Anda di halaman 1dari 15

IMAN DENGAN IBADAH RITUAL LAINNYA

Disajikan untuk memenuhi tugas kelompok semester ganjil tahun


akademik 2021/2022
Mata Kuliah
Ilmu Kalam
Rabu, 07 April 2021

Oleh :
Indri Hariyani (2020120008)

DOSEN PENGAMPU
Syarif Hidayat, S.Th.I., M.E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH (PGMI)
JURUSAN TARBIYAH
Sekolah Tinggi Agama Islam Ash-Shiddiqiyah Lempuing Jaya
OKI
LEMPUING JAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji kehadirat allah swt karena dengan rahmat, taufik
dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Iman
dengan Ibadah Ritual Lainnya” dengan baik. Laporan ini disajikan untuk
memenuhi tugas kelompok semester ganjil tahun akademik 2021/2022.

Dalam kesempatan ini penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari semua pihak yang terlibat, terutama
dari pihak pembimbing. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ustadz Ustadz Syarif Hidayat, S.Th.I., M.E
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Ilmu Kalam
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekeliruan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
konstruktif demi perbaikan laporan sehingga menjadi lebih baik. Akhir kata
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca
pada umumnya.

Lubuk Seberuk, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
A. Pengertian Iman ................................................................................... 3
B. Pengertian Ibadah Ritual.......................................................................5
C. Pelaksanaan Ibadah Ritual....................................................................6
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 10
A. Kesimpulan ...................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
selama beberapa masa yang mempunyai bobot dan nilai sesuai dengan
karakteristik masyarakat yang menjunjung moral yang tinggi, kehormatan serta
kebiasaan atau adat yang bijak bagi kehidupan manusia. Perkembangan
industri begitu cepat, didasari pula pola tingkah laku konsumen yang merubah
sebagai akibat mengadaptasinya manusia dengan produk-produk industri tersebut,
dan ternyata hasilnya adalah kekosongan nilai-nilai apapun yang telah terpatri
sejak para utusan dan nabi diturunkan di bumi ini. Nilai-nilai agama yang
selalu menjunjung moral, sikap dan kewibawaan manusia justru ditingglakan
dan mengambil sikap kebebasan tanpa batas sebagai jalur hidupnya.
Agama yang menjunjung tinggi derajat manusia, seharusnya menjiwai dan
mendarah daging bagi seluruh komponen masyarakat. Orang tua atau keluarga
seharusnya menanamkan nilai-nilai agama dalam keluarganya masing-masing,
hal ini adlah sangat penting untuk menahan pengaruh materi informasi yang
negatif yang dapat membahayakan bagi keutuhan sikap, moral dan etika
seluruh anggota keluarga. Hal ini seperti ditegaskan dalam al-Quran Surat at-
Tahrim ayat 6; Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka.
Dari ayat di atas, menegaskan bahwa peran orang tua terhadap anak
keluarga tidak bias dikatakan enteng, selain menjaga dirinya, orang tua juga
dituntut menjaga sanak saudara kerabat dan keluarganya terutama
keturunannya. Oleh karena itu, orang tua sebagi sosok yang sangat
berpengaruh dalam keluarga seharusnya membekali diri mereka dengan
perbuatan serta gaya yang mencerminkan warna keagamaan agar setiap
anggota keluarga dapat terrefleksi sikap dan prilaku orang tua.
Anak sebagai generasi penerus dan melanjutkan keturunan adalah
memegang kunci bagi terwarisinya sifat-sifat orang tua dan keluarga. Maka
pendidikan dan pola hidup anak tidak bias begitu saja dibiarkan tanpa campur
tangan orang tua, dalam hal ini peran orang tua sangat penting bagi

1
pembentukan sikap dan perilaku anak, sebagai mana diungkapkan Kartini
Kartono; pola tingkah laku, fikiran dan suges ayah itu dapat mencetak pola
yang hampir sama pada anggota-anggota keluarga lainnya.

