Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN CABANG – CABANG HADIS

Diajukan untuk memenuhi tugas ulumul hadis

Dosen Pengampu : Arif Nursihah, S.TH.I., M.A.

Disusun Oleh :

Kelompok 2 PIAUD/1A

Adhwa Nissrina Bahij 1212100001

Karinan Novia Rohali 1212100033

Nabila Siti Ghaida 1212100045

Nadia Husna 1212100046

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


2021
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji beserta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan nikmat
iman dan islam serta nikmat kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Sholawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW. semoga syafaat-Nya mengalir kepada kita
kelak. Penulisan makalah berjudul "Sejarah Perkembangan dan Cabang – Cabang Hadis" ini
di susun untuk memenuhi mata kuliah Ulumul Hadis, Program studi Pendidikan Islam Anak
Usia Dini, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Ulumul Hadis yang telah membimbing
dalam penyelesaian makalah ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami nantikan
sebagai bagian revisi dari penyusunan makalah ini.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, 23 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB I....................................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................1

BAB II...................................................................................................................................................2

2.1 Sejarah Terbentuknya Ulumul Hadis...........................................................................................2

2.2 Periode Perkembangan Hadis......................................................................................................3

2.3 Cabang – Cabang Hadis...............................................................................................................4

A. Ilmu Rijal al-Hadis................................................................................................................4

B. Ilmu Jarh wa at-Ta’dil............................................................................................................5

C. Ilmu Fann al-Mubhamat........................................................................................................5

D. Ilmu 'Ilal al-Hadis..................................................................................................................5

E. Ilmu Gharib al-Hadis.............................................................................................................6

F. Ilmu Nasikh wal Mansukh.....................................................................................................6

G. Ilmu Talfiq al-Hadis...............................................................................................................6

H. Ilmu Tashif wat-Tahrif...........................................................................................................7

I. Ilmu Asbabi Wurud al-Hadits................................................................................................7

J. Ilmu Mushthalah Ahli Hadis..................................................................................................7

BAB 3....................................................................................................................................................8

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................8

3.2 Saran............................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9

ii
BAB I

1.1 Latar Belakang

Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa, kejadian, benda, atau cerita
hidup seseorang pada masa lalu. Sebagai seorang pelajar sebaiknya mempelajari ilmu ini
karena bisa jadi dalam sejarah itu ada pelajaran yang bisa diambil untuk kehidupan
kedepannya atau mencontoh perilaku baik untuk kedepannya.

Dalam makalah ini tema yang akan dibahas mengenai sejarah dan cabang hadis .
Pembahasan ini dilatar belakangi karena sebagai umat islam yang dasar hukumnya tidak
hanya al quran, sebaiknya mempelajari tentang hadis juga. Sebelum membahas lebih jauh
mengenai hadis itu sendiri, sebaiknya mempelajari dasar – dasar hadisnya seperti apa.

Sejarah perkembangan dan cabang – cabang hadis itu penting dalam proses mempelajari
hadis. Mempelajari tentang sejarah perkembangan dan cabang – cabang hadis yang baik dan
benar harus diketahui terlebih dahulu. Karena itu merupakan dasar dari mempelajari ulumul
hadits.. Dalam kesempatan ini penting bagi kita sebagai umat islam mengetahui sejarah
perkembangan dan cabang cabang hadis agar mendapatkan dasar dasar mengenai ulumul
hadis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, kami mengambil Rumusan Masalah sebagai berikut:

1. Apa itu Sejarah Terbantuknya Ulumul Hadis ?


2. Terdapat berapa Periode Perkembangan Hadis ?
3. Apa saja Cabang – Cabang Hadis ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar mengetahui sejarah terbentuknya


2. Mengetahui jumlah periode perkembangan hadis
3. Mengertahui apa saja cabang – cabang hadis

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Terbentuknya Ulumul Hadis

Sejarah menurut Moh Yamin adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil
penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan kenyataan.

Pada dasarnya ulumul hadits telah lahir sejak dimulainya periwayatan hadis di dalam
islam, terutama setelah rasul saw wafat, ketika umat merasakan perlunya menghimpun hadis
hadis rasul saw dikarenakan kekhawatiran hadis hadis tersebut akan hilang atau lenyap. Para
sahabat mulai giat melakukan pencatatan dan periwayatan hadis. Mereka mulai
mempergunakan kaidah kaidah dan metode metode tertentu dalam menerima hadis, namun
mereka belum menuliskan kaidah kaidah tersebut.

