Anda di halaman 1dari 17

Tugas: Makalah

PANDANGAN PARA AHLI


TENTANG TUJUAN AQIDAH AKHLAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Aqidah Akhlak
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Zulkifli M M.Si, M.Pd

OLEH:

YUFITROH SELVIANINGSIH
NIM: 19010101207

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

‫الحمد هلل و الصال ة و السال م على رسول هللا وءلى اله وصحبه اجمعين‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
petunjuk dan pertolongan sehingga penyusunan tulisan ini selesai dengan judul
“Pandangan Para Ahli Tentang Tujuan Aqidah Akhlak”. Shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para
sahabatnya yang telah menuntun manusia ke jalan yang benar, di jalan yang
diridlai Allah SWT.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, baik dari segi
kemampuan berfikir maupun fasilitasnya, Selaku insan yang memahami
kelemahan untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
tak terhingga kepada teman teman yang telah membantuh penulis dalam
menyelesaikan tulisan ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan segala
kritikan yang sifatnya membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan
tulisan selanjutnya. Dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Kendari, 8 Maret 2023


Penulis

Yufitroh Selvianingsih

ii
DAFTAR ISI

hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aqidah Akhlak .................................................. 2
2.2 Pandangan Para Ahli Tentang Tujuan Aqidah Akhlak ....... 3
2.3 Hubungan Aqidah Dengan Akhlak ..................................... 5
2.4 Ruang Lingkup Aqidah ....................................................... 8
2.5 Ruang Lingkup Akhkak ...................................................... 9
2.6 Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan ..................................... 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................... 12
3.2 Saran .................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHUUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan umum pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian
sebagai khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan peserta didik
ke jalan yang mengacu pada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah
Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepadaNya.
Zulkifli Musthan mengungkapkan bahwa masalah agama sangat
sujektif, kalau orang beragama islam maka ia akan berbicara menurut
keyakinanya dalam agama islam demikian pula agam-agama lainnya, karena
setap manusia itu dalam keadaan involved (terkait). (Zulkifli Mushtan, 2018,
hal. 1)
Pendidikan akidah akhlak merupakan jiwa pendidikan agama Islam,
dengan demikian pembentukan akhlak yang mulia sesungguhnya merupakan
tujuan pendidikan. Sejalan dengan tujuan ini maka semua mata pelajaran atau
bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah mengandung
pendidikan akhlak dan setiap guru mengemban misi membangun akhlak atau
tingkah laku peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT.
Zulkifli Musthan mengatakan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan
yang sangat pentig dan mendasar dalam kehidupan manusia. Manusia adalah
subjek dan objek pendidikan. (Zulkifli Musthan, 2014, hal. 1)
Pendidikan merupakan salah satu wadah yang berpengaruh dalam
pembentukan nilai-nilai religius.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu:
1. Apa pengertian aqidah akhlak?
2. Bagaimana pandangan para ahli tentang tujuan aqidah akhlak?
3. Apa hubungan aqidah dengan akhlak?
4. Bagaimana ruang lingkup aqidah?
5. Bagaimana ruang lingkup akhlak?
6. Apa urgensi akhlak dalam kehidupan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian aqidah akhlak.
2. Untuk mengetahui pandangan para ahli tentang tujuan aqidah akhlak.
3. Untuk mengetahui hubungan aqidah dengan akhlak.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup aqidah.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup akhlak.
6. Untuk megetahui urgensi akhlak dalam kehidupan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aqidah Akhlak


