Disusun Oleh:
Nurhadi : 10120876
Nurhasanah : 10120891
Ratna Nabila Ristiani : 10120895
Rani Sapitri : 10120894
Rizki Abidin F : 10120887
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Syahadatain Atau
Ma'rifaturrasul bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 2
A. MA’RIFATUR RASUL ........................................................................................................................ 2
1.1 Makanatur Rasul (Kedudukan Rasul) ............................................................................................... 2
1.2 Abid min ibadillah (Hamba diantara hamba-hamba Allah) .............................................................. 2
1.3 As-Sunnah (Sunnah) .......................................................................................................................... 4
1.4 Rasul Minal mursalin (Rasul diantara Rasul-rasul) ........................................................................... 4
B. HAJATUL INSAN ILA RASUL ............................................................................................................. 6
1.1 Hazatul Insan Ila Rasul ................................................................................................................ 6
1.2 Al Insan.............................................................................................................................................. 6
1.3 Fitrah ................................................................................................................................................. 7
1.4 Wujudul Kholiq.................................................................................................................................. 8
1.6 Hayatul Munadhomah ...................................................................................................................... 9
1.7 Hidayatur Rasul ................................................................................................................................ 9
1.8 Makrifatul Kholiq ............................................................................................................................ 10
1.9 Minhajul hayah ............................................................................................................................... 10
C. WAZHIFATUR RASUL ................................................................................................................. 11
2.1 Peran dan Tugas Rasul .......................................................................................................... 11
2.2 Azab Tidak Mentaati Rasul .................................................................................................... 20
D. KHASHAISUR RUISALAH MUHAMMAD S.AW. .............................................................................. 24
2.3 Khotama Al Anbiya (Nabi penutup) ...................................................................................... 25
2.4 Nasikhu Ar Risalah (penghapus risalah) ................................................................................ 25
2.5 Musoddiqu Al Anbiyak (membenarkan para nabi) ............................................................... 25
E. WAJIBUNA NAHWARRASUL ...................................................................................................... 29
A. tashdiquhu fima akhbar (membenarkan apa-apa yang disampaikan olehnya). ...................... 29
B. tha’atuhu fima amar (mentaati apa yang beliau perintahkan). ............................................... 29
C. ijtanabu ma naha ‘anhu (menjauhi apa yang dilarang olehnya). ............................................. 30
D. la na’budullaha illa bima syara’a .............................................................................................. 31
A. Latar Belakang
Muhammad RasululLah SAW adalah sebagai hamba di antara hamba- hamba Allah
lainnya. Sebagai hamba maka Rasul mempunyai ciri yang juga sama dengan manusia lainnya,
seperti beliau sebagai manusia mempunyai nasab dan jasadnya. Selain itu Nabi Muhammad
SAW juga sebagai rasul di antara para rasul. Sebagai rasul, Nabi bersifat menyampaikan
risalah, menjalankan amanah dari Alah, dan sebagai pemimpin ummat.
Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan fitrah, dimana manusia bersih, suci
dan mempunyai kecenderungan yang baik dan ke arah positif yaitu ke arah Islam. Fitrah
manusia di antaranya adalah mengakui kewujudan Allah sebagai pencipta.
Nabi Muhammad SAW mempunyai ciri-ciri yang khusus dibandingkan dengan para
rasul lainnya. Ciri-ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW dan tidak dimiliki oleh para
Rasul sebelumnya. Nabi Muhammad sebagai penutup bererti tidak ada lagi nabi setelah nabi
Muhammad SAW, ia pun menghapuskan risalah sebelumnya yang bererti risalah sebelumnya
tidak lagi digunakan setelah datangnya
Nabi Muhammad SAW, beliaupun membenarkan Nabi sebelumnya dan adanya Nabi
Muhammad tidak untuk kaumnya sahaja tetapi bagi seluruh manusia dan bagi semesta Alam.
RasululLah tampil sebagai pembawa risalah Islam yang mencakupi huda dan dienul Haq.
Selain itu hadirnya RasululLah SAW di tengah kita adalah sebagai saksi, pembawa berita
gembira dan peringatan, menyeru ke jalan Allah dan sebagai pelita yang menerangi.
Keimanan kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam harus diwujudkan dengan
cara ittiba’ (mengikuti) kepada beliau. Seseorang yang rela ittiba’ kepada rasul berarti telah
tertanam dalam dirinya tashdiq (pembenaran) dan tha’ah (ketaatan) sebagaimana disebutkan
dalam pembahasan wajibuna nahwar rasul, sehingga ia senantiasa bersedia mengikuti komando
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu menjauhi apa yang dilarangnya dan beribadah
dengan apa yang disyariatkannya.
B. Tujuan
➢ Untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam.
Selain itu Nabi Muhammad SAW juga sebagai rasul di antara para rasul. Sebagai rasul,
Nabi bersifat menyampaikan risalah, menjalankan amanah dari Alah, dan sebagai pemimpin
ummat. Perjalanan nabi sebagai Rasul dalam menyampaikan dakwah dan misi dapat dilihat
dari dakwah-dakwah Nabi, seperti di dalam fiqh dakwah. Selain itu Nabi Muhammad SAW
juga membawa sunnah yang dijadikan sebagai fiqhul Ahkam. Kedudukan Rasul dapat
digambarakan didalam sirah nabi, sunnahnya dan dakwahnya sehingga dari kedudukan ini
banyak yang kita ambil sebagai fiqh sirah, fiqh ahkam dan fiqh dakwah.
Sebagai seorang manusia Rasulullah-pun diciptakan oleh Allah SWT sebagai seorang
hamba, Allah berfirman dalam Al-qur’an surah Al-Isra yang Artinya : Maha Suci Allah, yang
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Yang membedakan rasul dengan manusia yang lain, ialah Rasul mendapat wahyu
yaitu menyuruh kita meng-ilahkan Allah saja.
1. Insan (Manusia)
Rasul sebagai manusia digambarkan makan, ke pasar dan sebagainya. Perilaku ini
menggambarkan suatu aktivitas sehari-hari manusia. Apabila Rasul sebagai manusia, maka
dakwah mudah dilaksanakan dan mudah diterima, tidak ada alasan bagi manusia untuk
menolaknya. Apabila malaikat sebagai Nabi maka banyak alasan untuk tidak melaksanakan
perintah Allah. Kaum Yahudi senantiasa mempersoalkan kehadiran Rasul yang berasal dari
manusia. Sebetulnya mereka mengada-adakan persoalan yang didasari kekufurannya kepada
Allah
2. Nasab (Keturunan)
Rasul berasal dari kaum Quraisy. Bapaknya bernama Abdullah dan ibunya bernama
Aminah. Beliau mempunyai keluarga dan keturunan yang jelas. Begitupun tentang sejarah
kelahiran dan asal usulnya. Sejarah yang menjelaskan bagaimana nabi dibesarkan sehingga
menjadi Rasul juga banyak terdapat di berbagai buku sirah Nabi.
