KAJIAN KOMPREHENSIF
TEORI, SUMBER HUKUM DAN
METODE ISTINBATH HUKUM
PENULIS
i
KATA PENGANTAR
ii
PENGANTAR PENULIS
iii
Kajian komprehensif yang dipaparkan di dalam buku ini diharapkan
dapat memudahkan para pemula dalam mengkaji dan mempelajari Ushul
Fikih, baik dari jenjang sekolah maupun Perguruan Tinggi.
Ucapan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah
memudahkan penyusunan buku ini. Jug aucapan terima kasih kepada
seluruh keluarga, pimpinan, rekan, sahabat, dan semua pihak yang telah
menukung dan membantu terbitnya buku ini.
Buku ini masih tentu masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan
saran selalu kami buka untuk penyusunan buku ushul fikih yang lebih
sempuran ke depannya insyaAllah.
Akhrinya, penulis mengucapkan maaf atas segala kesalahan dan
khilaf, jika didapati masih banyak kekurangan. Semoga bermanfaat untuk
penulis khususnya dan pembaca umumnya.
iv
DAFTAR ISI
v
5. Mutlaq dan Muqayyad ........................................................................ 214
6 .Mantuq dan Mafhum........................................................................... 220
7. Mujmal dan Mubayyan ....................................................................... 222
8. Pengertian/konsep Quwa’id Al-Lughawiyah ....................................... 223
BAB V ................................................................................................................ 236
METODE ISTINBATH HUKUM ..................................................................... 236
A. Pengertian Istinbath ............................................................................... 236
B. Pengertian Metode Istinbath ................................................................. 236
C. Metode Istinbath Hukum dengan Pendekatan Kebahasaan (Thuruq
al-Lughawiyah)............................................................................................. 237
D. Pedekatan Istinbath Hukum dari sisi Maqasid as-Syari’ah ............. 237
BAB VI ............................................................................................................... 246
IJTIHAD............................................................................................................. 246
A. Pengertian Ijtihad .................................................................................... 246
B. Dasar Ijtihad ............................................................................................ 248
D. Medan Ijtihad........................................................................................... 251
E. Tujuan Ijtihad ........................................................................................... 251
F. Syarat-syarat mujtahid ........................................................................... 252
G. Macam-macam Mujtahid ..................................................................... 253
BAB VII .............................................................................................................. 255
TAQLID, ITTIBA', DAN TALFIQ .................................................................... 255
A. TAQLID .................................................................................................... 255
B. ITTIBA'...................................................................................................... 256
C. TALFIQ..................................................................................................... 256
BAB VIII............................................................................................................. 258
TA'ARUDUL ADILLAH.................................................................................... 258
A. Definisi Ta'arudul Adillah ....................................................................... 258
B. Macam-macam Cara Ta'arudul Adillah ............................................... 259
BAB IX ............................................................................................................... 260
KAIDAH-KAIDAH FIQHIYYAH ...................................................................... 260
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 261
vi
BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP USHUL FIQH
ushul fikih: “Ashl dari wajibnya shalat adalah firman Allah dan
Sunnah Rasul.” Maksudnya, yang menjadi dalil kewajiban shalat
adalah ayat al-Qur’an dan Sunnah.
2. Qaidah / ( القاعدةdasar, fondasi), seperti sabda Rasul yang
berbunyi:
1
Maksudnya, al-Qur'an itu lebih kuat daripada qiyas. Bisa
juga diartikan bahwa al-Qur'an itu menjadi dasar bagi qiyas.
4. Far’un / ( الفرعcabang), seperti ungkapan para ahli ushul fiqh:
2
Ulama Hanafiyah, Malikiyah, & Hanabilah mendefinisikan Ushul
Fikih sebagai berikut :
القواعد الىت يوصل البحث فيها إىل استنباط األحكام من أدلتها التفصيلية
Maknanya: “Mengetahui kaidah-kaidah kulli (umum) yang dapat
digunakan untuk mengistinbatkan hukum-hukum syara’ yang bersifat
amaliah melalui dalil-dalilnya yang rinci.”
Pengertian ini menunjukkan bahwa ilmu Ushul Fikih merupakan
ilmu yang dipelajari untuk mengetahui dan memahami kaidah-kaidah
yang bersifat umum yang digunakan sebagai alat/metode untuk
mengambil sebuah hukum yang terkandung dalam dalil-dalil sebagai
sumber dalam hukum Islam, dimana hukum yang dikaji berkaitan
dengan amal perbuatan manusiam (amaliyah) bukan masalah yang
berkaitan dengan keyakinan (ushul al-din).
