Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AGAMA

”MASYARAKAT BERADAB DAN SEJAHTERA”

Disusun Oleh :

Kelompok 8

D3 Gizi Tingkat 1B

Riri Alistri (P032313411087)

Sarah Khairunnisa (P032313411091)

Syahsiah Kamila (P032313411095)

Dosen Pengampu:

Nur Kholis,M.Pd

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


JURUSAN GIZI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah agama mengenai
"Masyarakat Beradab Dan Sejahtera." Mengembangkan Profesionalisme
Mahasiswa untuk memenuhi tugas mata kuliah biokimia ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterimakasih kepada
Bapak Nur Kholis,M.Pd selaku Dosen mata kuliah agama di Kelas 1B Gizi yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai penulis.

Penulis sangat berharap kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
untuk mengetahui isi makalah Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun

Pekanbaru,23 Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
2.1 Pengertian Adab...................................................................................................
2.2 pengertian budaya................................................................................................
2.3 Kehidupan bertetangga dalam islam....................................................................
2.4 Pengertian masyarakat beradab dan sejahtera......................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu
wilayah tertentu, bergaul dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan
kesadaran pada diri setiap anggotanya sebagai suatu kesatuan.
Masyarakat beradab dan sejahtera dapat diartikan sebagai civil society atau
masyarakat madani. Meskipun memiliki makna dan sejarah sendiri tetapi
keduanya merujuk pada semangat yang sama sebagai masyarakat yang adil,
terbuka, demokratis dan sejahtera dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang
diterapkan dalam kehidupan sosial.
Asal-usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai
makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain. Kita harus menyadari
bahwa islam sangat memperhatikan adab dalam bertetangga. Rasulullah SAW
bersabda: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah
memuliakan tetangganya". (Mutaffaq Alaih)
Banyak diantara masyarakat yang mungkin meremehkan adab bertetangga.
Contohnya, menyakiti mereka dengan perkataan maupun perbuatan. Padahal jika
masyarakat menyadari bahwa tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri dan
mau menjunjung tinggi adab bertetangga akan tercipta peradaban manusia yang
jauh lebih baik dan sejahtera.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud adab?
2. Apakah yang dimaksud budaya?
3. Apakah yang dimaksud kehidupan bertetangga dalam islam?
4. Apakah yang dimaksud masyarakat beradab dan sejahtera?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang di maksud adab
2. Mengetahui apa yang di maksud budaya
3. Mengetahui apa yang di maksud kehidupan bertetangga dalam islam
4. Mengetahui apa yang di maksud dengan masyarakat yang beradab dan
sejahtera
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Adab


Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas
aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam
pergaulan antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum. Dalam bahasa Arab, kata
adab merupakan bentuk kata benda dari kata kerja adaba yang berarti kesopanan,
sopan santun, tata krama, moral, nilai-nilai, yang dianggap baik oleh masyarakat
2.2 Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah.
Buddhayah merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), yang mana
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
2.3 Kehidupan Bertetangga dalam Islam
Kata Al Jaar (tetangga) dalam bahasa Arab berarti orang yang bersebelahan
denganmu. Agama Islam adalah agama rahmah yang penuh kasih sayang. Dan
hidup rukun dalam bertetangga adalah moral yang sangat ditekankan dalam Islam.
Jika umat Islam memberikan perhatian dan menjalankan poin penting ini, niscaya
akan tercipta kehidupan masyarakat yang tentram, aman, nyaman dan sejahtera.
Dalam Islam ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bertetangga.

a. Batasan Tetangga

Sebagaimana kaidah fiqhiyyah yang berbunyi al 'urfu haddu maa lam yuhaddidu
bihi asy syar'u (adat kebiasaan adalah pembatas bagi hal-hal yang tidak dibatasi
oleh syariat). Sehingga, yang tergolong tetangga bagi kita adalah setiap orang
yang menurut adat kebiasaan setempat dianggap sebagai tetangga kita.