B. Rumusan Masalah
D. Apa pengertian iman ?
E. Apa pengertian ibadah ritual?
F. bagaimana pelaksanaan ibadah ritual?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian iman.
2. Untuk mengetahui apa pengertian ibadah ritual
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan ibadah ritual

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman
Pengertian Iman Secara etimologi, kata iman berasal dari bahasa Arab:
Aamana – yu’minu – iimaanan, yang berarti percaya. Secara terminologi /
istilahy, iman adalah membenarkan dengan hati (tashdiq bi qalb), menyatakan
dengan lisan (iqrar bi lisan), dan membuktikan dengan perbuatan (amal bi
arkan) terhadap kebenaran atau keyakinan tertentu. ( Iman yang sempurna )
Dalam Al-Qur’an, kata iman sering dirangkai dengan kata-kata tertentu yang
menjadi corak atau sifat dari yang diimaninya itu, seperti dengan kata: jibti
(idealisme), thaghut (naturalisme), bathil, kafir, dll. Kata iman yang tidak
dirangkai dengan sesuatu berarti menunjukkan makna positif. Kata iman
dalam Al-Qur’an juga disifati dengan Asyaddu Hubban (sangat cinta), jadi
orang beriman kepada Allah berarti orang yang sangat cinta kepada Allah.
Karena iman itu bukan hanya suatu kepercayaan, tetapi adalah keyakinan yang
mendorong perbuatan baik, maka wujud iman adalah dilaksanakannya amal-
amal shalih yang sesuai dengan aturan atau ajaran Islam secara lahir dan batin.
Jadi wujud iman merupakan keutuhan dari keyakinan, ucapan dan perbuatan
seseorang dalam melaksanakan amal shalih. Dengan demikian wujud iman itu
sangat luas, karena mencakup berbagai jenis amal shalih yang dilakukan oleh
manusia yang didasarkan atas keyakinannya kepada Allah. Al-imanu bidh’un
wasittuna syu’batan wal haya’u syu’batun minal iman (HR. Bukhari ).
Iman merupakan kepercayaan (yang berkenan dengan agama), keyakinan
dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya. Iman diyakini
dalam hati, yaitu dengan mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati
adanya alam semesta dan segala isinya. Ada beberapa pengertian mengenai
iman, salah satunya menurut istilah. Baca juga: Bendara Raden Mas Mustahar,
Nama Kecil Pangeran Diponegoro Iman menurut Istilah Dalam buku Syaikh
Abdul Majid Az-Zandani, definisi iman menurut istilah syara' adalah iman

3
terkadang diartikan sebagai tashdiq (memercayai) seperti makna
linguistiknya.1 Dalam firman Allah SWT surah Yusuf ayat 7: Artinya: Engkau
tentu tidak akan percaya kepada kami sekalipun kami berkata benar." Al
Quran menyebutkan tentang iman dengan menggunakan lafal yaqin
(meyakini) yang didukung oleh bukti-bukti sebagaimana dalam firman Allah
SWT dalam surah Al Baqarah ayat 4. Artinya: "Dan mereka yakin dengan
adanya hari akhirat." Dalam firman Allah SWT surah lain, yakni Surah Al-
An'am ayat 75. Artinya: "Dan demikianlah kami memperlihatkan kepada
Ibrahim kekuasaan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan agar dia
termasuk orang-orang yang yakin." Baca juga: Latar Belakang Terbentuknya
Persekutuan Uli Lima dan Uli Siwa Tashdiq dan yaqin, keduanya adalah
amalan hati.
Ada ulama yang menyatakan iman itu adalah ucapan dan perbuatan. Iman
ini dinamakan juga ucapan hati. Makna iman yang ada di dalam hati juga
berati lawan dari kekafiran. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa iman
adalah keyakinan yang terbentuk di dalam hati dan itu adalah makna iman
yang utama. Kata iman dalam Al Quran dan As-Sunnah diartikan sebagai
amal (aktivitas). Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 143.
Artinya: "Dan Allah akan menyia-nyiakan imanmu." Maksud dari imanmu
adalah salatmu (wahai Muhammad) yang kau kerjakan ketika masih berkiblat
ke arah Baitul Maqdis. Iman merupakan keyakinan dalam hati yang dituturkan
dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan. Itulah pendapat mayoritas
ulama. Baca juga: Al Quran, Mukjizat Terbesar Nabi Muhammad Dikutip
situs muslim.or.id, secara istilah, iman didefinasikan beragam pendapat:
Menurut Imam Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih,
iman adalah pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan aman
dengan anggota badan. Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur
keimanan. Banyak di antara ulama madzhab Hanafi yang mengikuti definisi

