Anda di halaman 1dari 15

ISLAM MEMBANGUN PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN, PLURALITAS DALAM

ISLAM, MODERASI DALAM ISLAM, NILAI-NILAI MODERASI DALAM ISLAM

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Agama Islam

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10 :

1. TIARA DEBY SHAFIYAH (F0G021008)


2. NURJANNAH HASIBUAN (F0G021022)
3. DHEA PUTRI DINANTI (F0G021023)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. KHOIRUMAN, M.Pd.I

JURUSAN D3 KEBIDANAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Islam
Membangun Persatuan Dalam Keberagaman, Pluralitas Dalam Islam Moderasi Dalam Islam,
Nilai-Nilai Moderasi Dalam Islam” dengan baik tepat pada waktunya .

Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan, terlepas dari itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis
dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, saran dan massukan dari pembaca dan berbagai pihak selalu
diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya.Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.

Bengkulu, 15 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................2

DAFTAR ISI ................................................................................................................................3

BAB I ...........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN .......................................................................................................................4

A. Latar Belakang .................................................................................................................4


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................5
C. Tujuan ..............................................................................................................................5

BAB II ..........................................................................................................................................6

PEMBAHASAAN .......................................................................................................................6

A. Islam Membangun Persatuan dalam Keberagaman .........................................................6


B. Pluralitas dalam Islam ......................................................................................................8
C. Nilai-nilai Moderasi dalam Islam .....................................................................................11

BAB III ........................................................................................................................................14

PENUTUP ....................................................................................................................................14

A. Kesimpulan ......................................................................................................................14
B. Saran ................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberagamaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan agama dan juga suatu unsur
kesatuan yang komprehensif, yang seseorang disebut sebagai orang beragama dan bukan
sekedar mengaku mempunyai agama. Hal penting dalam beragama adalah memiliki
keimanan.Keimanan sendiri memiliki banyak unsur, unsur yang paling penting adalah komitmen
untuk menjaga hati agar selalu berada dalam kebenaran. Secara praktis, hal ini diwujudkan
dengan cara melaksanakan segala perintah dan menjauhi semua larangan Allah dan Rasul-Nya.
Seseorang yang beragama akan merefleksikan pengetahuan agamanya dalam sebuah tindakan
keberagamaan, melaksanakan ibadah dan mengembangkan tingkah laku yang terpuji. Jiwa
beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan
dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan kedalam peribadatan kepada-Nya, baik
bersifat hablumminallah maupun hablumminannas.

Manusia dalam hidupnya selalu merindukan kebahagiaan.Kebahagiaan yang hakiki


ternyata bukanlah berasal dari pola hidup bebas seperti burung, melainkan justru diperoleh
melalui pola hidup yang konsisten mentaati suatu aturan tertentu, yaitu agama.Sebagai langkah 2
awal dalam mencari kebahagiaan, manusia harus menyadari makna keberadaannya di dunia
ini.Peranan agama adalah sebagai pendorong atau penggerak serta mengontrol dari tindakan-
tindakan para anggota masyarakat untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan
ajaranajaran agamanya, sehingga tercipta ketertiban sosial. Ajaran agama oleh penganutnya
dianggap sebagai norma dan sebagai sosial kontrol sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi
sebagai pengawas sosial secara individu ataupun kelompok.

Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu terdapat permasalahan-permasalahan atau


penyimpangan sosial yang dilakukan oleh manusia atau anggota masyarakat. Hal yang demikian
tidak dapat dihindari dalam kehidupan masyarakat, karena manusia di dunia ini pasti akan
mempunyai masalah sosial. Hubungan atau interaksi yang terjadi dalam anggota masyarakat
tidak jarang menimbulkan atau mengakibatkan permasalahan-permasalahan atau penyimpangan
norma yang berlaku di masyarakat tersebut.Dari permasalahan-permasalahan atau penyimpangan
sosial yang banyak terjadi dan menjadi penyakit masyarakat salah satunya adalah prostitusi.