b. Kedudukan Tetangga Bagi Seorang Muslim

Hak dan kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah besar dan mulia.
Sampai-san terhadap tetangga dijadikan sebagai indikasi keimanan. Rasulullah
Shallallahu'alaihi Was

‫َم ْن َك اَن ُيْؤ ِم ُن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َفْلُيْك ِرْم َج اَر‬

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia muliakan
tetannngganya" (HR Bukhari Muslim)

‫َو اْع ُبُدوا َهَّللا َو اَل ُتْش ِرُك وا ِبِه َشْيًئا َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِإْح َس اًنا َو ِبِذ ي اْلُقْر َبى َو اْلَيَت اَم ى َو اْلَم َس اِكيِن َو اْلَج اِر ِذ ي اْلُق ْر َبى َو اْلَج اِر‬
‫اْلُج ُنِب َو الَّصاِحِب ِباْلَج ْنِب َو اْبِن الَّس ِبيِل َوَم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُك ْم ِإَّن َهَّللا ال ُيِح ُّب َم ْن َك اَن ُم ْخ َتااًل َفُخ وًرا‬

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu


pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang
bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri" (QS. An Nisa: 36)

Maka jelas sekali bahwa berbuat baik terhadap tetangga adalah akhlak yang
sangat mulia dan sangat ditekankan penerapannya, karena diperintahkan oleh
Allah dan Rasul-Nya.

d. Ancaman Atas Sikap Buruk Kepada Tetangga

Disamping anjuran, syariat Islam juga menggambakarkan kepada kita ancaman


terhadap orang yang enggan dan lalai dalam berbuat baik terhadap tetangga.
Bahkan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menafikan keimanan dari orang
yang lisannya kerap menyakiti tetangga. Beliau Shallallahu'alaihi Wasallam
bersabda

‫ اَّلِذ ي اَل َيْأَم ُن َج اُر ُه َنَو اِئَفُه‬: ‫ َو َم ْن َيا َر ُسوَل ِهَّللا ؟ َقاَل‬: ‫ َوِهللا اَل ُيْؤ ِم ُن ِقيَل‬، ‫ َوِهَّللا ال ُيْؤ ِم ُن‬، ‫َوِهَّللا اَل ُيْؤ ِم ُن‬

"Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya:
'Siapa itu wahai Rasulullah?'. Beliau menjawab: 'Orang yang tetangganya tidak
aman dari bawa'iq-nya (kejahatannya)"(HR. Bukhari 6016, Muslim 46)