1
Rudi Utami, Pengertian Istilah Iman,
https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/17/193000569/pengertian-iman-menurut-istilah?
page=all#:~:text=KOMPAS.com%20%2D%20Iman%20merupakan%20kepercayaan,alam
%20semesta%20dan%20segala%20isinya. Diakses pada Kamis 1 April 2021 jam 21.00 wib

4
sebagaimana yang disebutkan oleh Ath Thahawi. Iman adalah pengakuan
dengan lisan dan pembenaran dengan hati. Ada pula yang mengatakan bahwa
pengakuan dengan lisan adalah rukun tambahan saja dan bukan rukun asli.
Sekte Al Karramiyah mengatakan bahwa iman itu hanya pengakuan dengan
lisan saja. Jahm bin Shafwan dan Abul Hasan Ash Shalihi berpendapat bahwa
iman itu cukup dengan pengetahuan yang ada di dalam hati.2

B. Pengertian Ibadah Ritual


Di dalam Kamus Munjid yang terbit tahun 1986:483, disebutkan ibadah
berasal dari akar kata, Abada, Ibadatan, Ubudiyah, yang mempunyai arti
mengesakan-Nya, menghormati-Nya, tunduk dan patuh serta taat pada-Nya.
Secara harfiah ibadah dapat diartikan sebagai rasa tunduk, atau thaat
melaksanakan pengabdian atau tanassuk, merendahkan diri, khudlu,
menghinakan diri atau tadzallul dan. Makna ibadah dalam arti yang luas dapat
dipahami bertaqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati
segala perintah-perintah-Nya, mengamalkan segala yang diizinkan Allah.
Ibadah dapat dibagi menjadi dua yaitu umum dan khusus. Ibadah umum
artinya segala amalan yang diizinkan Allah. Sedangkan ibadah yang khusus
merupakan apa yang ditetapkan Allah akan perincian-perincian-Nya, tingkah
laku dan dengan cara-cara tertentu. Dari uraian tersebut makna ibadah dapat
dipahami sebagai taat yang disertai ketundukan dan kepatuhan kepada Allah
SWT., dengan menjalankan segala yang dicintai dan diridhai-Nya, melalui
perkataan maupun perbuatan, baik yang bersifat lahiriah maupun yang bersifat
batiniah.
Sedang ritual adalah perilaku yang diatur secara ketat yang dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang berbeda dengan perilaku sehari-hari, baik cara
melakukan maupun maknanya. Kegiatan ritual dalam Islam, apabila ditinjau
dari sudut tingkatan ada tiga, yaitu: (a) Ritual Islam yang primer, adalah ritual
yang wajib dilakukan oleh umat Islam. Umpamanya shalat wajib lima waktu
sehari semalam.Secara umum, ritual dalam islam dapat dibedakan menjadi

2
Ibid., Rudi

5
dua: ritual yang mempunyai dalil yang tegas dan eksplisit dalam Al-Qur’an
dan Sunnah seperti shalat dan ritual yang tidak memiliki dalil dalam Al-
Qur’an maupun Sunnah seperti maulid. Selain itu, ritual islam dapat ditinjau
dari sudut tingkatan dapat dibedakan menjadi tiga:
1. Primer, ritual islam yang wajib dilakukan oleh umat islam. Seperti shalat
wajib lima waktu.
2. Sekunder, ritual islam yang sekunder adalah ibadat shalat sunnah. Seperti
bacaan dalam ruku’ dan sujud, shalat tahajjud dan shalat dhuha.
3. Tersier, ritual islam yang berupa anjuran dan tidak sampai pada derajat
sunnah. Seperti anjuran membaca ayat kursi.
Dari segi tujuan, ritual islam ada dua:
a. Ritual yang bertujuan mendapatkan ridha Allah semata dan balasan yang
ingin dicapai adalah kebahagiaan ukhrawi.
b. Ritual yang bertujuan mendapatkan balasan di dunia ini, misalnya shalat
istisqa’.3