3. Jism (Fisik)
Fisik nabi Muhammad SAW digambarkan banyak oleh hadits seperti rambutnya yang
rapi dan selalu disikat (sisir), badannya yang kuat, tingginya sedang dan sebagainya. Dari
gambaran fisik ini, Nabi adalah manusia yang juga sebagai manusia biasa lainnya.
Bagi muslim dalam menjalankan hidup dan dakwah tentunya menghadapi banyak
rintangan selain dari bagaimana harus menjalani hidup ini dengan sempurna. Peranan hukum
atau aturan sebagai panduan membawa kita ke arah yang sempurna sangatlah diperlukan. Rasul
dijadikan sebagai tempat ketaatan dan tauladan, dan juga sebagai rujukan hukum. Fiqh ahkam
yang digunakan sebagai dalil juga memerlukan pandangan sunnah. Allah berfirman dalam
Alqur’an surah An-Nisa ayat 64-65, yang Artinya :“Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul
melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya
dirinya[313] datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun
memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang.”(QS. An-Nisa [4]: 64).
Al-Ahzab ayat 39, yang Artinya :“Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul
itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa
yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (QS. Al-Jinn
[72]:28).
Rasul telah menunaikan amanahnya sebagai rasul yaitu menyampaikan risalah kepada
manusia. Menunaikan amanah dan tugas menyampaikan misi ini merupakan peranan Rasul.
Bukti bahwa Rasul telah menunaikan amanah ini adalah pengikut-pengikutnya yang setia dan
menyebarkan dakwah kepada manusia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah
ayat 67, yang Artinya : “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-
Maidah [5]:67).
Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul juga sebagai Imam yang bertanggung jawab atas
ummatnya. Pada hari kiamat Nabi berperan sebagai Ummat. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi
juga bertanggungjawab terhadap apa-apa yang sudah disampaikan kepada ummatnya. Ketika
dihari penghitungan, di hari kiamat Nabi mempertanggungjawabkan ummatnya. Allah SWT
berfirman dalam Al-qur’an Surah An-nisa ayat 41 dan surah Al-Isra ayat 71, yang Artinya :
“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi
(rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas
mereka itu (sebagai umatmu?.”) (QS. Al- Maidah [4]:41, yang Artinya : “Ingatlah) suatu hari
(yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang
diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu,
dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.”(QS. Al-Isra [17]:71).
1.2 Al Insan
Al Insan (manusia) adalah ciptaan Allah SWT yang diberikan banyak kelebihan dan
keutamaan dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya. Di antara kelebihan manusia
adalah fitrah. Agama Allah yang dijadikanNya kepada manusia sesuai dengan fitrahnya.
b) albasyar; dan
c) bani adam “anak adam” dan surriyyat adam “keturunan adan”. Meskipun
demikian untuk memahami secara mendasar dan pada umumnya ada kata yang sering
digunakan al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan atau ins atau al-nas
atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam. Kata al-Insan diesebutkan dalam Alquran
sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat.
Kata al-Insan dapat menunjukkan pada proses kejadian manusia, baik proses
penciptaan Adam maupun proses manusia yang bertahap secara dinamis dan sempurna di
dalam rahim. Kata al-Insan tidak hanya merujuk pada dimensi metal tetapi juga dimensi
fisik. Jika itu ditinjau lebih jauh dan dianalisis secara mendalam, maka penggunaan kata al-
Insan megandung dua dimensi yaitu dimensi tubuh (dengan berbagai unsurnya) dan
dimensi spiritual (ditiupkan roh-Nya kepada manusia).
Karena itu, manusia diberikan potensi akal untuk mengembangkan seluruh potensi
yang dimilikinya secara optimal, dengan tetap berpedoman kepada ajaran Ilahi agar
manusia bisa mewujudkan dirinya sebagai makhluk Allah yang mulia. Jika tidak demikian,
manusia akan terjerumus pada kehinaan, bahkan lebih hina dari binatang sekalipun.
Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri[1531], (Qs alqiyamah :14)
Dalil
1.3 Fitrah
Fitrah yang ada pada manusia dapat menilai baik buruk tingkah laku masyarakat
ataupun dirinya. Ini disebabkan karena fitrah dimiliki oleh manusia semenjak ia lahir, baik
dilahirkan oleh ibu bapa kafir ataupun jahiliyah. Kecenderungan yang baik senantiasa
membawa manusia ke arah Islam seperti pengakuannya kepada Allah sebagi pencipta
Fitrah dapat dijadikan sebagai saksi bagi segala perbuatannya. Fitrah manusia sudah
dibekali oleh Allah SWT dengan nilai-nilai yang dapat menilai suatu tingkah laku.
Beberapa fitrah manusia adalah keinginan manusia untuk mengabdi kepada Kholiq,
mengakui keberadaan Allah SWT sebagai kholiq dan keinginan manusia untuk hidup
teratur. Dalil
• 30:30, Hadits: Setiap anak dilahirkan atas fitrahnya, kemudian ibu bapanya
yang menjadikan anak yahudi, majusi dan nasrani
Manusia menerima Allah sebagai rabb. Begitupun ketika orang kafir Quraiys
ditanya berkaitan dengan pencipta langit, bulan, bintang dan sebagainya, maka dijawab
Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sebagai Rabb diakui oleh manusia tetapi tidak
semuanya yang mengakui Allah sebagai Ilah. Dalil:
• 23: 83-90, apabila ditanyakan kepada orang kafir jahiliyah, siapakah yang
mempunyai bumi dan orang yang di atasnya?, siapakah yang mempunyai tujuh langit?
maka jawabannya adalah Allah.
Manusia secara umum mendapat perintah dari Allah SWT untuk mengabdi
kepadaNya. Pengabdian kepada Allah adalah sebagai hasil dan akibat dari pengakuan kita
kepada Allah sebagai pencipta. Mengakui Pencipta berarti mengakui apa yang
• 2:21, Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-
orang yang sebelum kamu.
Semua arahan dan bimbingan dari Allah SWT adalah baik bagi manusia yang
diciptaNya karena sesuai dengan fitrah manusia. Allah sebagai pencipta tahu mengenai
ciptaannya secara pasti sehingga Allah dapat memberikan panduan yang juga tepat bagi
manusia. Tanpa petunjuk berarti, hidup manusia menjadi tidak teratur dan tanpa arah
tujuan, ia mengikuti hawa nafsunya saja yang tidak jelas kemana arahnya. Mereka akan
tersesat di jalan yang tidak benar. Dalil
Menurut Adam (1428H). Akhlak rasul yang jujur, amanah dan cerdas menjadikan
rasul patut untuk di ikuti semua teladannya diantara ayat al-Quran yang berbicara tentang,
akhlak rasulullah SAW. At-Taubah [9] : 128-129.
Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian
sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keamanan dan
Jika mereka Berpaling (dari keimanan) maka katakanlah ‘Cukuplah Allah bagiku;
tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang
memiliki ‘Arasy yang agung.’ Menurut Al-Mubarakfury (2007) Beliau adalah orang yang
paling adil, bisa menahan diri, jujur perkataannya dan paling besar amanatnya. Maka sangat
wajar jika Allah mengutusnya sebagai pembawa risalah.