e. Bentuk-Bentuk Perbuatan Baik Kepada Tetangga

Semua bentuk akhlak yang baik adalah sikap yang selayaknya diberikan
kepada tetangga kita. Diantaranya adalah bersedekah kepada tetangga jika
memang membutuhkan. Bahkan anjuran bersedekah kepada tetangga.Dan juga
segala bentuk akhlak yang baik lainnya, seperti memberi salam, menjenguknya
ketika sakit, membantu kesulitannya, berkata lemah-lembut, bermuka cerah di
depannya, menasehatinya dalam kebenaran, dan sebagainya.
2.4 Pengertian Masyarakat Beradab dan Sejahtera
Masyarakat beradab dan sejahtera adalah masyarakat yang adil, terbuka,
demokratis, sejahtera, dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diterapkan
dalam kehidupan sosial. Prinsip masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat
madani) adalah keadilan sosial, egalitarianisme, pluralisme, supremasi hukum,
dan pengawasan sosial. Keadilan sosial adalah tindakan adil terhadap setiap orang
dan membebaskan segala penindasan. Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa
diskriminasi baik etnis, agama, suku, dll. Pluralisme adalah sikap menghormati
kemajemukan dengan menerimanya secara tulus sebagai sebuah anugerah dan
kebajikan. Supremasi hukum adalah menempatkan hukum di atas segalanya dan
menetapkannya tanpa memandang "atas" dan "bawah"
Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah
tertentu, bergaul dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan kesadaran
pada diri setiap anggotanya sebagai suatu kesatuan. Asal usul pembentukan
masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa
membutuhkan orang lain. Dari fitrah ini kemudian mereka berinteraksi satu sama
lain dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan hubungan sosial yang
pada gilirannya menumbuhkan kesadaran akan kesatuan. Untuk menjaga
ketertiban daripada hubungan sosial itu, maka dibuatlah sebuah peraturan.
Dalam perkembangan berikutnya, seiring dengan berjumlahnya individu yang
menjadi anggota tersebut dan perkembangan kebudayaan, masyarakat
berkembang menjadi sesuatu yang kompleks. Maka muncullah lembaga sosial,
kelompok sosial, kaidah-kaidah sosial sebagai struktur masyarakat dan proses
sosial dan perubahan sosial sebagai dinamika masyarakat.
Masyarakat beradab dan sejahtera dapat dikonseptualisasikan sebagai civil
society atau masyarakat madani. Meskipun memiliki makna dan sejarah sendiri,
tetapi keduanya, civil society dan masyarakat madani merujuk pada semangat
yang sama sebagai sebuah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, sejahtera,
dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diimplementasikan dalam
kehidupan sosial.
Prinsip masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat madani) adalah keadilan
sosial, egalitarianisme, pluralisme, supremasi hukum, dan pengawasan sosial.
Keadilan sosial adalah tindakan adil terhadap setiap orang dan membebaskan
segala penindasan. Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis,
agama, suku, dll. Pluralisme adalah sikap menghormati kemajemukan dengan
menerimanya secara tulus sebagai sebuah anugerah dan kebajikan. Supremasi
hukum adalah menempatkan hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa
memandang "atas" dan "bawah".
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah
tertentu, bergaul dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan kesadaran
pada diri setiap anggotanya sebagai suatu kesatuan. Asal usul pembentukan
masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa
membutuhkan orang lain. Dari fitrah ini kemudian mereka berinteraksi satu sama
lain dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan hubungan sosial yang
pada gilirannya menumbuhkan kesadaran akan kesatuan. Untuk menjaga
ketertiban daripada hubungan sosial itu, maka dibuatlah sebuah peraturan.
Dalam perkembangan berikutnya, seiring dengan berjumlahnya individu yang
menjadi anggota tersebut dan perkembangan kebudayaan, masyarakat
berkembang menjadi sesuatu yang kompleks. Maka muncullah lembaga sosial,
kelompok sosial, kaidah-kaidah sosial sebagai struktur masyarakat dan proses
sosial dan perubahan sosial sebagai dinamika masyarakat. Atas dasar itu, para ahli
sosiologi menjelaskan masyarakat dari dua sudut: struktur dan dinamika.
Masyarakat beradab dan sejahtera dapat dikonseptualisasikan sebagai civil
society atau masyarakat madani. Meskipun memeliki makna dan sejarah sendiri,
tetapi keduanya, civil society dan masyarakat madani merujuk pada semangat
yang sama sebagai sebuah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, sejahtera,
dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diimplementasikan dalam
kehidupan sosial.Prinsip masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat madani)
adalah keadilan sosial, egalitarianisme, pluralisme, supremasi hukum, dan
pengawasan sosial.
3.2 Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat
kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Hufy, Ahmad Muhammad. 2010. Akhlak Nabi Muhammad SAW. Bandung:


Gema Risalah Press.

Lidinillah, Mustofa Anshori (et all), Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta:


Filsafat UGM, 2006.

At-Turmuzi, Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa Ibn Sauroh, Sunan at-Turmuzi al-Jami’
ash- Shahih, Juz III. Semarang: Maktabah wa mathba’ah Taha Putra [t.th].

Anda mungkin juga menyukai