Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PENGETAHUAN DASAR AGAMA ISLAM


Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi penempuan
SKU PANDEGA

Disusun Oleh :
Erika Dewi Agustin
Racana R.A. Kartini Gugusdepan Surabaya 414

GERAKAN PRAMUKA

GUGUS DEPAN SURABAYA 413 DAN 414

RACANA KI HAJAR DEWANTARA DAN R.A. KARTINI

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengetahuan Dasar Agama Islam

Nama : Erika Dewi Agustin

NIM : 22010644170

Telah diajukan pada tanggal : 31 Desember 2022

Pembina Satuan Racana R.A. Kartini Ketua Dewan Racana R.A. Kartini

Dr. Maspiyah, M.Kes Iltamisa Cahya Dini

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengetahuan Dasar Agama Islam” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi penempuan SKU
PANDEGA. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
bimbingan di lingkup pramuka bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan bantuannya
dalam pembuatan makalah ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Demikian, apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini penulis selaku
penyusun dengan terbuka menerima kritik dan saran dari penguji, teman-teman, serta para
pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Surabaya, 31 Desember 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................ 3
A. Pendidikan Dasar Agama Islam ........................................................................................... 3
B. Rukun Iman ......................................................................................................................... 3
C. Rukun Islam ......................................................................................................................... 9
D. Ihsan ................................................................................................................................... 25
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 28
A. Kesimpulan......................................................................................................................... 28
B. Saran ................................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 29

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengetahuan Agama Islam sangatlah penting untuk membentuk kepribadian
seeseorang menjadi yang lebih baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan
masyarakat. Melalui pendidikan Agama Islam manusia diharakan menjadi orang yang
mempunyai akhlakul karimah yang baik. Pendidikan Agama Islam merupakan salah
satu upaya pengembangan sumber daya manusia kearah yang lebih religious, berkat
pendidikan kehidupan manusia dapat berkembang dengan baik. Begitu pentingnya
pengetahuan dasar agama islam, sehingga peningkatan kualitas akhlak manusia teruus
menerus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Pada masa sekarang perilaku manusia bisa dikatakan belum mencerminkan
akhlak yang baik karena hal tersebut dipengaruhi dengan perkembangan teknologi
yang saat ini semakin maju dan canggih. Masih banyak siswa-siswi bahkan mahasiswa
melakukan hal-hal yang tidak mencerminkan akhlak yang baik dan tidak mempunyai
sopan santun terhadap sesama, terlebih terhadap guru atau orang yang lebih tua. Maka
dari itu menambah pengetahun tentang Pendidikana Agama Islam adalah satu cara
yang ditempuh untuk usaha mendidik dan membina akhlak mulia pada
siswa/mahasiswa, agar dapat berkembang sesuai perkembangan jiwa mereka dan
akhlak mereka dapat terbentuk sehingga dapat mereka amalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk menyusun makalah tentang
“Pengetahuan Dasar Agama Islam”.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan rukun iman?
2. Apa yang dimaksud dengan rukun islam?
3. Apa yang dimaksud dengan ihsan?
4. Bagaimana ketentuan sholat jama‟ dan qashar?
5. Apa yang dimaksud dengan zakat? Dan apa saja macam-macam zakat?

1
C. TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian rukun iman.
2. Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian rukun islam.
3. Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian teori ihsan.
4. Untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana ketentuan shalat jama‟ dan
qashar.
5. Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian zakat dan macam-macam
zakat.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. PENDIDIKAN DASAR AGAMA ISLAM


Pendidikan agama Islam pada dasarnya sebagai sumber nilai yang pendirian
dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita- cita untuk
mengejawantahkan nilai-nilai Islam. Menurut (Lina, 2015), Pendidikan agama
merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia yang
seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan
eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran
al-Qur‟an dan Sunnah dan menciptakan manusia seutuhnya “Insan Kamil”. Dalam
artian bahwa pendidikan Islam adalah proses penciptaan manusia yang memiliki
kepribadian serta berakhlak al- karimah “Akhlak Mulia” sebagai makhluk pengemban
amanah di bumi.
Pendidikan Agama Islam sendiri bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
pemahaman, pengahayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Untuk mencapai tujuan tersebut seseorang harus mempunyai bekal ilmu
dan pengetahuan tentang dasar-dasar pendidikan agama islam. Ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam mencakup dalam beberapa hal untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah disebutkan diatas, diantaranya terdapat pengetahuan dasar tentang rukun
iman, rukun islam, ihsan, dan lain-lain. Ruang-ruang lingkup tersebut sangat berkaitan
dan berhubungan dalam membentuk akhlak melalui pendidikan dan pengetahuan dasar
agama islam

B. RUKUN IMAN
Iman menurut bahasa berasal dari kata amana yuminu fahua mu’minun, yang
berarti „kepercayaan‟. Sedangkan menurut istilah berarti kepercayaan kepada Allah
S.W.T., para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-utusan-Nya, hari kiamat, dan
qada-qadar (ketentuan) baik serta buruk semua datang dari Allah (Nur et al., 2020).
Dalam hal ini Rasulullah S.A.W. bersabda: “Iman adalah pengakuan dengan lisan,

3
pembenaran dengan hati, dan pembuktian dengan amal perbuatan”. Selaras dengan
pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, Beliau berkata bahwa: “Iman adalah ucapan
dan perbuatan, maka termasuk ke dalam ucapan adalah ucapan hati dan lisan
sekaligus. Inilah yang dipahami dari lafazh Al-Qaul (ucapan) dan Al-Kalam
(pembicaraan). Tidak berbeda dengannya jika disebutkan secara mutlak, karena
ucapan yang mutlak dan perbuatan yang mutlak adalah mengucap ucapan hati dan
lisan serta perbuatan hati dan anggota badan.” Iman adalah jaminan yang paling kuat
dan kokoh dalam menghadapi kekuatan dan kekecewaan dalam pasang surutnya
kehidupan. Orang-orang yang beriman tidak mudah berputus asa atau kehilangan
kepercayaan diri dalam pasang situasi dan kondisi apapun. Sebab mereka tahu bahwa
diri mereka terikat dengan kekuatan dan kekuasaan yang tak terbatas dari sang
pencipta alam semesta. Mereka selalu ingat kepada-Nya dan dilindungi oleh-Nya
dalam semua keadaan hati mereka senantiasa tenang, jernih, dan kuat.
Rukun iman terbagi menjadi enam diantaranya iman kepada Allah, iman
kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada Rasul Allah, iman kepada hari
akhir, dan yang terakhir iman kepada qada‟ dan qadar. Ke-enam rukun iman tersebut
memiliki konsep dan implementasi masing-masing yang berbeda tetapi ke-enam rukun
iman tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT untuk mencapai kehidupan surga dan akhirat. Berikut adalah penjelasan dari
masing-masing rukun iman.
1. Iman Kepada Allah SWT
Iman kepada Allah menempati urutan yang pertama, sebagaimana dalam
agama Islam pokok utamanya ialah bahwa kita harus mengenal Allah, yakni kita
wajib percaya bahwasannya Dialah Tuhan yang sesungguhnya, yang sebenarnya
dan tidak ada Tuhan lain yang patut disembah kecuali Dia (Allah SWT), Yang
Maha hidup lagi berdiri sendiri. Kita wajib mempercayai bahwa Allah SWT itu
benar-benar ada. “Iman kepada Allah SWT adalah mempercayai atau meyakini
akan adanya Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa dengan segala
kemahasempurnaan-Nya. Kepercayaan tersebut diyakini dalam hati, diucapkan
dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan amal saleh (Hamidah, 2019).” Jadi,
dapat dipahami bahwa yang dimaksud iman kepada Allah SWT yakni meyakini
dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT itu ada, Dialah sang Maha Pencipta,
Pengatur, dan Maha sempurna yang dalam hal ini telah Allah sebutkan dalam
asma‟ dan sifat-Nya.