Membicarakan prostitusi dalam kehidupan masyarakat merupakan hal biasa, dari yang
remaja maupun sampai yang sudah tua. Membahas prostitusi itu berarti tidak lepas dari seks dan
wanita.Seks adalah kebutuhan manusia yang selalu ada dalam diri manusia yang sudah dewasa
atau baligh yang bisa muncul secara tiba-tiba. Seks juga bisa berarti sebuah ungkapan rasa
manusia yang cinta akan keindahan secara fisik atau kasat mata. Dari keindahan itulah bisa
disimpulkan bahwa wanita adalah simbol keindahan itu sendiri.Maka fenomena yang sering
terjadi dalam masyarakat bahwa seks selalu identik dengan wanita, karena seks tidak bisa lepas
dari wanita.Salah satu perubahan tata nilai tersebut adalah dikarenakan lemahnya keyakinan
beragama, sikap individual dan matrealis.Pembinaan keberagamaan yang dilakukan di
lingkungan lokalisasi sangatlah penting terutama terhadap pekerja seks komersial di daerah
tersebut.Agar para PSK bisa sadarkan diri dan meninggalkan kemaksiyatan.Karena bimbingan
keberagamaan serta pemeliharaan dan peningkatan keimanan adalah upaya yang perlu terus
menerus dilakukan (Ancok dan Suroso, 2005:34).

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana islam membangun persatuan dalam keberagaman?

2.Bagaimana pluralitas dalam islam?

3. Apa saja nilai-nilai moderasi dalam islam?

C. Tujuan

1. Mengetahui islam membangun persatuan dalam keberagamaan

2. Mengetahui pluralitas dalam islam

3. Mengetahui nilai-nilai moderasi dalam islam


BAB II

PEMBAHASAAN

A. Islam Membangun Persatuan Dalam Keberagaman

Adapun  Islam dalam menaggapi perbedaan dalam persatuan dan kesatuan bangsa adalah :

1. Konsep Toleransi dalam Islam (Kebebasan Beragama)

Radikalisme Islam mendorong Barat memelihara isu “:teroris Islam” agar dunia waspada
dan ikut memberantas kelompok ekstrimis Islam. Dan menghapus citra Islam dengan
mengatakan Islam adalah agama yang intoleransi.Islam adalah agama yang sangat toleransi.Jelas
ini tidak pantas jika Islam dituduh agama yang ekstrim dan radikal.Apalagi dengan mengatakan
Al Qur’an dan Nabi Muhammad sebagai inti dari semua teror.

Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam Islam
seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agamanya dan masuk Islam
dengan terpaksa, karena Allah telah berfirman:

‫ال إكراه في الدين‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(QS. Al Baqarah: 256)

Sejarah telah mengabadikan kepemimpinan Rosulullah saw dan sikap tasamuh beliau
dalam  memperlakukan penduduk Madinah yang plural. Seperti yang tertulis dalam “Piagam
Madinah” (shahifah madinah). Diantara isi piagam disebutkan  tentang adanya kesepakatan,
bahwa jika ada penyerangan terhadap kota Madinah  atau penduduknya, maka semua ahlu
shahifah (yang terlibat dalam Piagam  Madinah) wajib mempertahankan dan menolong kota
Madinah dan penduduknya  tanpa melihat perbedaan agama dan qabilah.
2. Batasan toleransi dalam perspektif islam

Seperti yang terjadi di masa sahabat, saat seorang munafik yang bernama Musailah Al
Kadzdzab (dan pengikutnya) mengaku bahwa dirinya nabi setelah wafatnya Nabi Muhammad
saw. Melihat hal tersebut para sahabat tidak tinggal diam dan membiarkan pengikut Musailamah
terus menyebarkan ajaran sesatnya.Karena disitu ada mashlahah untuk menjaga agama (hifdz al
din) yang merupakan faktor dharury (primer) dalam kehidupan umat Islam. Allah telah
berfirman dengan tegas dan jelas bahwa Nabi Muhammad saw adalah penutup para Nabi dan
tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad.

‫ما كان محمد أبا أحد من رجالكم ولكن رسول هللا وخاتم النبيين وكان هللا بكل شيء عليما‬

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.”(QS. Al Ahzab: 40)

Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam. Karena seorang yang
mengaku muslim berarti meyakini dan bersakasi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi
Muhammad saw adalah utusan Allah dan meyakini bahwa tidak ada nabi setelah Nabi
Muhammad saw.