C. Pelaksanaan Ibadah Ritual


Adapun yang dimaksud ibadah ritual di sini adalah shalat dan puasa.
1. Shalat
Shalat, menurut bahasa shalat artinya doa, yang berasal dari akar kata
salla-yusalli yang artinya mendoakan. Kemudian shalat merupakan
fardhu‘a¿n bagi tiap-tiap muslim yang telah baligh. Kewajiban shalat ini
dengan tegas diperintahkan oleh Allah dalam surat an-Nisa ayat 103 yang
artinya maka dirikanlah shalat itu atau sebagaimana biasa, sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.
Menurut Imam Taqiyyudin shalat diartikan sebagai suatu pernyataan dari
beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan bacaan takbir dan
diakhiri dengan salam menurut beberapa syarat. Dan menurut istilah berarti

3
Abdul Aziz Ahyadi,. 1987. Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: Sinar
Baru, hlm 94

6
suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan laku perbuatan
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, berdasar atas syarat-
syarat dan rukun- rukun tertentu. Dari beberapa pengertian di atas, nampak
bahwa pengertian tersebut menggambarkan arti shalat secara lahir saja, hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah pengertian dan pemahaman shalat itu
sendiri.4
Adapun pengertian shalat yang menggambarkan jiwa atau hakekat shalat
adalah jiwa shalat adalah menghadap Allah dengan penuh jiwa yang khusyu
dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-Nya serta hadir hati dalam berdzikir,
berdoa dan memuji. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa shalat adalah
menghadapkan hati atau jiwa kepada Allah dengan penuh khusyu, ikhlas
dalam sebuah bentuk ibadah yang terdiri atas beberapa perkataan dan
perbuatan, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan
memenuhi syarat dan rukun tertentu. Selain sebagai kewajiban, shalat juga
berfungsi sebagai sarana pembina akhlak yang efektif. Orang yang
mengerjakan shalat tetapi shalatnya itu tidak membekas pada aktivitas sehari-
hari, shalatnya itu tidak ada nilainya dan membuat ia bertambah jauh dari
Allah. Selain shalat wajib lima waktu, ada juga shalat lain yang wajib
diketahui, yaitu:

a. Shalat sunnah rawatib, yaitu shalat yang dilakukan sebelum atau sesudah
shalat fardhu yang dilakukan sendiri atau munfarid, antara lain dua rakaat
sebelum subuh, dua atau empat rakaat sebelum dan atau sesudah dhuhur,
dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah isya.

b. Shalatullail, yaitu shalat di waktu malam, yang terdiri dari shalat tahajud,
shalat tarawih pada bulan Ramadhan dan shalat witir.

c. Shalat sunnah yang lain seperti shalat hajat, shalat dhuha, shalat
istikharah, shalat istisqa, dan lain-lain.

2. Puasa

4
Ibid., 95

7
Puasa menurut bahasa puasa berarti imsak atau menahan, berpantang atau
meninggalkan. Sedang menurut istilah syara ialah yang artinya menahan diri
dari makanan, minuman dan senggama disertai dengan niat, sejak dari terbit
fajar sampai terbenam matahari disertai niat dan beberapa syarat. Dasar
yang mewajibkan berpuasa telah dijelaskan dalam al-Quran, yaitu surat al-
Baqarah, ayat 183 yang artinya hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertaqwa.

Selain puasa wajib di bulan Ramadhan, ada puasa-puasa lain yang dapat
diketahui yaitu:

a. Puasa sunnah, antara lain: puasa senin dan kamis, enam hari pada bulan
Syawal, 10 Muharram dan tiap tanggal tiga belas, empat belas dan
limabelas Qomariah.

b. Puasa makruh, yaitu puasa dalam keadaan sakit dan puasa sunnat pada
hari Jumat atau hari Sabtu saja.

c. Puasa haram, puasa yang dilakukan terus-menerus, puasa hari tasyrik


dan puasanya wanita yang sedang haid dan nifas.

