Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AGAMA II

ILMU, IMAN DAN AMAL

Dosen Pengampu :

Aditya Rachman, S.S., M.A

Disusun Oleh :

ELLA MAHARANI CHANDRA (A1A218039)


DESY RAHMADANI (A1A218031)

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan segala bentuk kenikmatannya kepada kita semua sehingga
penulisan makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan.
Tak lupa pula kami mengirimkan salam dan shalawat atas junjungan kita Nabiullah
Muhammad saw, sebagai rahmatan lil’alamin.
Makalah ini merupakan bentuk kewajiban dan penyempurnaan nilai kami selaku
mahasiswa di Universitas Jambi pada mata kuliah Agama II dengan judul “ Iman, Ilmu dan
Amal”.
Kami mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam
membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun sehingga makalah ini menjadi lebih sempurna.

Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Jambi, 12 Februari 2019


Penulis

i
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... .1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................3


2.1 IMAN …........................................................................3
2.2 ILMU ........................................................................... 5
2.3 AMAL ........................................................................... 5
2.4 Hubungan iman dan ilmu ............................................................................6
2.5 Hubungan iman dan amal ........................................................................... 7
2.6 Hubungan amal dan ilmu ............................................................................7
2.7 Hubungan antara iman, ilmu dan amal…………….....................................................9
2.8 Kaitan antara iman, ilmu dan amal …...................................................................... 11

BAB III PENUTUP .......................................................................... 13


3.1 Kesimpulan .......................................................................... 13
3.2 Saran .......................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 15

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam kehidupannya perlu akan konsep hidup, yang akan memberikan gambaran
secara jelas tentang bagaimana manusia dalam berkehidupan yang harmonis dengan Tuhan
dan Manusia serta alam sekitarnya. Konsep hidup ini bekerja secara berkesinambungan dan
mengalami pembaharuan dalam implikasinya sesuai dengan tuntutan zamannya.
Sebagai dasar kebenaran, maka konsepsi Iman menjadi landasan kebenaran pada
kebenaran mutlak. Kebenaran menjadi titik ideal yang manusia perlu mengindahkannya, titik
ideal ini menjadi dasar konsepsi atau sumber nilai yang menentukan kerja amal manusia
sesuai dengan kebenaran.
Kebenaran yang menjadi dasar tidak serta-merta "ada", namun ikhtiar manusia sebagai
subjek kehidupan yang memiliki kehendak bebas serta berpikir bebas selalu mencoba
mendekatkan diri pada kebenaran melalui ilmu. Sebagai sarana pendekatan diri pada
kebenaran, ilmu pengetahuan sebagai pangkal bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan secara
masif mendekatkan dirinya melalui pencarian kebenaran atau pembelajaran.
Ilmu sebagai cahaya pencerah akal manusia pada kebenaran, maka ilmu akan senantiasa
membawa manusia pada pribadi yang bernilai. Manusia yang bernilai adalah manusia yang
melakukan kerja kemanusiaan atau amal. Ilmu akan menjadi hidup dengan membumikan
ilmu dalam pola pikir dan pola tindak manusia.
Konsepsi yang menjadi dasar perencanaan manusia secara hirarki dan simultan
memberikan kesinambungan gerak pikir dan gerak tindak perlu dibumikan dalam diri
manusia itu sendiri. Seperti konsepsi Marx, tentang pertentangan klas, bahwa manusia yang
berada dalam klas-klas tertentu berubah dengan manusia yang tanpa klas. Konsepsi Marx
dapat dikatakan sosialis. Seperti itu halnya, manusia yang beragama (Berkebenaran) harus
memiliki konsep hidup yang mencerminkan suatu karakter manusia yang cenderung pada
kebenaran.

1
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan definisi iman?
2. Apa pengertian dan definisi ilmu?
3. Apa pengertian dan definisi amal?
4. Bagaimana hubungan iman dan ilmu?
5. Bagaimana hubungan ilmu dan amal?
6. Bagaimana hubungan iman dan amal?
7. Bagaimana kaitan dan hubungan antara iman, ilmu dan amal?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian dan definisi iman.
2. Mengetahui pengertian dan definisi ilmu.
3. Mengetahui pengertian dan definisi amal.
4. Mengetahui hubungan antara iman dan ilmu.
5. Mengetahui hubungan antara ilmu dan amal.
6. Mengetahui hubunganantara iman dan amal.
7. Mengetahui kaitan dan hubungan antara iman, ilmu dan amal.