4
Rasa percaya akan adanya Sang Maha Pencipta Tunggal, Allah SWT, dapat
ditumbuhkan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan menggunakan akal
pikiran yang sehat untuk memerhatikan segala apa yang telah diciptakan Allah
SWT, seperti alam semesta dan segala isinya. Adanya bumi, daratan, lautan,
pegunungan, dan yang lainnya ini sudah cukup mampu membuktikan bahwa Allah
SWT benar-benar Maha Kuasa menciptakan sesuatu. Hukum beriman kepada
Allah SWT itu adalah fardu „ain. Jika ada orang yang mengaku Islam, tetapi tidak
percaya kepada Allah SWT, maka orang tersebut dianggap telah murtad (keluar
dari Islam).
2. Iman Kepada Malaikat Allah SWT
Beriman kepada malaikat Allah SWT merupakan rukun iman yang kedua
setelah beriman kepada Allah. Tidak sah keimanan seseorang tanpa beriman
kepada malaikat. Malaikat adalah makhluk gaib, karenanya hakikat malaikat
sangat tersembunyi sehingga kita wajib mengimannya sesuai perintah Allah dan
Rasul-Nya. Iman kepada malaikat artinya percaya bahwa malaikat adalah makhluk
gaib, yang asal kejadiannya dari nur (cahaya). Mereka memiliki akal dan tidak
mempunyai nafsu. Karena itu, mereka senantiasa patuh kepada Allah SWT serta
tidak pernah mendurhakai-Nya (Hamidah, 2019). Hukum beriman kepada adanya
malaikat adalah fardu‟ain. Seseorang yang mengaku beragama Islam
(Muslim/Muslimah) jika tidak percaya kepada kepada adanya malaikat, dapat
dianggap murtad (keluar dari Islam).
Seseorang yang beriman kepada Malaikat-Malaikat Allah SWT tentunya
memiliki tanda-tanda yaitu berupa sikap mental yakni pikiran dan perasaan serta
ada pula yang berupa sikap lahir yaitu ucapan dan perbuatan. Sikap mental itu
bersifat abstrak (gaib), tidak dapat diketahui dengan panca indra. Hanya individu
dan Allah sajalah yang mengetahuinya. Mengacu kepada ajaran-ajaran Allah SWT
yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadist, tanda-tanda beriman kepada
malaikat yang berupa sikap mental itu seperti : meyakini atau mempercayai dalam
hati bahwa para malaikat bersifat, seperti bertubuh halus (gaib) tidak dapat dilihat
oleh manusia biasa, senantiasa mentaati-Nya, tidak memiliki hawa nafsu, tidak
berjenis laki-laki ataupun wanita, tidak membutuhkan makan dan minum, serta
diciptakan untuk tugas-tugas tertentu. Tanda lainnya dari beriman kepada malaikat
yang berupa sikap lahir yaitu ucapan dan perbuatan, antara lain: pernyataan lisan,
bahwa ia percaya kepada adanya para malaikat dan sifat-sifatnya sesuai dengan

5
penjelasan Al-Qur‟an dan Hadist. Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang
mencerminkan beriman kepada malaikat. Secara umum, dapat dikatakan bahwa
orang-orang yang beriman kepada malaikat akan senantiasa bertakwa, yakni
melaksanakan segala perintah Allah SWT dan meninggalkan segala larangannya.
3. Iman Kepada Kitab-kitab Allah SWT
Kitab berasal dari bahasa Arab, dengan akar kata ka-ta-ba yang berarti
'menulis'. Dengan itu maka kitab berarti 'tulisan', bentuk jamaknya adalah kutub
dalam bahasa Indonesia, kitab sering disamakan dengan buku Secara istilah, yang
dimaksud kitab adalah kitab suci yang diturunkan Allan S.W.T. kepada para nabi
dan rasul-Nya. Al-Quran AlKarim adalah kitab teragung dari kitab-kitab lainnya
dan penyempurna semua ajaran dan hukum yang ada pada kitab-kitab sebelumnya.
“Iman kepada kitab-kitab Allah SWT artinya mempercayai dengan sepenuh hati
bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab- Nya kepada para nabi atau rasul
yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada umat manusia lainnya
(Hamidah, 2019).” Selain menurunkan kitab suci, Allah juga menurunkan suhuf
yang berupa lembaran-lembaran yang telah diturunkan kepada para nabi seperti
Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Musa a.s. Adapun kitab-kitab Allah yang wajib diimani,
yaitu kitab Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur‟an.
Beriman kepada kitab Allah SWT adalah meyakini bahwa Allah telah
menurunkan wahyuNya kepada para utusan-Nya yaitu para nabi dan rasul yang
empat yaitu Nabi Daud a.s, Musa a.s, Isa a.s, dan Muhammad SAW, dalam rangka
menuntun manusia dalam meyakini Allah SWT dan apa yang diturunkan kepada
rasul-rasul-Nya. Sebagai seorang yang beriman kepada kitab-kitab Allah SWT,
tentunya harus mampu mengimplementasikan atau mengamalkan keimanan
tersebut dalam kehidupan nyata sebagai wujud penghayatan terhadap fungsi iman
kepada kitab-kitab-Nya. Wujud beriman kepada kitab Allah SWT diantaranya
Mempelajari Al-Qur‟an dan isi kandungannya, dan lain sebagainya.
4. Iman Kepada Rasul Allah SWT
Iman kepada rasul-rasul Allah artinya mempercayai dengan sepenuh hati
bahwa Allah telah mengutus beberapa hamba-Nya yang saleh sebagai utusan
untuk menyampaikan ajaran agama kepada manusia. Barangsiapa mengikuti mereka
maka mendapat petunjuk dan barangsiapa yang mengingkarinya maka tersesat. Dan
mereka para rasul telah menyampaikan semua yang telah diturunkan Allah kepada
mereka secara jelas. Mereka telah menunaikan semua amanah, membimbing umat

6
dan berjuang di jalan Allah dengan sebenar-benarnya, menegakkan hujjah, tidak
ada sedikitpun isi risalah yang diganti atau diubah atau disembunyikan mereka
(Tarmizi, 2007). Kita wajib beriman dengan semua rasul baik yang disebutkan
namanya atau yang tidak disebutkan, dan setiap rasul yang datang pasti membawa
berita tentang kedatangan rasul setelahnya dan rasul yang datang sesudahnya
membenarkan rasul-rasul sebelumnya.
Allah SWT mewajibkan setiap orang beriman kepada semua rasul yang diutus-
Nya tanpa membeda-bedakan antara seorang rasul dengan rasul yang lainnya.
Setelah seseorang meyakini dengan sepenuh hati bahwa Rasulullah (utusan Allah)
adalah orang yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk di syi‟arkan kepada
umat manusia, maka agar keyakinan itu dapat berfungsi dengan baik, ia harus
mengamalkan ajaran rasul tersebut yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah
Allah yang terdapat di dalam Al-Qur‟an yaitu berkomitmen melaksanakan rukun
Islam dengan sempurna, melaksanakan perintah Allah SWT dimulai sejak bangun
tidur sampai akan tidur lagi, seperti bersabar, menahan amarah, dan lain-lain.
5. Iman Kepada Hari Akhir
Hari akhir atau hari kiamat adalah saat terakhir kehidupan di dunia dan saat
yang berlangsung setelah musnahnya kehidupan dunia. Hari akhir ini terbagi ke
dalam beberapa fase, yaitu: hari kebangkitan, hari berkumpul, hari
penghisaban/penghitungan, hari pembalasan (pengelompokan manusia ke dalam
ahli surga atau neraka). Beriman kepada hari akhir adalah yakin adanya kehidupan
akhirat yang kekal abadi setelah kehidupan di dunia yang fana (Hamidah, 2019).
Yang dimaksud dengan sa‟ah (hari kiamat) adalah hari keluarnya manusia dari
kubur dengan perintah tuhan mereka untuk dihisab, maka orang-orang yang baik
akan mendapat kenikmatan, sedangkan mereka yang jahat akan diadzab. Tidak ada
seorang pun yang mengetahui dengan pasti waktu kedatangan hari akhir termasuk
Nabi Muhammad SAW.
Mengingat begitu dahsyatnya hari akhir, maka sesungguhnya mengimani hari
akhir benar-benar akan membawa manfaat yang besar bagi manusia. Di antara
manfaat mengimani hari akhir ialah menambah keyakinan bahwa sesungguhnya
perbuatan di dunia merupakan bekal bagi kehidupan akhirat, menumbuhkan sifat
ikhlas dalam beramal, istiqamah dalam pendirian, dan khusu‟ dalam beribadah,
serta senantiasa melaksanakan amar ma‟ruf dan nahi munkar untuk mencapai ridha
Allah SWT.

