Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HAKIKAT MENURUT ISLAM

OLEH KELOMPOK 2 :

1.LILIS HARYANTI SALLY


2. NURUL FADILLAH
3. MUSDALIFAH

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS HANDAYANI MAKASSAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan karunia-
nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Adapun tema dari
makalah ini "Konsep Ketuhanan Dalam Islam".

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan
tugas ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.

Makassar, November 2023


DAFTAR ISI

KAT A PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
A. Hakikat, eksistensi dan martabat manusia......................................................................................5
B. Fitrah manusia : Hanif dan potensiakal qaib dan nafsu..................................................................6
C. Kedudukan, Tujuan, Tugas dan program hidup manusia...............................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat pendidikan Islam adalah proses membimbing dan mengarahkan


pertumbuhan dan perkembangan anak didik agar menjadi manusia dewasa sesuai
tujuan pendidikan Islam (Arifin, 2008: 22). Pendidikan Islam memegang peranan
yang menentukan terhadap perkembangan masyarakatnya. Oleh karena itu,
keberadaannya merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup Islam
yang bisa melestarikan, mengalihkan, menanamkan dan mentransformasi nilai-
nilai Islam kepada generasi penerus.

Salah satu sistem yang memungkinkan proses kependidikan Islam berlangsung


secara konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuannya adalah
kelembagaan kependidikan Islam. Dalam sejarah pendidikan Islam, sejak Nabi
SAW melaksanakan tugas dakwah agama secara aktif, di kota Mekah telah
didirikan lembaga di mana Nabi memberikan pelajaran tentang agama Islam
secara menyeluruh di rumah-rumah dan masjid-masjid. Salah satu rumah yang
terkenal dijadikan tempat berlangsungnya pendidikan Islam adalah Dar Al-Arqam
di Mekah dan masjid yang terkenal dipergunakan untuk kegiatan belajar dan
mengajar adalah masjid Al-Haram di Mekah dan masjid Nabawi di Madinah
(Abuddin Nata, 2012 : 191-192).

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa iman kepada Tuhan itu penting
2. Apa pembuktian wujud Tuhan
3. Bagaimana Tuhan menurut konsep Islam
4. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengapa iman kepada Tuhan itu penting
2. Untuk lebih mengetahui apa pembuktian wujud Tuhan
3. Untuk lebih mengetahui bagaimana Tuhan menurut konsep islam
4. Untuk lebih mengetahui bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Eksistensi dan martabat manusia.

B. Eksistensi dan Martabat


Manusia
 
 
  
  
 
 
  
 


 



 











*





#C


 + 
 ' 
 



   
 
'






#
C

#C


 +






#C

 








 



 




 











B. Eksistensi dan Martabat
Manusia
 
 
  
  
 
 
  
 


 



 











*





#C


 + 
 ' 
 



   
 
'






#
C

#C


 +






#C

 








 



 




 











Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar mampu
mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup akan mengantar
manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan agar hidupnya tidak sia-sia.
Eksistensi manusia di dunia merupakan tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hamba-
Nya, bahwa Dialah yang menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia.
Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan
Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT serta memikirkan ciptaan-Nya untuk
menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan
manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu
perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak
alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia

Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan
untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah
SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat
adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmat merupakan manusia
yang diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam
semesta.
2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia

Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan cara
melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah
berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97] yang artinya “Barang siapa mengerjakan amal
shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah
SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.
3. Tujuan Individu dalam Keluarga

Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai
sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.. Hampir semua manusia, pada
awalnya merupakan bagian dari anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga. Dalam
ilmu komunukasi dan sosiologi, keluarga merupakan bagian dari klasifikasi kelompok sosial
dan termasuk dalam small group atau kelompok terkecil karena paling sedikit
anggotanya. Namun keberadaan keluarga sangat penting karena merupakan bentuk khusus
dalam kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan miniatur
masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kode etik pemerintahan, prestige, ideologi,
dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan individu dalam keluarga adalah agar individu
tersebut menemukan ketentraman, kebahagiaan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah
dan warahmah. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab itu, wajar bagi manusia
baik laki-laki dan perempuan membentuk keluarga.
Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21] yang artinya "Dan diantara tanda-
tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk menjadi keluarga yang
tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus
dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
4. Tujuan Individu dalam Masyarakat

Setelah hidup berkeluarga, manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat. Tujuan hidup
bermasyarakat yaitu mencari keberkahan yang melimpah dalam hidup. Kecukupan kebutuhan
hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial
(bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat
tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan.
Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka
kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah
berfirman dalam Q.S. Al-A’raf [7:96] yang artinya“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi
, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
5. Tujuan Individu dalam Bernegara

Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan jati diri sebagai
pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial.
Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas
lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi
warga negara yang baik di dalam lingkungan negara untuk mewujudkan negara yang aman,
nyaman serta makmur.
6. Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional

Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional/dunia luar.
Dalam era globalisasi, kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus
bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan
individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam
kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia
globalisasi agar tidak kalah dan terlena dengan indahnya dunia.