جمموعة القواعد العامة اليت تستخدم يف استنباط األحكام الشرعية الفرعية من
.أدلتها التفصيلية
Maknanya: “Kumpulan kaidah-kaidah Umum yang digunakan untuk
pengambilan Hukum syara’ far’iyah (cabang) dengan dalil-dalil yang
terperinci.”
Defenisi ini hampir sama dengan defenisi yang dikemukakan
oleh para Ahli Ushul Fikih dari mazhab Hanafiyah, Malikiyah, dan
Hanabilah bahwa yang dimaksud dengan ilmu ushul fikih adalah ilmu
yang mencakup kumpulan kaidah-kaidah yang digunakan sebagai alat
menelaah hukum untuk menghasilkan hukum-hukum cabang (far’iyah)
dengan dalil-dalil yang terperinci.
Dari beberapa definisi yang dijelaskan di atas, jelas dapat
difahami bahwa para Ulama Ushul memahami ilmu Ushul fikih sebagai
ilmu yang mengkaji tentang dalil-dalil Syara’ dan juga kumpulan
kaidah-kaidah yang digunakan untuk mengambil sebuah hukum yang
3
berkaitan dengan amal perbuatan manusia dengan dalil yang
terperinci. Sehingga penulis dapat simpulkan bahwa Ushul Fikih
adalah “ Ilmu yang mempelajari tentang dalil-dalil syara’ secara global
dan kaidah-kaidah secara umum yang digunakan para mujtahid untuk
mengambil hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan amal
perbuatan manusia (amaliyah) dengan dalil yang terperinci.”
4
Oleh karena itu tujuan dari mempelajari ilmu Ushul Fikih adalah
bertujuan untuk:
1. Mempelajarai Dalil-dalil syara’ secara global;
2. Memberikan pengertian mendasar terkait dengan kaidah-kaidah yang
digunakan para Mujtahid dalam mengambil hukum;
3. Mengetahui metode-metode yang digunakan para Ulama Ushul untuk
memahami dalil-dalil syara’.
4. Mengetahui proses pengambilan Hukum syara’;
5. Mengetahui gambaran persyaratan menjadi seorang mujtahid.
6. Mengetahui keunggulan dan kelamahan mujtahid sejalan dengan dalil
yang digunakan’
7. Memelihara agama dari penyimpangan dan penyalahgunaan dalil
syara’;
8. Mengetahui Sumber-sumber hukum Islam, pendapat Ulama tentang
kehujjahannya dan kedudukannya dalam Hukum Islam;
9. Mengetahui solusi pada dalil-dalil yang kontradiksi, status dalil baik
yang qath’i maupun dhanni;
10. Mengetahui penerapan hukum yang dihasilkan dari nash..
Ilmu Ushul Fikih merupakan ilmu yang sangat penting untuk
dipelajari, karena sangat banyak kegunaan dari memahami ilmu Ushul
Fikih, terutama dalam mengetahui dalil-dalil syara’ dan juga kaidah-
kaidah serta metode yang dapat digunakan untuk menginstinbah hukum.
5
2. Mencari jalan keluar dari dalil-dalil yang secara zhahir
bertentangan, misalnya, pertentangan ayat dengan ayat, ayat
dengan hadis, atau pertentangan hadis dengan pendapat akal.
3. Pembahasan ijtihad.
4. Pembahasan tentang hukum syara’.
5. Pembahasan tentang kaidah-kaidah yang digunakan dan cara
menggunakannya dalam mengistinbatkan hukum dari dalil-dalil.
Maka objek pembahasan Ushul Fikih adalah Sumber hukum Islam,
hukum-hukum syara’, metode Ijtihad/istinbath hukum, kaidah-kaidah
ushuliyah, ta’rudh al-adillah, Mujtahid, dan segala hal yang berkaitan
dengan materi Ushul Fikih.
6
Adapun Ilmu Ushul Fikih adalah ilmu yang menjelaskan kepada
manusia tentang thabi’ah/kemurnian hukum-hukum syara’ secara global,
dan kekhususannya dari cabang-cabang pembagian hukum, dan
bagaimana menghubungkan antara cabang-cabang / pembagian tersebut
dengan dalil-dalilnya. Seperti pengambilan hukum dari kejelasan nash
ayat Al-Qur’an atau Hadits, atau mafhum / pemahaman dari nash
tersebut, atau Qiyas, dan yang lainnya. Ushul fikih juga menjelaskan
siapa yang mampu mengambil hukum, yaitu mujtahid. Dan bagaimana
menyelesaikan dalil-dalil yang bertentangan.
Jadi, Ushul Fikih adalah ilmu yang mempelajari tentang kaidah-
kaidah baik kaidah ushuliyah maupun kaidah fiqhiyah yang dipergunakan
sebagai alat pengambilan suatu hukum dari dalil-dalil syara’; Al-Qu’ran
dan Hadits. Adapun Ilmu Fikih adalah ilmu yang berkaitan dengan amal
perbuatan hamba/manusia yang merupakan hasil.produk dari
pengambilan hukum yang melalui proses metode ijtihad yang dilakukan
oleh seorang mujtahid.