Ibadah shohih adalah ibadah yang menyembah Allah dengan panduan mengikuti
Rasul. Rasul sebagai penerima wahyu dari Allah harus diikuti, dan sebagai keperluan bagi
Rasul sebagai manusia yang mendapat wahyu dari Allah SWT untuk
mengembangkan dan menyebarkan nilai-nilai Islam secara sah dan tepat. Allah telah
menyebutkan pada banyak ayat yang menyatakan bahwa Rasul diberi wahyu dan diberi
tugas untuk menyampaikannya kepada manusia. Menurut Haderanie (2015) Setelah Allah
memberi tahu semua itu melwati para rasul dan nabi-nabi baru manusia ini tahu keadaan
Allah SWT dan barulah manusia dapat membedakan antara hamba dengan tuhan.
Menurut Sutriani (2011) perlawanan keras dari masyarakat baik aktif maupun pasif,
mereka melakukan pemboikotan ekonomi, menyiksa fisik para pengikutnya, teror mental
dan rencana pembunuhan terhadap beliau, mereka juga mengajak bernegosiasi dengan
tawaran harta, tahta dan wanita agar beliau menghentikan dakwahnya, tidak hanya itu
mereka juga mencari kompromi dengan Nabi dalam beribadat agar sewaktu- waktu Nabi
bersedia untuk menyembah berhala-berhala mereka di waktu lain mereka ikut pula
menyembah Tuhan yang disebut-sebut Nabi, tetapi meskipun Nabi mendapat tawaran yang
menggiurkan dan pembunuhan dari masyarakat Mekkah, tekadnya tidak surut untuk
menyiarkan agama Islam. Langkah dakwah Nabi selanjutnya menyeru masyarakat umum
mengajak kepada Islam dengan terang-terangan baik golongan bangsawan maupun hamba
sahaya, kegiatan dakwah dilaksanakan tanpa mengenal lelah dengan usahanya yang gigih
membuahkan hasil yang diharapkan.
• 21:25, Rasul diberi wahyu yang menyebutkan bahawa tiada tuhan selain Allah
oleh itu sembahlah Allah.
C. WAZHIFATUR RASUL
2.1Peran dan Tugas Rasul
1. Sebagai muballigh dan mubayyin
‘’ wahai rasul sampaikanlah apa-apa yang disampaikan dari tuhan kepadamu’’ itu
dikarenakan kaum yahudi berkata kepada nabi ketika nabi mengajak kepada islam maka
mereka menyepelekan ajakan nabi dan mereka berkata ‘’ kamu mengharapkan supaya
kamu menjadikanmu belas kasihan seperti yang dilakukan kaum nasrani kepada nabi isa
as.’’ Maka ketika nabi melihat itu terdiam , maka allah memerintahkan supaya nabi
mengajak mereka terhalang oleh keingkaran mereka. Maka allah berfirman yang artinya ;’’
Wahai rasul sampaikanlah apa-apa yang disampaikan sari tuhanmu kepadamu.’’ Dari
alqur’an yang dimaksudkan aku (pengarang) artinya ‘’ maka kamu tidak menyampaikan
amanatnya(allah), menurut pengarang maksudnya ‘’ seakan-akan kamu tidak
menyampaikan sesuatu dari risalah tuhanmu” karena tuhanmu memerintahkan untuk
menyampaikan semua risalahnya maka dimana sebagian tidak disampaikan sama saja tidak
Maka mereka berdiri dan berkata “ saya bersaksi bahwasannya angkau benar-benar
telah menyampaikan risalah tuhanmu dan telah memberi nasihat kepada umatmu
danmemenuhi apaapa yang menjadi kewajibanmu.”
“Wahai utusan sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu kepadamu dari
tuhanmu janganlah kamu sembunyikan sedikitpun karena takut akan mendapatkan
kebencian dan apabila kamu tidak menyampaikan semua yang telah diturunkan kepadamu
maka kamu tidak menyampaikan risalahnya. Allah menjagamu dari manusia maksudnya
dari upaya pembunuhan mereka. Nabi Muhammad saw dijaga oleh para sahabat sampai
turun ayat ini, lalu nabi bersabda ‘’ Berpalinglah kalian semua karena Allah telah
menjagaku.’’
Setelah kedua ayat yang lalu memberi kesan melalui kata lauw/ jika seandainya
bahwa mustahil mereka beriman, maka boleh jadi kesan tersebut mengantar nabi
muhammad saw. Dan penganjur-penganjur islam untuk berpangku tangan sehingga tidak
lagi bertabligh atau melaksanakan tugas dakwah. Ini diluruskan oleh ayat ini. Bukankah
masih ada golongan yang pertengahan di antara mereka yang tidak terlalu membenci umat
islam yang bersifat adil dan objektif? Demikian al- biqa’i menghubungkan ayat ini dengan
ayat sebelumnya.
Thahir ibnu asyur menilai penempatan ayat ini di sini merupakan sesuatu yang
musykil karena tulisannya surah al-maidah merupakan salah satu surah terakhir yang turun,
sedangkan ketika itu rasul saw telah menyampaikan seluruh ajaran agama yang turun
hingga ketika itu.
Pertama ayat ini turun untuksatu sebab tertentu, yang mengundang adanya ayat
yang mengukuhkan beliau agar menyampaikan sesuatu yang berat untuk beliau sampaikan.
Kedua, ayat ini turun sebelum turunnya surah ini. Dan ini didukung oleh banyak riwayat.
Thahir ibnu asyur menambahkan bahwa ayat ini mengingatkan rasul agar menyampaikan
ajaran agama kepada ahl al- kitab tanpa menghiraukan kritik dan ancaman mereka,apalagi
teguran-teguran yang dikandung oleh ayat-ayat lalu yang harus disampaikan nabi saw itu
merupakan teguran keras seperti banyak di antara mereka yang fasiq dan firmannya :
apakah akan aku beritakan kepada kamu tentang yang lebih buruk dari itu pembalasannya
di sisi allah yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai allah “Sementara ulama
menjadikan ayat ini sebagai salah satu mu’jizat al- qur’an dengan alasan keterbuktian
kebenaran jaminan pemeliharaan itu, kendati berbagai upaya telah dilakukan oleh kaum
musyrikin mekah dan orang yahudi untuk membunuh rasul saw. Dalam surat An-Nahl ayat
44,
ب ُت ِل
َ ِِ ي ِِّ َام ِس اَّنل ِل ن
َ ي َِإل َل ِ ِّز ِِ ُن
ْ م ْ ِه
"Agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada
mereka."