B. Fitrah Manusia: Hanif dan Potensiakal Qaib dan Nafsu.

Pengertian Fitrah Manusia

Fitrah apabila dilihat dari etimologi bahasa Arab maka berasal Beberapa pakar
memberikan interpretasi fitrah berdasarkan pada hadis Nabi SAW.
َ ‫واه‬
ُ ‫ه(َر‬
َ ‫صرِاِنهَ ُوَيمِجَ سِاِن‬ َ ‫واهُ َيهَِو دِاِنه َُو‬
َ ِ‫ين‬ َ َ
ُ ‫فٔاََب‬,‫يالفِرة‬ َ َ‫ َمِامْنَ ْمولٍُْو دِ َّٕاالُ ْيول‬:‫سلم‬
َ ‫ُدَ عل‬ ََ َ‫َ علِيهَ و‬
َْ ُ‫سُو لِ هللاَ صلَىاهلل‬ َ َ ‫عنٔاَِبيُهَْر َي‬
ْ ُ‫قَالَ ر‬,‫رة‬ ْ
)‫ْلم‬ ‫ُمْ ِس‬
Artinya:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda: “Tidaklah seorang anak dilahirkan
melainkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani
atau Majusi” (HR Muslim). (Al-Naisaburi,) 2007

Hadis di atas menjelaskan bahwasanya Fitrah merupakan kapasitas bawaan dan


memiliki potensi yang sifatnya positif. Ibu dan ayah berdasarkan hadis di atas adalah
diartikan sebagai lingkungan dan juga pendidik yang berpengaruh signifika terhadap
yang memiliki kecenderungan untuk mempercayai keadilan, harta benda, kebenaran
dan ketauhidan serta keesaan dari Allah SWT yang ada pada diri setiap orang.
Berdasarkan hal tersebut maka bisa disimpulkan bahwasanya tiap-tiap manusia
mempunyai agama sejak Ia lahir dan agama tersebut diistilahkan sebagai agama
tauhid. Fitrah dalam definisi yang dilihat berdasarkan dua sisi yaitu yang pertama
melalui kebahasaan maka dapat diartikan sebagai kecenderungan manusia sekaligus
menjadi bawaan alamiahnya dan dari kata fatarah yang artinya yaitu kejadian, Fitrah
adalah kata kerja sehingga dapat diartikan sebagai menjadikan. Fitrah dalam sudut
pandang terminologi bisa diartikan dengan makna yang beragam di mana landasan
definisi tersebut terkandung dalam QS. Ar-Rum [23]: 30.

َ ‫سَ علََيهۚا الَ َْتِبْد َي‬


‫لِ لخْل‬ ْ َ‫فَ اَ ِ قْ مَ وْ جَ هَ كِ ل لِ د يِ نَ حِ نْ ي فً اۚ ِ فْ طَ رَ ت ا لَّ ِ ه ا لَّ ِ ت ي فَ َ طَ ر ا ل نَّ ا‬
َ ْ‫الناِ سَ الَ ي‬
‫علُ مْ ون‬ َّ ‫ْكثر‬ ََ َ‫لقُيمَ ولََِّك نٔا‬
َِ ْ‫ِقاِلۚه ذََِلكاِلْد ُينا‬
Artinya:

“Maka hendaklah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. tumbuh kembang
individu. (Tafsir, .) 2015

Berdasarkan pendapat dari Quraish Shihab yang menjelaskan bahwasanya Fitrah


merupakan Pranata serta sistem yang dibuat Allah SWT untuk setiap makhlukNya
dari tahapan awal penciptaan makhluk tersebut dan akhirnya menjadi bawaan. Hal
tersebut diartikan sebagai bawaan sejak lahir.(Oktori, 2021).
Berdasarkan pandangan dari Arifin yang sesuai dengan perspektif Islam yang
menjelaskan bahwasanya Fitrah adalah bawaan atau kompetensi dasar manusia.
Pendapat lain menjelaskan bahwasanya Fitrah adalah suatu potensi yang dibuat dan
diberikan kepada masing-masing makhluk semenjak proses penciptaannya misalnya
bawaan dasar seseorang pengertian berikutnya dari sisi keagamaan yakni manusia
mempunyai Fitrah untuk memiliki agama tauhid tentang pengakuan terhadap keesaan
Allah SWT.(Miftah, 2020).