Maka seorang faqih adalah mujtahid. Sesorang yang mampu
menghasilkan sebuah hukum melalui proses ijtihad dan ifta’ dengan
syarat-syarat tertentu yang akan dijelaskan pada bab ijtihad.
7
dikenal dengan hadis. Maka sumber hukum ketika itu adalah berupa
wahyu, hadis dan juga berupa musyawarah Nabi dengan para Sahabat
beliau.
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa pada masa Rasulullah, semu
afatwa Rasulullah SAW adalah dalil dan landasan hukum untuk segala
perbuatan Sahabat dan juga genarasi seterusnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Allah SWT berfirman dalam surah
An-Nisa ayat 59:
ٱلر ُسول وأُوِٓىل أٱأل أم ِر ِمن ُك أم ٓ فِإن َّ ٓيٓأيُّها ٱلَّ ِذين ءامنُوٓآ أ ِطيعُوا
َّ ٓٱّلل وأ ِطيعُوا
ِ ِ ِ َِّ ِول إِن ُكنتم ت ؤِمنون بِ ٱلرس َِّ ت نزعتم ِف شى ٍء ف رُّدوه إِىل
ٱّلل وٱلأي أوم أٱلءاخ ِر ٓ ذلك خ أير ُ ُأ ُأ ُ َّ ٱّلل و ُ ُ أ أُ أ
وأ أحس ُن َتأ ِو ًيال
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (QS: An-Nisa: 59).
Imad Zuhair menafsirkan ayat ini dengan penjelasan bahwa:
( أ ِط ُيعوا۟ للا وأ ِط ُيعوا۟ الر ُسولtaatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya)) Setelah
8
Pendapat lain mengatakan yang dimaksud dengan ulil amri adalah
para ulama al-qur’an dan fiqih yang menyuruh kepada kebenaran dan
menfatwakannya sedang mereka memiliki ilmunya. ( فِإن ت نٰز ْعتُ ْمKemudian jika
9
Islam juga dikenal sebagai agama yang dinamis. Islam
mengajarkan dan mengembangkan Hukum Islam secara elastis,
sehingga hukum adat yang berlaku bagi masyarakat Arab tetap eksis
dengan mengadopsi hukum adat yang dipandang tidak bertentangan
dengan hukum Islam, sehingga dengan agama Islam, masyarakat Arab
mempunyai landasan hukum yang jelas dibawah naungan hukum Islam.
Allah SWT berfirman dalam surat AL-Baqarah ayat 213:
ُمُه ع م لزْ ن أو نِيرِذْنُمو نِير ِش بُم نيِيِب نلا ُ َّللا ث ع ب ف ة دِحاو ة مُأ ُسا نلا نا ك
َّلِإ ِهيِف ف ل تْخا ا مو ۟ ِه يِف اوُف ل تْخا ا ميِف ِسا نلا ْني ب مُكْحيِ ل ِقْْلِِب با تِكْلا
نيِذ لا ُ َّللا ى د ه ف ۟ ْمُه نْي ب ا يْغ ب ُتا نِي بْلا ُ ُمْْت ءا ج ا م ِدْع ب ْنِم ُهوُ توُأ نيِذ لا
طار ِص َٰلِإ ُءا ش ي ْن م يِدْه ي ُ َّللاو ۟ ِ ِه نْذِِِب ِقْْلا نِم ِهيِف اوُف ل تْخا ا مِ ل اوُ ن مآ
ميِق تْسُم
Terjemahan:
“ Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka
Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah
menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi
keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri.
Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-
Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus.” (QS: Al-Baqarah, 213).
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “Antara
Nuh as. dan Adam as. itu berselang sepuluh generasi, semuanya
berpegang pada syari’at Allah swt. Kemudian terjadilah perselisihan di
antara mereka, lalu Allah Ta’ala mengutus para Nabi yang
menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan.”
Riwayat dari Ibnu Abbas di atas memiliki sanad dan makna yang
shahih. Karena umat manusia pada saat itu menganut agama yang
10
dibawa Adam as. hingga akhirnya mereka menyembah berhala, maka
Allah mengutus Nuh as. kepada mereka. la adalah rasul pertama yang
diutus ke muka bumi ini. Dan Allah menurunkan bersama mereka kitab
dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu
melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu
setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata,
karena dengki antara mereka sendiri.”
Maka dengan diutusnya Nabi dan Rasul merupakan petunjuk bagi
umat manusia, agar permasalahan dan perselisihan di antara mereka
dapat diatasi dengan merujuk kepada wahyu yang Allah turunkan kepada
umatNya melalui Nabi dan RasulNya.
