Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Disusun oleh :
Melianna Sari (21.01.01.0089)
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
B. Amanah
Secara bahasa amanah bermakna al-wafa‟ (memenuhi) dan wadi‟ah
(titipan) sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang
dititipkankan kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam Al-
Qur‟an surat An-Nisa ayat 58:
4
C. Adil
Adil berasal dari bahasa Arab “al-„Adl” mempunyai pengertian
meletakkan sesuatu pada tempatnya. Keadilan akan menjaga kedamaian,
ketentraman, keharmonisan hubungan, dan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya
ketidakadilan akan menimbulkan ketidak percayaan, ketidak senangan, kebencian,
dendam, permusuhan, peperangan dan lain sebagainya. Dalam al qur‟an perintah
untuk berlaku adil. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan. (QS. Al-Nahl : 90).
Sifat adil dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Berlaku adil dalam menetapkan hukum.
2. Berlaku adil terhadap istri.
3. Berlaku adil pada anak-anaknya.
4. Berlaku adil dalam kesaksian, baik dalam bentuk kata-kata atau tulisan.
5. Berlaku adil dalam mendamaikan orang-orang yang sedang berselisih.
Keadilan akan menciptakan ketenangan, ketentraman, dan kedamaian
dalam kehidupan dirinya, keluarganya, dan masyarakat di sekitarnya.
5
D. Tawakal
Hakikat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah „Azza
wa Jalla membersihkannya dari ikhtiar yang keliru, dan tetap menapaki kawasan-
kawasan hukum dan ketentuan. Tawakal merupakan gambaran keteguhan hati
dalam menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT. Al-Ghazali mengaitkan
tawakal dengan tauhid, dengan penekanan bahwa tauhid sangat berfungsi sebagai
landasan tawakal.
Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah SWT
untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemudaratan, baik menyangkut
urusan dunia maupun akhirat. Allah SWT berfirman:
E. Pemaaf
Istilah pemaaf berasal dari bahasa Arab “al-afwu” yang berarti memberi
maaf, berlapang dada terhadap kesalahan atau kekeliruan orang lain dan tidak
memiliki atau menyimpan rasa dendam dan sakit hati kepada orang yang berbuat
kesalahan kepadanya. Memberi maaf merupakan perbuatan yang sangat berat,
tetapi sangat mulia. Memberi maaf harus dilakukan dengan cara yang ikhlas,
bersifat lahir batin dan bukan karena terpaksa. Memberi maaf harus dilakukan
oleh setiap muslim pasa setiap kesempatan, baik dalam lingkungan keluarga, antar
keluarga, linkungan kerja maupun dalam kehidupan masyarakat yang yang lebih
luas (bertetangga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara) tanpa menunggu
permintaan maaf dari pihak lainnya.
F. Rasa Malu
Rasa malu merupakan rem atau pengekang dari segala bentuk
kemaksiatan. Sepanjang rasa malu ini ada terpelihara pada jiwa seseorang maka
dirinya akan terjaga dari segala godaan syetan yang mengajak kepada perbuatan
dosa. Dengan memiliki rasa malu, orang akan terjaga akhlaknya. Oleh karena itu
semua agama samawi mengajarkan kepada umatnya untuk berakhlak mulia yang
salah satunya adalah memlihara rasa malu.
Sabda Rosulullah s.a.w, "Sesungguhnya setiap agama mampunyai akhlak,
dan akhlak Islam adalah rasa malu," (Riwayat Imam Malik)
6
Allah berfirman :
Kalau tidak merasa malu, manusia dipersilakan oleh Allah untuk berbuat
apa saja, tapi harus ingat bahwa segala perbuatan itu tidak ada yang terlepas dari
pengawasan Allah SWT dan kelak akan dimintakan pertanggungjawaban.
Dengan kurangnya rasa malu, orang akan berbuat apa saja tanpa
mempertimbangkan halal dan haram. Hilangnya rasa malu akan mengakibatkan
rusaknya akhlak dan rusaknya akhlak mengakibaatkan rusaknya iman. Itulah
sebabnya dikatakan oleh Rosululla s.a.w, "Malu itu bagian dari iman."
Orang yang tidak memiliki rasa malu, sering disebut dengan ungkapan
tebal kulit muka. Karena kalau orang merasa malu, biasanya akan memerah
mukanya. Orang yang tidak pernah memerah mukanya adalah orang yang kurang
rasa malunya karena itu disebut tebal kulit muka. Tentu ini hanya peribahasa saja,
bukan berarti bahwa kulit mukanya setebal kulit badak.