Dasar dan landasan periwayatan hadis di dalam islam dijumpai di dalam al quran dan hadis
rasul saw. Di dalam surat al hujurat ayat 6, allah swt memerintahkan orang orang yang
beriman untuk meneliti dan mempertanyakan berita berita yang datang dari orang orang
fasik:

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa
suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”

Disamping itu rasul saw. Juga mendorong serta menganjurkan para sahabat dan yang lainnya
yang mendengar atau menerima hadis beliau untuk menyampaikan dan meriwayatkannya
kepada mereka yang tidak mendengar atau mengetahuinya. Di dalam sebuah hadisnya rasul
bersabda:

“( semoga) Allah membaguskan rupa seseorang yang mendengar dari kami sesuatu (hadis),
lantas dia menyampaikannya (hadis tersebut) sebagai mana dia dengar, kadang-kadang yang
menyampaikannya lebih hafal dari pada yang mendengar.”

Berdasarkan pada ayat al quran dan hadis tersebut. Sahabat mulai meneliti dan bersikap hati-
hati dalam menerima dan meriwayatkan hadis-hadis.

2
2.2 Periode Perkembangan Hadis

Apabila kita pelajarinya dengan seksama suasana dan keadaan-keadaan yang telah
dilalui hadis sejak zaman tumbuhnya hingga dewasa ini, dapatlah kita menarik sebuah garis
bahwa hadis Rasul SAW. sebagai dasar tasyri" yang kedua telah melalui enam periode dan
sekarang sedang menempuh periode ketujuh.

 Masa pertama: masa wahyu dan pembentukan hukum serta dasar-dasarnya dari permulaan
Nabi bangkit (baʼats, diangkat sebagai Rasul) hingga beliau wafat pada tahun 11H. (dari
13 SH.—11 H.)
Ketika itu Muhammad memerintahkan sahabatnya menuliskan setiap wahyu yang turun.
Secara bersamaan, ia melarang menulis hadis. Tujuannya agar semua potensi diarahkan
pada Alquran. Namun, keinginan para sahabat mencatat hadis tak bisa dibendung. Hal ini
disebutkan oleh Anas bin Malik: "Ketika kami berada di sisi Nabi, kami simak hadisnya
dan ketika  bubar, kami mendiskusikan hadis tersebut hingga kami menghafalnya."
Kala itu, hadis diterima para sahabat ada yang secara langsung, yaitu melalui majelis
pengajian serta karena respons terhadap perilaku umat yang membutuhkan penjelasan.
Ada juga hadis yang diterima secara tak langsung. Biasanya hal itu diakibatkan oleh
beberapa hal seperti kesibukan yang dialami sahabat, tempat tinggal sahabat yang jauh,
atau perasaan malu untuk bertanya langsung kepada Nabi Muhammad. Contoh dari hal ini
adalah hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah.. Hadis itu berisi tentang
jawaban pertanyaan seorang perempuan mengenai bagaimana membersihkan diri dari
haid.

 Masa kedua: masa membatasi riwayat, masa Khulafa' Rasyidin (12 H. - 40 H.).

Permasalahan yang sangat menarik perhatian di masa itu adalah soal ketatanegaraan dan
kepemimpinan umat. Dua soal selain penyebaran Islam. Situasi politik dan perpecahan
berimbas pada penyebaran hadis. Maka itu, Abu Bakar dan Umar mengingatkan kepada
umat Islam untuk mencermati hadis yang mereka terima.

 Masa Ketiga: masa berkembang riwayat dan perlawatan dari kota ke kota untuk mencari
hadis, yaitu masa sahabat kecil dan tabi'in besar (41 H. -akhir abad pertama H.).

3
Ini terkait dengan penaklukan tentara Islam terhadap Suriah, Irak, Mesir, Persia,
Samarkand, serta Spanyol yang menyebabkan mereka menyebar ke wilayah baru itu untuk
mengajarkan Islam.