Sejarah perkembangan hukum Islam bermula dari masa
Rasulullah SAW, sebagai sumber utama dalam hukum Islam, yang
berlandaskan kepada Al-Qur’an dan hadis serta ijtihad.
Pada masa Nabi Muhammad masih hidup, seluruh permasalahan
fiqih (hukum Islam) dikembalikan kepada Rasul. Pada masa ini dapat
dikatakan bahwa sumber fiqih adalah wahyu Allah SWT. Namun demikian
juga terdapat usaha dari beberapa sahabat yang menggunakan
pendapatnya dalam menentukan keputusan hukum. Hal ini didasarkan
pada Hadis muadz bin Jabbal sewaktu beliau diutus oleh Rasul untuk
menjadi gubernur di Yaman. Sebelum berangkat, Nabi bertanya kepada
Muadz:
ًَلإ اذاعُم ثع ب ملسو ِهْيلع ُ َّللا ىلص َِّللا لوُسر نأ ِ لاق ف يِضْق ت فْيك لاق ف ِنمْيلا
ْ ِسبف لاق َِّللا ِباِتك ِِف ْنُكي ْ َل ْنِإف لاق َِّللا ِباِتك ِِف اِِب ي
ضقأ ِ َّللا ىلص َِّللا ِلوُسر ِةن
ُ ُ
لاق ِيْيأر ُدِهتْجأ لاق ملسو ِهْيلعُ َّللا ىلص َِّللا ِلوُسر ِةنُس ِِف ْنُكي ْ َل ْنِإف لاق ملسو ِهْيلع
ملسو ِهْيلعُ َّللا ىلص َِّللا ِلوُسر لوُسر قفو يِذلا َِِّلل ُدْمْْلا
Artinya:
“Sesungguhnya Rasulullah Saw. mengutus Mu’adz ke Yaman.
Kemudian Nabi bertanya kepada Muadz bin Jabbal: Bagaimana engkau
akan memutuskan persoalan?, ia menjawab: akan saya putuskan
berdasarkan Kitab Allah (al-Quran), Nabi bertanya: kalau tidak engkau
temukan di dalam Kitabullah?!, ia jawab: akan saya putuskan
berdasarkan Sunnah Rasul SAW, Nabi bertanya lagi: kalau tidak engkau
temukan di dalam Sunnah Rasul?!, ia menjawab: saya akan berijtihad
11
dengan penalaranku, maka Nabi bersabda: Segala puji bagi Allah yang
telah memberi Taufiq atas diri utusan Rasulullah SAW”. (HR. Tirmizi).
Menurut sejarah pula, istilah ilmu ushul fikih secara tekstual belum
terbentuk pada masa Nabi, namun praktik dari pada Ushul Fikih
semuanya bermula dari masa Nabi Muhammad SAW, dimana beliau
sebagai sumber utama dalam memberikan fatwa kepada masyarakat
Islam ketika itu, dan juga menyampaikan wahyu dan hadis yang
digunakan sebagai landasan hukum Islam.
Ushul Fiqih secara teori telah digunakan oleh beberapa sahabat,
walaupun pada saat itu Ushul Fiqih masih belum menjadi nama keilmuan
tertentu. Salah satu teori Ushul Fiqih adalah, jika terdapat permasalahan
yang membutuhkan kepastian hukum, maka pertama adalah mencari
jawaban keputusannya di dalam al-Quran, kemudian Hadis. Jika dari
kedua sumber hukum Islam tersebut tidak ditemukan maka dapat
berijtihad.
12
Rasulullah SAW, dan zaman dimana pengumpulan dan penyusunan ayat-
ayat Al-Qur’an dilaksanakan.
Adapun prosedur pengambilan hukum pada masa khulafa ar-
rasyidin, yaitu Abu Bakar ash-siddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan
dan Ali bin Abi Thalib adalah bersifat melanjutkan dari pada kebiasaan-
kebiasaan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, namun
permulaan pembaharuan mulai terjadi, ketika ada peristiwa yang terjadi
yang belum pernah ada pada masa Rasulullah SAW, maka para khulafa
ar-rasyidin akan mengikuti alur sebagai berikut:
13
hingga zaman sekarang. Walaupun banyak pro dan kontra yang terjadi
pada proses pengumpulan al-Qur’an ini, hal ini disebabkan Rasulullah
tidak pernah memerintahkan secara jelas untuk mengumpulkan al-Qur’an.
Namun, jika melihat kondisi di masa Rasulullah dengan masa setelahnya
tentulah berbeda, dengan ramainya para penghafal al-Qur’an yang wafat,
maka dikhawatirkan al-Qur’an tidak dapat dipertahankan, karena sumber
hafalan satu persatu berguguran. Maka dengan mempertimbangkan
kemaslahatan yang dapat dimanfaatkan dari pengumpulan al-Qur’an
tersebut, maka pengumpulan al-Qur’an akhirnya dilaksanakan pada masa
Ustman.