Dan kami turunkan kepadamu Ad-Dzikr ( AL-Qur’an ) agar kamu jelaskan kepada
manusia apa-apa yang telah diturunkan kepada mereka didalam Al-Qur’an tentang halal
dan haram agar mereka berfikir didalam penurunan agar mengambil pelajaran-pelajaran. 2
Para rasul yang kami utus sebelummu itu semua membawa keterangan-keterangan
yakni mu’jizat-mu’jizat nyata yang membuktikan kebenaran mereka sebagai rasul, dan
sebagian membawa pula zubur yakni kitab-kitab yang mengandung ketetapan-ketetapan
hukum dan nasihat-nasihat yang seharusnya menyentuh haati, dan kami turunkan
kepadamu adz-dzikir yakni al- qur’an agar engkau menerangkan kepada seluruh manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka yakni al- qur’an itu, mudah-mudahan dengan
penjelasanmu mereka mengetahui dan sadar dan supaya mereka senantiasa berpikir lalu
menarik pelajaran untuk kemaslahatan hidup duniawi dan ukhrawi mereka.
Kata az-zubur adalah jamak dari kata zabur yakni tulisan. Yang dimaksud di sini
adalah kitab-kitab yang ditulis, seperti taurat, injil, zabur, dan shuhul ibrahim as. Para
ulama berpendapat bahwa zubur adalah kitab-kitab yang singkat tidak mengandung syariat,
tetapi sekadar nasihat-nasihat.
Salah satu nama al- qur’an adalah adz- dzikir yang dari segi bahasa adalah antonim
dari kata lupa. Al- qur’an dinamai demikian karena ayat ayatnya berfungsimengingatkan
manusia apa yang dia berpotensi melupakannya dari kewajiban, tuntunan dan peringatan
yang seharusnya dia selalu ingat, laksanakan dan indahkan. Di sisi lain, tuntunan dan
petunjuk-petuinjuk harus pula selalu diimgat dan dicamkan.
Penyebutan anugerah allah kepada nabi muhammad saw secara khusus dan bahwa
yang dianugerahkan nya itu adalah adz-dzikir mengesankan perbedaan kedudukan beliau
dengan para nabi dan para rasul sebelumnya.dalam konteks ini nabi muhammad saw
bersabda : tidak seorang nabi pun kecuali telah dianugerahi allah apa ( bukti-bukti inderawi
Ayat ini menugaskan nabi muhammad saw untuk menjelaskan al- qur’an. Bayan
atau penjelasan nabi muhammad saw itu bermacam-macam dan bertingkat-tingkat.
Memang as sunnah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan al- qur’an dan fungsi
sehubungan dengan pembinaan hukum syara’. Ada dua fungsi penjelasan nabi muhammad
saw dalam kaitannya dengan al- qur’an yaitu bayan ta’kid dan bayan tafsir. Yang pertama
sekadar menguatkan atau menggaris bawahi kembali apa yang terdapat dalam al- qur’an,
sedang yang kedua memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat ayat
al- qur’an.
“dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu terangkan kepada manusia apa
yang diturunkan kepada mereka.’’ Maksudnya ‘’ apa yang diperintahkan mereka dalam
kitab, agar mereka berfikir sehingga mereka beriman kepada Al-Qur’an.
Ucapan (Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu) ayat ini dan ayat sesudahnya (Diturunkan agar menjadi kejelasan dari ahli kitab)
yaitu menjadi kesempurnaan atas cerita dari QS Al-Ahzab, yaitu celaan yang sangat
berlarut-larut, dari pembunuhan Rasulullah bersama orang mu’minin dan munafik. Dengan
ucapan (kata “uswatun/suri tauladan” bisa di baca kasroh dan Dhommah) maksudnya
dalam lafad uswatun bisa dibaca dua kata. Ucapan (Iqtida’=mengikuti) meng’isyaratkan
sesungguhnya kata uswah menggunakan makna masdar dan istisna. Di ucapankan dengan
perumpamaan fulan dengan fulan, kata fulan mengikuti makna sesudahnya. Ucapan (qital
= pembunuhan) tidak menjadi kejelasan atas lafad sebelumnya, tetapi mengikuti kata
Rasulullah saw mewajibkan di dalam perkataan, pekerjaan dan perbuatan. Karena
sesungguhnya tidak di batasi dan tidak dikerjakan dari hawa. Tetapi jamak dari perbuatan,
perkataan dan pekerjaan dari Tuhan. Berkata orang yang arif, di khususkan dengan
petunjuk di setiap perbuatan , karena sesuatu harus dilakukan dengan sesuatu yang
dikehendakinya.
Sesungguhnya ”pekerjaan yang baik” adalah pekerjaan yang kita ikuti seperti apa
yang dikehendaki oleh ALlah, apabila engkau mengerjakannya. Bukti yang sah, ikutilah
Rasulmu dalam pekerjaannya, dan pekerjaan yang di mudahkan atas pertolongan dari
Allah. apabila engkau mengharapkan pahala dari Allah swt, takut adanya siksaan Allah swt
dari segala kesulitan, dan tidak adanya kejelasan dalam pekerjaan apapun, kecuali amal
sholih. Dengan cara mengingat Allah yaitu menyebut namanya dimanapun tanpa adanya
batasan. Karena sesungguhnya mengingat/menyebut nama Allah tersebut bukti bahwa kita
taat kepanya dan mengukuhkan atas rasulnya.
Ayat ini (Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu) ayat ini dan ayat sesudahnya (Diturunkan agar menjadi kejelasan dari ahli kitab)
yaitu menjadi kesempurnaan atas cerita dari QS Al-Ahzab, yaitu celaan yang sangat
berlarutlarut, dari pembunuhan Rasulullah bersama orang mu’minin dan munafik. (kata
Alifnya kata Uswatun bias di baca Fathah dan dhommah) maksudnya boleh menggunakan
dua kata.
Sesungguhnya dalam diri kita semua (orang Islam), sudah ada utusan yang harus
di ikuti, yaitu mengikuti Rasulullah saw, dan mengikuti kebaikannya, dan mengikuti
sunah-sunah yang bagus, karena sesungguhnya semua itu harus telah dilakukan orang-
orang yang dahulu dalam peperangan, dan di bagi menjadi empat dalam setiap satu minggu,
untuk menjaga tanah air.
Sesungguhnya dalam diri kita semua (orang Islam), sudah ada utusan yang harus
di ikuti, karena sudah jelas yang kita ikuti itu orang yang bagus dalam utusan Allah (jadi
kita hanya mengikuti pekerjaan yang telah di ikuti Rasulullah dan kita tidak usah ragu).
Rosulullah sebagai model ideal bagi kehidupan dalam segala bidang,terutama dari
segi akhlak yang mulia. Dia harus memberikan contoh yangbaik dalam bertutur
kata,berjalan,makan,minum,berpakaian,tidur,berumah,tangga,bergaul,berjualan,berperang
,memimpin,berdiplomasi dan lain sebagainya.
Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah harus dicontoh atau
diikuti, dan sebaliknya apa –apa yang dilarangnya harus dihindarkan.
