AQIDAH ASWAJA
PENGERTIAN AQIDAH ISLAM
DOSEN PENGAMPU :
Disususn Oleh:
Kelompok 8
i
UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2021
ii
ABSTRAK
Aqidah atau keyakinan merupakan unsur rohani manusia yang paling besar
dan sering serta banyak mengeluarkan intruksi Eksistensi. Sabda Rasulullah
saw, mengenai golongan yang selamat (firqah najiyah) menjadikan banyak
umat Islam yang berkepentingan untuk memberikan pemaknaan dan
interpretasi mengenai al-Jama’ah yang dinyatakan secara eksplisit oleh
Rasulullah saw. Nomenklatur al-Jama’ah atau Ahlussunnah wal Jama’ah
menjadi perbincangan menarik terkait kapan kemunculannya, aqidah,
ajaran, dan perluasan maknanya hingga masa sekarang. Tulisan ini berikhtiar
untuk memperluas kembali tentang pemaknaan dan ajaran Ahlussunnah wa
al-Jama’ah di kalangan unat islam.
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
Daftar Isi
MAKALAH............................................................................................................................i
ABSTRAK.........................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................iii
Daftar Isi.............................................................................................................................iv
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Metode Pengumpulan Data...............................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan................................................................................................................2
1.5 Manfaat Penulisan.............................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................... 3
ISI..................................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Aqidah Islam dan Ahlussunah Wal Jama'ah.....................................................8
2.5 Hubugan Aqidah Dengan Ilmu......................................................................................12
2.6 Klasifikasi Manusia Yang Terkait Dengan Aqidah, Mukmin, Kafir, Munafik, dan Musyrik
Atau Syirik.........................................................................................................................13
2.2.1 Munafik................................................................................................................13
2.2.2 Mukmin................................................................................................................14
2.2.3 Kafir......................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................17
3.2 Saran.................................................................................................................................18
iv
Daftar Pustaka..............................................................................................................................15
Referensi.......................................................................................................................................15
v
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh suatu nilai yang dipelajari tersebut.
Semakin besar serta banyaknya ilmu yang dipelajari akan semakin banyak
juga manfaatnya. Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang mengenalkan kita
kepada Allah S.W.T.
Aqidah adalah inti dari pada pendidikan Islam yang merupakan tujuan
diutusnya para Rasul di muka bumi ini. Pendidikan aqidah ini di bawa oleh
setiap para Nabi dan Rasul, dengan seiringnya penyebaran agama Islam di
muka bumi ini, maka pendidikan aqidah tidak pernah terabaikan, karena
Islam yang di sebarkan oleh para Nabi adalah Islam yang masih murni atau
masih utuh, yaitu keutuhan dalam Islam kemudian iman dan ihsan. Aqidah
yang benar adalah yang tercermin dari kemurnian seluruh amal perbuatan
manusia dan ibadahnya semata-mata hanya untuk Allah Swt semata. Aqidah
juga berarti pokok-pokok keimanan seseorang yang telah di tetapkan oleh
Allah Swt, dan kita sebagai seorang manusia atau hamba Allah sangat wajib
meyakininya sehingga layak di sebut sebagai orang yang beriman (mu’min).
Aqidah dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila
umat islam harus mengerti pengertian dari Aqidah itu sendiri. Apabila
suatu umat sudah rusak, bagian yang harus diperbaiki adalah Aqidahnya
terlebih dahulu. Di sinilah pentingnya Aqidah Islam, apa lagi Aqidah
menyangkut kebahagiaan kebahagiian dan keberhasilan dunia dan
akhirat. Sebagai dasar tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek
kehidupan keagamaan seorang Muslim, bak Ideologi, Politik, Sosial,
Budaya, Pendidikan dan sebagainya.
4 Tujuan Penulisan
Dengan di buatnya makalah ini penulis berharap, makalah ini dapat mempunyai
.banyak manfaat dan mempunyai tujuan yang harus di pegang teguh
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Memahami pengertian atau maksud dari Aqidah Islam serta pemahaman
Ahlussunnah Wal Jama’ah.