Sementara pada khalifah ke-empat yaitu khalifah Ali bin Abi
Thalib, pada masa ini mulai muncul golongan-golongan yang
mementingkan kepentingan sendiri. Hal ini menimbulkan perpecahan
dalam umat Islam, muncul keraguan pada sumber hukum yang besumber
dari hadis. Masyarakat menilai fatwa yang dikeluarkan Ali terkadang
menguntungkan golongan tertentu. Tetapi sesunggunya masa ini adalah
masa kelanjutan dari kepemimpinan Rasulullah, perluasan kekuasaan
daulah islamiyah juga mempengaruhi perkembangan hukum Islam,
banyak muncul problematika, karena banyaknya hubungan politik, militer,
ekonomi, dan juga hukum kenegaraan yang mempengaruhi pemikiran
hukum. Hakikatnya hal ini telah ditetapkan dasar-dasarnya oleh
Rasulullah, namun pada masa ini para kepala negara Islam mulai
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang dapat diterapkan
sesuai dengan keadaan, tempat dan waktunya.
Maka, pada masa khulafa ar-rasyidin ini Khalifah Umar merupakan
khalifah yang dikenal sangat pemberani dan bijaksana dalam
menerapkan hukum-hukum Islam berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah
Nabi untuk mengatasi masalah dan perkara baru yang dihadapi di
masanya. Beliau menetapkan kemaslahatan umat sebagai dasar dalam
setiap pertimbangan yang diambilnya.
Pada masa ini pula Ushul Fikih masih sebatas praktik, para khulafa
ar-rasyidin menetapkan hukum sesuai dengan kebiasaan Rasulullah,
dengan merujuk kepada dalil-dalil yang ada dalam al-Qur’an, as-sunah,
juga para khalifah melihat kepada ijma’ Ulama serta melakukan ijtihad
14
pada perkara-perkara baru yang belum terdapat hukumnya dalam ayat al-
Qur’an maupun As-Sunnah Nabi.
15
istinbat menjadi semakin jelas dan meluas disebabkan tambah
meluasnya daerah Islam sehingga banyak permasalahan baru yang
muncul. Para tabi’in melakukan ijtihad di berbagai daerah Islam. Di
Madinah, di Irak dan di Basrah. Titik tolak para ulama dalam menetapkan
hukum bisa berbeda, yang satu melihat dari suatu maslahat, sementara
yang lain menetapkan hukumnya melalui Qiyas. Dari perbedaan dalam
mengistinbatkan hukum inilah, akibatnya muncul tiga kelompok ulama,
yaitu Madrasah Al-Irak, Madrasah Al-Kaufah yang lebih dikenal dengan
sebutan Madrasah Al-Ra’yu dan Madrasah Al-Madina yang juga dikenal
dengan sebutan Madrasah Al-Hadits. Namun pada masa ini ilmu ushul
fiqh masih belum terbukukan.
Pada zaman Sahabat dan Tabi’in, pengetahuan mereka sempurna
tentang hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’an dan mengetahui
pula sebab-sebab turunnya, serta rahasia syari’at dan tujuannya karena
pergaulan mereka pada zaman Nabi. Karena itu, mereka tidak
memerlukan peraturan-peraturan dalam mengambil suatu hukum
(istinbath). Tegasnya, mereka tidak mempergunakan pengetahuan ushul
fiqh dalam teori, tetapi dalam praktek sesungguhnya ilmu ini telah
diterapkan dan menjadi teladan bagi umat sesudahnya.
Pada periode ini adalah masa “Menerima hukum yang
dikumpulkan oleh seseorang mujtahid dan memandang pendapat mereka
seolah-olah nash syara’ sendiri.” Jadi taqlid itu menerima saja pendapat
seseorang mujtahid sebagai nash hukum syara’. Dalam periode taqlid ini,
kegiatan para ulama’ Islam banyak mempertahankan ide dan mazhabnya
masing-masing.
Sebelumnya perlu ditegaskan bahwa setiap mazhab fiqh
mempunyai ushul fiqh. Hanya saja, metode penulisan mereka berbeda.
Metode penulisan ushul fiqh yang ada yaitu;
1) Metode Mutakallimin
16
memiliki kecenderungan mengatur furu’ (hakimah), lebih kuat dalam
tahqiq al masail dan tamhish al khilafat. Metode ini jauh dari ta’asshub,
karena memberikan istidlal aqly porsi yang sangat besar dalam
perumusan. Hal ini bisa dilihat pada Imam al Haramain yang kadang
berseberangan dengan ulma lain. Dianut antara lain oleh; Syafi’iyyah,
Malikiyyah, Hanabilah dan Syiah.
