Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Makalah Memahami Budaya akademik dan Etos Kerja, Sikap Terbuka dan Adil””.
Penyusun menyadari terwujudnya makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan
dan pengarahan dari semua pihak yang telah membimbing.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi mengevaluasi peningkatan makalah ini, agar selanjutnya menjadi lebih
baik. Harapan penulis semoga makalah ini dapat diterima dan dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................................
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................
3.2 SARAN......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Budaya Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari
kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga
masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak maju bersama
dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman. Perubahan dan pembaharuan
dalam kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi yang ideal senantiasa menjadi
harapan dan dambaan setiap insan yang mengabdikan dan mengaktualisasikan diri melalui
dunia pendidikan tinggi dan penelitian, terutama mereka yang menggenggam idealisme dan
gagasan tentang kemajuan.
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga
oleh kelompok bahkan masyarakat. Sikap terbuka antara lain adalah jujur, dan ini merupakan
ajaran akhlak yang penting di dalam Islam. Selain itu dalam agama islamkita diharapkan
dapat berlaku Adil.
Dari ketiga hal diatas penulis berkeinginan membuat sebuah makalah yang berjudul “Budaya
akademik dan etos kerja serta sikap terbuka dan adil dalam islam”
B. Rumusan Masaalah
C. Manfaat
Kita dapat memahami budaya akademik, etos kerja, sikap terbuka serta adil dalam pandangan
agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Budaya Akademik
Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap
orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membangun budaya akademik
bukan perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik,
sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan
akademik tersebut. Pemilikan budaya akademik ini seharusnya menjadi idola semua insan
akademisi perguruaan tinggi, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat akademik tertinggi bagi
seorang dosen adalah dicapainya kemampuan akademik pada tingkat guru besar (profesor).
Sedangkan bagi mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai prestasi akademik yang
setinggi-tingginya.
2) Tradisi Akademik
Pemahaman mayoritas responden mengenai Tradisi Akademik adalah tradisi yang
menjadi ciri khas kehidupan masyarakat akademik dengan menjalankan proses belajar-
mengajar antara dosen dan mahasiswa, menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, serta mengembangkan cara-cara berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif di
lingkungan akademik.
Tradisi menyelenggarakan proses belajar-mengajar antara guru dan murid, antara
pandito dan cantrik, antara kiai dan santri sudah mengakar sejak ratusan tahun yang lalu,
melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti padepokan dan pesantren. Akan tetapi tradisi-
tradisi lain seperti menyelenggarakan penelitian adalah tradisi baru. Demikian pula, tradisi
berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif adalah kemewahan yang tidak terjangkau tanpa
terjadinya perubahan dan pembaharuan sikap mental dan tingkah laku yang harus terus-
menerus diinternalisasikan dan disosialisasikan dengan menggerus sikap mental paternalistik
dan ewuh-pakewuh yang berlebih-lebihan pada sebagian masyarakat akademik yang
mengidap tradisi lama, terutama dalam paradigma patron-client relationship yang mendarah
daging.
3) Kebebasan Akademik
Pengertian tentang “Kebebasan Akademik” yang dipilih oleh 144 orang responden
adalah Kebebasan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi anggota sivitas akademika (mahasiswa
dan dosen) untuk bertanggungjawab dan mandiri yang berkaitan dengan upaya penguasaan
dan pengembangan Iptek dan seni yang mendukung pembangunan nasional. Kebebasan
akademik meliputi kebebasan menulis, meneliti, menghasilkan karya keilmuan,
menyampaikan pendapat, pikiran, gagasan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, dalam
kerangka akademis. Kebebasan Akademik mengiringi tradisi intelektual masyarakat
akademik, tetapi kehidupan dan kebijakan politik acapkali mempengaruhi dinamika dan
perkembangannya. Dalam rezim pemerintahan yang otoriter, kiranya kebebasan akademik
akan sulit berkembang. Dalam kepustakaan internasional kebebasan akademik dipandang
sebagai inti dari budaya akademik dan berkaitan dengan kebebasan.
Dalam masyarakat akademik di Indonesia, kebebasan akademik yang berkaitan
dengan kebebasan berpendapat telah mengalami penderitaan yang panjang, selama puluhan
tahun diwarnai oleh pelarangan dan pembatasan kegiatan akademik di era pemerintahan
Suharto. Kini kebebasan akademik telah berkembang seiring terjadinya pergeseran
pemerintahan dari Suharto kepada Habibie, dan makin berkembang begitu bebas pada
pemerintahan Abdurrahman Wahid, bahkan hampir tak terbatas dan tak bertanggungjawab,
sampai pada pemerintahan Megawati, yang makin sulit mengendalikan perkembangan
kebebasan berpendapat.
