Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Pengelolaan Zakat di Indonesia Menurut UU No. 23 Tahun 2011

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Zakat dan Wakaf

Dosen Pengampu : H. Masduki, S.Ag., M.A.

Disusun Oleh :

Kelompok VI - HES 3F

Muhammad Dede nasrudin 211130197

Vivi lutfiah 211130188

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah
mata kuliah Fiqh Zakat dan Wakaf yang membahas tentang “Pengelolaan Zakat di
Indonesia Menurut UU No. 23 Tahun 2011” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.

Sebelumnya kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Fiqh
Zakat dan Wakaf yang telah memberikan kita tugas untuk membuat makalah, sehingga
menjadikan kita terlatih dalam penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku dan jurnal yang berkaitan
dengan “Pengelolaan Zakat di Indonesia Menurut UU No. 23 Tahun 2011”. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Maka, kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan.

Akhir kata, Semoga makalah ini bisa memiliki banyak kebermanfaatan bagi para
pembaca khususnya sebagai rujukan dalam pembelajaran.

Serang, 15 November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Zakat di Indonesia Menurut UU No.23 Tahun 2011..........................3


B. Kedudukan Zakat dalam Islam................................................................................4
C. Pembentukan Kedudukan BAZNAZ.......................................................................6
D. Pembentukan Kedudukan LAZ...............................................................................7
E. Hukuman Bagi Penyalahgunaan Zakat....................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................10
B. Saran……………………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Zakat berasal dari bahasa Arab yang artinya menyucikan. Zakat adalah bentuk
sedekah kepada umat islam. Zakat diperlakukan dalam islam sebagai kewajiban atau
seperti pajak. Di dalam rukun Islam, berzakat ada di urutan ketiga, setelah sholat.
Meskipun zakat diwajibkan bagi umat islam, tidak semua orang bisa berzakat. Ada
beberapa syarat untuk berzakat, misalnya memiliki harta yang cukup atau tidak
kekurangan.

Dalam pandangan Islam, memberikan hartanya kepada orang lain yang


membutuhkan bisa mensucikan jiwa mereka dan juga sebagai pengingat bahwa harta
itu bukanlah milik mereka, namun milik Allah SWT yang dititipkan kepada mereka.
Umat Islam percaya bahwa semakin banyak memberi maka Allah SWT akan
memberikannya berkali-kali lipat di akhirat

Sistem pengelolaan zakat di Indonesia dapat dikategorikan pada sistem yang


dilakukan secara sukarela (voluntary system), artinya wewenang pengelolaan zakat
berada di tangan pemerintah ataupun masyarakat sipil dan tidak terdapat sanksi
hukum bagi yang tidak menunaikan kewajiban zakat. Berdasarkan UU No. 23 tahun
2011 di Indonesia terdapat dua jenis Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ), yaitu
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAZ) yang pengelolaan diurus oleh pemerintah dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang pengelolaannya diurus oleh masyarakat sipil, yang
terintegrasi dan bersinergi dalam proses perhimpunan, pengelolaan dan
pendistribusian zakat. Model pengelolaan zakat melalui dua OPZ, yaitu BAZNAZ dan
LAZ ini merupakan bentuk ideal pengelolaan zakat yang memiliki latar belakang
yang kuat secara sosio-historis keindonesiaan, serta dikuatkan dengan dasar ideologis
negara dan pandangan normatif MUI terkait Amil Zakat.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pengelolaan Zakat di Indonesia Menurut UU No.23
Tahun 2011 ?
2. Apa Kedudukan Zakat dalam Islam ?
3. Kapan Pembentukan Kedudukan BAZNAZ ?
4. Kapan Pembentukan Kedudukan LAZ ?
5. Apa Hukuman Bagi Penyalahgunaan Zakat ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengelolaan Zakat di Indonesia
Menurut UU No.23 Tahun 2011
2. Untuk Mengetahui Apa Kedudukan Zakat dalam Islam
3. Untuk Mengetahui Kapan Pembentukan Kedudukan BAZNAZ
4. Untuk Mengetahui Kapan Pembentukan Kedudukan LAZ
5. Untuk Mengetahui Apa Hukuman Bagi Penyalahgunaan Zakat

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Zakat di Indonesia Menurut UU No.23 Tahun 2011

Zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan


keadilan dan kesejahteraan masyarakat sehingga perlu diatur untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan
syariat Islam. UU 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat diundangkan untuk
mengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang
sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat
sehingga perlu diganti dengan yang baru dan sesuai.

Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan


pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Zakat sendiri artinya adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau
badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat
Islam. Zakat berbeda dengan infak dan sedekah. Infak adalah harta yang dikeluarkan
oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Sedekah
adalah harta atau non-harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar
zakat untuk kemaslahatan umum.

Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat, dibentuk Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS provinsi, dan
BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstruktural
yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri.
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat
secara nasional. Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga
Amil Zakat (LAZ). Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri. LAZ wajib melaporkan secara berkala kepada BAZNAS atas

6
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah
diaudit syariat dan keuangan

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat disahkan


oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta pada tanggal 25
November 2011. UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat diundangkan oleh
Menkumham Amir Syamsudin pada tanggal 25 November 2011 di Jakarta.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat


ditempatkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 115.
Penjelasan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5255.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat merupakan


upaya dari pemerintah untuk meningkatkan peran dan fungsi pengelola zakat bagi
pengembangan serta pemberdayaan ekonomi umat. Hal tersebut diorientasikan agar
sumber dana zakat berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat sesuai dengan
amanah yang tercantum dalam konsideran peraturan perundang-undangan tentang
pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat bertujuan untuk, antara lain:

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.


Pengelolaan zakat yang baik akan memudahkan langkah sebuah LPZ untuk
mencapai tujuan inti dari zakat itu sendiri, yaitu optimalisasi zakat. Dengan
bertindak efisien dan efektif, LPZ mampu memanfaatkan dana zakat yang ada
dengan maksimal.
2. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan. Pengelolaan zakat dimaksudkan agar dana zakat
yang disalurkan benar-benar sampai pada orang yang tepat dan menyalurkan dana
zakat tersebut dalam bentuk yang produktif sehingga mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan zakat untuk hal yang produktif dapat
dilakukan dengan mendirikan rumah asuh, melakukan pelatihan home industry,
mendirikan sekolah gratis, dan sebagainya.

B. Kedudukan Zakat Dalam Islam

Kedudukan dan arti penting zakat dapat dilihat dari beberapa hal berikut:

7
1. Zakat adalah rukun Islam yang ketiga dan salah satu pilar bangunannya yang
agung Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu
anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َشها َ َد ِة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ ْن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللاِ َوِإقا َ ِم‬: ‫س‬
ٍ ‫بُنِ َي اِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬
‫ت لِ َم ِن ا ْستَطَا َع ِإلَ ْي ِه َسبِيْأل‬
ِ ‫ان َو َحجِّ البَ ْي‬
َ ‫ض‬َ ‫وم َر َم‬ ِ ‫ص‬َ ‫صالَ ِة َوِإيْتا َ ِء ال َّز َكا ِة َو‬
َّ ‫ال‬
“Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ada Rabb
yang haq selain Allâh dan bahwa Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan
shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi siapa
yang mampu [Muttafaqun ‘alaihi]”

2. Allâh Azza wa Jalla menyandingkan perintah menunaikan zakat dengan perintah


melaksanakan shalat di dua puluh delapan tempat dalam al-Qur`ân Ini
menunjukkan betapa urgen dan tinggi kedudukannya dalam Islam. Kemudian
penyebutan kata shalat dalam banyak ayat di al-Qur`ân terkadang disandingkan
dengan iman dan terkadang dengan zakat. Terkadang ketiga-tiganya disandingkan
dengan amal shalih adalah urutan yang logis. Iman yang merupakan perbuatan
hati adalah dasar, sedangkan amal shalih yang merupakan amal perbuatan anggota
tubuh menjadi bukti kebenaran iman. Amal perbuatan pertama yang dituntut dari
seorang mukmin adalah shalat yang merupakan ibadah badaniyah (ibadah dengan
gerakan badan) kemudian zakat yang merupakan ibadah harta. Oleh karena itu,
setelah ajakan kepada iman didahulukan ajakan shalat dan zakat sebelum rukun-
rukun Islam lainnya. Ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma
dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamsaat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengutus Mu’âdz Radhiyallahu anhu ke Yaman, beliau bersabda kepadanya:

‫لى َشها َ َد ِة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا‬ ِ ‫ك تَأتِي قَ ْو ًما ِم ْن َأ ْه ِل ال ِكتَا‬
َ ‫ب فا َ ْد ُعهُ ْم ِإ‬ َ َّ‫ِإن‬
‫ت فِي‬ ٍ ‫صلوا‬ َ ‫س‬ َ ‫ك فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن هللاَ اِ ْفتَ َر‬
َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم َخ ْم‬ َ ‫َرسُو ُل هللاِ فَِإ ْن هُ ْم َأطا َ ُعو‬
َ ِ‫ك لِذل‬
‫ص َدقَةً تُْؤ َخ ُذ ِم ْن‬
َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ك فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن هللاَ اِ ْفتَ َر‬ َ ‫ُكلِّ يَ ْو ٍم َوليَ ْل ٍة فَِإ ْن هُ ْم َأطا َ ُع‬
َ ِ‫وك لِذل‬
‫َأ ْغنِياَِئ ِه ْم فَتُ َر ُّد َعل َى فُقَ َراِئ ِه ْم‬

8
“Sesungguhnya kamu akan datang kepada suatu kaum dari ahli kitab,
ajaklah mereka kepada syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh
dan bahwa aku adalah utusan Allâh, bila mereka mematuhi ajakanmu, maka
katakanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan atas mereka shalat lima
waktu dalam sehari semalam, bila mereka mematuhi ajakanmu maka katakan
kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan sedekah yang diambil dari orang-
orang kaya dari mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin dari
mereka”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamhanya menyebutkan shalat dan zakat


(dalam hadits di atas) karena besarnya perhatian terhadap keduanya dan
keduanya didahulukan sbelumnya selainnya dalam berdakwah kepada Islam.
Juga dalam rangka mengikuti prinsip at-tadarruj (bertahap fase demi fase)
dalam menjelaskan kewajiban-kewajiban Islam.

C. Pembentukan Kedudukan BAZNAZ

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-
satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8
Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS
sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.
Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural
yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk
mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan,
keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

 Adapun tugas BAZ dari Nasional sampai Kecamatan sebagai berikut :


a) Menyelenggarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan, pendistribusian
dan pendayagunaan zakat.
b) Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk penyusunan rencana
pengelolaan zakat.
c) Menyelenggarakan bimbingan di bidang pengelolaan, pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

9
d) Melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,
menyusun rencana dan program pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,
pendayagunaan dan pengembangan pengelolaan zakat. (tingkat Kabupaten/Kota
dan Kecamatan)
e) Menyelenggarakan tugas penelitian dan pengembangan, komunikasi informasi,
dan edukasi pengelolaan zakat. (tingkat Nasional dan propinsi)
 Adapun Pembentukan dan Tempat Kedudukan Badan Amil Zakat
 Tingkat Nasional dibentuk oleh Presiden dan usul Menteri Agama. BAZ Nasional
berkedudukan di Ibu Kota Negara.
 Tingkat Propinsi dibentuk oleh Gubernur dan usul Kantor Wilayah Departemen
Agama Propinsi. BAZ Propinsi berkedudukan di ibu kota Propinsi,
 Tingkat Kabupaten/Kota dibentuk oleh Bupati/Walikota dan Departemen Agama
Kabupaten/Kota. Berkedudukan di ibu kota Kabupaten/Kota.
 Tingkat Kecamatan dibentuk oleh camat atau usul Kantor Kepala Kantor Urusan
Agama Kecamatan. Berkedudukan ibu kota Kecamatan.

D. Pembentukan Kedudukan LAZ

Lembaga Amil Zakat atau LAZ adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk
oleh swasta dan bergerak diluar pemerintah, yang memiliki tugas membantu
mengumpulkan , pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Pembentukan Laz wajib
mendapat izin menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri. Yaitu dengan izin
dari yang diberikan oleh Kemenag RI operasional LAZ diawasi oleh kemenag RI
dibawah koordinasi BAZNAS pusat. Kemudian dalam melaksanakan tugasnya LAZ
bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah Di Indonesia sendiri, Lembaga Amil
Zakat (LAZ) berbeda dengan Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh negara.
LAZ merupakan organisasi yang tumbuh atas dasar inspirasi masyarakat sehingga
pergerakannya lebih cenderung pada usaha swasta atau swadaya. Yang menjadi
pekerjaan amil zakat paling besar di antara usaha-usaha lainnya adalah penghimpunan
dan pendayagunaan zakat. Pendayagunaan merupakan usaha amil zakat dalam
mengelola dan mendistribusikan zakat sehingga selain mencari cara agar
tersalurkannya dana zakat kepada orang-orang yang menjadi haknya, zakat juga
mendapat nilai dan kekuatan lebih tinggi dalam kehidupan umat. Sementara
pengumpulan zakat (marketing) merupakan usaha amil dalam menghimpun zakat dari