7
6. Iman Kepada Qada’ dan Qadar
Secara bahasa, Qada‟ memiliki pengertian pemutusan, perintah, pemberian.
Sedangkan menurut istilah Qada‟ adalah pengetahuan yang lampau, yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT pada zaman azali. Adapun arti Qadar ialah kadar dan
ukuran tertentu. Beriman kepada Qada‟ dan Qadar Allah SWT ialah percaya
bahwasannya Allah menjadikan segala sesuatu dengan rencananya. Iman kepada
Qada‟ dan Qadar adalah percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah
SWT, telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluk-Nya, dan semua itu
ditentukan menurut kadar ukuran masing-masing (Hamidah, 2019). Meskipun
segala sesuatu yang terjadi di jagat raya ini sudah ditentukan oleh Allah sejak
zaman azali, pemberlakuan takdir Allah tersebut ada yang mengikutsertakan peran
makhluk-Nya. Karena itulah takdir dibagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan
takdir mu‟allaq.
a. Takdir mubram, yaitu ketentuan Allah yang pasti berlaku atas setiap diri
manusia, tanpa bisa ditawar-tawar lagi.
b. Takdir mu‟allaq, yaitu ketentuan Allah yang mungkin dapat diubah
manusia melalui usaha atau ikhtiarnya jika Allah mengizinkan.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa takdir terbagi menjadi dua
macam, yaitu takdir mubram (pasti), dan takdir mu‟allaq (tergantung). Dengan
adanya takdir mu‟allaq, manusia tidak boleh pasrah begitu saja kepada nasib.
Beriman kepada Qada‟ dan Qadar bukan berarti hanya pasrah dan duduk
berpangku tangan menunggu takdir dari Allah SWT. tetapi berusaha dengan giat
sepenuh hati untuk mengubah nasib sendiri, serta berupaya dengan keras mencapai
apa yang dicita-citakan.
Seseorang yang mengaku dirinya beriman kepada takdir Allah SWT tentunya
ia sadar akan sikap yang seharusnya ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap yang diambil tentunya bukan sikap bebas berkehendak atau berbuat, dan
bukan pula sikap mutlak menyerah. Namun, Sikap yang harus diambil adalah
senantiasa optimis bahwa usaha kita akan berhasil, berpikir maju dan dinamis,
gigih berusaha dalam mempersiapkan atau menjalani kehidupan, mengembangkan
sikap pemberani dan tidak takut menghadapi risiko dalam berusaha, senantiasa
mengembangkan sikap syukur nikmat atas segala karunia Allah SWT, memiliki
sikap sabar dan mamapu mengambil hikmah dari semua yang ditetapkan oleh
Allah SWT, dan lain sebagainya.

8
C. RUKUN ISLAM
Rukun Islam adalah pokok-pokok utama ajaran islam. Kita semua sebagai
manusia yang beragama islam harus berpegang teguh kepada ajaran Allah yakni ajaran
islam. Dengan berpegang teguh kepada ajaran agama Allah, maka hidup kita akan
selamat di dunia maupun di akhirat.Sebagai seorang muslim (islam) wajib
melaksanakan perintahnya agar hidup di dunia maupun di akhirat mendapat
kebahagiaan dan keberuntungan. Rukun artinya tiang atau bagian yang pokok.
Sesuatu tidak akan menjadi atau berdiri tegak, bila bagian bagian yang pokok atau
rukunnya tidak cukup. Kata "Islam" berarti berserah diri untuk memperoleh
keselamatan dan kedamaian. Dari kedua makna kata tersebut, rukun Islam diartikan
sebagai sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan berserah diri untuk memperoleh
keselamatan dan kedamaian yang sifatnya saling berhubungan satu sama lain. Rukun
Islam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh pengakuan sebagai seorang muslim. Dari Abu Abdurrahman, Abdullah
bin Umar bin Al Khottob radiallahuanhuma, dia berkata: “Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda: Islam dibangun diatas lima perkara, bersaksi bahwa
tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad
utusan Allah, menegakkan sholat, puasa, menunaikan zakat, dan melaksanakan
haji”. (HR Turmuzi dan Muslim). Rukun Islam terdapat 5 perkara yaitu :
1. Syahadat
Syahadat beraasal dari bahasa Arab dengan akar kata “syahida-yashadu-
syhadatan” dengan arti kesaksian atau bersaksi. Syahadat yakni kenyataan yang
disertai penetapan dan toleransi lalu Tuhan Adalah Allah Swt dan Muhammad
SAW ialah utusan Allah . Penetapan ini perlu diikuti dengan toleransi atas segala
petunjuk Allah dan Rasulnya sehingga merupakan penuntun hidup. Sedangkan
menurut istilah syahadat ialah ungkapan, janji, dan sumpah umat yang beriman
kepada Allah dan Rasul nya, dengan membenarkan diri dalam hati, diakui dengan
lisan, dan meyakinkan dengan kelakuan (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020).
Syahadat adalah pintu masuk Islam yang sangat fundamental untuk
mengetahui arti persaksian itu sendiri yang menjadi petunjuk kendala orang yang
beriman kepada Allah SWT dan Rasulnya. Untuk memahami islam, harus
mempelajari islam itu sendiri. Untuk menguasai islam, kita perlu memahami dan
menuruti cara-cara pendataan yang dipakai dalam islam. Cara pendataan dalam
islam cukup mudah, yakni dengan mengatakan syahadatain. Banyak orang yang

9
sudah bersyahadat, tapi tidak melakukan ajaran islam dalam aktivitas
kehidupannya sedangkan ajaran Islam perlu dilaksanakan secara sempurna, tidak
boleh hanya memperhatiakn islam sebagian-Nya saja maka syahadat yang
diucapkan tidak ada gunanya dan manfaatnya sama sekali.
Makna “Asyhadu an laa ilaha illallah” adalah tidak ada yang berhak
disembah secara haq di atas bumi maupun di atas langit melainkan Allah semata.
Dialah ilah yang haq sedang ilah (sesembahan) selain-Nya adalah batil. Sedangkan
“wa asyhadu anna muhammadar rasulullah” memiliki makna yaitu
mengetahui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad utusan Allah untuk seluruh
alam semesta.
2. Sholat
Shalat merupakan rukun islam ke dua yang sangat penting dalam agama Islam
setelah syahadat. Kedudukannya merupakan amalan yang paling mulia di dalam
agama, sehingga tidak heran jika ada kaidah yang mengatakan “orang yang tidak
shalat, berarti orang yang tidak memiliki agama. Shalat merupakan ibadah yang
dilakukan dalam bentuk untuk berkomunikasi antara makhluk ciptaan-Nya
(manusia) dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Dalam hal ini, shalat tidak hanya
sekedar membunyikan surat ataupun doa, akan tetapi dengan mengerti, meyakini,
berkomunikasi memohon penuh dengan kekhusyukan kepada Tuhan Yang Maha
Esa (Haerudin, 2021). Agar munajat dengan Sang Pencipta ini benar-benar
diterima, perlunya memperhatikan tata cara sholat, rukun-rukun, syarat sah yang
benar sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW.
a) Rukun-rukun shalat
1. Niat
2. Berdiri jika mampu
3. Takbiratul Ikhram
4. Membaca surat al-fatihah
5. Ruku` dan tuma`ninah
6. I`tidal dan tuma`ninah
7. Sujud dan tuma`ninah
8. Duduk diantara dua sujud dan tuma`ninah
9. Duduk tasyahud akhir
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca shalawat kepada Nabi

