OLEH:
YUFITROH SELVIANINGSIH
NIM: 19010101207
الحمد هلل و الصال ة و السال م على رسول هللا وءلى اله وصحبه اجمعين
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
petunjuk dan pertolongan sehingga penyusunan tulisan ini selesai dengan judul
“Pandangan Para Ahli Tentang Tujuan Aqidah Akhlak”. Shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para
sahabatnya yang telah menuntun manusia ke jalan yang benar, di jalan yang
diridlai Allah SWT.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, baik dari segi
kemampuan berfikir maupun fasilitasnya, Selaku insan yang memahami
kelemahan untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
tak terhingga kepada teman teman yang telah membantuh penulis dalam
menyelesaikan tulisan ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan segala
kritikan yang sifatnya membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan
tulisan selanjutnya. Dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Yufitroh Selvianingsih
ii
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aqidah Akhlak .................................................. 2
2.2 Pandangan Para Ahli Tentang Tujuan Aqidah Akhlak ....... 3
2.3 Hubungan Aqidah Dengan Akhlak ..................................... 5
2.4 Ruang Lingkup Aqidah ....................................................... 8
2.5 Ruang Lingkup Akhkak ...................................................... 9
2.6 Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan ..................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHUUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pengalihan pengetahuan dan penanaman nilai dalam bentuk kepribadian
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan.
3
1. Memperkenalkan kepada peserta didik tentang kepercayaan yang benar,
yang menyelamatkan dari siksa Allah SWT. juga diperkenalkan dengan
rukun iman, taat kepada Allah SWT dan beramal dengan amal yang baik
untuk kesempurnaan iman mereka.
2. enanamkan dalam jiwa peserta didik dengan beriman kepada Allah SWT,
Malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya dan tentang hari kiamat.
3. Menumbuhkan generasi yang kepercayaan dan keimanannya sah dan
benar, yang selalu ingat dengan Allah SWT, bersyukur dan beribadah
hanya kepada Allah SWT.
4. Membantu peserta didik agar mereka berusaha memahami berbagai
hakekat, umpamanya:
a. Allah berkuasa dan mengetahui segala sesuatu.
b. Percaya bahwa Allah itu adil, baik di dunia maupun di akhirat. Dan
c. Membersihkan jiwa dan pikiran dari perbuatan syirik. (H.A Wahid Sy,
2020, hal. 3)
Selanjutnya yang dikutip penulis dari dutadakwah menjelaskan bahwa
tujuan aqidah akhlak menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap
umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah akhlak tersebut.
Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah :
1. Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir.
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan
manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Dengan naluri ketuhanan,
manusia berusaha untuk mencari tuhannya, kemampuan akal dan ilmu
yang berbeda-beda memungkinkan manusia akan keliru mengerti tuhan.
Dengan aqidah akhlak, naluri atau kecenderungan manusia akan keyakinan
adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar.
2. Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan
mulia.
Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah
laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama
manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu,
perwujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi
tujuan dalam aqidah akhlak.
3. Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.
Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa
akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata
didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu
sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak
agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.
(Dutadakwah, 2022)
Sunardi mengungkapkan bahwa tujuan aqidah akhlak islam, antara
lain sebagai berikut:
4
1. Untuk mengetahui petunjuk hidup yang benar dan dapat membedakan
mana yang bener dan yang mana yang salah sehingga hidupnya
diridhoi Allah SWT.
2. Untuk menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang sesat dan
jauh dari petunjuk hidup yang benar.
3. Untuk lebih memperkuat keyakinan dan mempertebal kepercayaan
atas kebenaran ajaran islam sehingga tidak ada keragu-raguan dalam
hati.
4. Untuk menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak
lahir. Dan
5. Untuk menjaga diri dari kemusyrikan. (Sunardi, 2008, hal. 9)
Adapun tujuan aqidah akhlak menurut GBPP Departemen Agama
yaitu:
1. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa akan
hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah
lakunya.
2. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk
mengamalkan Akhlak yang baik, dan menjauhi Akhlak yang buruk dalam
hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama
manusia, maupun dengan alam lingkungannya.