ام َو
َ س ْر َأ ْ َ ًةم حْ َر الإِ كَ ا
َ نل َ ع ْل ِل
َ نَ ِيم َال
Menurut Akhmad Showi Al-Malakie
(Muhammad di utus untuk menjadi Rahmat seluruh Alam) maksudnya di utus untuk
menetapkan syara’ dan hokum yang menjadi kebahagiaan di dunia dan akherat kecuali
untuk menjadi rahmat seluruh alam dan menjadi petunjuk dalam segala pekerjaan dan
urusan hidupnya.
Penjelasan ini, menunjukkan bahwa nabi Muhammad saw, jelas mempunyai misi
membawa kebaikan dunia dan akherat, kecuali orang-orang kafir yang memanfaatkan itu
semua. Dan cuek atas semua penjelasan itu karena rusak, dan tidak diterima inilah rahmat.
Dan tidak ada syukur nikmat, maka tidak akan bahagia dalam agamanya dan dunianya.
Rasulullah adalah insan kamil yang dibekali Allah dengan sifat kasih sayang yang
tinggi sehingga Beliau dapat mengemban tugas sebagai rahmatan lil’alamin, yang selalu
memberi rahmat kepada seluruh alam. Baik manusia,hewan, maupun tumbuhan.
َ ين ِم ؤْ ُم ْل ا ل ِي
ِبس ِ َام ه ِِِ ِِّ ِل َو ُن ن
َ ُنو ى ََّلو َت
َ صْ اس َو َم َّنهَ َج ِه ِلَ ت َء ْ
اش ُي ْن َم َو
َ ق ِق ُ ع َب ْن ِم َل
ِ وس ر َّال ْ ِ ام دَ ب َّتَي َو َىدهُ ْل ا ُهَل نَ ي َّ َ َبت ْ غ
ِ ع َ ْ ر َي
يص َم
ِ ار
ً
Firman Allah Ta’ala, “Barang siapa yang menentang Rasul setelah jelas kepadanya
petunjuk, “ yakni Barang siapa yang menempuh selain jalan syariat yang yang dibawa
Rasulullah,maka dia berada pada satu sisi, sedangkan syariat berada pada sisi lain. Hal itu
dilakukannya secara sengaja setelah kebenaran itu nyata, terang,dan jelas baginya.
Dan barang siapa yang masih juga menentang Rasul,setelah jelas baginya petunjuk
yang keluar dari ucapan Rasul itu, dan di ikutinya juga jalan yang bukan jalan orang yang
beriman, kami biarkan dia bergemilang dalam kesesatan yang dipilihnya itu untuk
kemudian kami masukkan kedalam jahannam. Itulah tempat seburuk-buruknya.
Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa berbuat terhadap kesesatan
yang dilakukannya itu, dan kami masukkan ia ke dalam neraka jahannam, dan jahannam
itu seburuk-buruk tempat kembali.
Kata yusyaqiq terambil dari kata syaqqa yang berarti memilih sisi yang berbeda
dengan sisi orang lain. Dari sini kata tersebut diartikan berbeda dengan sengaja, atau
menentang. Ayat ini merupakan ancaman terhadap orang-orang yang murtad, seperti
halnya beberapa orang munafik,antara lain Basyir ibnu Ubairiq bersama orang yahudi yang
menjadi sebab turunnya ayat-ayat yang lalu. Merekalah yang dimaksud dengan menentang
sesudah jelas kebenaran baginya.
Tafsir As-Showi
Tidak ada dosa bagi orang yang buta, ayat ini turun ketika ahli Zamanah Walahah
Orang yang tergolong udzur syar’I yaitu fakir yang tidak memungkinkan baginya
untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan mereka dan kesibukan-kesibukanya untuk
mengikuti perang. Hal seperti ini jikalau musuh tidak datang mendadak, bila keadaan
mendadak wajib baginya untuk berperang.
Tidak ada dosa yang mempunyai udzur ketika tidak mengikuti perang dna tidak
menyaksikan perang bersama orang-orang mu’min,karena mereka bertemu musuh-musuh
mereka malah menjadikan penyakit yang disebabkannya. Dan sebab-sebab mencegah
mereka dari menyaksikan perang, seperti orang buta, orang yang cacat kakinya, dan sakit.
Orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nyamaka wajib mengajak untuk memusuhi
musuh-musuh Allah dari orang-orang ahli syirik dan orang-orang yang menolak agama
Allah, demi mengagungkan kalimat-kalimat Allah. Maka bagi mereka besok pada hari
akhir akan dimasukkan syurga yang didalamnya terdapat sungai yang mengalir. Sedangkan
orang yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan berpaling ketika di
ajak perang, baginyalah siksaan yang berat yang terdapat dineraka jahannam.
Tafsir Al-Jalalain
Bagi orang yang sakit, buta, dan cacat, tidak ada beban untuk mengikuti perang,
danwajib bagi orang yang masih mengikuti perang. Orang yang ta’at kepada Allah dan
Rosul-Nya yaitu mena’ati perintah dan larangan-Nya akan masuk surga, dan siapa orang
yang mengingkari-Nya akan masuk neraka jahannam.
Tidak ada beban perang bagi orang yang udzur, karena perang hanya dilakukan oleh
orang yang mampu, dan dicegahnya orang yang pincang dari sebagian thowaf yang panjang
dikarenakan sangat berat. Baranga siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya diantara
perkaraperkara yang disebutkan yaitu perintah dan larangan-Nya, maka dia akan
dimasukkan surge yang didalamnya terdapat sungai mengalir. Dan barang siapa yang
berpaling dari ta’at, maka dia akan di siksa dengan siksaan yang pedih
Dalil :
· 33:40, Muhammad itu bukan bapa salah seorang diantara lelaki kamu tetapi dia
adalah Rasul Allah dan kesudahan dari Rasul-Rasul Allah
· Risalah terdahulu yang dibawa oleh ratusan Nabi dan Rasul mempunyai
pendekatan dakwah yang sesuai dengan pendekatan kaumnya misalnya pendekatan dakwah
Nabi Daud dengan kekuatan fizikal, Nabi Sulaiman pandai bercakap dengan haiwan,
pokok, jin dan mempunyai kekuatan memindahkan kerajaan dan sebagainya, Nabi Ibrahim
berdakwah dengan memotong semua kepala berhala, Nabi Isa AS tidak berkahwin dan
banyak contoh lainnya. Disimpulkan bahawa pendekatan-pendekatan dakwah dan risalah
yang dibawa oleh Nabi sebelumnya tidaklah sesuai lagi bagi zaman sekarang.
Dalil · Hadits.
Dalil
· 61:8,9 Mereka hendak memadamkan risalah Allah tetapi Allah SWT pelihara dan
menyempurnakannya. Kemudian Allah SWT mengutus Rasul-Nya dengan memberikan
petunjuk dan agama yang benar, supaya Dia memenangkan agama Allah itu atas sekalian
agama.
Sarahan -Selain membenarkan Rasul dan Nabi sebelumnya yang membawa risalah
Islam. Kehadiran nabi Muhammad SAW juga diperuntukkan menyempurnalkan risalah
sebelumnya. Risalah sebelumnya cenderung diperuntukkan bagi suatu kaum tertentu sahaja
dan bagi saat tertentu. Berbeza dengan Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk semua
manusia (tidak untuk kaumnya sahaja) dan berlaku hingga hari kiamat.