10
para muzaki (yang menunaikan zakat), hal ini menjadi usaha penting bagi LAZ, selain
agar terhimpunnya dana zakat yang besar, juga sebagai tolak ukur besar kecilnya
penghasilan (rotibah) juga pemasukan yang diterima amilin.

Besar-kecilnya dana zakat yang bisa dihimpun tentu bergantung dari


kepercayaan para muzaki dalam menitipkan ibadah zakatnya pada lembaga tersebut.
Dan tumbuh-tidaknya kepercayaan muzaki terhadap lembaga tersebut tentu
bergantung pada bagus tidaknya kinerja, serta sesuai tidaknya penyaluran zakat
terhadap para mustahiq-nya itu, dengan yang disyari’atkan Islam. Maka dari itu
permasalahan marketing juga pendayagunaan zakat dalam Lembaga Amil Zakat,
kedua-duanya tidak bisa dipisahkan. Keduanya memiliki keterikatan sehingga di
dalamnya dibutuhkan penanganan secara serius oleh para amil zakat

E. Hukuman Bagi Penyalahgunaan Zakat

Di Indonesia, zakat tak hanya diatur oleh agama, tetapi juga sudah diserap
dalam hukum negara. Indonesia memiliki Undang-Undang No. 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat. Bahkan ada Badan Amil Zakat Nasional (Baznaz) yang
bertugas mengelola dan menyalurkan zakat dari masyarakat. Di tengah-tengah
masyarakat malah ada lembaga amil zakat (LAZ) tersendiri, yang biasanya bertugas
menerima zakat di masjid-masjid sekitar. Para pembayar zakat, ingin zakat mereka
tersalurkan kepada orang yang benar-benar membutuhkan, kepada mustahiq yang
sebenarnya. Siapa saja mustahik yang berhak, UU Pengelolaan Zakat tak mengatur
langsung, ia merujuk pada syariat Islam. Menurut syariat Islam, ada 8 kelompok yang
masuk kategori mustahik, yakni fakir, miskin, amilin, muallaf, riqob (hamba sahaya),
gharimin (orang yang terbelit utang), fii sabilillah, dan ibnu sabil.

Jika kita telisik, UU Pengelolaan Zakat sebenarnya mengatur secara khusus


pengawasan terhadap pengelolaan zakat. Mengapa? Ini berkaitan dengan potensi
besar zakat, yang berarti juga berpotensi disalahgunakan. Penyalahgunaan zakat harus
dihindari seperti yang disebut dalam UU Pengelolaan Zakat. Pasal 37 Undang-
Undang ini melarang setiap orang melakukan tindakan memiliki, menjaminkan,
menghibahkan, menjual, dan/atau mengalihkan zakat yang ada dalam pengelolaannya.
Ini berarti ada sanksi lho kalau panitia zakat menyalahgunakan zakat.

11
Dari rumusan itu jelas perbuatan yang dilarang adalah memiliki zakat yang
telah dikumpulkan; menjaminkan zakat yang terkumpul untuk meminjam uang
misalnya; menghibahkan zakat kepada keluarga sendiri, menjual kepada orang lain
karena butuh uang, dan mengalihkan hasil zakat kepada pihak ketiga demi
keuntungan pribadi.

Karena itu, pada saat membayar zakat pastikan bahwa Anda membayar atau
menyalurkan kepada pihak tepat dan terpercaya. Jika membayar lewat Lembaga Amil
Zakat (LAZ), mohon dipastikan LAZ tersebut berbadan hukum. Undang-Undang
mengatur demikian. Masalah LAZ dan Baznas ini sebenarnya pernah diributkan ke
Mahkamah Konstitusi gara-gara ‘izin’ dari Baznas. Mahkamah Konstitusi
menyatakan tak ada salahnya amil zakat tradisional mengelola dan mengumpulkan
zakat tanpa harus ada izin dari Baznas. Jadi, Anda boleh membayar zakat kepada amil
yang ada di masjid sekitar rumah Anda.