Menurut Muhaimin dan Mujid menjelaskan bahwa aqidah akhlah
adalah bentuk masdar dari kata “Aqada-Yaqidu-Aqidatan” yang berarti
simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh. Sedangkan secara teknis
akidah adalah iman, kepercayaan, dan keyakinan, dan timbulnya kepercayaan
yang menghujam atau simpul dalam hati. (Muhaimin Dan Abdul Mujid, 2018,
hal. 164)
Sedangkan menurut Zuhairini aqidah adalah I’tikad batin mengajarkan
keesaan Allah SWT, Esa sebagai tuhan yang mencipta, mengatur dan
meniadakan. (Zuhairini, 2019, hal. 60) Menurut Latif yang mengutip pendapat
dari Hasan Al Banna mengatakan bahwa aka’id (bentuk jama’ dari aqidah)
artinya beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati. Sedang
kutipan dari Abu Bakar Jabir Al Jazani mengatakan bahwa aqidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia
berdasarkan wahyu, akal, dan fitrah. (Zaki Mubarok Latif, 2020, hal. 29)
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap
manusia memiliki fitrah tentang adanya Tuhan yang didukung oleh hidayah
Allah SWT berupa indra, akal agama dan lain sebagainya, dan keyakinan
sebagai sumber utama akidah itu tidak boleh bercampur keraguan. Tiap-tiap
pribadi pasti memiliki kepercayaan, meskipun bentuk dan pengungkapannya
berbeda-beda. Dan pada dasarnya manusia memang membutuhkan
kepercayaan, karena kepercayaan itu akan membentuk sikap dan pandangan
hidup seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian
aqidah adalah sesuatu yang pertama dan utama untuk diimani oleh manusia.
Kemudian pengertian aqhlak menurut Myrazano adalah suatu perangai
(watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa seseorang dan merupakan
sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya, secara mudah
dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. Akhlak itu
timbul dan tumbuh dari dalam jiwa, kemudian berbuah segenap anggota
menggerakkan amal-amal, serta menghasilkan sifat-sifat yang baik dan utama
juga menjauhi segala yang buruk dan tercela. Pemupukan agar dia bersemi
dan subur ialah berupa humanity dan iman, yaitu kemanusiaan dan keimanan
yang kedua-duanya bersama menuju perbuatan.
Dari pemaparan diatas dapat dijelaskan bahwa aqidah akhlah adalah
suatu bidang studi yang mengajarkan dan membimbing siswa untuk dapat
mengetahui, memahami, dan meyakini aqidah Islam serta dapat membentuk
dan mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.
Jadi aqidah akhlak merupakan bidang studi yang membimbing dan
mengajarkan siswa dalam suatu rangkaian yang manunggal dari upaya

2
pengalihan pengetahuan dan penanaman nilai dalam bentuk kepribadian
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan.

2.2 Pandangan Para Ahli Tentang Tujuan Aqidah Akhlak


Depag RI, mengungkapkan bahwa tujuan pengajaran aqidah akhlaq di
sekolah/Madrasah tertuang dalam kurikulum bidang studi aqidah akhlaq yaitu:
1. Menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang
diwujudkan dalam akhlaqnya yang terpuji.
2. Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan keyakinan yang benar
terhadap hal-hal yang harus diimani sehingga keyakinan itu tercermin
dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
3. Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk
mengamalkan akhlaq yang baik dan meninggalkan akhlaq yang buruk
dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama
manusia maupun dengan lingkungannya, sehingga menjadi manusia yang
berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. (Depag RI, 2007)
Menurut Al-abrasyi tujuan dari pendidikan moral atau akhlak dalam
islam adalah untuk membentuk individu yang bermoral baik, keras
kemampuan sopan dalam berbicara dan bertingkah laku, bersifat bijaksana,
ikhlas, jujur dan suci. (Moh. Athiyah Al-abrasyi, 2018, hal. 104)
Mustofa menjelaskan bahwa tujuan aqidah akhlak pada dasarnya
adalah memberikan pengetahuan kepada siswa tentang akidah Islam untuk
mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia, sebagai
pribadi, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara. Selain itu
tujuannya adalah untuk menanamkan keyakinan akan ketauhidan Allah SWT
dan mampu membentuk manusia yang beriman dan bertakwa serta hidup
menurut ajaran Islam.
Selanjutnya dijelaskan pula tujuan aqidah akhlak secara umum yaitu
Akidah akhlak merupakan salah satu bidang studi dalam Pendidikan Agama
Islam. Maka tujuan umum pendidikan akidah akhlak sesuai dengan tujuan
umum pendidikan agama Islam. Menurut Abdurrahman Saleh, tujuan umum
pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah
Allah SWT atau sekurang-kurangnya mempersiapkan peserta didik kejalan
yang mengacu pada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah SWT
adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara penuh kepada-Nya. (Ali
Mustofa, 2022)
Wahid menjelaskan bahwa tujuan aqidah akhlak secara khusus adalah
sebagai berikut:

3
1. Memperkenalkan kepada peserta didik tentang kepercayaan yang benar,
yang menyelamatkan dari siksa Allah SWT. juga diperkenalkan dengan
rukun iman, taat kepada Allah SWT dan beramal dengan amal yang baik
untuk kesempurnaan iman mereka.
2. enanamkan dalam jiwa peserta didik dengan beriman kepada Allah SWT,
Malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya dan tentang hari kiamat.
3. Menumbuhkan generasi yang kepercayaan dan keimanannya sah dan
benar, yang selalu ingat dengan Allah SWT, bersyukur dan beribadah
hanya kepada Allah SWT.
4. Membantu peserta didik agar mereka berusaha memahami berbagai
hakekat, umpamanya:
a. Allah berkuasa dan mengetahui segala sesuatu.
b. Percaya bahwa Allah itu adil, baik di dunia maupun di akhirat. Dan
c. Membersihkan jiwa dan pikiran dari perbuatan syirik. (H.A Wahid Sy,
2020, hal. 3)
Selanjutnya yang dikutip penulis dari dutadakwah menjelaskan bahwa
tujuan aqidah akhlak menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap
umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah akhlak tersebut.
Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah :
1. Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir.
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan
manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Dengan naluri ketuhanan,
manusia berusaha untuk mencari tuhannya, kemampuan akal dan ilmu
yang berbeda-beda memungkinkan manusia akan keliru mengerti tuhan.
Dengan aqidah akhlak, naluri atau kecenderungan manusia akan keyakinan
adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar.
2. Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan
mulia.
Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah
laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama
manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu,
perwujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi
tujuan dalam aqidah akhlak.
3. Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.
Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa
akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata
didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu
sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak
agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.
(Dutadakwah, 2022)
Sunardi mengungkapkan bahwa tujuan aqidah akhlak islam, antara
lain sebagai berikut:

4
1. Untuk mengetahui petunjuk hidup yang benar dan dapat membedakan
mana yang bener dan yang mana yang salah sehingga hidupnya
diridhoi Allah SWT.
2. Untuk menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang sesat dan
jauh dari petunjuk hidup yang benar.
3. Untuk lebih memperkuat keyakinan dan mempertebal kepercayaan
atas kebenaran ajaran islam sehingga tidak ada keragu-raguan dalam
hati.
4. Untuk menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak
lahir. Dan
5. Untuk menjaga diri dari kemusyrikan. (Sunardi, 2008, hal. 9)
Adapun tujuan aqidah akhlak menurut GBPP Departemen Agama
yaitu:
1. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa akan
hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah
lakunya.
2. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk
mengamalkan Akhlak yang baik, dan menjauhi Akhlak yang buruk dalam
hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama
manusia, maupun dengan alam lingkungannya.
3. Memberikan bekal kepada anak atau siswa tentang Aqidah dan Akhlak
untuk melanjutkan pelajaran kejenjang pendidikan menengah. (Depag RI,
1998, hal. 13)
Suhendi menerangkan bahwa Tujuan dari pembelajaran Aqidah
Akhlak adalah untuk :
1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan,pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman tentang aqidah islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
2. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehiduupan sehari-hari , baik dalam
kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan
nilai-nilai aqidah islam. ( Hendi Suhendi, 2008, hal. 125)

2.3 Hunungan Aqidah Dengan Akhlak


Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan
kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-
nilai akhlak yang luhur. Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam
akidah Islam.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia".