Sarahan· Rasul Muhammad SAW berbeza dengan para Rasul dan Nabi sebelumnya
di mana Nabi Muhammad SAW diutus bagi kepentingan ummat manusia secara
keseluruhan dengan tidak mengira suku, bangsa, warna kulit, bahasa dan sebagainya.
Sehingga dapat dilihat perkembangan Islam pada masa ini di mana muslim tersebar di
seluruh pelusuk dunia.
Dalil:
Sarahan · Kehadiran Nabi Muhammad SAW di muka bumi ini adalah sebagai
rahmat bagi seluruh alam yang tidak sahaja manusia tetapi juga alam, haiwan, pokok dan
· Alam, haiwan dan pokok pun dilindungi dan dipelihara dengan kedatangan Islam.
Umat Islam sebagai khalifah di muka bumi melaksanakan pemeliharaan dan penjagaan
alam dengan demikian kestabilan terwujud dan alam serta isinya menjadi damai.
Dalil
· 21:107, kami tiada mengutus engkau (ya Muhammad), melainkan menjadi rahmat
untuk semesta alam.
4. Risalatul Islam
Sarahan · Risalah Nabi Muhammad SAW adalah risalah Islam, yang dibawanya
adalah sesuatu yang benar. Hal ini tercermin dari akhlak, keperibadian dan sifat-sifat Nabi
yang mulia.
· Inti dari risalah Nabi Muhammad SAW adalah huda (petunjuk) dan dien yang
benar.
Risalah membawa huda kerana Islam itu sendiri sebagai panduan bagi manusia.
Dalil
· 48:28, Dia yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang
haq (benar), supaya agama itu mengalahkan semua agama. Dan Allah cukup menjadi saksi.
5. Ad dakwah
Sarahan · Rasul menggunakan Islam sebagai petunjuk dan juga Allah menangkan
Islam sebagai dienul Haq ke atas agama-agama lainnya. Usaha ini tidak akan tercapai
apabila tidak dilaksanakan dakwah.
· Peranan Nabi yang digambarkan di dalam surat 33:45-46 adalah sebagai da'i.
Beliau berdakwah dengan mengajak manusia dan bersifat sebagai pelita yang sentiasa
dijadikan rujukan bagi manusia.
Dalil
· 33:45-46, Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutus engkau sebagai saksi atas
ummat dan untuk memberi khabar gembira dan khabar takut. Dan untuk menyeru
(manusia) kepada Allah dengan izin-Nya, dan menjadi pelita yang menerangi.
✓ Wajib berdakwah:
ب َء ا َج ي ِذ َّال َو
ِ ص َو ق ِِ ْد ص ِ ال ِ ئ َلَِ ِ ُوأ ۙ ِه
َ َّب قَ د ِ َنوقَّت ُم ْل ا ُم ُه ك
ُ
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya,
mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zumar, 39: 33)
Salah satu contoh teladan bagi kita dalam hal ini adalah Abu Bakar As-Shidiq, yang
dalam berbagai momen selalu menjadi orang yang terdepan dalam membenarkan
ُ ي ْن َأ ار ًم َِْأ ُه
َ َِ ِِّ ُلوس ر ََو ُال َّل
ىض ِ م ْ ِه ِر ْم َأ ْن ِم ُةر ََِي
َ ُخ ْل ا ُم هُ َل نَ وك
َ َقَ اَذِإ ة ٍنَم ِؤ ْ ُم ل ََِ َو ٍن ِم ؤْ ُم ِل نَ اك
ام َو
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab:
36)
Dalam sebuah hadits, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma,
ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ي ىَّت َح ْم ك ُد ُ َح َأ ُن ِم ؤ ُِْ ي ل
َِ َ ُب َت ه َُاو هَ نَ ْو ك
َ ع
ً ام ِل ا ِ ُب ت
َ ْئج ِ ِه
“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia menundukkan hawa
nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa.” (Diriwayatkan dalam kitab Al-Hujjah
dengan sanad yang shahih menurut Imam Nawawi. Namun penshahihan hadits ini tidak
tepat menurut Ibnu Rajab).
Sikap seorang muslim, apabila telah mengetahui ada sebuah larangan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih (benar) dan sharih (jelas),
maka tidak ada pilihan baginya kecuali menjauhi apa yang dilarangnya tersebut; walaupun
larangan itu tidak disebutkan secara langsung di dalam kitabullah.
Wanita itu menjawab, ‘Ya’. (HR. Ahmad [3749]. Di-shahih-kan oleh Al-Albani
dalam Ghayah Al-Maram [93]).
Tidak dibenarkan bagi seorang muslim melaksanakan peribadatan yang tidak sesuai
dengan apa yang disyariatkan oleh Allah Ta’ala melalui rasul-Nya. Perilaku beribadah
dengan mengikuti hawa nafsu (sekehendak hati) adalah mirip perilaku orang-orang
musyrikin. Allah Ta’ala berfirman,
ْ ض ُقَل ِل
ص فَ ْل ا ُةم َ ِل ِ ي َ ب َّ ع ْم هُ َل نَ ِيم ِل
َ اظ ال َّن ِإ َو ۗ م ْهُ َن ْي َ ٌم ي ِل َأ بٌ اَذ
ش ْم هُ َل
ُ َش ُء اكَ َر َ ام ن ِيد ِال نَ ِم ْم هُ َل اوع ُر َ كَ ل ََِ ْو لَ َو ۚ ُال َّل ِِّ َِ ِه ِب ْن َ ْذ
َ أي ْم َل
ْم َأ
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada
ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan
Tentu kita masih ingat hadits dari Ummul Mu’minin Ummu Abdillah Aisyah
radiyallahu ‘anha, ia mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ث دَ حْ َأ ْن َم
َ ف ْ ام اَذه ان َِر ْم َأ
ِ ي َ س ي َِْل ْ ف
َ ُهن ِم َ ُد َر َو ه
‘Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini yang bukan
berasal darinya, maka amalan tersebut tertolak’.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan
Muslim). Dan dalam riwayat lain milik Muslim,
Penjelasan hadits ini dari Imam Nawawi silahkan dirujuk di materi sebelumnya
(Wadhifatur Rasul).
ُفن ََأو ْم ِه ل ِاو َم َِْأِبْ يف ْم ِه ِس ِ س َ ئ َل ُوأ ال َّل ِِ ِِّ َِ ِل ِيب
ِ َاص ال ُم ُه ك
َّ نَ ُوق ِد
َ نم آ نَ ي ِذ َّال نَ ُو ِنم ؤْ ُم ْل ا
ام َّ ِنإ ِ ِوس َر َو ِل َّل َّا
َ ب ُاو ُ ي ْم َل م َُِّ ث ه ِل ْ َ اودُ هَ ا َج َو ُاوبا
َ تر
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah
orangorang yang benar.” (QS. Al-Hujurat, 49: 15)
2. mahabbatuhu (mencintainya).