Pada perkembangan selanjutnya, seorang sahabat yang mendengar sebuah riwayat yang
belum pernah didengarnya, akan berkunjung ke wilayah seorang sahabat yang disebut
meriwayatkan hadis itu. Dalam riwayat Bukhari, Ahmad, dan at-Tabari serta al-Baihaki
disebutkan, Jabir pernah pergi ke Suriah dengan maksud seperti di atas.

 Masa Keempat: masa pembukuan hadits (dari permulaan abad ke-2 H. hingga akhirnya).

Semuanya bermula dari keprihatinan Khalifah karena semakin berkurangnya penghafal


hadis karena meninggal dunia. Dia mengirimkan surat kepada gubernur-gubernurnya
untuk menuliskan hadis yang berasal dari penghafal dan ulama di tempatnya masing-
masing. Kebijakan ini tercatat sebagai kodifikasi pertama hadis secara resmi. Dan, Abu
Bakar Muhammad bin Syihab az-Zuhri merupakan ulama besar pertama yang
membukukan hadis.

 Masa Kelima: masa mentashihkan hadis dan menyaringnya (awal abad ke-3 H., hingga
akhir).

Hal ini berhubungan dengan upaya membedakan antara hadis dan fatwa para sahabat serta
adanya fenomena pemalsuan hadis.

 Masa Keenam: masa menapis kitab-kitab hadis dan menyusun kitab-kitab Jami' yang
khusus (dari awal abad ke-4 H. hingga jatuhnya Baghdad tahun 656 H.).
 Masa Ketujuh: masa membuat syarah, membuat kitab-kitab takhrij, mengumpulkan hadits-
hadits hukum dan membuat kitab-kitab Jami' yang umum serta membahas hadits-hadits
zawa'id (656 H. hingga dewasa ini).

2.3 Cabang – Cabang Hadis

Di antara cabang-cabang besar yang tumbuh dari ilmu hadis riwayah dan dirayah:

A. Ilmu Rijal al-Hadis.

Ilmu Rijal al-Hadis adalah "Ilmu yang membahas para perawi hadis, baik dari
sahabat, dari tabi'in, maupun dari angkatan-angkatan sesudahnya.” Dengan ilmu ini kita dapat
mengetahui keadaan para perawi yang menerima hadis dari Rasulullah saw dan dari sahabat

4
dan seterusnya. Di dalam ilmu ini diterangkan tarikh (sejarah) ringkas atau riwayat hidup
para perawi, mazhab yang dipegangi oleh para perawi dan keadaan-keadaan para perawi itu
menerima hadis.

Ilmu ini sangat penting dipelajari dengan seksama, karena hadis itu, terdiri dari sanad dan
matan. Maka mengetahui keadaan para perawi yang menjadi sanad, merupakan separoh
pengetahuan.

B. Ilmu Jarh wa at-Ta’dil.

Ilmu Jarh wa at-Ta'dil, pada hakikatnya suatu bagian dari Ilmu Rijal al Hadis. Akan
tetapi, oleh karena bagian ini dipandang bagian yang terpenting dipandanglah dia suatu ilmu
yang berdiri sendiri. Ilmu Jarh wa at-Ta'dil adalah "Ilmu yang menerangkan tentang hal
cacat-cacat yang dihadapkan para perawi dan tentang penta'dilannya (memandang 'adil para
perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat-martabat kata-kata itu."

Mencela para perawi (yakni menerangkan keadaannya yang tidak baik, agar orang tidak
terpedaya dengan riwayat-riwayatnya), telah tumbuh sejak dari zaman sahabat. Di antara para
sahabat yang membahas keadaan para perawi hadis adalah Ibnu Abbas (68 H.), Ubadah ibn
Shamit 34 H.) dan Anas ibn Malik (93 H.). Di antara tabi'in, adalah Asy-Sya'by 103 H.), Ibnu
Sirin (110 H.), Said ibn al-Musayyab (94 H.).