Al Asas al fikri li tasamuh al muslimin

Yusuf Qordhowi dalam kitabnya fi fiqh al aqliyat al muslimah menyebutkan beberapa


faktor toleransi muslim terhadap non-muslim :

a. Nilai kemanusiaan yang mulia.

‫ولقد كرمنا بني آدم‬

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.”(QS. Al Isra’: 70)

b. Perbedaan yang dimuka bumi ini adalah sesuai dengan kehendak Allah Sang Maha Pencita
alam semesta dan isinya.
‫ولو شاء ربك لجعل الناس أمة واحدة وال يزالون مختلفين‬

“Jikalau Tuhan-mu mengkehendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi
mereka senantiasa berselisih pendapat.”(QS. Hud: 118)

c. Perbedaan tersebut adalah menjadi pertanggung jawaban antara dia dan Allah di akhirat nanti.

‫وإن جادلوك فقل هللا أعلم بما تعملون هللا يحكم بينكم يوم القيامة فيما كنتم فيه تختلفون‬

“Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah, “Allah lebih mengetahui tentang apa
yang kamu kerjakan” Allah akan mengadilindiantara kamu pada hari kiamat tentang apa yang
kamu dahulu selalu berselisih”.(QS. Al Hajj: 68-69)

d. Allah telah memerintahkan untuk berbuat adil dan berakhlak mulia.

‫يا أيها الذين آمنوا كونوا قوامين هلل شهداء بالقسط وال يجرمنكم شنآن قوم على أال تعدلوا‬

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.”(QS. Al
Ma’idah: 8)

B. Pluralitas Dalam Islam

Di Indonesia, pluralitas dan pluralisme terutama yang terkait dengan agama seakan
ditakdirkan selalu berada dalam posisi problematis. Siapa pun tidak ada yang menampik
terhadap fakta keragaman di Indonesia. Sejarah keragaman agama di Indonesia telah berlangsung
sangat lama.Menurut salah satu teori sejarah, Islam datang ke bumi Nusantara pada abad ke-7 M.
Artinya, Islam telah menghiasi negeri ini melewati satu milenium.Tetapi Islam tidak memasuki
ruang hampa.Jauh sebelum datangnya Islam, masyarakat Nusantara telah terpola ke dalam
pelbagai agama dan kepercayaan.Tidak hanya Islam, agama-agama lainnya pun berdatangan.
Dalam versi negara, pada saat ini ada enam agama yang diakui eksistensinya, yaitu: Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Salah satu sisi problematis dari keragaman tersebut adalah adanya potensi konflik.Tentu
ini terasa aneh, karena ajaran agama mana pun selalu menekankan pada kesamaan dan
kesetaraan manusia.Ini merupakan visi perenial semua agama.Potensi konflik dalam keragaman
agama dengan demikian berada di luar wilayah perenial agama, tetapi lebih banyak terjadi pada
wilayah konstruksi sosial.Sesungguhnya, semua agama menganjurkan kepada umatnya untuk
mengasihi sesama makhluk hidup dan bersikap positif terhadap alam.Harmoni kehidupan di
dunia yang satu ini merupakan inti pesan agama-agama, khususnya agama langit (samawi).
Semua umat beragama memiliki kewajiban mengimplementasikan ajaran dasar agama-agama itu
di dalam kehidupan sehari-hari. Menghargai pluralitas termasuk bidang pendidikan (akan
memperkuat proses integrasi sosial (anak-anak dari etnis berbeda)8 . Sama halnya dengan bidang
agama, sebagai salah satu elemen primordialism, memiliki peran “perekat” terhadap integrasi
sosial. Islam, dalam hal ini, sebagai kelompok mayoritas dianut penduduk (90%) Indonesia,
memiliki peranan strategis dalam membina generasi mudanya dan umat Islam dalam
memperkuat integrasi sosial.Umat Islam memiliki tanggung jawab terdepan dalam membina dan
memperjuangkan integrasi sosial. Secara konseptualteoritis, ajaran Islam sangat menjunjung
tinggi nilai keragaman dan toleransi terhadap pluralitas. Sebagai wahyu yang diturunkan bagi
manusia, Islam telah menjadikan doktrin menyejarah dalam pluralitas.