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
3. ta’dhimuhu (mengagungkannya)
ي َب ْ َي ن َ َوس َر َو ال َّل ِِ َّ ِيد َ َّس ال َّل َِ َّ َّن ِإ ۚ ال َّل َِ ِِّ َِ ُاوق
ُ تاو ۖ ِه ِل َ م ٌ ي ِل َ ع عٌ ِيم
َ نم آ نَ ي ِذ َّال اهَ ي َأ
اي َ اوم ُد ِ قَ ُِ ت ل ََِ ُاو
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-
Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Hujuraat, 49: 1)
Orang yang benar-benar mencintai nabi pastilah orang yang beriman. Oleh karena
itu sebagai sesama hamba beriman -sebagai sesama pecinta nabi- kita harus saling
mencintai dan menyayangi. Allah Ta’ala berfirman,
َ ع َّك ُر ْم
ۖ ُهار َت ً سا
ُ ي اد ً َّج َ ض ِر َو ال َّل ِِ َّ نَ ِم لًًِ ض
َ ْْف نَ ُوغَتب َ ًا
ْ ناو
ُ َّالو ۚ ِال َّل ِِّ َِ ل
ُوس َر دٌ َّم َح َ ام َح ُر ِر افَّكُ ْل اىلَ َع ء ُاد َّش َِِأ ُه
َ َعم نَ ي ِذ َ ب ُء
َ م ْه ُ َن ْي
يسِ ُهام ِ ُم ۖ ِد و ُج س ال ِر َثَأ ْن ِم ْم ِه ِه و ُج ُو
َ يف ْم
“Muhammad adalah utusan Allah; dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu
Dari ‘Amr bin ‘Auf bin Zaid al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ص
ُ ش ْم ِه ِر و ُج ُأ ن ِْم َ اًئ ْي َع ْن َم ِر جْ َأ ُل ِْثم ُه َل ن
َ ب َل ِم
ِ َي َ َل اه ْ ُِ
َ قن
نس اَي حْ َأ ْن َم
ُ َِ َّنس ْن ِم ة
ُ ت ِ فى َ عَ اكَ س ُا َّنال اه َِِب ل َِم
“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian
diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-
orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun“ (HR
Ibnu Majah [No. 209], Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam kitab “Shahih Ibnu
Majah” [No. 173]).
ت َّ ت
ٍ ، ط ُح و ْ ع هنع
َ ش ٍ ، ف ُر و
ْ ت ايط َخ ُر ِ ع ْ ع هل
َ ت َ ش ٍ
ْ ت ا َج َر دَ ُر
َ ي لع ىلَّص
نم َّ ًةدحاو ًةلًص، ىلص
َ ع هيلع ُهللا
َ ْ َلص َر ش
َ َاو
STIE STEMBI BANDUNG 35
“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan
bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta
ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)” (HR an-Nasa’i [No.
1297])
Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat; dari Malaikat berarti
memintakan ampunan; dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi
rahmat seperti dengan perkataan: “Allahuma shalli ala Muhammad.”
Wajib bagi mereka yang mengaku beriman dan mencintai Allah dan rasul-Nya
untuk ittiba’ kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,
Wajib bagi setiap muslim untuk ittiba’ kepada manhaj (pedoman) yang telah
digariskan olehnya. Secara bahasa kata “manhaj” berasal dari kata “nahaja” yang berati
jalan yang terang (Al Jauhari, Al-Shihah, 1/346 ). Bisa juga berarti jalan yang ditempuh
seseorang. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
هللا
ِ س ال كَ ر ََِت ىَّت َح
َّ ب
ِ ْ ض َاو ا ًج ْه َن َل ي
ِ ا ًح
ام ِالل
َ ام ُ ُل ْو
َ َس َر ت َو
“Demi Allah, Rasulullah tidak meninggal dunia, hingga meninggalkan jalan yang
jelas” (HR Al-Darami: No. 83 )
ق َح ْل ا ِن ي ِد َو
ِ ش ُم ْل ا هَ ِر كَ ْو ََلو ِه ل ِكُ ِن يد ِ ال َىل َع ه ُر َه ِظ ُِْ ي ِل
ْ نَ وكُ ِر
س ْر َأ ي ِذ َّال َو ُه ُ َىدَ هُ ْل اِب ُهل
َ وس َر َل
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar
Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.”
(QS. As-Shaff, 61: 9)
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. AlFath,
48 : 28)
1. NATAIJU ITTIBAIRRASUL
Seseorang yang ber-ittiba’ akan memetik hasil yang bermanfaat bagi dirinya, baik di
dunia maupun di akhirat kelak.
ُتن كُ ْن ِإ
ْ ح ُت ْم
ِ ََّللا ن َُّوب
َّ هتاف
َ ِ َُّللا ُم كُ ْب ِب ْح ُي
ين ُوعِب ْ ِ ب ُونُذ ْم كُ َل ْر ف
َّ غ َي َو َّ ح َر ٌر ُوف َغ
َ َُُّللا َو ْم ك ِ مٌي
ْل ُق
َأو
َ ِاوعيط
ُ الو اللََِّ ه
َ وس ره َ نَ و ُم
ُ ح ْر ُت ْم كُ هل َع َل َل
“Dan ta’atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS. Ali Imran, 3: 132)
Muslim yang selalu taat dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul-Nya akan
mendapatkan limpahan rahmat dari-Nya; yakni belas kasih, kasih sayang, kebaikan,
kemurahan, dan simpati. Sehingga ia mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia dan di
akhirat.
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki
dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya
kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. AsSyura, 42: 52)
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin,
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaikbaiknya.” (QS. An-Nisa, 4: 69)
س َو ٍة ره ض
ُّ ط َ ج ِب ِر ْي
ُ غ ْل ِل َ ب ْل
ِ ف َد َوا ٍة َعَفن َم
ْ ِِ َم ع
َِ تال
Jadi, orang yang mendapat syafaat maksudnya adalah orang yang mendapat
rekomendasi perlindungan, keselamatan, dan pembelaan di akhirat kelak dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan seizin Allah Ta’ala,
ُ َنس ُهُذ
خ ِ او ا َم سه ال يِف ا َم ُه َل ٌم ْو نَ لََِ َو ٌة
َ تِ ض ْر َل ْ ا يِف ام ََو ِ ي ي ِذ هال اَذ ْن َم َ َفشْ ع ُ ع ْ ب لَه إِ ُ َه
ِ دن ِ ه ِِ ِن ْذِإ
ِْ
ح ْل ا َو ُه لَه ِإ هََِ ِإل لََِ اللَّه ُّ أَت لََِ م
َ ُّ ُوي َق ْل ا ي
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa
yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izinNya…”
(QS. Al-Baqarah, 2: 255)
Di hari kiamat nanti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memberikan
syafa’at kepada orang-orang yang mau mengikuti ajaran tauhid; yaitu mereka yang tidak
menyekutukan Allah Ta’ala dengan sesuatu apa pun.