Dari uraian diatas, dapat di simpulkan bahwa fitrah manusia adalah sesuatu yang
diberikan oleh Allah berupa potensi-potensi atau karakteristik yang pada dasarnya itu
semua kodrat dari ketentuan Tuhannya yang sejak lahir sudah diberikan oleh
manusia.

Pengertian Akal Manusia

Akal adalah pembeda antara manusia dibandingkan dengan makhluk ciptaan tuhan
yang lain karena Melalui penggunaan akal tersebut Maka manusia bisa mencari tahu
dan juga memahami kebaikan dan juga keburukan. Akal dalam redaksi Alquran
terdapat hingga 49 kali dan kata Al Albab terdapat 16 kali.(Handayani Suyadi 2019).
Berdasarkan pandangan dari Quraish Shihab yang menjelaskan bahwasanya akal Jika
dilihat dari segi bahasa pada asalnya diartikan sebagai penghalang dan juga tali
pengikat. Alquran mendefinisikan hal tersebut sebagai sesuatu yang sifatnya mengikat
dan juga sebagai penghalang agar manusia tidak terjerumus untuk berbuat dosa dan
kesesatan.

Fungsi Akal dalam Pendidikan Islam

Fungsi akal dalam pendidikan Islam. Suatu pembelajaran merupakan kebutuhan yang
menjadi strategi untuk menciptakan manusia yang cerah serta berguna di masa
mendatang. Pendidikan Islam menganggap bahwasanya akal berfungsi untuk
berperan agar menciptakan suatu insan yang kamil. Pembelajaran Islam dilihatkan
terhadap posisi ganda manusia sebagai tadaku dan juga tafakur. tadakur berorientasi
terhadap pengarahan, merespon, mengapresiasi dan juga memberikan karakter
terhadap manusia yang didasarkan pada kesempurnaan dari sisi manusia tersebut.
Sementara Tafakur memiliki peranan yakni menjadi alat pengendali sehingga tand kur
yang dimiliki oleh manusia tersebut dijalankan sesuai dengan fungsi dan perannya
secara optimal (saifu 2019). Berdasarkan hal tersebut maka tadakur mempunyai
peranan yang sangat signifikan bagi kehidupan manusia dan juga kesehariannya.

Pengertian Qalb Manusia

Kata qolbu terdapat 170 ayat yang dimuat di Alquran. Berdasarkan pendapat dari
Imam Al Ghazali yang dimuat dalam buku Ihya Ulumuddin yang menjelaskan
bahwasanya qolbu sendiri memiliki dua definisi yaitu yang ke-1 adalah segumpal
daging pendapat dari Al Ghazali manusia memiliki kelebihan daripada makhluk yang
lain yaitu penciptaan manusia bertujuan untuk agar mereka dapat mengenal
Tuhannya. Pengenalan tersebut sangatlah estetika dan juga menjadi kesempurnaan
serta kesuksesan manusia baik di dunia maupun di akhirat(mumtahanah 2019).
Selanjutnya Al Ghazali melakukan pembagian terkait komponen-komponen yang ada
pada hati manusia yaitu yang pertama adalah syahwat atau pendorong seseorang
untuk melakukan kebaikan dan juga keburukan berdasarkan kehendak hatinya, 2
yaitu terkait unsur-unsur bidang badan yang fungsinya adalah meraih setiap hal
sesuai apa yang diinginkan dan dapat diistilahkan sebagai kesanggupan maupun
kemampuan yang berhubungan dengan otot dan juga saraf manusia. (Ni’mah, 2021).

Qalb Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam

Hati adalah suatu hal yang sifatnya sangat lembut dan menjadi hakikat manusia yang
bisa memperoleh pemahaman terkait setiap keilmuan untuk mengenal tuhan.
Berdasarkan Muhammad SAW sebab beliau merupakan Uswatun Hasanah untuk
setiap umat. (AMARULLAH, 2019).

Upaya-upaya tersebut tentunya harus melewati beberapa tahap dimana tahap yang
paling awal yaitu tahali yang artinya yaitu mengosongkan diri dari setiap tindakan-
tindakan tercela atau sederhananya adalah pertobatan manusia. Tahapan berikutnya
yaitu pengisian diri dengan setiap tindakan- tindakan yang taat dan juga akhlakul
karimah dan melakukan tindakan- tindakan terpuji, tahapan ketiga atau tanzali yaitu
menunjukkan perilaku terpuji dan juga akhlakul karimah tersebut atau sederhananya
adalah setiap tingkah lakunya adalah berdasarkan apa yang diperintahkan oleh Allah
SWT. Guna meraih hal itu maka diperlukan suatu pengajar atau dapat disebut sebagai
guru untuk dapat membimbing murid agar dapat menempuh jalan spiritual dengan
benar. Namun faktanya masih terdapat banyak pemikat Islam yang tidak setuju akan
argumentasi tersebut Sebab mereka berpikiran bahwasanya terkait pencarian ilmu
pengetahuan atau perbaikan perilaku maka dapat dilakukan secara mandiri dan
otodidak..(Mumtahanah, 2019).