Dilihat dari segi penampilan, maka puasa merupakan amalan batin yang
membutuhkan kesabaran dan keikhlasan semata, apabila dilaksanakan
dengan sepenuhnya tentu akan membentuk kepribadian seseorang lebih
sempurna di samping akan mendapat ridha dari Allah, sebab puasa melatih
jiwa agar bersih dari perbuatan dosa dan untuk melaksanakan perintah
Allah. Menurut Sudarsono, hikmah puasa antara lain;

1) Menahan sifat sabar, karena orang yang berpuasa terdidiklah menahan


kelaparan, kahausan dan keinginan, tentulah akan berhati sabar menahan
segala kesukaran.

2) Timbul suatu sifat atau perasaan ingin membantu fakir miskin

3) Mendidik bersifat amanah, karena dengan puasa orang dapat melatih

8
dirinya agar menjadi kepercayaan orang.

4) Mendidik dari sifat shiddiq, karena dengan puasa orang dapat


menghindarkan dirinya dari sifat pendusta (pembohong).

5) Menjaga kesehatan badan serta dapat merasakan kenikmatan yang


sebenarnya atas pemberian Allah.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah dapat dibagi menjadi dua yaitu umum dan khusus. Ibadah umum
artinya segala amalan yang diizinkan Allah. Sedangkan ibadah yang khusus
merupakan apa yang ditetapkan Allah akan perincian-perincian-Nya, tingkah
laku dan dengan cara-cara tertentu. Dari uraian tersebut makna ibadah dapat
dipahami sebagai taat yang disertai ketundukan dan kepatuhan kepada Allah
SWT., dengan menjalankan segala yang dicintai dan diridhai-Nya, melalui
perkataan maupun perbuatan, baik yang bersifat lahiriah maupun yang bersifat
batiniah. Sedang ritual adalah perilaku yang diatur secara ketat yang dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang berbeda dengan perilaku sehari-hari, baik cara
melakukan maupun maknanya
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan ibadah ritual
berpengaruh terhadap akhlak karimah, karena ibadah yang baik tanpa akhlak
yang mulia ibadah itu tidak akan berguna. Dan sebaliknya, akhlak yang baik
tanpa pengamalan ibadah belum bisa dikatakan iman yang sempurna.
Ibadah ritual merupakan ibadah yang dengannya seorang hamba
berhubungan langsung dengan Allah. Disamping itu tata cara ibadah ritual
telah diatur secara terperinci dalam al-Quran maupun Sunnah Nabi, yang
tercakup dalam ibadah ritual ini, misalnya shalat dan puasa. Selain
merupakan kewajiban, ibadah adalah sarana yang efektif untuk dapat
mendekatkan diri kepada Allah. Akhlak adalah suatu kekuatan yang timbul
dari dalam jiwa atau diri yang tercermin dari tingkah laku lahir tanpa
memerlukan pertimbangan terlebih dahulu, yang dalam pelaksanaannya
sudah menjadi kebiasaan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut
agama dan akal maka itu disebut akhlak yang baik, dan begitu pula
sebaliknya.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang
sangat penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Sebab jatuh bangunya suatu bangsa akan tergantung pada

10
bagaimana akhlak warganya. Seorang yang berakhlak mulia, selalu
melaksanakan kewajiban-kewajibannya, memberikan hak yang harus
diberikan kepada yang berhak. Kewajiban terhadap dirinya sendiri, terhadap
Tuhannya, terhadap manusia maupun terhadap alam sekitarnya.

B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini kita bisa menambah wawasan
pengetahuan kita, tentang iman dan ibadah ritual lainya. Dan penulis berharap
kita dapat mengimpletasikanya dengan tepat.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Khurshid. 1989. Prinsip-prinsip Pokok Islam. Jakarta: Rajawali
Press.
Ahyadi, Abdul Aziz. 1987. Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila.
Bandung: Sinar Baru,
Al-Ghozali, Imam. tt. Zhya” Ylumudd¿n lll. Singapura: Sulaiman Mari,
Al-Hafidz, Imam Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surah At-Tirmidzi. tt. Sunan
Tirmidzi.
Beirut: Dar al-Fiqr.
Al-Yassui, Fr. Lois Maluf dan Bernard Tottel Al-Yassui. 1986. Al-Munjid.
Beirut: Dar El-Machreq Sarl Publisen

12

Anda mungkin juga menyukai