2
5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IMAN


Pengertian Iman dalam Agama Islam - Iman (bahasa Arab:‫ )اإليمان‬secara etimologis
berarti 'percaya'. Perkataan iman (‫ )إيمان‬diambil dari kata kerja 'aamana' (‫ )أمن‬-- yukminu'
(‫ )يؤمن‬yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.
Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i,
iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan,
bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf
menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan
berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut
Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab
Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.
Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan,
dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.
“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
QS. Al Fath [48] : 4
Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa
bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan
sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia
bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.”
Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari
berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah
perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.”
Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di
antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu
membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang
beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua Iman
Hak dan Iman Batil.

6
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan
dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan
perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di
dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat
juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan
dan sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti
diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan
yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada
Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan
anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan)
membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun
(anggota-anggota)."
Jadi, dapat di simpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang
yang beriman) sempurna apabila memenuhi unsur unsur keimanan di atas. Apabila seseorang
mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan
dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai
mukmin yang sempurna. Sebab, unsur unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan
yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Keimanan adalah hal yang paling mendasar yang harus dimiliki seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab
yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat
sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)

7
2.2 ILMU
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat ilmu,
mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, artinya ialah
memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Jadi ilmu
merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan
perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai ilmu tapi miskin amalnya maka ilmu tersebut
menjadi sia-sia.
Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan Allah dalam
ayat-ayat berikut:
“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak
berilmu?’ Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39] : 9).
“Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa
saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar ia
telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah.” (QS. Al-Baqoroh [2] : 269).
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (QS Mujaadilah [58] :11)
Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan
sebaik mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi
zaman yang sama sekali lain dari zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi saw). “Menuntut ilmu itu
diwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu.” (Hadis
Nabi saw).

2.3 AMAL
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan,
sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah
perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala
yang berlipat di akhirat.

8
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan
kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya
terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan
hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia
seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika
dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban
manusia. Misalnya pengembangan sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan
praktis manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan solusi
untuk pemecahan masalah-masalah di masyarakat.
Kata amal artinya pekerjaan. Dalam bahasa Arab kata amal dipakai untuk semua
bentuk pekerjaan. Tidak seperti anggapan sebagian masyarakat Muslim, yang
mengembalikan kata amal dengan kata ibadah dan memahaminya sebatas kegiatan ritual
seperti pergi ke masjid, membaca Alquran, shalat, puasa, haji, zakat, sedekah, dan
sebagainya.
Dalam Al-Quran, kata amal terbagi kepada 'amalus-shalih (pekerjaan baik) dan
'amalun ghairus-shalih (pekerjaan yang tidak baik). 'Amalun ghairus-shalih disebut pula
dengan 'amalus-sayyi-ah (amal salah), termasuk pula ke dalam kategori ini 'amalus-syaithan
(pekerjaan setan) dan 'amalus-mufsidin (pekerjaan pelaku kebinasaan). Umat Islam diperintah
melakukan 'amalus-shalih dan wajib menjauhi 'amalus-sayyi-ah.
Ada firman Allah SWT, ''Siapa yang mengerjakan kebaikan dia mendapat pahala dari
perbuatannya itu dan siapa yang mengerjakan kejahatan maka orang yang melakukan
kejahatan itu tidak dibalas kecuali menurut apa yang dikerjakannya.'' (Al-Qasas: 84).

2.4 Hubungan Iman dan Ilmu


Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Serta
dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan perintah Allah
SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga tidak menyimpang dari
yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara memahaminya adalah dengan selalu mempelajari
agama (Islam).

6
9
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan
ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat
terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan
untuk membuat kerusakan.

2.5 Hubungan Iman Dan Amal


Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang beriman
kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal sholeh. Iman dan
Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka bersatu padu
dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Iman tanpa Amal Sholeh juga
dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan
keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan keislamannya. Iman dan
Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa karena diwujudkan dalam bentuk amal
sholeh yang menunjukkan nilai nilai keislaman.

