Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Zakat dan Wakaf
Disusun Oleh :
Kelompok VI - HES 3F
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah
mata kuliah Fiqh Zakat dan Wakaf yang membahas tentang “Pengelolaan Zakat di
Indonesia Menurut UU No. 23 Tahun 2011” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
Sebelumnya kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Fiqh
Zakat dan Wakaf yang telah memberikan kita tugas untuk membuat makalah, sehingga
menjadikan kita terlatih dalam penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku dan jurnal yang berkaitan
dengan “Pengelolaan Zakat di Indonesia Menurut UU No. 23 Tahun 2011”. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Maka, kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan.
Akhir kata, Semoga makalah ini bisa memiliki banyak kebermanfaatan bagi para
pembaca khususnya sebagai rujukan dalam pembelajaran.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..............................................................................................................10
B. Saran……………………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Zakat berasal dari bahasa Arab yang artinya menyucikan. Zakat adalah bentuk
sedekah kepada umat islam. Zakat diperlakukan dalam islam sebagai kewajiban atau
seperti pajak. Di dalam rukun Islam, berzakat ada di urutan ketiga, setelah sholat.
Meskipun zakat diwajibkan bagi umat islam, tidak semua orang bisa berzakat. Ada
beberapa syarat untuk berzakat, misalnya memiliki harta yang cukup atau tidak
kekurangan.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pengelolaan Zakat di Indonesia Menurut UU No.23
Tahun 2011 ?
2. Apa Kedudukan Zakat dalam Islam ?
3. Kapan Pembentukan Kedudukan BAZNAZ ?
4. Kapan Pembentukan Kedudukan LAZ ?
5. Apa Hukuman Bagi Penyalahgunaan Zakat ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengelolaan Zakat di Indonesia
Menurut UU No.23 Tahun 2011
2. Untuk Mengetahui Apa Kedudukan Zakat dalam Islam
3. Untuk Mengetahui Kapan Pembentukan Kedudukan BAZNAZ
4. Untuk Mengetahui Kapan Pembentukan Kedudukan LAZ
5. Untuk Mengetahui Apa Hukuman Bagi Penyalahgunaan Zakat
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat, dibentuk Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS provinsi, dan
BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstruktural
yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri.
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat
secara nasional. Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga
Amil Zakat (LAZ). Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri. LAZ wajib melaporkan secara berkala kepada BAZNAS atas
6
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah
diaudit syariat dan keuangan
Kedudukan dan arti penting zakat dapat dilihat dari beberapa hal berikut:
7
1. Zakat adalah rukun Islam yang ketiga dan salah satu pilar bangunannya yang
agung Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu
anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َشها َ َد ِة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ ْن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللاِ َوِإقا َ ِم: س
ٍ بُنِ َي اِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم
ت لِ َم ِن ا ْستَطَا َع ِإلَ ْي ِه َسبِيْأل
ِ ان َو َحجِّ البَ ْي
َ ضَ وم َر َم ِ صَ صالَ ِة َوِإيْتا َ ِء ال َّز َكا ِة َو
َّ ال
“Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ada Rabb
yang haq selain Allâh dan bahwa Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan
shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi siapa
yang mampu [Muttafaqun ‘alaihi]”
لى َشها َ َد ِة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا ِ ك تَأتِي قَ ْو ًما ِم ْن َأ ْه ِل ال ِكتَا
َ ب فا َ ْد ُعهُ ْم ِإ َ َِّإن
ت فِي ٍ صلوا َ س َ ك فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن هللاَ اِ ْفتَ َر
َ ض َعلَ ْي ِه ْم َخ ْم َ َرسُو ُل هللاِ فَِإ ْن هُ ْم َأطا َ ُعو
َ ِك لِذل
ص َدقَةً تُْؤ َخ ُذ ِم ْن
َ ض َعلَ ْي ِه ْم َ ك فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن هللاَ اِ ْفتَ َر َ ُكلِّ يَ ْو ٍم َوليَ ْل ٍة فَِإ ْن هُ ْم َأطا َ ُع
َ ِوك لِذل
َأ ْغنِياَِئ ِه ْم فَتُ َر ُّد َعل َى فُقَ َراِئ ِه ْم
8
“Sesungguhnya kamu akan datang kepada suatu kaum dari ahli kitab,
ajaklah mereka kepada syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh
dan bahwa aku adalah utusan Allâh, bila mereka mematuhi ajakanmu, maka
katakanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan atas mereka shalat lima
waktu dalam sehari semalam, bila mereka mematuhi ajakanmu maka katakan
kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan sedekah yang diambil dari orang-
orang kaya dari mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin dari
mereka”
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-
satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8
Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS
sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.
Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural
yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk
mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan,
keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.
9
d) Melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,
menyusun rencana dan program pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,
pendayagunaan dan pengembangan pengelolaan zakat. (tingkat Kabupaten/Kota
dan Kecamatan)
e) Menyelenggarakan tugas penelitian dan pengembangan, komunikasi informasi,
dan edukasi pengelolaan zakat. (tingkat Nasional dan propinsi)
Adapun Pembentukan dan Tempat Kedudukan Badan Amil Zakat
Tingkat Nasional dibentuk oleh Presiden dan usul Menteri Agama. BAZ Nasional
berkedudukan di Ibu Kota Negara.
Tingkat Propinsi dibentuk oleh Gubernur dan usul Kantor Wilayah Departemen
Agama Propinsi. BAZ Propinsi berkedudukan di ibu kota Propinsi,
Tingkat Kabupaten/Kota dibentuk oleh Bupati/Walikota dan Departemen Agama
Kabupaten/Kota. Berkedudukan di ibu kota Kabupaten/Kota.
Tingkat Kecamatan dibentuk oleh camat atau usul Kantor Kepala Kantor Urusan
Agama Kecamatan. Berkedudukan ibu kota Kecamatan.
Lembaga Amil Zakat atau LAZ adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk
oleh swasta dan bergerak diluar pemerintah, yang memiliki tugas membantu
mengumpulkan , pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Pembentukan Laz wajib
mendapat izin menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri. Yaitu dengan izin
dari yang diberikan oleh Kemenag RI operasional LAZ diawasi oleh kemenag RI
dibawah koordinasi BAZNAS pusat. Kemudian dalam melaksanakan tugasnya LAZ
bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah Di Indonesia sendiri, Lembaga Amil
Zakat (LAZ) berbeda dengan Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh negara.
LAZ merupakan organisasi yang tumbuh atas dasar inspirasi masyarakat sehingga
pergerakannya lebih cenderung pada usaha swasta atau swadaya. Yang menjadi
pekerjaan amil zakat paling besar di antara usaha-usaha lainnya adalah penghimpunan
dan pendayagunaan zakat. Pendayagunaan merupakan usaha amil zakat dalam
mengelola dan mendistribusikan zakat sehingga selain mencari cara agar
tersalurkannya dana zakat kepada orang-orang yang menjadi haknya, zakat juga
mendapat nilai dan kekuatan lebih tinggi dalam kehidupan umat. Sementara
pengumpulan zakat (marketing) merupakan usaha amil dalam menghimpun zakat dari
10
para muzaki (yang menunaikan zakat), hal ini menjadi usaha penting bagi LAZ, selain
agar terhimpunnya dana zakat yang besar, juga sebagai tolak ukur besar kecilnya
penghasilan (rotibah) juga pemasukan yang diterima amilin.
Di Indonesia, zakat tak hanya diatur oleh agama, tetapi juga sudah diserap
dalam hukum negara. Indonesia memiliki Undang-Undang No. 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat. Bahkan ada Badan Amil Zakat Nasional (Baznaz) yang
bertugas mengelola dan menyalurkan zakat dari masyarakat. Di tengah-tengah
masyarakat malah ada lembaga amil zakat (LAZ) tersendiri, yang biasanya bertugas
menerima zakat di masjid-masjid sekitar. Para pembayar zakat, ingin zakat mereka
tersalurkan kepada orang yang benar-benar membutuhkan, kepada mustahiq yang
sebenarnya. Siapa saja mustahik yang berhak, UU Pengelolaan Zakat tak mengatur
langsung, ia merujuk pada syariat Islam. Menurut syariat Islam, ada 8 kelompok yang
masuk kategori mustahik, yakni fakir, miskin, amilin, muallaf, riqob (hamba sahaya),
gharimin (orang yang terbelit utang), fii sabilillah, dan ibnu sabil.