ِْ
لهس َو ِه ْي
َ ب َن ل ِ كُ ِل َم
ِ ع َد ٍيْ َ َتس ُم ٌةو
ْ ج َ ع َتَف
َ ٌةب ا َ ع َد ٍي ِب نَ ل ُّكُ َل جه َ ت ُ أب َ َت ْخ ا ي ِن إِ َو ُ َه
ْ تو
ت مه ُأ ْن ِم تَ ا َم
ِ ش ُي لََِ ي ْ ش لل َِِّ ه اب ِ كُ ِر َ ئي ْ ًع اَ ب َأ ْن
ِ َةر ْي َر هُ ي
َ ق َ َّللا ُل وس َُر َل اَق ل َا َّ لَ َع
َّ ِ َ َُّللا ىهلص
ع َد
ْ ت َوِ شي َ ع ا َف
َ ي ِيت مه ُ ِل ًة ِ اش ْن إِ ٌ َةل ِئ اَن يَِ ِه َف ة ِم َا
َ َيق ْل ا َم ْو َّ ْن َم
َ َُّللا َء
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Bagi
setiap nabi ada doa yang dikabulkan, dan setiap nabi bersegera berdoa agar dikabulkan. Akan
tetapi aku simpan doaku untuk dapat memberikan syafa’at kepada umatku pada hari kiamat.
Bahkan orang-orang muslim yang berbuat dosa besar, tapi mereka tidak mati dalam
keadaan menyekutukan Allah Ta’ala, juga akan mendapatkan syafa’at dari Rasulullah
shallallahu‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda:
َ َع ا
فش َ اب كَ ال ِل َه ِل ِيت
َ نم ِر ِئ
ِ ت مه ُأ
ِ ي
“Syafa’atku akan diberikan kepada orang yang berbuat dosa besar dari umatku”. (HR
Ahmad, 3/213. Hadits ini shahih).
Wajah orang-orang mu’min saat itu begitu ceria karena mereka dapat melihat wajah
Allah Ta’ala. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Artinya kalian akan melihat Allah secara
nyata, tidak ada keraguan dalam melihatNya, dan tidak pula ada kesulitan padanya. Seperti
halnya kalian melihat bulan (purnama) ini secara nyata, tidak ada kesulitan dalam melihatnya.
Yang diserupakan disini adalah cara melihatnya, bukan Allah diserupakan dengan bulan.” [2]
ع َم تَ ْن َأ
َ ب ْح َأ ْن َم
َ تَ ْب
“Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai (di akhirat kelak).”
Kemudian Anas berkata: “Sungguh saya mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Abu Bakar dan Umar dan berharap agar saya bisa bersama mereka (di akhirat kelak)
disebabkan cintaku terhadap mereka, walaupun saya tidak beramal seperti amalan mareka.”
(HR. Bukhari)
“Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku menyiapkan
air wudhu` dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku,
‘Mintalah sesuatu!’ Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta kepadamu agar memberi
petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemanimu di Surga’.
Beliau menjawab, ‘Ada lagi selain itu?’. ‘Itu saja cukup ya Rasulullah’, jawabku. Maka
Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian, bantulah aku atas dirimu (untuk mewujudkan
permintaanmu) dengan memperbanyak sujud (dalam shalat)‘” (HR. Muslim).
“Sesungguhnya orang yang paling saya cintai dan paling dekat majelisnya denganku di antara
kalian hari kiamat kelak (di surga) adalah yang paling baik akhlaknya…”. (HR. Al-Tirmidzi
dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani)
ف اكَ َو اَنَأ
ِ ي ْل ا ُل
َ ت ِ ا َذكَ هَ ِة هن َج ْل ا
ِ يف ِم ي
“Saya dan orang yang merawat anak yatim di surga kelak seperti ini,” seraya beliau
mengisyaratkan jari tengah dan telunjuknya lalu merenggangkan keduanya.” (HR. Muttafaq
‘Alaih)
“Barangsiapa yang memelihara (mendidik) dua wanita sampai mereka dewasa, maka saya
akan masuk surga bersamanya di surga kelak seperti ini”, beliau mengisyaratkan jari telunjuk
dan jari tengahnya. (Imam Muslim juga meriwayatkan serupa dalam Shahihnya)
• Orang-orang yang memperbanyak do’a agar didekatkan dengan Nabi di akhirat kelak.
Salah satu doa yang dipanjatkan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu adalah sebagai berikut.
ُّدَتر َِْ ي لََِ اًنا َم ي ِإ كَ ََُلس َِْ أ ِين ِإ مه هُ لهال، يع نَ َو
ِ ي لََِ ا ًم
َ َفن َ َح ُم ةََِ قف
ْ ُد، ار ُم َو َ يف ٍد مه
ِ لع َأ ُ د ِ ْل
ْ َخ ْل ا ِة هن َج ى
Dengan ber-ittiba’ kepada nabi, seseorang akan memperoleh kekuatan jiwa, kehormatan,
martabat, dan kedudukan yang tinggi atas dasar iman.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali
Imran, 3: 139)
Oleh karena izzah Islam inilah prajurit biasa seperti Rib’i bin Amir radhiyallahu ‘anhu
mampu berkata di hadapan panglima perang Persia Rustum dengan sebuah kalimat yang
menggetarkan:
إل ِد
ِ َع ى َ الل َِِّ ه ِة، يض ْن ِم َو
ِ َداب ِ قِ إل اَي ن ُِْ دال
ِ َع ِس ى
َ ت
ِ َاه، ج ن ِْم َو
َ اي ْ َد ْل ا ِر ْو
َ إل ِن
ِ َع ى
َ س ل ِِْ ْ ا ِل ْد
ْ ََِم ِ ل
ْ ج ِر خ ْ ُن ِل اَن ثْ َع
َتب ا ُاللِِّ َِ ه َ َاش ْن َم ِ ع ْل ا ِ ةَداَب
َ ع ْن ِم ء ِ اب
َ
“Allah telah membangkitkan kami untuk mengeluarkan siapa pun yang mau, dari
penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah semata; dari sempitnya
dunia menuju kelapangannya, dan dari keculasan agama-agama menuju keadilan
Islam”.(Bidayah wa nihayah, Ibnu Katsir [9/622])
2. Seseorang yang telah paham tentang hikmah bermakna al-Nubuwwah ia akan semakin
beriman kepada Allah dan mentaati perintah-Nya, juga beriman kepada Malaikat-
malaikat-Nya, juga beriman kepada Rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan hari
qiyamat. Serta bersikap tawadhu’ adil, dan sabar.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
Al-Mundziri, Al Hafizh Zaki Al-Din ‘Abd Al-‘Azhim. 2002. Ringkasan Shahih Muslim.
Bandung: Mizan.
https://tarbawiyah.com/2018/04/23/nataiju-ittibair-rasul/
http://materi-tabiyah.blogspot.com/2009/08/kekhususan-risalah-muhammad-saw.html?m=1