2) Metode Fuqaha
b) Pada masa ini muncul ulam’-ulama’ besar, fuqoha’ dan ahli ilmu
yang lain.
c) Madzhab fiqih pada masa ini sudah berkembang dan yang paling
masyhur adalah 4 madzhab.
17
d) Telah dibukukan ilmu-ilmu penting dalam islam. Diantaranya,
dalam madzhab abu hanifah : Kutub Zhahir al Riwayah yang
diriwayatkan dari oleh Muhammad bin al Hasan dari Abu Yusuf
dari imam Abu Hanifah, kemudian dikumpulkan menjadi kitab al
Kafi oleh al Hakim as Syahid. Dalam madzhab imam Malik: al
Mudawwanah yang diriwayatkan oleh Sahnun dari Ibnu Qosim dari
imam Malik. Dalam madzhab imam Syafi’i kitab al Um yang
diimlakkan oleh imam kepada muridnya di Mesir. Dalam madzhab
imam Ahmad kitab al Jami’ al Kabir yang dikarang oleh Abu Bakar
al Khollal setelah mengumpulkannya dari pere murid imam Ahmad.
18
berkebangsaan Quraish. Ia memulai menyusun metode-metode
penggalian hukum Islam, sumber-sumbernya serta petunjuk-petunjuk
Ushul Fiqih. Dalam penyu-sunannya ini, Imam Syafi’i bermodalkan
peninggalan hukum-hukum fiqih yang diwariskan oleh generasi
pendahulunya, di samping juga rekaman hasil diskusi antara berbagai
aliran fiqih yang bermacam-macam, sehingga ia memperoleh gambaran
yang konkrit antara fiqih ahli Madinah dan fiqih ahli Irak. Berbekal
pengalaman beliau yang pernah “nyantri” kepada Imam Malik (ulama
Madinah), Imam Muhammad bin Hasan (ulama Irak dan salah seorang
murid Abu Hanifah) serta fiqih Makkah yang dipelajarinya ketika
berdomisili di Makkah menjadikannya seorang yang berwawasan luas,
yang dengan kecerdasannya menyusun kaidah-kaidah yang menjelaskan
tentang ijtihad yang benar dan ijtihad yang salah. Kaidah-kaidah inilah
yang di kemudian hari dikenal dengan nama Ushul Fiqih. Oleh sebab itu
Imam Syafi’i adalah orang pertama yang membukukan ilmu Ushul Fiqih,
yang diberi nama “al-Risalah”
Setelah Islam meluas dan bangsa Arab bergaul dengan bangsa-
bangsa lain, dibuatlah peraturan-peraturan bahasa Arab agar bangsa lain
mudah mempelajari al-Qur’an. Di samping itu banyak peristiwa lain yang
menyebabkan para ulama berusaha mencari dan menentukan hukum-
hukumnya. Dengan demikian, timbullah fikiran untuk membuat peraturan-
peraturan dalam ijtihad pengambilan hukum untuk memperoleh pendapat-
pendapat yang benar.
Orang yang mula-mula mengumpulkan dan menyusun ilmu ushul
fiqh adalah Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i (150-204 H).
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan munculnya penulisan
ilmu ushul fiqh, di antaranya :
1. Mulai melemahnya kemampuan bahasa Arab di sebagian umat Islam
akibat interaksi dengan bangsa lain terutama Persia.[8]
2. Perkembangan wilayah Islam yang semakin luas, sehingga tidak jarang
menyebabkan timbulnya berbagai persoalan yang belum diketahui
kedudukan hukumnya. Untuk itu, para ulama Islam sangat membutuhkan
kaidah-kaidah hukum yang sudah dibukukan untuk dijadikan rujukan
dalam menggali dan menetapkan hukum.
19
3. Munculnya banyak persoalan yang belum pernah terjadi sebelumnya
dan memerlukan kejelasan hukum, sehingga kebutuhan akan ijtihad kian
mendesak.
20
3. Tahap Penyempurnaan ( Abad 6 H )
Pada masa ini terjadi kelemahan polotik di Bagdhad, yang ditandai
dengan lahirnya beberapa daulah kecil, membawa arti bagi
perkembangan peradaban dunia Islam.
Salah satu dampak dari perkembangan itu ialah kemajuan di bidang
Ushul Fiqh yang menyebabkan sebagian ulama memberikan perhatian
khusus untuk mendalaminya; Al-Baqhilani, Al-Qahdhi Abd. Al-jabr, Abd.