2. Mengetahui pembahasan dan sumber- sumber yang berkaitan dengan
Aqidah Islam.
3. Untuk mengetahui hubungan dan ilmu yang ada di Aqidah islam.
4. Untuk menuntaskan tugas makalah Aqidah Islam.
5 Manfaat Penulisan
a. Bagi khalayak umum, sebagai informasi pengetahuan baru dan
wadah wawasan mengenai Aqidah Islam, dan Aqidah Aswaja.
ISI
2.1 Pengertian Aqidah Islam dan Ahlussunnah Wal
Jama’ah
Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin
tinggi bangunan yang akan di dirikan, harus semakin kokoh pondasi yang
kuat. Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan
tentang wujud Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya,
baik dalam zat, sifat-sifat maupun perbuatannya (Basyri, 1988: 43).
Secara bahasa (etimologi), aqidah diambil dari kata al-aqdu yang berarti
asy-syaddu ( pengikatan ), ar-babtu (ikatan ), al-itsaaqu ( mengikat ), ats-
tsubut (penetapan ), al-ihkam ( penguatan). Aqidah juga bermakna ilmu
yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti, wajib dimiliki
oleh setiap orang di dunia. Secara istilah ( terminologi ) yang umum, aqidah
adalah iman yang teguh dan pasti yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi
orang yang meyakininya. Dari definisi di atas, baik definisi secara etimologi
atau definisi secara terminologi maka bisa ditarik kesimpulan bahwa aqidah
itu bersifat harus mengikat, pasti, kokoh, kuat, teguh, yakin.
Aqidah pada masa Nabi adalah aqidah paling bersih, yaitu aqidah
islam yang sebenaranya, karena belum tercampur oleh kepentingan apapun
selain hanya karena Allah SWT. Ini disebabkan karena Nabi adalah sebagai
penafsir al-Qur’an satu-satunya, sehingga setiap sahabat yang
membutuhkan penjelasan al-Qur’an yang berkaitan dengan keyakinan maka
Nabi langsung menjelaskan maksudnya. Selain itu umat terbimbing langsung
oleh Nabi, sehingga dalam memahami agama tidak terjadi perbedaan.
Karna subtitusi paham Aswaja adalah islam itu sendiri maka ruang
lingkup Aswaja dalah itu sendiri yakni aspek Aqidah, Fiqih, dan Akhlaq.
Dalam perkembangan zaman ini sejarah selanjutnya, adalah istilah Aswaja
secara resmi menjadi bagian ilmu keislaman. Dalam hal ini ruang linkup
pertama adalah di bidang Aqidah pengertianya adalah Asy’ariyah atau
Maturidiyah, dalam ilmu Fiqih adalah Madzab empat, dan dalam Tasawuf
adalah Al- Ghozali dan ulama- ulama sepaham. Pokok ajarannya adalah,
Allah mempunyai takdir atas manusia memiliki bagian untuk ber usaha
( Berikhtiar).
Ruang Iingkup yang kedua adalah Syari’ah atau Fiqih, artinya paham
keagamaan yang berhubungan dengan ibadah dan mu’amalah. Sama
pentingnya dengan ruang lingkup yang pertama, yang menjadi dasar
keyakinan dalam Islam, ruang lingkup kedua ini menjadi simbol penting
dasar keyakinan. Karena Islam agama yang tidak hanya mengajarkan tentang
keyakinan tetapi juga mengajarkan tentang tata cara hidup sebagai seorang
yang beriman yang memerlukan komunikasi dengan Allah SWT, dan sebagai
makhluk sosial juga perlu pedoman untuk mengatur hubungan sesama
manusia secara harmonis, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
Dalam konteks historis, ruang Iingku yang kedua ini disepakati oleh jumhur
ulama bersumber dan empat madzhab, yakni Hanafi, Maliki, Syafil dan
Hanbali. Secara substantif, ruang Iingkup yang kedua ini sebenarnya tidak
terbatas pada produk hukum yang dihasilkan dan empat madzhab diatas,
produk hukum yang dihasilkan oleh imam-imam mujtahid lainnya, yang
mendasarkan penggalian hukumnya melalui al-Quran, Hadits, Jima dan
Qiyas, seperti, Hasan Bashri, Awzai, dan lain-lain tercakup dalam lingkup
pemikiran Aswaja, karena mereka memegang prinsip utama Taqdimul al-
Nash ‘ala al-‘Aql (mengedepankan daripada akal).