Dalam Islam, pluralitas aliran keagamaan diterima sebagai kenyataan sosiohistoris.


Pluralitas seperti ini adalah gejala umum terjadi dalam kehidupan manusia, seperti pluralitas
dalam berfikir, berperasaan, bertempat tinggal, dan berperilaku.Sumber dari Islam itu sendiri
sesungguhnya bersifat tunggal, yakni bersumber dari dan bersandar pada Allah yang satu.
Namun, ketika doktrin itu mensejarah dalam masyarakat dan realitas kehidupan masyarakat,
maka pemahaman, penafsiran, dan pelaksanaan sepenuhnya bersandar pada realitas tersebut.
Manusia yang satu dengan manusia yang lain berbeda dalam pemikiran maupun kehidupan
sosial-ekonomi, budaya, politik, dan geografis.

Beliau berpendapat bahwa untuk semua agama Tuhan telah menyiapkan hukum suci
yang berbeda (different divine law) dan jalan yang terbuka (an open road). Boullata,12
menyatakan bahwa semangat al-Qur’an mengisyaratkan bahwa pluralisme mempersilahkan
setiap kelompok untuk berlomba-lomba dalam mencapai kebenaran (fastabiq al-khayrat).
Ungkapan khayrat yang ditulis dalam bentuk plural ini menandakan bahwa di dunia ini terdapat
beragam kebaikan, termasuk di dalamnya kebaikan atau kebenaran agama, dan untuk
mendapatkan kebaikan dan kebenaran itu, setiap kelompok harus berusaha secara
terhormat.Sebagai pendukung teologi pluralis, Nurcholis Madjid mengeksplorasi lebih lanjut
formulasi Ibnu Taymiyyah tentang gagasan Islam universal. Dengan mengutip al-Qur’an, 3: 83-
85, Madjid menyatakan bahwa Islam atau lebih tepatnya sebagai istilah dengan makna
generiknya adalah sikap tunduk-patuh dan taat-pasrah kepada Tuhan yang meliputi seluruh alam
semesta. Ajaran yang demikian ini kemudian dibawa oleh para nabi, yang inti serta pangkalnya
adalah iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, kendati manifesto sosio-kulturalnya secara historis
berbeda-beda.Keimanan ini harus didasarkan pada penolakan secara sadar terhadap sesembahan
dalam sistem kepercayaan palsu.13 Tujuan para pendukung teologi pluralis bukanlah
keseragaman bentuk agama, karena gagasan pluralisme agama berdiri di antara pluralitas yang
tidak berhubungan, dan kesatuan monolitik.

Paralelisme hanya mengekspresikan adanya fenomena satu Tuhan banyak agama, yang
berarti bersikap toleran terhadap adanya jalan lain menuju Tuhan.Dalam pandangan pluralis,
setiap agama merupakan ekspresi keimanan terhadap Tuhan.Demikian menurut Schuon, dengan
memetakan wilayah agama dalam tataran eksoterik dan esoterik.14 Pengakuan terhadap
pluralisme agama dalam sebuah komunitas sosial menjanjikan dikedepankannya prinsip
inklusivitas (keterbukaan) suatu prinsip yang mengutamakan akomodasi dan bukan konflik di
antara mereka.Sebab, pada dasarnya masing-masing agama mempunyai berbagai klaim
kebenaran yang ingin ditegakkan terus, sedangkan realitas masyarakat yang ada terbukti
heterogen secara kultural dan religius.

Oleh karena itu, inklusivitas menjadi penting sebagai jalan menuju tumbuhnya kepekaan
terhadap berbagai kemungkinan unik yang bisa memperkaya usaha manusia dalam mencari
kesejahteraan spiritual dan moral. Realitas pluralitas yang bisa mendorong ke arah kerja sama
dan keterbukaan itu, secara jelas telah diserukan oleh Allah Swt dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 14.
Dalam ayat itu, tercermin bahwa pluralitas adalah sebuah kebijakan Tuhan agar manusia saling
mengenal dan membuka diri untuk bekerja sama.
C. Nilai-Nilai Moderasi Dalam Islam