10
12. Membaca salam pertama
13. Tertib
Rukun sholat tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
 Rukun qauli, yaitu rukun yang berupa ucapan (contoh : Takbiratul ikhram,
membaca surat al-fatihah, membaca tasyahud akhir, membaca salam)
 Rukun fi`li, yaitu rukun yang berupa gerakan (contoh : sujud, ruku`, I`tidal
dll).
b) Syarat Sah Shalat
1. Suci badan dari hadats besar dan kecil
2. Allah tidak menerima sholat seseorang diantara kamu yang berhadats
sehingga dia berwudhu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
4. Menutup aurat. Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut, sedang
aurat perempuan adalah seluruh anggota badan kecuali kedua telapak
tangan dan wajah.
5. Telah masuk waktu sholat
Shalat bagi seorang muslim, adalah hal terpenting melebihi apa pun. Sampai-
sampai Rasulullah saw. ketika menjelang wafatnya berpesan agar umatnya tidak
meninggalkan shalat dalam keadaan apapun. Shalat adalah tiang agama. Siapa
yang mendirikan shalat, ia mendirikan agama. Siapa yang meninggalkan Shalat, ia
telah merobohkan agama.
Dalam kondisi repot dan sempit shalat dapat dilakukan dengan cara yang lebih
mudah, yaitu digabungkan dari dua waktu menjadi satu waktu, atau diringkas dari
empat menjadi dua rakaat yang biasanya disebut dengan jama‟ dan qashar
a) Shalat Jama’
Shalat jama' artinya shalat fardu yang dikumpulkan atau digabungkan.
Maksudnya shalat jama' menggabungkan dua shalat fardu dan mengerjakannya
dalam satu waktu saja. shalat jama' boleh dilaksanakan pada waktu shalat yang
pertama (jama' taqdim) maupun pada waktu shalat yang kedua (jama' ta‟khir).
Hukum shalat jama' adalah boleh bagi orang yang berada pada kondisi darurat,
seperti dalam perjalanan jauh.
 Sholat Jama’ Taqdim
Shalat jama' taqdim adalah shalat yang dilakukan dengan cara
menggabungkan dua shalat fardu dan dilaksanakan pada saat waktu shalat
11
fardu yang pertama. Contoh, shalat Zuhur dan shalat Asar dilaksanakan pada
waktu Zuhur, demikian juga shalat Magrib dan sholat Isya dilaksanakan pada
waktu Magrib.
Cara melaksanakan shalat jama' taqdim adalah mendahulukan shalat
fardu yang pertama lalu shalat yang kedua, berniat jama' taqdim, dan
mengerjakannyaberturut-turut tidak boleh diselingidengan perbuatan lain.
Setelah selesai melaksanakan shalat Zuhur langsung melaksanakan shalat Asar
begitu juga setelah melaksanakan shalat Magrib langsung melaksanakan shalat
Isya. Tata cara melaksanakan shalat jama‟ taqdim adalah sebagai berikut :
 Cara melaksanakan shalat jama' taqdim (Zuhur dengan Asar)
adalah sebagai berikut.
1. Mulailah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan shalat.
2. Bersiap untuk melaksanakan shalat yang didahului dengan iqomah.
3. Melaksanakan shalat Zuhur empat rakaat diawali dengan niat untuk shalat
jama' taqdim pada waktu takbiratul ikram. Contoh lafal niat Zuhur untuk
jama' taqdim adalah:

Artinya:
"Saya berniat shalat Zuhur empat rakaat dijama' dengan Asar dengan jama'
taqdim menghadap kiblat karena Allah Ta'ala"
4. Setelah niat, lanjutkan shalat Zuhur empat rakaat seperti biasa sampai
salam.
5. Setelah salam langsung berdiri untuk melaksanakan shalat Asar empat
rakaat yang didahului dengan iqamah dengan niat shalat jama' taqdim.
Contoh lafal niat shalat Asar untuk jama' taqdim adalah:

Artinya:
"Saya berniat shalat Ashar empat rakaat dijama' dengan Zuhur dengan jama' taqdim
menghadap kiblat karena Allah Ta'ala"
6. Selanjutnya melaksanakan shalat Asar empat rakaat seperti biasa sampai
salam.
 Cara melaksanakan Shalat jama' taqdim Magrib dengan Isya adalah:
1. Mulailah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan shalat.
2. Bersiap untuk melaksanakan shalat yang didahului dengan iqomah.

12
3. Melaksanakan shalat Maghrib tiga rakaat diawali dengan niat untuk shalat
jama' taqdim pada waktu takbiratul ikram. Contoh lafal niat Maghrib untuk
jama' taqdim adalah

Artinya:
"Saya berniat shalat Maghrib tiga rakaat dijama' dengan Isya dengan jama' taqdim
menghadap kiblat karena Allah Ta'ala"
4. Setelah niat, lanjutkan shalat Magrib tiga rakaat seperti biasa sampai salam.
5. Sehabis salam langsung berdiri untuk melaksanakan shalat Isya empat
rakaat yang didahului dengan iqamah dengan niat shalat jama' taqdim.
Contoh lafal niat shalat Isya untuk jama' taqdim adalah

Artinya:
"Saya berniat shalat Isya empat rakaat dijama' dengan Maghrib dengan jama' taqdim
menghadap kiblat karena Allah Ta'ala"
6. Selanjutnya melaksanakan shalat Isya seperti biasa empat rakaat sampai
salam.
 Shalat Jama' Ta’khir
Shalat jama' Ta‟khir adalah shalat yang dilakukan dengan cara
menggabungkan dua shalat fardu dan dilaksanakan pada waktu yang kedua
atau terakhir. Contoh, shalat Zuhur dan shalat Asar dilaksanakan pada waktu
shalat Asar, demikian juga shalat Magrib dan shalat Isya dilaksanakan pada
waktu shalat Isya.
Tata cara pelaksanaan shalat jama' ta‟khir tidak disyaratkan harus
mendahulukan shalat pertama. Boleh mendahulukan shalat pertama baru
melakukan shalat kedua atau sebaliknya. Pelaksanaan dua shalat fardu tersebut
dilakukan secara berturut-turut tidak boleh diselingi perbuatan lain.
Setelah selesai melaksanakan shalat Asar langsung melaksanakan
shalat Zuhur begitu juga setelah melaksanakan shalat Isya langsung
melaksanakan shalat Magrib. Atau sebaliknya, setelah selesai melaksanakan
shalat Zuhur langsung melaksanakan shalat Asar begitu juga setelah
melaksanakan shalat Magrib langsung melaksanakan shalat Isya.