5
Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut
teori ini agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan
menjadikannya sebagai kewajiban (taklif) diatas pundaknya yang dapat
mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini agama tidak
mengutarakan akhlak semata tanpa dibebani rasa tanggung jawab. Bahkan
agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya. Karena
agama tersusun dari keyakinan (akidah) dan perilaku.
Oleh karena itu akhlak dalam pandangan Islam harus berpijak pada
keimanan. Iman tidak cukup hanya disimpan dalam hati, namun harus
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlak yang baik.
(Anwar Rosihan, 2011, hal. 201-203)
Menurut Mahmud Syaltut, tidak diragukan lagi bahwa untuk
memperguanakan dan menjalankan bagian aqidah dan ibadah perlu pula
berpegang kuat dan tekun dalam mewujudkan bagian lain yang disebut dengan
bagian akhlak. Sejarah risalah ketuhanan dalam seluruh prosesnya telah
membuktikan bahwa kebahagiaan di segenap lapangan hanya diperoleh
dengan menempuh budi pekerti (berakhlak mulia).
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddiequ di dalam bukunya Al
Islam mengatakan: Kepercayaan dan Budi pekerti dalam pandangan Al-Qur'an
hampir dihukum satu, dihukum setaraf, sederajat. Lantaran demikianlah
Tuhan mencurahkan kehormatan kepada akhlak dan membesarkan
kedudukannya. Bahkan Allah memerintahkan seorang muslim memelihara
akhlaknya dengan kata-kata perintah yang pasti, terang, dan jelas. Para
muslim tidak dibenarkan sedikit juga menyia-nyiakan akhlaknya, bahkan tak
boleh memudah-mudahkannya.
Akidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak
dapat dijadikan tempat berlindung di saat kepanasan dan tidak pula ada
buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa akidah hanya merupakan
layang-layaang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu bergerak. Oleh karena
itu Islam memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan akhlak.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang
terletak pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: "Orang
mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus
akhlaknya". (HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat
diketahui melalui tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku
tersebut merupakan perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika
perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika
perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai Iman yang lemah.
Muhammad al-Gazali mengatakan, iman yang kuat mewujudkan akhlak yang
baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan
buruk.
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu
akan melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari

6
lemahnya iman. Orang yang berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi
sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau bersabda:

)‫الحياء وااليمان قرناء جميعا فاذا رفع احدهما رفع االخر (رواه الكاريم‬

Artinya: "Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya,
maka hilang pula yang lain". (HR. Hakim)
Kalau kita perhatikan hadits di atas, nyatalah bahwa rasa malu sangat
berpautan dengan iman hingga boleh dikatakan bahwa tiap orang yang
beriman pastilah ia mempunyai rasa malu; dan jika ia tidak mempunyai rasa
malu, berarti tidak beriman atau lemah imannya.
Akidah erat hubungannya dengan akhlak. Akidah merupakan landasan
dan dasar pijakan untuk semua perbuatan. Akhlak adalah segenap perbuatan
baik dari seorang mukalaf, baik hubungannya dengan Allah, sesama manusia,
maupun lingkungan hidupnya. Berbagai amal perbuatan tersebut akan
memiliki nilai ibadah dan terkontrol dari berbagai penyimpangan jika
diimbangi dengan keyakinan akidah yang kuat. Oleh sebab itu, keduanya tidak
dapat dipisahkan, seperti halnya antara jiwa dan raga.
Hal ini dipertegas oleh Allah dalam Al-Qur'an yang mengemukakan
bahwa orang-orang yang beriman yang melakukan berbagai amal shaleh akan
memperoleh imbalan pahala disisi-Nya. Dia akan dimasukkan ke dalam surga
firdaus. Penegasan ini dikemukakan dalam firman Allah sebagai berikut:
Terjemahnya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, Mereka
kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya. (QS. Al-
kahfi: 107-108)
Ayat di atas memperlihatkan betapa pentingnya akidah dan akhlak,
dengan keterpaduan keduanya seseorang akan memperoleh pahala yang besar
disisi Allah dengan jaminan surga Firdaus.
Hubungan antara akidah dan akhlak ini tercermin dalam pernyataan
Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra yang artinya:
"dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,'orang mukmin yang sempurna
imannya ialah yang terbaik budi pekertinya"
Akidah sebagai dasar pendidikan akhlak "Dasar pendidikan akhlak
bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan,
Karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu
jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar,
baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun
akan salah.
Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan
aqidah. Jujur dapat terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-
konsep yang berhubungan dengan aqidah. Dengan dijalankannya konsep-
konsep aqidah tersebut maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik.
Sehingga orang akan takut dalam melakukan perbuatan dosa.