Dalam agama Islam, pesan tentang perbedaan dan keragaman dapat ditemukan dalam
banyak ayat al-Qur'an dan hadits. Keanekaragaman sesungguhnya merupakan kehendak dari
Allah itu sendiri (Shihab, 2007:52). Sehingga pemahaman tentang pluralitas seharusnya telah
menjadi bagian yang menyatu dalam kesadaran teologis setiap muslim. Kesadaran tentang
keragaman ini pada gilirannya juga akan mengarahkan pada pemahaman dan sikap moderat
dalam beragama. Karena setiap perbedaan pasti akan memunculkan persinggungan dan gesekan.
Namun dengan sikap yang moderat dalam beragama akan melihat perbedaan dan keragaman
sebagai sebuah realitas yang tidak perlu dipertentangkan, namun justru dikelola dengan baik
sehingga menjadi sumber kekayaan khazanah sosial budaya. Pada titik inilah kita bisa merasakan
kebenaran bahwa perbedaan dan keragaman merupakan rahmat dan berkah bagi kehidupan.

Konsep moderasi dalam Islam dikenal dengan istilah wasathiyah yang bersumber dari al-
Qur'an sendiri. Al-Qur'an menyebut umat Islam sebagai ummah wasatha (al-Baqarah: 143).
Dalam kerangka ini sesungguhnya bersikap moderat merupakan karakter utama dari seorang
muslim (Suharto, 2014: 88). Menurut al- Qardhawi, wasathiyah adalah sesuatu yang memerlukan
hak yang sepatutnya, yaitu dengan memberikan hak yang sewajarnya dengan mengambil jalan
tengah agar tidak melampaui batas-batas syariat Islam (Qardhawi, 1997: 10). Dalam konteks
Indonesia, menurut Masdar Hilmy, sikap moderat dapat tercermin dalam karakter sebagai
berikut; 1) penyebaran ajaran Islam melalui ideologi non kekerasan, 2) mengadopsi cara hidup
modern dengan segala derivasinya, termasuk teknologi, demokrasi, HAM, dan sejenisnya, 3)
penggunaan cara berpikir rasional, 4) memahami Islam dengan pendekatan kontekstual, dan 5)
penggunaan ijtihad dalam mencari solusi terhadap persoalan yang tidak ditemukan justifikasinya
dalam al-Qur'an dan hadits (Hilmy, 2013: 25).

Untuk menopang konsep dan sikap moderat, setidaknya ada empat nilai dasar yang perlu
dikembangkan dan diinternalisasikan melalui proses pendidikan. Keempat nilai dasar tersebut
adalah toleran (tasamuh), keadilan (i’tidal), keseimbangan (tawazzun), dan persamaan. Secara
singkat penjelasan tentang keempatnya adalah sebagai berikut :
1. Toleran

Dalam bahasa arab, istilah toleran bermakna tasamuh yang berarti sifat dan sikap
tenggang rasa atau saling menghargai antar sesama manusia, walaupun pendirian atau
pendapatnya berbeda (bertentangan) dengan pendiriannya sendiri. Secara etimologi, toleransi
adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Sebagai makhluk sosial, manusia
tidak akan pernah bisa untuk tidak membutuhkan orang lain, semua manusia tentu saling
membutuhkan. Oleh karena itu antara satu manusia dengan manusia yang lainnya harus saling
memperhatikan dan saling tolong menolong dalam kebajikan dan dalam berbagai aspek
kehidupan, mulai dari aspek sosial, ekonomi, budaya, kemasyarakatan dan aspek kehidupan
kemanusiaan lainnya. Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak
dilarang oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah pihak saling
menghormati hak-haknya masing-masing.

Toleransi meniscayakan sebuah cakrawala yang luas untuk memahami orang lain, karena
dengan pemahaman tersebut akan memudahkan jalan untuk mengenali dan menjalin kerjasama.
Salah satu jalan untuk mencapai peradaban toleransi ini adalah melalui inklusifisme (Misrawi,
2010: 178). Sikap inklusif akan mengajarkan kepada kita tentang kebenaran yang bersifat
universal sehingga dengan sendirinya juga akan mengikis sikap eksklusif yang melihat
kebenaran dan kemuliaan hanya ada pada diri dan pihak kita sendiri. Kebenaran sangat mungkin
sekali ada dan dimiliki oleh orang lain.