13
 Cara melaksanakan shalat jama' Ta’khir Asar dengan Zuhur adalah:
Untuk jama' takhir tata caranya hampir sama dengan jama' taqdim, hanya
niatnya saja yang berbeda, yaitu: Contoh bacaan niat shalat Asar untuk
jama' Ta‟khir empat rakaat:

Artinya:
"Saya berniat shalat Asar empat rakaat dijama' dengan Zuhur dengan
jama' ta'khir menghadap kiblat karena Allah Ta'ala"
Contoh bacaan niat shalat Zuhur untuk jama' Ta‟khir adalah:

Artinya:
"Saya berniat shalat Zuhur empat rakaat dijama' dengan Asar dengan jama'
ta'khir menghadap kiblat karena Allah Ta'ala"
 Cara melaksanakan Shalat jama' Ta’khir (Isya dan Magrib) adalah:
Contoh bacaan niat shalat Isya untuk jama' Ta‟khir adalah:

Artinya:
"Saya berniat shalat Isya empat rakaat dijama' dengan Maghrib dengan
jama' ta'khir menghadap kiblat karena Allah Ta'ala"
Contoh bacaan niat shalat Magrib untuk jama' Ta‟khir adalah:

Artinya:
"Saya berniat shalat Maghrib tiga rakaat dijama' dengan Isya dengan
jama' ta'khir menghadap kiblat karena Allah Ta'ala"
 Syarat Melaksanakan Shalat Jama'
Shalat yang dilakukan dengan cara dijama‟ (digabungkan) maupun
qashar (dipotong) merupakan keringanan yang diberikan Allah swt kepada
hamba-hamba-Nya yang tengah bepergian, disaat hujan, sakit atau uzur. Syarat
melaksanakan shalat jama' adalah sebagai berikut.
1. Pada saat sedang melakukan perjalanan jauh, jarak tempuhnya tidak kurang
dari 80,640 km.
2. Perjalanan yg dilakukan bertujuan baik, bukan untuk kejahatan dan maksiat.

14
3. Sakit atau dalam kesulitan.
4. Shalat yang dijama' shalat adaan (tunai) bukan shalat qada.
5. Berniat men-jama' ketika takbiratul ikram.
b) Sholat Qasar
Shalat qasar adalah shalat fardu yang diringkas dari 4 rakaat menjadi 2
rakaat. Dengan demikian shalat fardu yang boleh diqasar adalah shalat Zuhur,
Ashar, dan Isya. Sedangkan shalat Magrib dan Subuh tidak boleh diqasar .
Hukum shalat qasar adalah sunah sebagaimana di jelaskan dalam Q.S. an-
Nisa/4: 101 yang berbunyi:

١٠١

Artinya:
“Dan apabila kamu berpergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu
mengqasar shalat(mu), jika kamu takut diserang oleh orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. (Q.S.
an-Nisa'/4: 101)
Shalat qasar sah dilaksanakan apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Perjalanan yang dilakukan bertujuan bukan untuk maksiat.
2. Jaraknya jauh, sekurang-kurang nya 80,640 km lebih (perjalanan sehari
semalam).
3. Shalat yang diqasar adalah shalat adaan (tunai), bukan shalat qada
4. Berniat shalat qasar ketika takbiratulihram.
Cara melaksanakan shalat qasar adalah shalat dikerjakan yang semula
empat rakaat menjadi dua rakaat. Pelaksanaanya seperti melaksanakan shalat
dua rakaat pada umumnya.
 Cara melaksanakan shalat jama' taqdim diqasar (Zuhur dengan
Asar) adalah:
1. Memenuhi persyaratan untuk melaksanakan shalat.
2. Melaksanakan shalat yang didahului dengan iqomah.

15
3. Melaksanakan shalat Zuhur dua rakaat diawali dengan niat untuk shalat
jama' taqdim dan diqasar. Contoh lafal niat:
‫ه‬ ‫ق‬
Artinya :
“Saya berniat shalat Zuhur dua rakaat dijama' dengan Asar yang diringkas
dengan jama' taqdim menghadap kiblat karena Allah Ta’ala ”
4. Melaksanakan £alat Zuhur dua rakaat sampai selesai.
5. Melaksanakan shalat Asar dua rakaat, yang didahului dengan iqomah
dengan niat shalat jama' taqdim dan diqasar Contoh lafal niat:
‫ق‬
Artinya:
“Saya berniat menjalankan shalat fardu Asar dua rakaat diqasar dan dijama'
dengan Zuhur dengan jama' taqdim menghadap kiblat karena Allah Ta’ala ”
6. Melaksanakan shalat Asar dua rakaat sampai selesai.
 Cara melaksanakan shalat jama' taqdim diqasar (Magrib dengan
Isya) adalah:
1. Memenuhi persyaratan untuk melaksanakan shalat.
2. Melaksanakan shalat yang didahului dengan iqomah.
3. Melaksanakan shalat Maghrib dua rakaat diawali dengan niat untuk shalat
jama' taqdim dan diqasar. Contoh lafal niat:
‫ه‬
Artinya:
“Saya berniat shalat Maghrib tiga rakaat dijama' dengan Isya yang diringkas
dengan jama' taqdim menghadap kiblat karena Allah Ta’ala ”
4. Melaksanakan shalat Maghrib tiga rakaat sampai selesai.
5. Melaksanakan shalat Isya dua rakaat, yang didahului dengan iqomah
dengan niat shalat jama' taqdim dan diqasar Contoh lafal niat:
‫ق‬
Artinya:
“Saya berniat menjalankan shalat fardu Isya dua rakaat diqasar dan dijama'
dengan Maghrib dengan jama' taqdim menghadap kiblat karena Allah Ta’ala ”
6. Melaksanakan shalat Isya dua rakaat sampai selesai.

16
3. Zakat
Secara bahasa (lughat), zakat berarti berkah, tumbuh dan berkembang (al-
namaa), kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti
membersihkan atau mensucikan (QS. AtTaubah : 10). Dinamakan zakat karena,
dapat mengembangkan dan menjauhkan harta yang telah diambil zakatnya dari
bahaya. Menurut Ibnu Taimiah, hati dan harta orang yang membayar zakat
tersebut menjadi suci dan bersih serta berkembang secara maknawi. Menurut
hukum Islam (istilah syara'), zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban atas
sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dan dalam waktu tertentu. Zakat
adalah kewajiban atas harta yang bersifat mengikat dan bukan anjuran. Kewajiban
tersebut terkena kepada setiap muslim (baligh atau belum, berakal atau gila) ketika
mereka memiliki sejumlah harta yang sudah memenuhi batas nisabnya (Wibowo,
2015). Waktu untuk mengeluarkan zakat adalah ketika sudah berlalu setahun
(haul) untuk zakat emas, perak, perdagangan, ketika panen untuk hasil tanaman,
ketika memperolehnya dan ketika bulan Ramadhan sampai sebelum shalat 'Iid
untuk zakat fitrah. Zakat terbagi menjadi 2 yaitu zakat fitrah dan zakat mal.
a. Zakat fitrah
Zakat fitrah, yaitu zakat yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim atas
nama dirinya dan yang dibawah tanggung jawabnya, pada penghujung bulan
Ramadhan, sebelum shalat Idul Fitri, bila yang bersangkutan memiliki
kelebihan harta untuk keperluan pada hari itu dan malam harinya (Wibowo,
2015). Adapun kadar yang dibayarkan adalah satu sha‟ (kurang lebih 2,2
kilogram [atau yang biasa digenapkan menjadi 2,5 kilogram] dari bahan pokok
setiap daerah). Menurut sebagian ulama‟, zakat fitrah juga bisa ditunaikan
dalam bentuk nilai mata uang seharga kadar zakat tersebut, khususnya jika hal
itu lebih bermanfaat bagi fakir miskin yang menerimanya. Dan karena
keterkaitannya yang lebih kuat dengan diri si pembayar zakat daripada
keterkaitannya dengan harta, zakat ini juga dikenal dengan sebutan zakat diri
(zakatul abdaan).
b. Zakat mal / zakat harta
zakat maal ialah zakat yang wajib ditunaikan atas kepemilikan harta
dengan ketentuan-ketentuan khusus terkait dengan jenis harta, batas
nominalnya (nishab), dan kadar zakatnya. Zakat ini disebut dengan zakat maal
karena keterkaitannya yang lebih kuat dengan harta daripada keterkaitannya