Selain itu, kebebasan akademik kadangkala juga berkaitan dengan sikap-sikap dalam
kehidupan beragama yang pada era dan pandangan keagamaan tertentu menimbulkan
hambatan dalam perkembangan kebebasan akademik, khususnya kebebasan berpendapat.
Dapat dikatakan bahwa kebebasan akademik suatu masyarakat-bangsa sangat tergantung dan
berkaitan dengan situasi politik dan pemerintahan yang dikembangkan oleh para penguasa.
Pelarangan dan pembatasan kehidupan dan kegiatan akademik yang menghambat
perkembangan kebebasan akademik pada lazimnya meliputi
(1) penerbitan buku tertentu
(2) pengembangan studi tentang ideologi tertentu, dan
(3) pengembangan kegiatan kampus, terutama demonstrasi dan diskusi yang
bertentangan dengan ideologi dan kebijakan pemerintah atau Negara.
2. Etos Kerja
Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan
diluar dirinya .
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter
seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai
dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita. Etos kerja
adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga
merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilainilai yang berdimensi
transenden.
Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta
caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang
mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high Performance).
Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat untuk
menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan
berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos
kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti
waktu.
Artinya :
“…. tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan
apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji “.
Mahasiswa adalah bagian kelas atau spesies manusia. Mahasiswa menempati posisi
penting, strategis, dan terhormat dari kelas manusia. Lebih banyak manusia yang gagal atau
kandas dalam mencita-citakan dirinya menjadi mahasiswa. Tidak sedikit orang yang
menyatakan “masa depan suram” ketika mereka tidak diterima di perguruan tinggi di mana
mereka melakukan test penerimaan mahasiswa baru. Karena itu menjadi mahasiswa
merupakan anugerah Allah yang pantas disyukuri. Allah berfirman:
َوإِ ْذ َتأ َ َّذ َن َر ُّب ُك ْم لَئِنْ َش َكرْ ُت ْم أَل َ ِزيدَ َّن ُك ْم ۖ َولَئِنْ َك َفرْ ُت ْم إِنَّ َع َذ ِابي َل َشدِي ٌد
Artinya :
“ dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ".
Dalam Islam dijelaskan bahwa wahyu yang pertama adalah perintah belajar
(membaca) yang tertulis (kitab suci) atau yang tidak tertulis (alam semesta). Allah berfirman :
َ ا ْق َر ْأ ِباسْ ِم َرب
َِّك الَّذِي َخلَق
Artinya :
“ bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan “. Esensi ayat ini
manusia (atas nama Allah) hendaklah membaca, mempelajari apa saja yang diciptakan Allah.
Manusia, khususnya mahasiswa, yang setengah hati atau kurang memiliki daya fitalitas
dalam membaca, meneliti fenomena alam ciptaan Allah untuk dimanfaatkan sebagai
penunjang kehidupan manusia, tidak menghargai diri sebagai insan akademis.
Harga diri insan akademis dapat dirumuskan: pertama, mengenai sikap perasaan, dan
evaluasi mengenai diri sendiri; kedua, mengenai proses berpikir, mengingat, dan persepsi
mengenai diri sendiri. Artinya watak diri insan pembelajar adalah keseluruhan potensi
internal diri itulah yang tampil mengemuka sehingga dapat dibedakan secara tegas dengan
insan non akademis, dan insan non pembelajar.
Budaya insan akademis bukanlah jenis manusia yang bekerja atas dorongan
emosional “hantam dulu urusan belakang”, melainkan penerapan harga diri secara utuh
sebagaimana baru saja disebutkan itu dan emosi menjadi salah satu komponennya, khususnya
menjadi pendorong untuk memperoleh sukses secara akademis yang memiliki karakter
berpikir kritis, kerja keras, jujur, dan fair dalam menggapai prestise akademis dan selanjutnya
bermuara pada kualitas diri sebagai manusia yang sepenuh-penuhnya. Indikasinya antara lain:
memiliki pengetahuan, berilmu, sikap belajar lebih lanjut, unggul, kompeten, berkepribadian
siap pakai, produktif, dan profesional. Yang secara singkat menurut Islam adalah wakil
Tuhan di bumi (khalifat-llah fi al ard) yang memiliki tanggung jawab kehidupan alam
semesta secara makmur, damai, dan sejahtera.
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
mahasiswa, dan dapat dijadikan sumber referensi serta apabila ada kekurangan atau ada salah
dalam penulisan dalam makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
https://fisikaituunique.blogspot.com/2014/10/contoh-makalah-budaya-akademik-etos.html
http://budayaakademikdanetoskerja.blogspot.com/2011/02/budaya-akademik-dan-etos-
kerja.html
http://modulislam.blogspot.com/2009/11/v-behaviorurldefaultvml-o_3025.html
https://alifviarahma.blogspot.com/2015/06/budaya-akademik-etos-kerja-sikap.html