7
Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat aqidah dan
bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar, dengan itu ia akan mampu
mengimplementasikan tauhid ke dalam akhlak yang mulia (Akhlakul
Karimah). Karena barang siapa mengetahui Sang Penciptanya dengan benar,
niscaya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah Allah.
Sehingga ia tidak mungkin menjauh atau bahkan meninggalkan perilaku-
perilaku yang telah ditetapkan-Nya.

2.4 Ruang Lingkup Aqidah


Menurut Qyahan ada beberapa lingkup pembahasan aqidah
diantaranya:
a. IIahiyat yaitu pembahasan yang berhubungan
dengan ilah, seperti nama-nama dan sifat-sifat Allah.
b. Nubuwat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan nabi dan rasul, termasuk tentang kitab-kitab Allah,
Mu’jizat dan lain-lain.
c. Ruhaniyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis ,syaiton,
roh dan lain-lain.
d. Sam’iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya
bisa diketahui lewat sam’i (dalil Al- qur’an dan As- Sunah) seperti
alam barzah, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, syurga, neraka dan
lain-lain. (Qyahan Nurul Haq, 2010, hal. 23)

Disamping sistematika diatas pembahasan aqidah ini bisa mengikuti


sistematika arkanul iman, yaitu:
1. Ma’rifat kepada Allah ,ma’rifat dengan nama-nama-nya yang mulia dan sifat-
sifatnya yang tinggi. Juga ma’rifat dengan bukti- bukti wujud atau ada-
nya. Serta kenyataan sifat keagungan-nya dalam alam semesta atau
didunia ini.
2. Ma’rifat dengan alam yang ada dibalik alam semesta ini, Yakni alam yang
tidak dapat dilihat. Demikian pula kekuatan-kekuatan kebaikan yang
terkandung didalamanya yakni yang berbentuk malaikat, juga kekuatan-
kekuatan jahat yang berbentuk iblis dan sekalian tentaranya dari golongan
syaithan. Selain itu juga ma’rifat dengan apa yang ada didalam alam yang
lain lagi seperti jin dan Ruh.
3. Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah Ta’ala yang diturunkan oleh- nya kepada
para rasul. Kepentingannya ialah dijadikan sebagai batas untuk
mengetahui antara yang hak dan yang bathil, yang baik dan yang jelek,
yang halal dan yang haram, juga antara yang bagus dan yang buruk.
4. Ma’riFat dengan nabi-nabi serta rasul-rasul Allah Ta’ala yang dipilih oleh-nya
untuk menjadi pembimbing kearah petunjuk serta pemimpin seluruh
makhluk guna menuju kepada yang hak.

8
5. Ma’rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi disaat itu seperti
kebangkitan dari kubur (hidup lagi sesudah mati), memperoleh balasan,
pahala atau siksa, surga atau neraka.
6. Ma’rifat kepada takdir ( qadla dan qadar) yang diataslandasannya itulah
berjalannya peraturan segala yang ada didalamsemesta ini, baik dalam
penciptaan atau cara mengaturnya. (Sayid Sabiq, 2010, hal. 15-16)

2.5 Ruang Lingkup Akhlak


Yang menjadi ruang lingkup dari ahklak adalah sama dengan ruang
lingkup ajaran islam itu sendiri, yaitu mencangkup seluruh aspek kehidupan,
baik secara vartikal dengan Allah SWT maupun secara horizontal sesama
makhluk lainnya.
Yang menjadi ruang lingkup ahklak tersebut adalah :
1. Akhlak Terhadap Allah SWT
Misalnya takwa cinta, ridha, tawakkal, syukur, dan taubat

2. Akhlak Terhadap Rasulillah SAW


Adapun ahklak terhadap Rasulullah SAW tersebut dapat dilakukan
dengan:
1) Mencintai dan memuliakan rasulullah
2) Mengikuti dan menaati Rasul
3) Menggucapkan syalawat dan salam terhadap Rasul

3. Akhlak Pribadi Atau Diri Sendiri


Adapun ahklak terhadap pribadi ini adalah :
1) Menjaga kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan dan
merusaknya
2) awadhu’(rendah hati )
3) Haya’ (malu)

4. Akhlak Terhadap Keluarga


Adapun ahklak terhadap keluarga itu adalah:
1) Berbuat baik terhadap kedua orang tua
2) Hak dan kewajiban dan kasih sayang suami istri
3) Kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak

5. Akhlak Terhadap Masyarakat


Adapun ahklak terhadap masyarakat itu asdalah:
1) Bertamu dan menerima tamu
2) Hubungan baik dengan tetangga
3) Hubungan baik dengan masyarakat
4) Bergaul dengan muda-mudi dalam masyarakat itu sendiri

9
6. Akhlak Terhadap Negara
Adapun ahklak terhadap negara itu adalah:
1) Musyawarah menegakkan keadilan
2) Hubungan baik pemimpin dan yang dipimpin

2.6 Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan


Aspek – aspek ajaran islam, baik aqidah, ibadah mu’amalah bagi setiap
muslim ketiganya merupakan aspek – aspek yang bersifat taklifi (kewajiban)
yang harus dilaksanakan. Sejarah membuktikan bahwa semua aspek ajaran
tersebut tidak dapat terlaksana tanpa adanya akhlak yang baik.Dari sini dapat
dipahami bahwa akhlak merupakan pilar yang sangat penting dalam
Islam.Akhlak yang mulia adalah pertanda kematangan iman serta merupakan
kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Nabi Muhammad sebagai Rasul
terakhir diutus oleh Allah untuk mengemban misi penyempurnaan akhlak
manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu.Beliau
ُ ََِ َِ ِْ ُ َ ‫“ ى هق ََِاِ ُدحَه ِ ُوِق‬Aku diutus untuk
bersabda : ‫ََر ََ ََم َ َِّمَتُأُبتْثِعُباَمَّنٳ‬
menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi) Tetapi pada
dasarnya syariat yang dibawa para Rasul bermuara pada pembentukkan akhlak
mulia. Berbagai ritual diperintahkan Allah melalui para Nabi dan Rasul,
ternyata banyak bermuara pada pembentukkan akhlak, seperti dalam perintah
Shalat sebagai berikut : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu
Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar dan Sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain).
dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut:45)
Ayat tersebut secara jelas menyatakan, bahwa muara dari ibadah
Shalat adalah terbentuknya pribadi yang terbebas dari sikap keji dan munkar,
pada hakikatnya adalah terbentuknya manusia berakhlak mulia, bahkan jika
kita telusuri proses Shalat selalu dimulai dengan berbagai persyaratan tertentu,
seperti bersih badan, pakaian dan tempat, dengan cara mandi dan wudhu,
Shalat dipersiapkan untuk membentuk sikap manusia selalu bersih, patuh, tata
peraturan, dan melatih seseorang untuk tepat waktu. Selanjutnya, akhlak juga
dapat menentukan beriman atau tidaknya seseorang,“demi Allah ia tidak
beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman. Para
sahabat bertanya, siapakah mereka wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab:
orang yang tidak menyimpan rahasia kejelekan tetangganya (H. R. Muslim).
Hadits tersebut secara nyata mengandung arti bahwa orang yang
berakhlak buruk kepada tetangganya oleh Rasulullah dianggap tidak beriman,
selama ini mungkin kita menganggap perbuatan jahat kita kepada orang lain
atau tetangga sebagai sesuatu yang biasa, sesuatu yang tidak akan berpengaruh
pada eksistensi keimanan, padahal kalau kita mengetahui, ternyata berakhlak
jelek sangat besar pengaruhnya terhadap keimanan. Bahkan manusia paling