UU Pengelolaan Zakat merujuk syariat Islam sebagai ukuran keabsahan


pembayaran zakat. Karena itu, zakat yang Anda bayar sudah dianggap sah sepanjang
dilakukan menurut syariat Islam. Salah satu contohnya, pembayaran zakat fitrah
sudah harus dilakukan sebelum shalat Idul Fitri.

Sebagai pembayar zakat, Anda juga perlu memahami jika ada penyimpangan
terhadap zakat yang terkumpul. Ada tiga ketentuan pidana yang bisa dikenakan
kepada pelaku penyimpangan dalam UU Pengelolaan Zakat, antara lain:

1. siapapun yang dengan sengaja dan melawan hukum tidak mendistribusikan zakat
sesuai syariah Islam. Misalnya, tidak menyalurkan kepada mustahik. Sanksinya
bisa berupa pidana penjara maksimal lima tahun atau denda paling banyak 500
juta rupiah.
2. setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum menjaminkan,
menghibahkan, mengambil zakat dengan maksud dimiliki atau perbuatan lain
yang diatur dalam Pasal 37 UU Pengelolaan Zakat tersebut. Sanksinya sama
dengan ketentuan pidana yang pertama tadi.
3. setiap orang yang bertugas sebagai amil zakat dengan sengaja dan melawan
hukum mengumpulkan, mendistribusikan, atau mendayagunakan zakat tanpa izin
pejabat yang berwenang. Ingat! Ancaman sanksi yang ketiga ini sudah dikoreksi

12
oleh Mahkamah Konstitusi. Sebab, dapat mengancam keberadaan amil zakat atau
panitia pengumpulan zakat pada masyarakat.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pengelolaan zakat di Indonesia dapat dikategorikan pada sistem yang


dilakukan secara sukarela (voluntary system), artinya wewenang pengelolaan zakat
berada di tangan pemerintah ataupun masyarakat sipil dan tidak terdapat sanksi
hukum bagi yang tidak menunaikan kewajiban zakat. Berdasarkan UU No. 23 tahun
2011 di Indonesia terdapat dua jenis Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ), yaitu
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAZ) yang pengelolaan diurus oleh pemerintah dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang pengelolaannya diurus oleh masyarakat sipil, yang
terintegrasi dan bersinergi dalam proses perhimpunan, pengelolaan dan
pendistribusian zakat.

Model pengelolaan zakat melalui dua OPZ, yaitu BAZNAZ dan LAZ ini
merupakan bentuk ideal pengelolaan zakat yang memiliki latar belakang yang kuat
secara sosio-historis keindonesiaan, serta dikuatkan dengan dasar ideologis negara
dan pandangan normatif MUI terkait Amil Zakat. UU Pengelolaan Zakat merujuk
syariat Islam sebagai ukuran keabsahan pembayaran zakat. Karena itu, zakat yang
Anda bayar sudah dianggap sah sepanjang dilakukan menurut syariat Islam. Salah
satu contohnya, pembayaran zakat fitrah sudah harus dilakukan sebelum shalat Idul
Fitri. Seseorang yang menyalahgunkan zakat akan dikenakan pidana yang ada
didalam UU Pengelolaan zakat.

B. Saran
Pokok bahasan tentang “Pengelolaan Zakat di Indonesia Menurut UU No.
23 Tahun 2011” sudah dipaparkan dengan jelas. Besar harapan penulis semoga
tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi,
penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun lebih
baik dan sempurna.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Aden Rosadi, M. (Februari 2019). Zakat dan Wakaf Konsepsi, Regulasi, dan

Implementasi. Simbiosa Rekatama Media: Bandung.

Kholmi, M. (2012). Akuntabilitas Pembentukan Perilaku Amanah dalam Masyarakat Islam.

Jurnal Studi Masyarakat Islam 2012. Volume 15, Nomor 1: 63-72.

Zakat, U. 2. (Desember 2020). Pengelolaan Zakat di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian


Badan

Keahlian DPR RI 2020.

15

Anda mungkin juga menyukai