Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PANCASILA DAN KESEHATAN

GIZI BURUK DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

Disusun oleh:

SYAFHIRA ALIKA PUTRI

NPM 1102016211

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

JANUARI , 2019
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan kebutuhan asasi (mendasar) bagi manusia yang sangat penting
agar manusia dapat bertahan hidup dan melakukan aktivitas. Dalam hal kesehatan, untuk
meningkatkan derajat hidup masyarakat maka pemerintah harus melaksanakan tanggung
jawabnya dengan sebaik-baiknya karena telah diatur dalam UU No. 39 tahun 2009. Pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan pelayanan, ketersediaan akses baik informasi mapun
fasilitas, ketersediaan sumber daya yang setara, mengupayakan kelayakan dan keterjangkauan
di bidang kesehatan. Melalui sistem jaminan sosial nasional pemerintah menjamin kesehatan
bagi setiap warganya, hal tersebut sesuai dengan amanat Pancasila.
Gizi buruk merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi di Indonesia meskipun
pemerintah telah membuat sistem jaminan sosial nasional. Faktor utama terjadinya gizi buruk
adalah kemiskinan, sehingga tidak mampu membeli makanan yang bergizi. Selain itu, faktor
tingkat pendidikan orangtua yang rendah tentang kesehatan, perbedaan kultur antara daerah
kota dan desa, faktor perilaku, dan faktor kesediaan pangan juga menjadi penyebab terjadinya
gizi buruk.
Food and Agriculture Organization (FAO) memperkirakan sekitar 870 juta orang dari
1,7 miliar penduduk dunia menderita gizi buruk. Sebagian besar diantaranya tinggal di negara
berkembang dan Indonesia adalah salah satunya. Menurut data RISKESDAS prevalensi gizi
buruk pada tahun 2007 5,4% dan pada tahun 2010 turun menjadi 4,9% kemudian mengalami
peningkatan kembali pada tahun 2013 menjadi 5,7%.
Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk implementasi nilai-nilai pancasila dalam bidang kesehatan?


2. Apa saja bentuk pelanggaran mengenai gizi buruk yang berhubungan dengan sila-sila
pancasila?

BAB II
PEMBAHASAN
Gizi Buruk
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Gizi buruk
ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut berat badan dan tinggi badan) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiokor.
 Marasmus: adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus, iga
gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua dan kulit keriput
 Kwashiorkor: adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuh
terutama di punggung kaki, wajah membulat dan sembab, perut buncit, otot mengecil,
pandangan mata sayu dan rambut tipis/kemerahan.
 Marasmus-Kwashiorkor: adalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari
marasmus dan kwashiorkor

Landasan hukum hak-hak anak dan gizi buruk


 UUD 1945 Pasal 28 B ayat 2
 UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, pasal 2 ayat 1-4
 UU N0. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 141-143
 Kepres No. 36 tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on The Rights of The Child
 Permenkes No. 23 tahun 2014 tentang upaya perbaikan gizi

Pancasila

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara seluruh rakyat Indonesia mengandung nilai-nilai/karakter bangsa Indonesia yang
tercermin dalam sila-sila Pancasila sebagai berikut:
1. Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Kepercayaan dan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa; (2) Kebebasan beragama dan berkepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa
sebagai hak yang paling asasi bagi manusia; (3) Toleransi di antara umat beragama dan
berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; dan (4) Kecintaan pada semua makhluk
ciptaan Tuhan, khususnya makhluk manusia.
2. Nilai-nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Kecintaan kepada sesama manusia sesuai dengan
prinsip bahwa kemanusiaan adalah satu adanya; (2) Kejujuran; (3) Kesamaderajatan
manusia; (4) Keadilan; dan (5) Keadaban.
3. Nilai-nilai Persatuan Indonesia.
Terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Persatuan; (2) Kebersamaan; (3) Kecintaan pada
bangsa; (4) Kecintaan pada tanah air; dan (5) Bhineka Tunggal Ika.
4. Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Kerakyatan; (2) Musyawarah Mufakat; (3)
Demokrasi; (4) Hikmat kebijaksanaan, dan (Perwakilan).
5. Nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Keadilan.

Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam bidang kesehatan


Pancasila mengandung nilai-nilai yang merupakan pedoman bagi rakyat Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai pancasila yang telah diterapkan dalam bidang
kesehatan, antara lain:
1. Adanya program BPJS(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) kesehatan untuk
mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan kesehatan guna memenuhi kebutuhan
dasar hidup yang layak bagi setiap peserta beserta anggota keluarganya
2. Adanya pengobatan gratis yang dilaksanakan oleh suatu instansi pemerintah baik negeri
maupun swasta memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi masyarakat khususnya
masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah.
Masalah kesehatan (gizi buruk) dalam sila-sila pancasila
Dalam Pancasila sila ke 2 yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” di
jelaskan bahwa kita sebagai manusia harus saling mencintai sesama yang artinya tidak
memandang mereka dengan sebelah mata. Selain itu, kita harus memberikan kehidupan yang
layak bagi si bayi dengan memberikan asupan gizi yang cukup. Namun pada kenyataannya,
kesenjangan status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-
pedesaan masih cukup tinggi. Angka kematian bayi dan angka kematian balita pada golongan
termiskin hampir empat kali lebih tinggi dari golongan terkaya. Selain itu, angka kematian bayi
dan angka kematian ibu melahirkan lebih tinggi di daerah pedesaan, di kawasan timur
Indonesia, serta pada penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase anak balita yang
berstatus gizi kurang dan buruk di daerah pedesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan.
Dalam Pancasila sila ke 5 yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia” di jelaskan bahwa kita juga harus membela keadilan (dalam hal kesehatan), seperti
mendapat hak untuk menerima jaminan kesehatan yang rata, tidak membeda-bedakan dan tidak
ada kecurangan. Saat ini kecurangan-kecurangan tersebut masih kerap terjadi, sehingga
banyak masyarakat yang tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah dan pemerataan
kesehatan di masyarakat pun kurang terpenuhi. Jaminan itu seharusnya hanya diberikan kepada
orang yang sangat membutuhkan jaminan kesehatan (kurang mampu) bukan kepada yang ingin
mendapat pembayaran kesehatan gratis. Hingga kini, banyak masyarakat yang memanfaatkan
hal tersebut padahal kehidupan mereka bisa dikatakan mampu.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Gizi buruk merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia hingga saat ini. Oleh
karna itu, pemerintah memberlakukan Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh BPJS
Kesehatan pemerintah untuk menjamin kesehatan setiap warga Indonesia. Namun, saat ini
masih terdapat kecurangan-kecurangan sehingga masyarakat yang kurang mampu tidak
mendapatkan jaminan kesehatan yang seharusnya. Selain itu, rasa saling mencintai sesama pun
di Indonesia masih kurang. Adanya kesenjangan status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi
dan antar kawasan menyebabkan bayi di pedesaan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan,
edukasi dan asupan gizi yang cukup. Hal tersebut dapat kita lihat dari persentase angka gizi
buruk di pedesaan masih lebih tinggi dibangingkan di perkotaan.

Saran

 Diharapkan bagi masyarakat agar tidak tinggal diam jika melihat anak yang mengalami
gizi buruk, dan sekiranya dapat di laporkan ke posyandu atau puskesmas terdekat agar
dapat segera di tangani.
 Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk di daerah
pedesaan terlambat. Seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan secara
merata dan disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah
kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah melakukan tindakan (serius). Keseriusan
pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung masyarakat itu sendiri.
 Perhatian lebih harus diberikan kepada anak yang menderita gizi buruk baik dari
lingkungan keluarga maupun masyarakat
 Sebaiknya petugas kesehatan senantiasa memperbaiki pola asuh anak balita dengan
membekali ibu-ibu ilmu tentang penata laksanaan makan pada anak yaitu berupa gizi
seimbang.
DAFTAR PUSTAKA

 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Kondisi pencapaian program kesehatan


anak Indonesia. Diakses 9 Januari 2019.
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-anak.pdf

 Hernawati I. 2008. Pedoman respon cepat penanggulangan gizi buruk. Depkes RI; Jakarta.

 Asmaroini AP. 2017. Menjaga eksistensi Pancasila dan penerapannya bagi masyarakat di era
globalisasi. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan. Vol. 1, No. 2, Januari 2017.

Anda mungkin juga menyukai