17
dengan diri pemiliknya. Oleh karena itu, syarat-syaratnya pun lebih banyak
yang terkait dengan harta daripada dengan diri pemiliknya (Wibowo, 2015).
Sedangkan dalam referensi lain menyebutkan terdapat zakat mall dalam
lingkup ekonomi klasik, zakat berdasarkn nash yang disampaikan oleh
Rasulullah SAW, yaitu zakat yang terkait dengan hewan ternak, zakat emas
dan perak, zakat perdagangan, zakat hasil pertanian dan zakat temuan dna hasil
tambang. Sedangkan zakat ynag bersuber dari ekonomi kontemporer dari zakat
profesi, zakat surat-surat berharga, zakat industry, zakat polis Asuransi, dan
lainnya. Berikut adalah macam zakat maal:
1. Zakat Hewan ternak Persyaratan utama zakat pada hewan ternak adalah:
a) Mencapai Nisab. Syarat ini berkaitan dengan jumlah minimal hewan
yang dimiliki, yaitu 5 ekor untuk unta, 30 ekor untuk sapi, dan 40 ekor
untuk kambing atau domba.
b) Telah melewati waktu satu tahun (haul).
c) Digembalakan di tempat umum.
d) Tidak dipergunakan untuk keperluan pribadi pemiliknya dan tidak
dipekerjakan.
2. Zakat Emas dan Perak Persyaratan utama zakat pada emas dan perak yaitu:
a) Mencapai nisab, zakatnya 2,5%. nisab emas adalah 20 Dinar = 20
mitsqal, 85 gram emas 24 karat, 97 gram emas 21 karat, 113 gram emas
18 karat. nisab perak adalah 595 gram.
b) Telah mencapai haul.
3. Zakat perdagangan Ada syarat utama kewajiban zakat perdagangan, yaitu:
a) Niat berdagang
b) Mencapai nisab
c) Nisab dari zakat harta perdagangan adalah sama dengan nis{ab dari zakat
emas dan perak yaitu 85% dan zakatnya 2,5%.
d) Telah mencapai 1 tahun.
4. Zakat hasil pertanian Ada syarat utama untuk kewajiban zakat hasil
pertanian ini adalah:
a) Pengeluaran zakat setiap panen.
b) Nisab 635 kg, zakatnya 5%, jika diairi dengan irigasi dan 10%, jika tidak
diairi dengan irigasi.

18
5. Zakat Investasi Adapun syarat wajib untuk mengeluarkan zakat investasi
adalah sebagai berikut:
a) Senilai 85 gram emas.
b) Telah genap setahun.
c) Zakatnya sebanyak 2,5% dari seluruh penghasilan selama satu tahun.
c. Sasaran Distribusi Zakat
Sasaran distribusi zakat disebutkan dalam Al-Qur`an surat
alTawbah:60. Dalam ayat tersebut ada delapan kelompok sasaran
pendistribusian zakat yaitu fakir, miskin, amil, mu‟allaf, membebaskan budak
(riqab), orang yang berutang (gharimin), fi sabilillah, dan ibnu sabil.
d. Syarat Wajib Mengeluarkan Zakat
Zakat itu wajib atas setiap muslim yang memenuhi syarat wajib zakat
sebagai berikut:
1. Muslim. Setiap orang yang beragama Islam diwajibkan membayar zakat.
2. Merdeka. Pada Hakikatnya seorang hamba sahaya yang belum merdeka,
tidaklah memiliki apa-apa. Mereka sepenuhnya adalah milik majikannya.
Karena itu, mereka tidak wajib mengeluarkan zakat.
3. Harta itu mencapai nisab. Nisab adalah jumlah atau berat minimal yang
harus dimilikin oleh hata tersebut untuk dikeluarkan zakatnya.
4. Harta itu sampai haul. Haul adalah masa satu tahun bagi emas, perak,
ternak dan harta perniagaan, untuk dikeluarkan zakatnya.
5. Harta itu adalah miliknya secara penuh/sempurna. Maksudnya adalah harta
tersebut bukanlah harta pinjaman (kredit) dan bukan pula harta hasil
kejahatan.
e. Tujuan, Manfaat dan Hikmah Zakat
Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, ialah dimensi
hablum minallah dan hablum minannas. Ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai oleh Islam di balik kewajiban zakat adalah sebagai berikut:
a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan
hidup serta penderitaan.
b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para mustahiq.
c. Membentangkan dan membinatali persaudaraan sesame umat Islam dan
manusia pada umumnya.
d. Menghilangkan sifat kikir dan pemilik harta kekayaan.

19
e. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan social) dari hati orang-
orang miskin.
f. Mengembangkan rasa tanggungjawab social pada diri sendiri, terutama pada
mereka yang punya harta.
g. Mendidik manusia untuk disiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan
hak orang lain yang ada padanya.
h. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan social.
Adapun hikmah zakat sebagai berikut:
a. Zakat menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan para
pendosa dan pencuri.
b. Zakat merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan orang-orang yang
sangat memerlukan bantuan, zakat bisa mendorong mereka untuk bekerja
dengan semangat, ketika mereka mampu melakukannya dan bisa
mendorong mereke untuk memelihara kehidupan yang layak.
c. Zakat mensucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil, ia juga melatih
seorang mukmin untuk bersifat pemberi dan dermawan.
d. Zakat diwajibkan untuk ungkapkan rasa syukur atas nikmat harta yang telah
dititipkan kepada seseorang, dengan ini dinamakan zakat mal (zakat harta
kekayaan).
4. Puasa
Kata puasa yang dipergunakan untuk menyebutkan arti dari al-Shaum dalam
rukun Islam keempat ini dalam Bahasa Arab disebut shoum, shiyam yang berarti
puasa. puasa (shiyam) adalah suatu substansi ibadah kepada Allah Swt. yang
memiliki syarat dan rukun tertentu dengan jalan menahan diri dari segala
keinginan syahwat, perut, dan dari segala sesuatu yang masuk ke dalam
kerongkongan, baik berupa makanan, minuman, obat dan semacamnya, sejak terbit
fajar hingga terbenam matahari yang dilakukan oleh muslim yang berakal, tidak
haid, dan tidak pula nifas yang dilakukan dengan yakin dan disertai dengan niat
(Sciences, 2016).
Allah Swt. memerintahkan hambanya untuk beribadah kepada-Nya. Pada
bulan Ramadhan Allah Swt. mewajibkan pada umat-Nya yang beriman untuk
menjalankan ibadah puasa. Sebagaimana dalam firman Allah SWT. surat al-
Baqarah ayat 183 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar

20
kamu bertaqwa”. Berdasarkan ayat tersebut tegas bahwa, Allah Swt. mewajibkan
puasa kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Perintah puasa bagi umat Islam
diwajibkan oleh Allah SWT. pada bulan yang mulia yaitu bulan Ramadhan karena
di bulan Ramadhan itulah diturunkan al-Qur‟an kepada umat manusia melalui
Nabi besar Muhammad Saw. Dalam pelaksanaan puasa juga terdapat rukun dan
syarat wajib, sah yaitu sebagai berikut
f. Rukun puasa
Ada dua rukun puasa. Dua rukun puasa itu yaitu:
1. Niat
2. Menahan diri dari segala yang membukakan
g. Syarat wajib puasa
1. Berakal (aqli), orang yang gila tidak diwajibkan puasa
2. Baligh (sampai umur), oleh karena itu anak-anak belum wajib berpuasa
3. Kuat berpuasa (qadir), orang yang tidak kuat untuk berpuasa baik karena
tua atau sakit yang tidak dapat diharapkan sembuhnya, tidak diwajibkan
atasnya puasa, tapi wajib bayar fidyah.
h. Syarat sah puasa
1. Islam Orang yang bukan Islam (kafir)
2. Mumayiz (mengerti dan mampu membedakan yang baik dengan yang baik)
5. Haji
Secara bahasa Haji adalah menuju ke suatu tempat secara berulang-ulang, atau
menuju ke suatu tempat yang dimuliakan atau diagungkan oleh suatu kaum
peradaban. Ibadah umat Islam ke Mekkah (Baitullah) inilah yang disebut Haji.
Sebab Baitullah adalah tempat yang diagungkan dan tempat yang suci bagi umat
Islam. Adapun menurut istilah, kalangan ahli fiqh mengartikan bahwa Haji adalah
niatan datang ke Baitullah untuk menunaikan ritual ibadah tertentu. Ibnu Al-
Humam mengartikan bahwa Haji adalah pergi menuju Baitul Haram untuk
menunaikan aktivitas tertentu pada waktu tertentu. Para ahli fiqh lainnya juga
berpendapat bahwa Haji adalah mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan
perilaku tertentu pada waktu tertentu (Noor, 2018).
Ibadah Haji merupakan salah satu dari rukun Islam. yakni pada rukun yang
kelima yang wajib dikerjakan bagi setiap muslim, baik itu laki-laki maupun
perempuan yang mampu dan telah memenuhi syarat. Orang yang melakukan
ibadah haji wajib memenuhi ketentuan-ketentuannya. Ketentuan haji selain

