruh modulator alosterik CTP dan ATP terhadap kecepatan
pengubahan aspartat menjadi karbamoilaspartat oleh aspartat
transkarbamoilase
13
garam urat tak larut air dan cenderung mengendap jika terdapat dalam
jumlah banyak.
Simptom utama yang umum dijumpai adalah nyeri rematik (arthritic pain)
pada sendi-sendi sebagai hasil dari endapan urat di tulang rawan. Jari kaki
besar biasanya rentan. Kristal urat juga biasa ditemukan pada batu ginjal dan
dapat menimbulkan rasa sakit karena penyempitan saluran kemih. b. Lysch-
Nyhan Syndrome: gangguan karena defisiensi HGPRT
Simptom sindrom Lysch-Nyhan adalah arthritis gout yang dapat
melumpuhkan akibat dari akumulasi asam urat yang sangat berkelebihan,
sebagai produk degradasi purin. Kecuali itu sindrom ini juga dapat
menyebabkan terjadinya kelainan fungsi sistem saraf yang mengakibatkan
kemunduran atau gangguan mental, perilaku aggressif, dan mutilasi diri.
Sindrom Lysch-Nyhan disebabkan oleh defisiensi aktivitas HGPRT.
Gen struktural HGPRT terdapat di kromoosom X, sehingga sindrom ini
merupakan penyakit bawaan/keturunan, resesif, sifat terkait seks (sex-linked
trait) yang hanya terjadi pada laki-laki.
Dampak negative dari defisiensi HGPRT menegaskan bahwa
penyelamatan purin punya peran yang lebih penting daripada hanya untuk
pemulihan penghematan energi dari basa-basa nitrogen. Meskipun HGPRT
tampaknya hanya punya peran kecil dalam metabolisme purin, ketiadaannya
menimbulkan akibat nyata. Biosintesis purin meningkat secara drastis
sehingga kadar asam urat dalam darah sangat meningkat. Perubahan tsb
memperkuat pendapat bahwa pengurangan konsumsi PRPP oleh HGPRT
meningkatkan ketersediaannya untuk glutamin-PRPP amidotransferase,
sehingga meningkatkan biosintesis purin secara keseluruhan dan pada
akhirnya produksi asam urat. Perlu dipertanyakan mengapa defisiensi satu
enzim tunggal dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan neurologis.
Gejala defisiensi HGPRT dapat dideteksi saat janin masih dalam kandungan
(amniocentesis).
c. Severe Combined ImmunodeficiencySyndrome (SCID): tiadanya
Adenosine
Deaminase sebagai sebab dari penyakit keturunan ini
14
Severe combined immunodeficiency syndrome, atau SCID, adalah
gangguan penyakit keturunan yang ditandai dengan hilangnya respon
immun terhadap serangan infeksi. Ketidakcukupan atau kemunduran
immunologis (immunological insufficiency) menentukan ketidakmampuan
limfosit B dan T untuk membelah dan menghasilkan antibodi untuk
merespon antigen.
Sekitar 30% pasien SCID menderita defisiensi enzim adenosin deaminase
(ADA). Defisiensi ADA juga terkait dengan munculnya penyakit lain,
termasuk AIDS, anemia, dan berbagai limphoma dan leukemia.
15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Purin adalah senyawa organik heterosiklik yang mengandung cincin
beranggota enam dengan dua atom nitrogen, yang menyatu dengan cincin
imidazol. Sedangkan pirimidin adalah senyawa organik heterosiklik,
mengandung cincin beranggota enam dengan dua atom nitrogen. Asam
nukleat utama di dalam inti sel adalah deoxyribonucleic acid (DNA) yang
mengandung gula pentosa deoksiribosa sebagai salah satu komponennya.
Tipe asam nukleat yang lain adalah ribonucleic acid (RNA) yang
mengandung gula pentosa ribosa. Umumnya biosintesis pirimidin dan purin
memerlukan bahan pembentukan yang sama misalnya PRPP, glutamin, CO2,
asam aspartat, koenzim tetrahidrofolat (FH4). Tetapi ada satu perbedaan yang
jelas sekali yaitu pada saat terjadinya penambahan gugus ribosa-P (pada
biosintesis purin), penambahan gugus ribosa-P tersebut sudah berlangsung
ditahap awal. Sedangkan pada biosintesis pirimidin berlangsung setelah
perjalanan beberapa tahap lebih jauh. Katabolisme berbagai nukleotida purin
mengarah ke pembentukan asam urat. Enzim yang berperan dalam
pembentukan asam urat adalah Xanthine Oxidase. Sedangkan pada regulasi
kecepatan sintesis nukleotida pirimidin terjadi melalui enzim aspartat
transkarba etaseilase (ATCase) yang terdiri dari enam subunit katalitik dan
enam subunit pengatur.
3.2 Saran
Dalam pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui
tentang purin dan pirimidin, struktur purin dan pirimidin, biosintesis purin
16
dan pirimidin, regulasi biosintesis purin dan pirimidin, biodegredasi purin
dan pirimidin, kelainan metabolisme purin dan pirimidin. Diharapkan kepada
mahasiswa agar memperbanyak mencari referensi mengenai purin dan
pirimidin untuk menambah pengetahuan mahasiwa.
17
DAFTAR PUSTAKA
Marsden, J. 2011. Hyperuricaemia and gout. In. Nessar Ahmed (Ed.) Clinical
Biochemistry. Chapter 4. Oxford University Press. Oxford.
Nielsen, C.S., 2014. The purine and pyrimidine metabolism in lacting dairy cows.
Timotius, Kris H, Ivan Kurniadi, Ika Rahayu. 2019. Matabolisme Purin Dan
Pirimidin Gangguan dan Dampaknya Bagi Kesehatan. E-Book. Yogyakarta:
Penerbit Andi
18