2.1.1 Munafik
orang-orang munafik setidaknya terbagi menjadi dua, yaitu orang yang
perbuatan-perbuatannya disifati munafik, meskipun hal tersebut tidak
membatalkan keimanannya. ''Ini bisa juga disebut orang-orang fasik, tapi dia
tidak kafir,'' ujar Ustaz Salim.
2.1.2 Mukmin
Ini seperti yang tertera di Surah al-Ahzab ayat 36. Selain itu, bagi orang
mukmin, mereka menerima, tunduk, dan melaksanakan apa yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Tunduk dan menerima semua
perintah Allah SWT itu pun dilaksanakan secara menyeluruh dan utuh.
''Artinya, jika kita mengaku beriman kepada Allah, kitab, dan Rasul-Nya,
otomatis semua yang diinformasikan kepada kita tentu akan kita imani. Kita
kan mendapatkan informasi dari Allah melalui kitab-Nya dan lisan Rasul-Nya,
kalau dua ini tidak kita imani, maka yang lain juga harus diimani “ujarnya”
2.1.3 Kafir
Pada prinsipnya, orang yang telah bersyahadat (beragama Islam)
berlaku atasnya semua hukum-hukum Islam, dan orang yang keluar dari
Islam (kafir) batal atasnya hukum-hukum Islam, termasuk pernikahannya
secara otomatis batal, tidak ada hak asuh baginya terhadap anaknya, tidak
ada hak untuk mewariskan dan mewarisi, dan jika meninggal dalam keadaan
kufur tidak dikubur di pemakaman Islam serta mendapat laknat dan akan
jauh dari rahmat Allah.
a. Harus dilakukan verifikasi dan validasi secara jelas semua hal-hal terkait
dengan i’tiqad, perkataan, dan perbuatan yang menyebabkan kekufuran.
b. Vonis kafir ditetapkan secara hati-hati sebagai langkah terakhir setelah
upaya-upaya lainnya dilakukan, dengan maksud menjaga jangan sampai
umat Islam lainnya terjatuh pada kekufuran serupa.
c. Menghindari pengkafiran individual-personal kecuali setelah tegaknya hujjah
yang mu’tabarah.
d. Vonis pengkafiran hanya boleh dilakukan secara kolektif oleh ulama yang
berkompeten yang memahami syarat-syarat dan penghalang takfir.
3.1 Kesimpulan
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan ataupun
kesalahan yang memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik, saran dan tanggapan yang bersifat membangun
dari pembaca demi sempurnanya makalah yang selanjutnya. Semoga
dengan penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Atas perhatiannya saya sampaikan terimakasih.
Daftar Pustaka
Referensi
(t.thn.).
(t.thn.).
Daniel, Yudi irfan. (2014). Aqidah islam. yayasan doa para wali.
golongan manusia bedasarkan aqidah. (2016, desember 24). Diambil kembali dari
Replubika co.id: https://www.republika.co.id/berita/oiopja313/golongan-
manusia-berdasarkan-akidah
Gudang makalahku. (2016, maret 1). Diambil kembali dari gudang makalahku:
http://gudangmakalahku.blogspot.com/2013/04/ruang-lingkup-aswaja.html?
m=1
mui digital. (2020, juni 28). Diambil kembali dari akhlaq: https://mui.or.id/tanya-jawab-
keislaman/28366/apakah-kriteria-orang-dapat-disebut-dengan-kafir/
pengertian aqidah. (2018). Dalam Aqidah Akhlaq (hal. 3-9). jakarta: putra nugraha
sentosa.