2.6 Hubungan Amal Dan Ilmu


Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah
pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari
dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu yang
berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang itu berilmu maka ia harus
diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu juga
dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak
dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam
kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal.
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengan nuansa–
nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam
ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk
menuntut ilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang
tinggi dihadapan Allah

7
10
yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan
manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan yang
dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan bahwa
keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh.
Ilmu, iman dan amal shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia.
Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya,
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan
tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] . Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu
wajib atas setiap muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu
ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai
Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?". Beliau Saw.
menjawab: "Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya" [HR.
Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan
kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” [HR. Abu Na’im] . ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu
lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu
yang bermanfaat.” [HR. At Tirmidzi] . ”Seseorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu)
sehingga ia mengamalkan ilmunya.” [HR. Ibnu Hibban].
Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan
pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah Saw :
“Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang Nabi
maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw : ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala !
” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai
Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu !” Jawab
Nabi Saw. pula “Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah (berguna) bila disertai dengan
ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan tentang
Allah”[HR.Ibnu Abdil Birrdari Anas]. Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena
ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, banyak amal setiap orang menjadi sangat
berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena ”Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana
keimanannya … QS.[10]:9.

8
11
Ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala adalah penyambung antara
keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini. Sebagaimana kaedah
pengaliran iman yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. bahwasanya iman adalah sebuah
tashdiq bi-l-qalbi yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di amalkan bilarkan Dengan itu di simpulkan
bahawa kita jangan memisah ketiga komponen yang telah kita perhatikan tadi (iman,ilmu dan
amal) karena pemisahan setiap komponen menjadikan islam itu janggal.

2.7 Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal


Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam
agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam agama
islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan iman,
ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun iman
yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara
ibadah dan pengamalanya.
Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat
menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati. Akidah
sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun iman, yaitu iman
kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan
takdir.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu
dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim menjadi
kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan pada diri muslim, sebab
eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim melambangkan batinnya.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya:
“ Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab
yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat
sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)

9
12
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia
Secara umunya ilmu pengetahuan adalah diperolehi melalui wahyu, pancaindera, akal dan
intuisi atau ilham.
 Wahyu
Wahyu adalah pemberitahuan daripada Allah swt kepada seorang hambanya yang
dipilih di kalangan hambanya dengan secara sulit dan rahsia. Tidak dapat
dinafikan bahawa wahyu adalah sumber pengetahuan yang penting yang telah
disampaikan Allah kepada manusia sama ianya disampaikan melalui Nabi
Muhammad saw atau para nabi terdahulu. Wahyu juga teras kepada segala ilmu
kerana didalam al Quran terkandung pelbagai jenis ilmu pengetahuan yang amat
diperlukan oleh manusia.
 Pancaindera
Semua pancaindera seperti sentuhan, ciuman, penglihatan, pendengaran dan deria
rasa juga merupakan ilmu pengetahuan yang utamadan amat berguna bagi
manusia untuk berinteraksi sesama manusia dan alam sekelilingnya dengan
mudah dan betul . Kesemua pancaindera ini merupakan satu cara untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan melalui beberapa percubaan dan pengalaman
yang berulang-ulang.
 Akal
Beza antara manusia dengan haiwan adalah akal yang mana Allah berikan hanya
kepada manusia untuk berfikir secara kreatif. Akal merupakan sumber utama
pengetahuan manusia, dengan akal juga manusia dapat membezakan antara baik
dan buruk. Firman Allah dalam kitab yang paling suci dan dalil dalil hadith
banyak mencerita kepentingan mencari ilmu supaya manusia sentiasa berfikir
kearah kebaikan dan tidak terpesong dari akidah islam. Sabda Rasulullah “Selagi
mana kamu berpegang pada Al-Quran dan hadith, maka kamu tidak akan sesat”.