3. Memberikan bekal kepada anak atau siswa tentang Aqidah dan Akhlak
untuk melanjutkan pelajaran kejenjang pendidikan menengah. (Depag RI,
1998, hal. 13)
Suhendi menerangkan bahwa Tujuan dari pembelajaran Aqidah
Akhlak adalah untuk :
1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan,pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman tentang aqidah islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
2. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehiduupan sehari-hari , baik dalam
kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan
nilai-nilai aqidah islam. ( Hendi Suhendi, 2008, hal. 125)
5
Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut
teori ini agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan
menjadikannya sebagai kewajiban (taklif) diatas pundaknya yang dapat
mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini agama tidak
mengutarakan akhlak semata tanpa dibebani rasa tanggung jawab. Bahkan
agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya. Karena
agama tersusun dari keyakinan (akidah) dan perilaku.
Oleh karena itu akhlak dalam pandangan Islam harus berpijak pada
keimanan. Iman tidak cukup hanya disimpan dalam hati, namun harus
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlak yang baik.
(Anwar Rosihan, 2011, hal. 201-203)
Menurut Mahmud Syaltut, tidak diragukan lagi bahwa untuk
memperguanakan dan menjalankan bagian aqidah dan ibadah perlu pula
berpegang kuat dan tekun dalam mewujudkan bagian lain yang disebut dengan
bagian akhlak. Sejarah risalah ketuhanan dalam seluruh prosesnya telah
membuktikan bahwa kebahagiaan di segenap lapangan hanya diperoleh
dengan menempuh budi pekerti (berakhlak mulia).
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddiequ di dalam bukunya Al
Islam mengatakan: Kepercayaan dan Budi pekerti dalam pandangan Al-Qur'an
hampir dihukum satu, dihukum setaraf, sederajat. Lantaran demikianlah
Tuhan mencurahkan kehormatan kepada akhlak dan membesarkan
kedudukannya. Bahkan Allah memerintahkan seorang muslim memelihara
akhlaknya dengan kata-kata perintah yang pasti, terang, dan jelas. Para
muslim tidak dibenarkan sedikit juga menyia-nyiakan akhlaknya, bahkan tak
boleh memudah-mudahkannya.
Akidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak
dapat dijadikan tempat berlindung di saat kepanasan dan tidak pula ada
buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa akidah hanya merupakan
layang-layaang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu bergerak. Oleh karena
itu Islam memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan akhlak.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang
terletak pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: "Orang
mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus
akhlaknya". (HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat
diketahui melalui tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku
tersebut merupakan perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika
perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika
perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai Iman yang lemah.
Muhammad al-Gazali mengatakan, iman yang kuat mewujudkan akhlak yang
baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan
buruk.
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu
akan melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari
6
lemahnya iman. Orang yang berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi
sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau bersabda:
)الحياء وااليمان قرناء جميعا فاذا رفع احدهما رفع االخر (رواه الكاريم
Artinya: "Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya,
maka hilang pula yang lain". (HR. Hakim)
Kalau kita perhatikan hadits di atas, nyatalah bahwa rasa malu sangat
berpautan dengan iman hingga boleh dikatakan bahwa tiap orang yang
beriman pastilah ia mempunyai rasa malu; dan jika ia tidak mempunyai rasa
malu, berarti tidak beriman atau lemah imannya.
Akidah erat hubungannya dengan akhlak. Akidah merupakan landasan
dan dasar pijakan untuk semua perbuatan. Akhlak adalah segenap perbuatan
baik dari seorang mukalaf, baik hubungannya dengan Allah, sesama manusia,
maupun lingkungan hidupnya. Berbagai amal perbuatan tersebut akan
memiliki nilai ibadah dan terkontrol dari berbagai penyimpangan jika
diimbangi dengan keyakinan akidah yang kuat. Oleh sebab itu, keduanya tidak
dapat dipisahkan, seperti halnya antara jiwa dan raga.
Hal ini dipertegas oleh Allah dalam Al-Qur'an yang mengemukakan
bahwa orang-orang yang beriman yang melakukan berbagai amal shaleh akan
memperoleh imbalan pahala disisi-Nya. Dia akan dimasukkan ke dalam surga
firdaus. Penegasan ini dikemukakan dalam firman Allah sebagai berikut:
Terjemahnya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, Mereka
kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya. (QS. Al-
kahfi: 107-108)
Ayat di atas memperlihatkan betapa pentingnya akidah dan akhlak,
dengan keterpaduan keduanya seseorang akan memperoleh pahala yang besar
disisi Allah dengan jaminan surga Firdaus.
Hubungan antara akidah dan akhlak ini tercermin dalam pernyataan
Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra yang artinya:
"dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,'orang mukmin yang sempurna
imannya ialah yang terbaik budi pekertinya"
Akidah sebagai dasar pendidikan akhlak "Dasar pendidikan akhlak
bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan,
Karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu
jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar,
baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun
akan salah.
Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan
aqidah. Jujur dapat terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-
konsep yang berhubungan dengan aqidah. Dengan dijalankannya konsep-
konsep aqidah tersebut maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik.
Sehingga orang akan takut dalam melakukan perbuatan dosa.
7
Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat aqidah dan
bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar, dengan itu ia akan mampu
mengimplementasikan tauhid ke dalam akhlak yang mulia (Akhlakul
Karimah). Karena barang siapa mengetahui Sang Penciptanya dengan benar,
niscaya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah Allah.
Sehingga ia tidak mungkin menjauh atau bahkan meninggalkan perilaku-
perilaku yang telah ditetapkan-Nya.
8
5. Ma’rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi disaat itu seperti
kebangkitan dari kubur (hidup lagi sesudah mati), memperoleh balasan,
pahala atau siksa, surga atau neraka.
6. Ma’rifat kepada takdir ( qadla dan qadar) yang diataslandasannya itulah
berjalannya peraturan segala yang ada didalamsemesta ini, baik dalam
penciptaan atau cara mengaturnya. (Sayid Sabiq, 2010, hal. 15-16)
9
6. Akhlak Terhadap Negara
Adapun ahklak terhadap negara itu adalah:
1) Musyawarah menegakkan keadilan
2) Hubungan baik pemimpin dan yang dipimpin
10
jelek di sisi Allah pada hari kiamat adalah manusia berakhlak jelek. ”
sesungguhnya manusia paling jelek disisi Allah pada hari kiamat adalah
seseorang yang ditinggalkan orang lain, karena menghindari kejelekannya.”
(H.R. Bukhari). Sebaliknya orang yang paling dicintai oleh Rasulullah adalah
yang paling baik akhlaknya, “sesungguhnya orang yang paling aku cintai dia
yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah orang yang paling
baik akhlaknya.” (H.R. At- Tirmidzi). Ternyata orang mukmin yang sempurna
imannya bukan karena banyak ibadahnya, tetapi yang baik akhlaknya, “orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya.” (H.R. Abu Daud). Demikian juga orang bertakwa dan berakhlak
mulia dijamin masuk syurga,” penyebab utama masuknya manusia ke syurga,
karena bertakwa kepada Allah dan kemuliaan akhlaknya.” (H.R.
Tirmidzi). (khairunnas rajab, hal.138)
Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat baik dan buruk.
Biasanya orang bertakwa akan berbuat dan bersikap baik dan mengutamakan
akhlak mulia, perbuatan baik merupakan wujud kemuliaan akhlaknya,
sedangkan perbuatan baik akan menghapus perbuatan-perbuatan buruk.
Pencerminan diri seseorang juga sering digambarkan melalui tingkah laku
atau akhlak yang ditunjukkan. Bahkan akhlak merupakan perhiasan diri bagi
seseorang karena orang yang berakhlak jika dibandingkan dengan orang yang
tidak berakhlak tentu sangat jauh perbedaannya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan di atas, maka kesimpulan pada makalah ini
adalah sebagai berikut:
Aqidah islam adalah dasa-dasar pokok kepercayaan atau keyakinanhak
seorang muslim yang bersumber dari ajaran islam. Dasar-dasar tersebut wajib
dipegang teguh oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
Islam mengajarkan kepada umatnya agar berkaidah yang mantap, sepenuh hati
dan tidak boleh ada keraguan sedikit pun.
Aqidah islam juga dalam Al-qur’an disebut iman. Ia bukan
hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang
muslimuntuk berprilaku.
Adapun tujuan dari akidah islam anatara lain untuk
mengetahui petunjuk/pedoman hidup yang benar dan sebagai tuntunan
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, memperkuat keyakinan
dan mempertebal keimanan, terhindar dari kehidupan yang menyesatkan dan
lain-lain.
Secara garis besar aqidah ini bermanfaat untuk memperoleh
ketentraman dan kebahagiaan hidup yang hakiki karena mempunyai hubungan
kedekatan dengan Allah.
3.2 Saran
Sebagai penutup dari makalah ini, tak luput pula penulis ucapkan
ribuan terima kasih pada semua rekan-rekan sekalian. Di samping itu, masih
banyak kekurangan serta jauh dari kata kesempurnaan, tetapi penulis telah
berusaha semaksimal mungkin dalam pembutan makalah yang amat sederhana
ini. Maka, dari pada itu. penulis semua sangat berharap kepada semua rekan-
rekan untuk memberi kritik atau sarannya, sehingga dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa menjadi yang lebih baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
14