C. Ilmu Fann al-Mubhamat

Dimaksud dengan ilmu ini adalah “Ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak
disebut di dalam matan atau di dalam sanad.” Di antara yang menyusun kitab ini adalah Al-
Khathib al-Baghdady yang kemudian diringkas dan dibersihkan oleh An-Nawawy dalam
kitab Al-Isyarat ila Bayani Asma'i al-Mubhamat. Perawi-perawi yang tidak tersebut namanya
dalam Shahih al-Bukhary diterangkan selengkapnya oleh Ibnu Hajar al-Asqalany dalam
Hidayah as-Sari Muqaddamah Fath al-Bari

D. Ilmu 'Ilal al-Hadis.

Ilmu 'Ilal al-Hadis adalah "Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak
nyata, yang dapat merusakkan hadits”. Yakni menyambung yang mungathi', merafa’kan yang
mauquf, memasukkan hadits ke dalam hadits yang lain dan yang serupa itu. Semuanya ini,
apabila diketahui, dapat merusakkan keshahihan hadis.

5
Ilmu ini berpautan dengan keshahihan hadis. Penyakit-penyakit hadis tidak dapat
diketahui, melainkan oleh ulama yang mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang
martabat-martabat perawi dan mempunyai malakah yang kuat terhadap sanad dan matan
hadits. Di antara ulama yang menulis ilmu ini adalah Ibnu al-Madiny (234 H.), Ibnu Abi
Hatim (327 H.) kitab beliau sangat baik, dinamai Kitab ‘llal al-Hadts, Imam Muslim (261
H.), Ad-Daruquthny (375 H.) dan Muhammad ibn Abdillah al-Hakim

E. Ilmu Gharib al-Hadis.

Ilmu Gharib al-Hadis adalah "Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat
dalam matan hadis yang sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum”.
Sesudah berlalu masa sahabat, yakni abad pertama dan para tabi'in tahun 150 H., bahasa Arab
yang tinggi mulai tidak diketahui lagi masyarakat umum. Hanya beberapa saja orang
mengetahuinya. karena itu, para ahli berusaha mengumpulkan kata-kata yang dipandang tidak
dapat dipahami oleh umum dan kata-kata yang kurang terpakai dalam pergaulan sehari-hari
dalam sesuatu kitab dan men syarahkannya.

F. Ilmu Nasikh wal Mansukh

Ilmu Nasikh wa al-Mansukh adalah "Ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang sudah
dimansukhkan dan yang menasikhkannya”. Apabila didapati sesuatu hadits yang maqbul,
tidak ada perlawanan, dinamailah hadits tersebut muhkam. Jika dilawan oleh hadits yang
sederajat, tetapi mungkin dikumpulkan dengan tidak sukar, maka hadits tersebut dinamai
mukhtalif al-hadits. Jika tidak mungkin dikumpulkan dan diketahui mana yang terkemudian,
maka yang terkemudian itu dinamai nasikh dan yang terdahulu dinamai mansukh.

Banyak ahli yang menyusun kitab-kitab nasikh dan mansukh ini, di antaranya Ahmad ibn
Ishaq ad-Dinary (318 H.), Muhammad ibn Bahar al-Ashbahany (322 H.), Ahmad ibn
Muhammad an-Nahhas (338 H.) Kemudian sesudah beberapa ulama lagi menyusunnya,
muncullah Muhammad ibn Musa al-Hazimy (584 H.) menyusun kitabnya yang dinamai Al-
I'tibar. Kitab ini mudah diperoleh. Kitab Al-I'tibar itu telah diringkaskan oleh Ibnu Abd al-
Haqq (744 H.).

G. Ilmu Talfiq al-Hadis.

Ilmu Talfiq al-Hadis adalah "Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan antara
hadis-hadis yang berlawanan zhahirnya". Adakala dikumpulkan dengan mentakhsiskan yang
‘aam, atau mentaqyidkan yang muthlaq atau dengan memandang jumlah terjadinya Ilmu ini

6
dinamai juga dengan Ilmu Mukhtalif al-Hadits. Di antara ulama besar yang telah berusaha
menyusun ilmu ini adalah Imam Asy-Syafi’y (204 H.), Ibnu Qutaibah (276 H.), Ath-
Thahawy (321 H.) dan Ibnu al-Jauzy (597 H.) dalam kitabnya At-Tahqiq. Kitab ini sudah
disyarahkan oleh Al-Ustadz Ahmad Muhammad Syakir dan baik sekali nilainya.