21
pengertian haji diatas, juga terdapat syarat haji, rukun haji, wajib haji, larangan
haji, tata cara haji, serta sunnah-sunnah haji. Menunaikan ibadah haji diwajibkan
atas setiap muslim yang mampu mengerjakannya dan seumur hidup sekali. Bagi
mereka yang mengerjakan haji lebih dari satu, hukumnya sunah. Allah SWT.
berfirman dalam Surah Ali Imran Ayat 97 yang artinya “….Dan
(diantara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah
haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan
perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji maka
ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh
Alam “. (Q.S. Ali Imran/3:97).
a. Syarat-syarat haji
Orang-orang yang wajib menjalankan haji itu hanyalah yang memenuhi
syarat-syarat yaitu:
1. Islam, beragama Islam merupakan syarat mutlak bagi orang yang akan
melaksanakan ibadah haji dan umrah. Karena itu orang-orang kafir tidak
mempunyai kewajiban haji dan umrah. Demikian pula orang yang murtad.
2. Berakal, yaitu wajib bagi orang yang bisa membedakan yang mana kebaikan
dan yang mana keburukan.
3. Baligh, bagi laki-laki yaitu sudah pernah berimpi basah atau umur lebih 15
tahun dan bagi perempuan sudah keluar darah haid. Anak kecil tidak wajib
haji dan umrah.
4. Merdeka, yaitu tidak menjadi budak orang lain. Budak tidak wajib
melakukan ibadah haji karena ia bertugas melakukan kewajiban yang
dibebankan oleh tuannya.
5. Mampu atau kuasa, artinya yaitu mampu dalam perjalanan, mampu harta,
dan mampu badan atau sehat jasmani dan rohani.
b. Rukun haji
Rukun haji adalah kegiatan-kegiatan yang apabila tidak dikerjakan,
maka hajinya dianggap batal. Berbeda dengan wajib Haji, wajib Haji adalah
suatu perbuatan yang perlu dikerjakan, namun wajib Haji ini tidak menentukan
sah nya suatu ibadah haji, apabila wajib haji tidak dikerjakan maka wajib
digantinya dengan dam (denda). Rukun haji ada enam, yaitu:

22
1. Ihram (Berniat)
Ihram adalah berniat mengerjakan Haji atau Umrah bahkan keduanya
sekaligus, Ihram wajib dimulai miqatnya, baik miqat zamani maupun miqat
makani. Sunnah sebelum memulai ihram diantarnya adalah mandi,
menggunakan wewangian pada tubuh dan rambut, mencukur kumis dan
memotong kuku. Untuk pakaian ihram bagi laki-laki dan perempuan
berbeda, untuk laki-laki berupa pakaian yang tidak dijahit dan tidak bertutup
kepala, sedangkan perempuan seperti halnya shalat (tertutup semua kecuali
muka dan telapak tangan).
2. Wukuf (Hadir) di Arafah
Waktu wukuf adalah tanggal 9 dzulhijjah pada waktu dzuhur, setiap
seorang yang Haji wajib baginya untuk berada di padang Arafah pada waktu
tersebut. Wukuf adalah rukun penting dalam Haji, jika wukuf tidak
dilaksanakan dengan alasan apapun, maka Hajinya dinyatakan tidak sah dan
harus diulang pada waktu berikutnya. Pada waktu wukuf disunnah-kan
untuk memperbanyak istighfar, zikir, dan doa untuk kepentingan diri sendiri
maupun orang banyak, dengan mengangkat kedua tangan dan menghadap
kiblat.
3. Tawaf Ifadah
Tawaf ifadah adalah mengelilingi Kakbah sebanyak 7 kali dengan
syarat: suci dari hadas dan najis baik badan maupun pakaian, menutup aurat,
kakbah berada di sebelah kiri orang yang mengelilinginya, memulai tawaf
dari arah hajar aswad (batu hitam) yang terletak di salah satu pojok di luar
Kakbah. Macam-macam tawaf itu sendiri ada lima macam yaitu:
 Tawaf qudum adalah tawaf yang dilakukan ketika baru sampai di
Mekah.
 Tawaf ifadah adalah tawaf yang menjadi rukun haji.
 Tawaf sunah adalah tawaf yang dilakukan semata-mata mencari rida
Allah.
 Tawaf nazar adalah tawaf yang dilakukan untuk memenuhi nazar.
 Tawaf wada adalah tawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan kota
Mekah

23
4. Sa‟i
Sa‟i adalah lari-lari kecil atau jalan cepat antara Safa dan Marwa.
Syarat-syarat sa‟i adalah sebagai berikut.
 Dimulai dari bukit Safa dan berakhir di bukit Marwa.
 Dilakukan sebanyak tujuh kali.
 Melakukan sa‟i setelah tawaf qudum.
5. Tahalul
Tahalul adalah mencukur atau menggunting rambut sedikitnya tiga
helai. Pihak yang menga-takan bercukur sebagai rukun haji, beralasan karena
tidak dapat diganti dengan penyem-belihan.
6. Tertib
Tertib maksudnya menjalankan rukun haji secara berurutan.
c. Wajib haji
Amalan dalam ibadah Haji yang wajib dikerjakan disebut wajib Haji. Wajib Haji
tidak menentukan sahnya ibadah haji. Jika tidak dikerjakan Haji tetap sah, namun
dikenakan dam (denda). Berikut adalah beberapa wajib haji, yaitu:
1. Ihram dari Miqat
Miqat adalah tempat dan waktu yang disediakan untuk melaksanakan ibadah
Haji. Ihram dari Miqat bermaksud niat Haji ataupun niat Umrah dari miqat, baik
miqat zamani maupun miqat makani. Miqat makani adalah tempat awal
melaksanakan ihram bagi yang akan Haji dan Umrah.
2. Bermalam di Muzdalifah
Dilakukan sesudah wukuf di Arafah (sesudah terbenamnya matahari) pada
tanggal 9 dzulhijjah. Di Muzdalifah melaksanakan sholat Maghrib dan Isya‟
melakukan jamak dan qasar karena suatu perjalanan jauh. Di Muzdalifah inilah kita
dapat mengambil kerikil-kerikil untuk melaksanakan Wajib Haji selanjutnya
(melempar Jumrah) kita bisa mengambil sebanyak 49 atau 70 butir kerikil.
3. Melempar Jumrah „aqabah
Pada tanggal 10 Dzulhijjah di Mina dilaksanakannya melempar jumrah
sebanyak tujuh butir kerikil sebanyak tujuh kali lemparan. Waktu paling utama
untuk melempar jumrah ini yaitu waktu Dhuha, setelah melakukan ini kemudian
melaksanakan tahalul pertama (mencukur atau memotong rambut).
4. Melempar Jumrah ula, wustha, dan „aqabah
Melempar ketiga jumrah ini dilaksanakan pada tanggal 11, 12, dan 13
Dzulhijjah, diuatamakan sesudah tergelincirnya matahari. Dalam hal ini ada yang