Rosulullah bersabda: "Malu itu bagian dari keimanan, dan keimanan itu
dapat memasukkan seseeorang ke surga, sedangkan sifaat yang keji adalah sifat
kasar, dan sifaat kasar itu menyebabkan masuk neraka (Riwayat Imam Ahmad
dan Tirmidzi).
Timbulnya berbagai penyakit sosial di tengah-tengah masyarakat kita,
tentu disebabkan karena orang tidak atau kurang memiliki rasa malu. Tidak malu
dijatuhi hukuman oleh negara, bahkan penjara hanya dianggap sebagai tempat
istirahat dan rekreasi. Keluar dari penjara, tidak malu berbuat pelanggaran lagi
karena sudah siap masuk penjara berulang kali.
Kalau masih memiliki rasa malu, berarti orang akan terhindar dari segala
tindakan kejahatan, keserakahan, korupsi, mengambil yang bukan haknya dan
lain-lain. Marilah kita jaga diri kita dari segala bentuk kema'siatan yang akan
membawa kepada kehancuran pribadi dan kehancuran masyarakaat, bangsa dan
nengara.
7
C. Hasud
(Qodariyah, 2017) Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu
domba terhadap sesama. Menghasud adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan,
karena mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang dan juga
karena mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus ditutupi. Saudaraku
(sidang pembaca) tahukah antum, bahwa iri, dengki dan hasud itu adalah suatu
penyakit. Pada mulanya iri yaitu perasaan tidak suka terhadap kenikmatan yang
dimiliki orang lain. Kemudian, jika dibiarkan tumbuh, iri hati akan berubah
menjadi kedengkian. Penyakit kedengkian jika dibiarkan terus akan berubah
menjadi penyakit yang lebih buruk lagi, yaitu hasud.
8
B. Biasakan Berbagi
(Sobihah, 2020) Orang yang egois adalah orang yang tidak terbiasa
berbagi. Maka, cara menghilangkan sifat egois adalah dengan membiasakan diri
berbagi dengan sesama, dimulai dari keluarga dan teman dekat. Lakukan
semuanya dengan hati ikhlas dan karena ingin membantu orang lain serta berbagi
kebahagiaan bersama.
3.1. Kesimpulan
Akhlak islamiyah dibagi menjadi dua akhlak mahmudah (fadilah) yaitu
akhlak yang terpuji dan, macam-macam dari sifat terpuji ada ikhlas, pemaaf,
tawakal, adil, rasa malu dan lainnya. Sedangkan akhlak mazmumah (qabihah)
yaitu akhlak yang tercela, macam-macam seperti Penyakit hati antara lain
disebabkan karena ada perasaan iri, dengki, hasud, ghibah dan namimah. Dan
untuk menghindari sifat tercela tersebut sebaiknya kita harus Perbanyak
beribadah, biasakan berbagi, bersyukur atas nikmat allah, pahami keterbatasan
manusia dan menjaga silaturahmi
3.2. Saran
Demikian.lah makalah ini penulis susun, semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan sehingga kami mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan
makalah kami ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Habibah, S. (2015). Akhlak Dan Etika Dalam Islam. Jurnal Pesona Dasar, 1(4), 73–87.
Martan, M. (2020). Konsep Akhlak Dan Metode Pembelajarannya Dalam Pendidikan Islam.
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman, 10(1), 58–75.
https://doi.org/10.33367/ji.v10i1.1091
Mustofa, A., & Kurniasari, F. E. (2020). Konsep Akhlak Mahmudah Dan Madzmumah Perspektif
Hafidz Hasan Al- Mas‟Udi Dalam Kitab Taysir Al-Khallaq. Ilmuna, 2(1), 49–52.
Qodariyah, S. L. (2017). Akhlak Dalam Perspektif Al Quran (Kajian Terhadap Tafsīr al-Marāgī
Karya Ahmad Mustafa al-Marāgī). Jurnal Al-Fath, 11(02), 145–166.
Sholeh, S. (2017). Pendidikan Akhlak dalam Lingkungan Keluarga Menurut Imam Ghazali.
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 1(1), 55–70.
https://doi.org/10.25299/althariqah.2016.vol1(1).618
Sobihah, Z. (2020). Pendidikan Karakter (Akhlak) Menurut Perspektif Islam. Tarbawiyah Jurnal
Ilmiah Pendidikan, 4(1), 78. https://doi.org/10.32332/tarbawiyah.v4i1.1743
Syaepul Manan. (2017). Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan. Jurnal
Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim, XV(2), 1.
Zulbadri, Z. (2019). Akhlak Mazmumah Dalam Al-Quran. Jurnal Ulunnuha, 7(2), 109–122.
https://doi.org/10.15548/ju.v7i2.258
11