Islam memandang bahwa amal saleh merupakan manifestasi keimanan kepada


Allah SWT. Islam bukan sekadar keyakinan, melainkan amalan saleh yang
mengejawantahkan keyakinan tersebut.
10

13
Amal saleh menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam serangkaian aturan-
aturan Allah SWT. Sedangkan amal saleh yang tanpa keimanan akan menjadi
perbuatan yang tidak ada nilainya di hadapan Allah. Sebagai contoh orang yang
dalam kesehariannya suka memberi bantuan kepada siapa saja yang membutuhkan
tetapi tidak dilandasi dengan keimanan kepada Allah, maka perbuatan tersebut
tidak mendapat nilai atau balasan dari Allah.
Syarat sahnya sebuah perbuatan kebaikan seseorang antara lain :
a. Amal saleh harus dilandasi niat karena Allah semata
b. Amal saleh hendaknya dikerjakan sesuai dengan Qur'an dan Hadits
c. Amal saleh juga harus dilakukan dengan mengetahui ilmunya

2.8 Kaitan antara iman, ilmu dan amal


Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera,
bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi
dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 – 3
).Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika
perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran
Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan
perbuatan.
Sumber ilmu menurut ajaran Islam :
1. Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma
serta isyarat cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut
ayat Allah swt “Qur’aniyah”
2. Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt
untuk berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang
disebut ayat Allah “Kauniyah”

Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman kepada Allah
swt dan berilmu pengetahuan luas, yang diterangkan dalam Q.S. Al Mujadalah : 11. Yang
isinya bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang berilmu
pengetahuan dan
11

14
beriman kepada Allah swt , orang yang beriman diangkat kedudukannya karena selalu
taat melaksanakan perintah Allah swt dan rasulnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat
kedudukannya karena dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain.
Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu menerangi
orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya, karena dapat
memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak mengerjakan seperti
dalam Q.S. Ash – Shaf : 3 yang menerangkan bahwa orang alim dan pandai hendaknya
menjadi contoh dan teladan bagi orang lain. Dibawah naungan dan lindungan Allah swt.
Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan lainnya.

12

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera,
bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi
dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 – 3
).
Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika
perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran
Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan
perbuatan.
Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya. Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu
dan akal yang keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan
dengan mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut tetap, terikat
dengan wahyu dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu pengetahuan
dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat kebenarannya
bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat kebenarannya bersifat nisbi.
Menuntut ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan umat dan
mengembangkan agama islam agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh masyarakat.
Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu dan akal yang
keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan dengan
mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut tetap, terikat dengan
wahyu dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu pengetahuan dibagi
menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat kebenarannya bersifat
mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat kebenarannya bersifat nisbi. Menuntut
ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan umat dan
mengembangkan agama islam agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh masyarakat.Tiga
macam kewajiban ilmu pengetahuan bagi orang mukmin:
1. Menuntut ilmu, walaupun sampai ke negeri cina.

13
16
2. Mengamalkannya.
3. Mengajarkan kepada orang lain tanpa pilih-pilih.
Kewajiban menuntut ilmu pengetahuan yanbg ditekankan adalah dalam bidang agama,karena
agama merupakan sistem hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.Allah juga
memberikan tuntunan agar motifasi dan niat belajar serta menuntut ilmu itu hanya semata-
mata karena Allah SWT.Seperti di QS Al-Alaq:1-5. Alasan mencari ilmu yang motifasinya
harus wajib karena Allah SWT :
Karena ilmu yang dicari itu bermanfaat baik di dunia maupun di akherat.
Ada kesungguhan bagi yang menuntutnya karena dorongannya hanya satu yaitu
perintah Allah SWT.
Tidak akan kecewa berat apabila tujuannya tidak tercapai karena semuanya telah
diatur oleh Allah yang maha bijaksana.
Menurut HR.Al-Baihaqi,”Betapa wajib dan pentingnya hubungan sinerki antara iman,
ilmu,dan amal perbuatan, sehingga mencari ilmu dalam kondisi apapun dalam orang mukmin
merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan serta dalam mengamalkannya yang
dilandasi iman karena Allah SWT.

3.2 Saran
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan, membantu, dan memudahkan kita
dalam memahami dan mempelajari ajaran islam yang sebenarnya. untuk itu kami
menghimbau untuk memahami isi makalah ini sebaik-baik mungkin sehingga dapat di
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami mengucapkan terimakasih dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada
pembaca dan semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.

14
17
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad bin Said al Qahthani (2005). Al Wala’ wal Bara’. Solo: Era Intermedia.

Sayyid Quthb (2010). Ma’alim Fi Ath Thariq. Yogyakarta: Uswah.

Budianto, Elham dan H.P, Franciscus Anggara Pradana. 2013. Iman, Ilmu dan Amal.

Syauqi, Fian. 2012. Integrasi Iman, Ilmu dan Amal.

15

18

Anda mungkin juga menyukai