Al-Wahab Al-Baghdadi, dan lain-lain. Mereka itulah pelopor keilmuan
Islam di zaman itu. Para pengkaji ilmu keislaman di kemudian hari
mengikuti metode dan jejak mereka, untuk mewujudkan aktifitas ilmiah
dalam bidang ilmu Ushul Fiqh yang tidak ada bandingannya dalam
penulisan dan pengkajian Islam.
Itulah sebabnya pada zaman itu , generasi Islam pada kemudian hari
senantiasa menunjukkan minatnya pada produk-produk Ushul fiqh dan
menjadikannya sebagai sumber pemikiran.
Kitab-kitab ushul Fiqh pada zaman ini, di samping mencerminkan
adanya kitab Ushul Fiqh bagi masing-masih mazhabnya, juga
menunjukkan adanya dua aliran Ushul Fiqh, yakni aliran Hanafiah atau
yang dikenal sebagai aliran Fuqaha dan aliran mutakallimin.
Dalam sejarah perkembangan ilmu Ushul Fiqh pada abad 5 dan 6
H. Ini merupakan periode penulisan kitab Ushul Fiqh terpesat, yang di
antaranya terdapat kitab-kitab yang menjadi kitab standar dalam
pengkajian ilmu Ushul Fiqh selanjutnya.
Dalam sejarah Ushul Fikih ada tiga aliran yang berbeda. Masing-masing
aliran tersebut memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyusun
dan membangun teori yang terdapat dalam ushul fikih. Adapun aliran-
aliran dalam ushul fikih adalah:
21
Aliran yang pertama : Aliran Syafi’iyah
22
Aliran Kedua: Aliran Hanafiyah
23
Aliran Ketiga: Aliran Muta’akhirin
24
BAB II
Al-AHKAM Al-SYAR’IYYAH (HUKUM SYARA')
A. Al-Hakim
Kata "hakim" secara etimologi berarti "orang yang memutuskan
hukum". Dalam istilah figh, hakim merupakan orang yang memutuskan
hukum di pengadilan yang sama maknanya dengan qadhi. Dalam kajian
ushul figh, hakim juga berarti pihak penentu dan pembuat hukum syariat
secara hakiki. Ulama ushul sepakat bahwa yang menjadi pembuat hukum
hakiki dari hukum syariat adalah Allah. Sebagaimana yang dijelaskan
dalam al-Qur’an surat al-An’am ayat 57, yang berbunyi:
صلِي
ِ ٱحل َّق ٓ وهو خي ٱلأف
ُُ أ ص أ َِِّ
ُّ ّلل ٓ ي ُق
25
ۦِهِمْ ُكِْل بِقعُم َّل ُمُكْحُ َّللَّللو
Terjemahan:
“Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang
dapat menolak ketetapan-Nya”. (QS Al-Ra’d:41).
Begitu pula dalam surat Yusuf ayat 40 Allah berfirman:
26
Dijelaskan dalam kitab “Al-Wadhih Fi Al-ushul al-Fiqh” bahwa akal
bukanlah hakim dalam hukum Islam. akal adalah alat untuk berfikir dan
membedakan mana yang baik dan buruk. Akan tetapi, apabila menurut
akal ada sebuah perbuatan tersebut mengandung kemanfaatan dan
kemaslahatan tetapi belum ada perintah secara syara’ untuk
melakukannya, maka perbuatan tersebut tidaklah termasuk perintah
menurut syara’ dan apabila dilakukan maka tidak akan mendapatkan
pahala, dan tidak mendapatkan siksa jika tidak ada dalil syara’ yang
mengharamkannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa akal bukanlah
Hakim dalam hukum Islam. Oleh karena itu perbuatan yang berkaitan
dengan perintah dan larangan itu bersumber dari wahyu Allah dengan
perantara Rasul-rasulNya.
Hal tersebut dikuatkan dengan dalil dalam surat al-Isra’ ayat 15,
Allah berfirman:
ازِيز ع ُ َّللَّلل ناوك ۟ ِلُ ُّسر لَّلل دْع ب ٌ۟ةَُّح َِّللَّلل ىلع ِسا ِنلل نوُكي اَِل نِيرِذنُمو نِير ِشبُّم اُ ُّسر
اميِكح
Terjemahan: “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi
27
manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS: An-Nisa:165).