Pengertian Nafsu Manusia

Pendapat 298 kata nafs yang dimuat dalam Alquran atau secara rinci yaitu 140 kali
kata nafs, 153 kali kata anfus, dan dua kali kata Nufus serta satu kata tanafas dan
mutanavisun. Dari berbagai kata tersebut maka terdapat artian utama untuk
mengungkapkan dan menjelaskan kata Al nafs, yaitu penyebutan bagi seseorang yang
mendapatkan konsekuensi atas setiap tindakannya. Berdasarkan hal tersebut maka
bisa dimengerti bahwasanya Setiap tindakan seseorang yang sifatnya positif tentu
akan membawa dampak positif untuk nafsunya dan begitu pula sebaliknya (Faiz dkk
2019). Secara umum adalah potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk berbuat Setiap
tindakan yang sifatnya baik dan juga buruk. Sederhananya nafsu bisa dimaknai
sebagai motivasi ataupun dorongan yang dimiliki oleh manusia yang dapat
mendukung manusia tersebut untuk bertindak setiap hal yang sifatnya baik dan juga
setiap hal yang sifatnya buruk baik untuk dirinya ataupun orang lain..(Mutholingah,
2021).

Peranan Nafsu Terhadap Pendidikan Islam

Apabila membahas terkait dunia pendidikan Islam maka implikasinya didasarkan


pada QS Assad ayat 26 yang menjelaskan bahwasanya setiap pendidikan wajib untuk
kecenderungan untuk berbuat hal-hal yang sifatnya baik maupun buruk.

C. Kedudukan, Tujuan, Tugas Dan Program Hidup Manusia.


1. Kedudukan Manusia

Manusia memiliki kedudukan sebagai hamba Allah yang bertugas untuk senantiasa beribadah
kepada Allah semata. Apa pun aktivitas yang dijalankan oleh manusia di muka bumi,
hendaknya ditujukan untuk beribadah dan mencari rida Allah swt.

2. Tujuan Hidup Manusia

Tujuan hidup kita sebagai seorang muslim ialah untuk beribadah. Ibadah ini beragam
bentuknya tak hanya sholat dan tadarus melainkan menuntut ilmu, belajar, membantu orang tua,
bersedekah juga termasuk ke dalam ibadah.

3. Tugas Manusia

Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai dua tugas utama, yaitu:


1) Sebagai 'abdullah, yakni hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan dan
KehendakNya serta mengabdi hanya kepadaNya; dan
2) Sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang meliputi pelaksanaan tugas kekhalifahan
terhadap diri sendiri,

4. Program Hidup Manusia.

Setiap muslim mempunyai visi misi hidupnya masing masing. Tetapi paling tidak ada lima misi
utama sebagai berikut,
1) Beribadah Kepada Allah Secara Tulus, contohnya itu sholat dengan khusyuk dan ikhlas
menjalankan perintahnya.
2) Bekerja dengan landasan moral agama, misalnya bekerja dengan jujur, taat peraturan dan
lain lain.
3) Membangun keluarga yang islami, kita sebagai keluarga harus bisa membuat suasana
keluarga kita selalu damai dan tentram.
4) Membangun masyarakat bermoral, contohnya kita sebagai masyarakat harus menghormati
dan menghargai satu sama lain dan harus menerapkan toleransi.
5) Memilahara kesehatan pribadi, dan kita harus juga memerhatikan kesehatan kitadari asupan
makan, berolahraga dan lain lain itu sangat disukai Allah SWT
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di ciptakannyamanusia di


bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam saja, tetapi manusia dituntutuntuk selalu
berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Sebagai seorang manusia, kita juga harusmenjadi
individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang melekatdalam
diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman manusia
tentangagama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan
mengasihi satusama lain karena kita diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, sebagai
seorang manusiakita harus mematuhi aturan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.vadcoy.com/iman-kepada-allah-definisi-dan-pentingnya/

https://gooddoctor.id/pendidikan/mengapa-kita-harus-beriman-kepada-allahswt/
https://rumahilmupart3.blogspot.com/2017/01/pembuktian-wujud-tuhan.html

https://mahasiswa.ung.ac.id/452422042/home/2022/10/9/konsep-
ketuhanandalam-islam.html
https://elearning.itenas.ac.id/pluginfile.php/285943/course/overviewfiles/MOD UL
%201%20KONSEP%20KETUHANAN%20YANG%20MAHA%20ESA.pd
f

Anda mungkin juga menyukai