2. Keadilan

Hampir semua agama memiliki konsep dasar tentang keadilan dan dijadikan sebagai
standar kebajikan yang diajarkan kepada pemeluknya. Meskipun demikian, mungkin saja terjadi
perbedaan dalam pemahamannya, dalam mempersepsinya dan dalam mengembangkan visinya,
sesuai dengan prinsip-prinsip teologisnya. Secara umum pengertian adil mencakup; tidak berat
sebelah, berpihak kepada kebenaran, objektif dan tidak sewenang-wenang. M. Quraish Shihab
mengemukakan bahwa kata adil pada awalnya diartikan dengan sama atau persamaan, itulah
yang menjadikan pelakunya tidak memihak atau berpihak pada yang benar (Shihab, 1998: 111).
3. Keseimbangan

Keseimbangan (tawazun) yaitu sikap berimbang atau harmoni dalam berkhidmad demi
terciptanya keserasian hubungan antar sesama umat manusia dan antara manusia dengan Allah
swt. Dengan prinsip tawazun, berusaha mewujudkan integritas dan solidaritas sosial umat Islam.
Dengan tawazun, muncul keseimbangan antara tuntutan-tuntutan kemanusiaan dan ketuhanan,
muncul konsep penyatuan antara tatanan duniawi dan tatanan agama, juga muncul adanya
harmoni antara hak dan kewajiban. Prinsip tawazun, yakni menjaga keseimbangan dan
keselarasan, sehingga terpelihara secara seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat,
kepentingan pribadi dan masyarakat, dan kepentingan masa kini dan masa datang.
Keseimbangan di sini adalah bentuk hubungan yang tidak berat sebelah (menguntungkan pihak
tertentu dan merugikan pihak yang lain). Tetapi, masing-masing pihak mampu menempatkan
dirinya sesuai dengan fungsinya tanpa mengganggu fungsi dari pihak yang lain. Hasil yang
diharapkan adalah terciptanya hidup yang dinamis.

4. Kesetaraan

Islam memandang bahwa semua manusia adalah sama (setara), tidak ada perbedaan satu
sama lain dengan sebab ras, warna kulit, bahasa atau pun identitas sosial budaya lainnya. Prinsip
kesetaraan ini merupakan konsekuensi dari nilai toleransi yang dicapai melalui inklusifitas. Sikap
inklusif akan mengajarkan kepada kita tentang kebenaran yang bersifat universal sehingga
dengan sendirinya juga akan mengikis sikap eksklusif yang melihat kebenaran dan kemuliaan
hanya ada pada diri dan pihak kita sendiri. Kebenaran sangat mungkin sekali ada dan dimiliki
oleh orang lain. Pemahaman ini juga akan mengarahkan kita pada kesetaraan, dan
egaliterianisme. Satu-satunya pembeda secara kualitatif pada diri manusia adalah ketakwaannya
kepada Allah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keberagamaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan agama dan juga suatu unsur
kesatuan yang komprehensif, yang seseorang disebut sebagai orang beragama dan bukan
sekedar mengaku mempunyai agama. Hal penting dalam beragama adalah memiliki
keimanan.Keimanan sendiri memiliki banyak unsur, unsur yang paling penting adalah komitmen
untuk menjaga hati agar selalu berada dalam kebenaran. Secara praktis, hal ini diwujudkan
dengan cara melaksanakan segala perintah dan menjauhi semua larangan Allah dan Rasul-Nya.
Seseorang yang beragama akan merefleksikan pengetahuan agamanya dalam sebuah tindakan
keberagamaan, melaksanakan ibadah dan mengembangkan tingkah laku yang terpuji.

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, maka dari itu
kami membutuhkan berbagai masukan-masukan ataupun saran yang bersifat konstruktif untuk
memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://muhmdirpan.wordpress.com/2017/12/13/bagaimana-islam-membangun-persatuan-dalam-
keberagaman/

https://media.neliti.com/media/publications/40316-ID-islam-dan-pluralitas-agama-di-indonesia-
analisis-sosiologi-agama-tentang-potensi.pdf

http://www.ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/insania/article/download/3365/2119

Anda mungkin juga menyukai