11
Dari rumusan itu jelas perbuatan yang dilarang adalah memiliki zakat yang
telah dikumpulkan; menjaminkan zakat yang terkumpul untuk meminjam uang
misalnya; menghibahkan zakat kepada keluarga sendiri, menjual kepada orang lain
karena butuh uang, dan mengalihkan hasil zakat kepada pihak ketiga demi
keuntungan pribadi.
Karena itu, pada saat membayar zakat pastikan bahwa Anda membayar atau
menyalurkan kepada pihak tepat dan terpercaya. Jika membayar lewat Lembaga Amil
Zakat (LAZ), mohon dipastikan LAZ tersebut berbadan hukum. Undang-Undang
mengatur demikian. Masalah LAZ dan Baznas ini sebenarnya pernah diributkan ke
Mahkamah Konstitusi gara-gara ‘izin’ dari Baznas. Mahkamah Konstitusi
menyatakan tak ada salahnya amil zakat tradisional mengelola dan mengumpulkan
zakat tanpa harus ada izin dari Baznas. Jadi, Anda boleh membayar zakat kepada amil
yang ada di masjid sekitar rumah Anda.
Sebagai pembayar zakat, Anda juga perlu memahami jika ada penyimpangan
terhadap zakat yang terkumpul. Ada tiga ketentuan pidana yang bisa dikenakan
kepada pelaku penyimpangan dalam UU Pengelolaan Zakat, antara lain:
1. siapapun yang dengan sengaja dan melawan hukum tidak mendistribusikan zakat
sesuai syariah Islam. Misalnya, tidak menyalurkan kepada mustahik. Sanksinya
bisa berupa pidana penjara maksimal lima tahun atau denda paling banyak 500
juta rupiah.
2. setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum menjaminkan,
menghibahkan, mengambil zakat dengan maksud dimiliki atau perbuatan lain
yang diatur dalam Pasal 37 UU Pengelolaan Zakat tersebut. Sanksinya sama
dengan ketentuan pidana yang pertama tadi.
3. setiap orang yang bertugas sebagai amil zakat dengan sengaja dan melawan
hukum mengumpulkan, mendistribusikan, atau mendayagunakan zakat tanpa izin
pejabat yang berwenang. Ingat! Ancaman sanksi yang ketiga ini sudah dikoreksi
12
oleh Mahkamah Konstitusi. Sebab, dapat mengancam keberadaan amil zakat atau
panitia pengumpulan zakat pada masyarakat.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pengelolaan zakat melalui dua OPZ, yaitu BAZNAZ dan LAZ ini
merupakan bentuk ideal pengelolaan zakat yang memiliki latar belakang yang kuat
secara sosio-historis keindonesiaan, serta dikuatkan dengan dasar ideologis negara
dan pandangan normatif MUI terkait Amil Zakat. UU Pengelolaan Zakat merujuk
syariat Islam sebagai ukuran keabsahan pembayaran zakat. Karena itu, zakat yang
Anda bayar sudah dianggap sah sepanjang dilakukan menurut syariat Islam. Salah
satu contohnya, pembayaran zakat fitrah sudah harus dilakukan sebelum shalat Idul
Fitri. Seseorang yang menyalahgunkan zakat akan dikenakan pidana yang ada
didalam UU Pengelolaan zakat.
B. Saran
Pokok bahasan tentang “Pengelolaan Zakat di Indonesia Menurut UU No.
23 Tahun 2011” sudah dipaparkan dengan jelas. Besar harapan penulis semoga
tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi,
penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun lebih
baik dan sempurna.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Aden Rosadi, M. (Februari 2019). Zakat dan Wakaf Konsepsi, Regulasi, dan
15