24
melaksanakan hanya pada tanggal 11 dan 12 saja kemudian ia kembali ke Mekkah,
inilah yang disebut dengan nafar awal. Selain nafar awal ada juga yang dissebut
nafar sani, yaitu orang yang baru datang pada tangal 13 Dzulhijjah nya, orang-
orang ini diharuskan melempar jumrah tiga sekaligus, yang masing-masing tujuh
kali lemparan.
5. Bermalam di Mina Pada tanggal 11-1 Dzulhijjah
ini lah yang diwajibkan bermalam di Mina. bagi yang nafar awal
diperbolehkan hanya bermalam pada tanggal 11-12 saja.
6. Thawaf wada‟
Sama dengan Thawaf sebelumnya, Thawaf wada‟ dilakukan disaat akan
meninggalkan Baitullah Makkah.
7. Menjauhkan diri dari hal yang di haramkan pada saat ihram.
Menghindari dari berbagai larangan yang sudah ditentukan karena orang-
orang yang melanggar aturan ini akan dikenakan dam atau denda.
d. Sunnah-sunnah Haji
Cukup banyak sunnah-sunnah haji. Diantara berikut ini adalah sunnah-sunnah
yang berhubungan dengan ihram, thawaf, sa‟i, dan wukuf, yaitu:
1. Mandi sebelum ihram
2. Menggunakan kain ihram yang baru
3. Memperbanyak talbiyah
4. Melakukan thawaf qudum (kedatangan)
5. Shalat dua rakaat thawaf
6. Bermalam di Mina
7. Mengambil pola ifrad, yaitu pola mendahulukan Haji daripada Umrah
8. Thawaf wada‟ (perpisahan)

D. IHSAN
Kata Ihsan berasal dari hasuna yang berarti baik atau bagus. Kata Ihsan
(berbuat baik) merupakan kebalikan dari kata al isaa-ah (berbuat buruk), yakni
perbuatan seseorang untuk melakukan perbuatan yang ma‟ruf dan menahan diri dari
dosa. Karena itu, Ihsan adalah kamu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, jika
kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu (RI, 2019). Ihsan
ialah ikhlas beramal karena mencari keridlaan semata. Sesungguhnya orang yang
pamer (riya„) dalam beramal, berarti telah menganiaya diri sendiri, sebab amalnya
kelak di akhirat akan membawa dosa. Sebab itulah, maka seseorang harus

25
berkeyakinan bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi dirinya, sehingga akan
memberi pengaruh kepada dirinya untuk beribadah kepada Allah, dan dalam beribadah
seolah-olah melihat Allah. Jika tidak dapat demikian, maka berkeyakinan bahwa Allah
selalu melihat peribadatannya.
Konsep ihsan tidak jauh dari rukun iman dan rukun islam. Iman, Islam dan
Ihsan satu sama lainya memiliki hubungan karena merupakan unsur-unsur agama (Ad-
Din). Iman, Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan
tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan
pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri
kepada Allah. Menurut Syaikh Abdurrahman as Sa‟di memaparkan bahwa Ihsan
meliputi 2 bagian. Pertama yaitu Ihsan dalam beribadah pada Allah pengertiannya
beribadah pada Allah seakan-akan memandang-Nya atau merasa dilihat oleh-Nya.
Kedua yaitu Ihsan dalam menjalankan hak sesama makhluk adalah dengan
menjalankan hak-hak mereka.
a. Ruang Lingkup Ihsan
Sebagai pokok ajaran islam yaitu berbuat kebaikan ketika melaksanakan
ibadah Allah ataupun dalam bermuamalah dengan sesama makhluk yang disertai
keikhlasan seolah-seolah disaksikan oleh Allah meskipun tidak melihat Allah.
Adapun ruang lingkup ihsan tersebut diantaranya adalah : (Wommack, n.d.)
1. Ibadah
Ihsan dalam ibadah itu diwajibkan, yaitu dengan menunaikan semua
jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya dengan cara yang benar,
yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah dan adab-adabnya.
2. Muamalah
Dalam muamalah, ihsan dijelaskan Allah SWT pada surah anNisa‟ ayat
36 yang berbunyi sebagai berikut, “sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukanNya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu”.
3. Akhlak
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan
muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila

26
telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits
yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat
melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Pada
akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang
sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku
dan karakternya.
b. Ciri-ciri Sikap Ihsan
1. Mentaati perintah dan larangan Allah dengan ikhlas
2. Senantiasa amanah, jujur dan menepati janji
3. Merasakan nikmat dan haus akan ibadah
4. Mewujudkan keharmonisan masyarakat
5. Mendapat ganjaran pahala dari Allah.

27
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur segala aspek dalam
kehidupan manusia, baik aspek ibadah (hubungan manusia dengan Allah SWT)
maupun aspek muamalah (hubungan manusia dengan sesama manusia). Agama islam
sendiri mempunyai sebuah pondasi yaitu alqur‟an dan hadist. Dalam pelaksanannya
beribadah kepada Allah SWT, islam tidak jauh dari iman, islam, dan ihsan. Iman
letaknya dihati, Islam letaknya dalam amal perbuatan, sedangkan Ihsan letaknya dihati
dan amal perbuatan anggota badan seluruhnya.Sekalipun antara Iman Islam dan Ihsan
dapat dibeda-bedakan dalam pembahasan dan objeknya, namun dalam pelaksanaannya
tidak dapat dipisah-pisahkan sebab keyakinan Iman yang terdapat dalam hati menutut
untuk dibuktikan dalam bentuk amal perbuatan oleh anggota badan kita sesuai dengan
Iman, dan Islam menuntut untuk dilaksanakannya dengan cara yang sebaik-baiknya.

B. SARAN
Pengetahuan tentang dasar-dasar agama islam itu penting. Jadi, akan lebih baik
jika seseorang mulai dari orang tua, orang dewasa mengajarkan kepada anak-anaknya
mengenai dasar-dasar agama islam sejak dini agar dapat menghasilkan generasi yang
berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. Dari penjelasan diatas, penulis tentunya
menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, penulis berharap agar para pembaca dapat menyampaikan
saran dan kritiknya agar penulis dapat memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber.

28
DAFTAR PUSTAKA

Haerudin. (2021). Tinjauan Rukun-Rukun Shalat Sesuai dengan Hadits Nabi Muhammad
SAW. Konferensi Nasional Penelitian Dan Pengabdian Ke-1, 450–461.
Hamidah. (2019). Implementasi Pemahaman Rukun Iman Dalam Pembentukan Akhlak Siswa
Di Sma N 1 Kibang Lampung Timur. Skripsi, 1–86.
Lina. (2015). No TitleÉ?__. Ekp, 13(3), 1576–1580.
Noor, M. (2018). Haji dan Umrah. Jurnal Humaniora Teknologi, 4(1), 38–42.
https://doi.org/10.34128/jht.v4i1.42
Nur, J. M., Azhari, A., & Urka, A. (2020). Implementasi Prinsip Yakin pada Rukun Iman
dalam Konseling Islam. Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, Dan
Psikoterapi Islam, 8(3), 255–270. https://doi.org/10.15575/irsyad.v8i3.2049
RI, M. K. (2019). No TitleΕΛΕΝΗ. Αγαη, 8(5), 55.
Sciences, H. (2016). Puasa dalam Islam. 4(1), 1–23.
Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). 済無No Title No Title No Title. Suparyanto Dan Rosad
(2015, 5(3), 248–253.
Tarmizi, E. (2007). Rukun Iman. Jurnal Sosiologi Agama, 163.
www.iu.edu.sa/IslamicServices/Arkan/Documents/3.pdf
Wibowo, A. (2015). Distribusi Zakat Dalam Bentuk Penyertaan Modal Bergulir Sebagai
Accelerator Kesetaraan Kesejahteraan. Jurnal Ilmu Manajemen, 12(2), 28–43.
https://doi.org/10.21831/jim.v12i2.11747
Wommack, A. (n.d.). Wawasan Tentang Iman. 12–23.

29

Anda mungkin juga menyukai