H. Ilmu Tashif wat-Tahrif.

Ilmu Tashhif wa at-Tahrif adalah "Ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah
diubah titiknya (yang dinamai mushahhaf), dan bentuknya yang dinamai muharraf". Di antara
kitab yang menerangkan ilmu ini, adalah kitab AdDaruquthny (385 H.) dan kitab At-Tashhif
wa at-Tahrif, karya Abu Ahmad al-Askary (283 H.)

I. Ilmu Asbabi Wurud al-Hadits.

Ilmu ini adalah "Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi menuturkan sabdanya dan
masamasanya Nabi menuturkan itu”. Ilmu ini penting diketahui, karena ilmu ini menolong
kita dalam memahami hadits, sebagaimana ilmu asbab an-nuzul menolong kita dalam
memahami Al-Qur'an.

Ulama yang mula-mula menyusun kitab ini, yang ada kitabnya dalam masyarakat adalah
Abu Hafash Umar ibn Muhammad ibn Raja' al-Ukbary, murid Ahmad (309 H.) dan Ibrahim
ibn Muhammad, yang terkenal dengan nama Ibnu Hamzah al-Husainy (120 H.), yang
menyusun Al-Bayan wa at-Ta'rif yang telah dicetak dalam tahun 1329 H.

J. Ilmu Mushthalah Ahli Hadis.

Hadis Ilmu Musthalah Ahli Hadis adalah "Ilmu yang menerangkan pengertian-pengertian
(istilah-istilah yang dipakai oleh ahli-ahli hadits)”. Ilmu ini dirintis oleh Abu Muhammad ar-
Ramahurmuzy (360 H.). Kitab yang ditulisnya boleh dikatakan hampir lengkap isinya.
Sesudah itu barulah ulama meluaskan lingkup kajian ilmu ini. Mula-mula dilakukan oleh Al-
Hakim Muhammad ibn Abdillah an-Naisabury. Sesudahnya Abu Nu'aim al-Ashbahany.
Kemudian Ahmad yang terkenal dengan sebutan Al-Khathib (463 H.) menyusun berbagai
kitab dalam ilmu ini. Ulama yang datang sesudahnya, boleh dikatakan berpegang kepada
kitab-kitabnya.

7
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya,
kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut
1. Pada dasarnya ulumul hadits telah lahir sejak dimulainya periwayatan hadits di dalam
islam, terutama setelah rasul saw wafat, ketika umat merasakan perlunya
menghimpun hadits hadots rasul saw dikarenakan kekhawatiran hgadits hadits
tersebut akan hilang atau lenyap. Para sahabat mulai giat melakukan pencatatan dan
periwayatan hadits. Mereka mulai mempergunakan kaidah kaidah dan metode metode
tertentu dalam menerima hadits, namun mereka belum mereka belum menuliskan
kaidah kaidah tersebut.
2. Apabila kita pelajari dengan seksama suasana dan keadaan-keadaan yang telah dilalui
hadits sejak zaman tumbuhnya hingga dewasa ini, dapatlah kita menarik sebuah garis
bahwa hadits Rasul saw. sebagai dasar tasyri" yang kedua telah melalui enam periode
dan sekarang sedang me nempuh periode ketujuh.
3. Cabang-cabang ilmu hadis diantaranya ada Ilmu Rijal Al Hadits, Ilmu Jarh wa at-
Ta’dil, Ilmu Fann al-Mubhamat, Ilmu 'Ilal al-Hadits, Ilmu Gharib al-Hadits, Ilmu
Nasikh wal Mansukh, Ilmu Talfiq al-Hadits, Ilmu Tashif wat-Tahrif, Ilmu Asbabi
Wurud al-Hadits, Ilmu Mushthalah Ahli Hadits.

3.2 Saran

Pembaca disarankan dapat membaca penulisan ini untuk menambah atau memperdalam
mengenai ulumul hadis. Hasil penulisan ini diharapkan dijadikan bahan ajar atau ilmu untuk
mengetahui sejarah perkembangan dan cabang – cabang ulumul hadis.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemdikbud. 2020.Pengertian Sejarah,


https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/18/210000769/pengertian-sejarah?
page=all , diaksespada 23 September 2021 pukul 12.00
2. Yuslem, Nawir. 2001. Buku Ulumul Hadis
3. Shiddieqy, Teungku M.A. 2009. Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits. Pustaka Rizki
Putra

Anda mungkin juga menyukai