10
jelek di sisi Allah pada hari kiamat adalah manusia berakhlak jelek. ”
sesungguhnya manusia paling jelek disisi Allah pada hari kiamat adalah
seseorang yang ditinggalkan orang lain, karena menghindari kejelekannya.”
(H.R. Bukhari). Sebaliknya orang yang paling dicintai oleh Rasulullah adalah
yang paling baik akhlaknya, “sesungguhnya orang yang paling aku cintai dia
yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah orang yang paling
baik akhlaknya.” (H.R. At- Tirmidzi). Ternyata orang mukmin yang sempurna
imannya bukan karena banyak ibadahnya, tetapi yang baik akhlaknya, “orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya.” (H.R. Abu Daud). Demikian juga orang bertakwa dan berakhlak
mulia dijamin masuk syurga,” penyebab utama masuknya manusia ke syurga,
karena bertakwa kepada Allah dan kemuliaan akhlaknya.” (H.R.
Tirmidzi). (khairunnas rajab, hal.138)
Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat baik dan buruk.
Biasanya orang bertakwa akan berbuat dan bersikap baik dan mengutamakan
akhlak mulia, perbuatan baik merupakan wujud kemuliaan akhlaknya,
sedangkan perbuatan baik akan menghapus perbuatan-perbuatan buruk.
Pencerminan diri seseorang juga sering digambarkan melalui tingkah laku
atau akhlak yang ditunjukkan. Bahkan akhlak merupakan perhiasan diri bagi
seseorang karena orang yang berakhlak jika dibandingkan dengan orang yang
tidak berakhlak tentu sangat jauh perbedaannya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan di atas, maka kesimpulan pada makalah ini
adalah sebagai berikut:
Aqidah islam adalah dasa-dasar pokok kepercayaan atau keyakinanhak
seorang muslim yang bersumber dari ajaran islam. Dasar-dasar tersebut wajib
dipegang teguh oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
Islam mengajarkan kepada umatnya agar berkaidah yang mantap, sepenuh hati
dan tidak boleh ada keraguan sedikit pun.
Aqidah islam juga dalam Al-qur’an disebut iman. Ia bukan
hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang
muslimuntuk berprilaku.
Adapun tujuan dari akidah islam anatara lain untuk
mengetahui petunjuk/pedoman hidup yang benar dan sebagai tuntunan
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, memperkuat keyakinan
dan mempertebal keimanan, terhindar dari kehidupan yang menyesatkan dan
lain-lain.
Secara garis besar aqidah ini bermanfaat untuk memperoleh
ketentraman dan kebahagiaan hidup yang hakiki karena mempunyai hubungan
kedekatan dengan Allah.

3.2 Saran
Sebagai penutup dari makalah ini, tak luput pula penulis ucapkan
ribuan terima kasih pada semua rekan-rekan sekalian. Di samping itu, masih
banyak kekurangan serta jauh dari kata kesempurnaan, tetapi penulis telah
berusaha semaksimal mungkin dalam pembutan makalah yang amat sederhana
ini. Maka, dari pada itu. penulis semua sangat berharap kepada semua rekan-
rekan untuk memberi kritik atau sarannya, sehingga dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa menjadi yang lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ali Mustofa. (2022). Akidah Akhlak. Academia.Edu


Aqidah Akhlak, Pengertian, Dasar Dan Tujuannya (Dutadakwah.Co.Id) Yang
Diakses Pada 8 Maret 2023.
Depag Ri. (1998). Garis-Garis Besar Program Pengajaran (Gbpp) Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta
Depag Ri. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp). Semarang: Mi
Islamiyyah.
H.A Wahid Sy. (2020). Akidah Akhlak. Bandung: Armico Bandung.
Hendi Suhendi. (2011). Akidah Akhlak. Jakarta: Pt. Rajagrafindo Persada. Cetakan
Ke-7.
Khairunnas Rajab. Agama Kebahagiaan.
Moh. Athiyah Al-Abrasyi. (2018). Dasar-Dasar Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Muhaimin Dan Abdul Mujib. (2018). Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian
Filosofis Dan Kerangka Dasar Oprasionalisainya. Bandung : Trigenda
Karya.
Myrazano. (2022). Kajian Akhlak Tauhid.
(Http:/Noradila.Tripod.Com/Skimatarbiyyahipij/Id98.Html)
Qyahan Nurul Haq Dan Undang Burhanudin. (2010). Pemantapan Kemampuan
Mengajar Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Al-Kqsyaf.
Rosihan Anwar. (2008). Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.
Sayid Sabiq. (2010). Aqidah Islam. Bandung: Diponegoro.
Sunardi. (2008). Aqidah Akhlak. Klaten Utara: Grafika Dua Tujuh.
Zahairini. (2019). Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasioanl.
Zaki Mubarok. (2020). Akidah Islam. Yogyakarta: Uii Press,
Zulkifli Musthan. (2014). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Cv. Sejahtera Kita Jakarta.
Zulkifli Mutshan. (2018). Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta: Mazhab Ciputat Jakarta.

13
14

Anda mungkin juga menyukai