Menurut Muhammad bin Shalih asy-Syawi bahwa ayat diatas
maksudnya adalah bahwa Allah mengutus mereka sebagai pemberi
kabar gembira kepada orang yang taat kepada Allah dan mengikuti
mereka, dengan kebahagiaan dunia dan akhirat, dan sebagai pemberi
peringatan kepada orang yang bermaksiat kepada Allah dan menyalahi
mereka, dengan kesengsaraan dunia dan akhirat. “Agar supaya tidak ada
alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul
itu,” hingga mereka berkata, tidak ada seorang pemberi berita gembira
dan pemberi peringatan yang datang kepada kami. Katakanlah :
Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang pemberi kabar
gembira dan pemberi peringatan, hingga tidak ada lagi hujjah (alasan)
bagi makhluk atas Allah, karena Allah telah mengutus sekalian rasul-
rasul, yang menjelaskan kepada mereka perkara agama mereka,
perkara-perkara yang diridhai Tuhan mereka dan hal-hal yang dimurkai
olehNya, jalan ke surga dan jalan ke neraka, barangsiapa yang kafir di
antara mereka setelah itu, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya
sendiri. Ini merupakan kesempurnaan keagungan Allah dan hikmahNya,
yaitu Dia mengutus rasul-rasul kepada mereka dan menurunkan kitab-
kitab kepada mereka, dan hal itu juga di antara karunia dan kebaikanNya.
Di mana manusia sangat butuh kepada para nabi dengan kebutuhan
yang besar sekali yang tidak dapat dibayangkan. Allah memenuhi
kebutuhan itu, maka bagiNya segala puji dan syukur, dan kita memohon
kepadaNYa sebagaimana Allah telah memberikan karuniaNya dengan
mengutus para nabi kepada kita agar Dia menyempurnakannya dengan
taufik dalam menempuh jalan mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Memberi lagi Maha mulia.
Dari kaidah diatas dapat dicontohkan seperti minum khamar. Yang
mana pada asalnya minum khamar tersebut tidak haram, namun
kemudian diketahui secara ma’qul (akal fikiran manusia) bahwa banyak
kemudharatan secara akal manusia yang menyatakan bahwa minum
khamar dapat merusak akal peminum khamar, karena menyebabkan
mabuk. Maka kemudian setelah itu minum khamar dilarang karena
28
adanya kemudharatan, akan tetapi belum diharamkan sesuatu kecuali
setelah turunnya dalil yang menunjukkan keharamannya.
Maka jika meminum khamar sebelum adanya dalil keharamannya,
tidaklah mendapatkan dosan, namun jika meminum khamar setelah
adanya dalil syara’ yang mengharamkannya, maka akan mendapatkan
siksaan.
Hal ini terjadi di zaman Rasul, ketika sahabat R.A bertanya kepada
Rasulullah SAW, ketika turunnya dalil keharaman meminum khamar,
bahwa khamar itu adalah najis, dan merupakan perbuatan syaitan. Para
sahabat bertanya, bagaimana dengan sahabat-sahabat kami yang telah
wafat dan khamar ada dalam perutnya (pernah meminum khamar)? maka
turunlah ayat:
حلٰصلَّلل ۟اوُ لِمعو ۟اوُ نماء نيِذلَّلل ىلع سْيل ِ ٰميف حا نج ِت ِ ِ ِ
ُ ٌ ۟او ق تَّلل ام اذإ ۟ا۟وُمعط ا
ِ ُّٰبُِح َّللَّللو ۟ ۟او نسحأو ۟او ق تَّلل ُُث ۟او نماءو ۟او ق تَّلل ُُث ِت
حلٰصلَّلل ۟اوُ لِمعو ۟اوُ نماءو ُ ْ ُ ُ
نينِسْحُ ْملَّلل
ِ
29
memakan makanan yang telah mereka makan dahulu,” berupa khamar
dan judi, sebelum keduanya di haramkan. Ketika ditiadakannya dosa ini
meliputi apa-apa yang di sebut tadi dan juga selainnya, maka hal itu di
beri batasan dengan FirmanNya, “ apabila mereka bertakwa serta
beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang shalih.” Maksudnya,
dengan syarat mereka meninggalkan kemaksiatan, beriman kepada Allah
dengan iman yang benar yang mengharuskan mereka melakukan
perbuatan baik, kemudian mereka terus-menerus di atas itu. Jika tidak,
maka bisa jadi seorang hamba memiliki kriteria tersebut, tetapi hanya
dalam beberapa waktu saja. Ini tidak cukup sebelum Dia malakukannya
sampai ajal datang kepadaNya, dia terus menerus di atas kebaikan.
Karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik dalam beribadah
kepada Allah dan dalam memberi manfaat kepada makhluk. Termasuk
dalam ayat ini adalah orang yang memakan harta haram dan selainnya
setelah pengharaman, lalu dia mengakui dosannya dan bertaubat kepada
Allah, dan beramal shalih, maka Allah mengampuninya dan dosanya
terangkat karenanya.”
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua perbuatan tidak
diberi ganjaran pahala dan tidak disiksa jika belum ada dalil yang
menjelaskannya.
30
Terjemahan: “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu
hanyalah orang yang memberi peringatan.” (Qs Al Ghasyiyah: 21-22)
Dalam kitab al-Mukhtashar dijelaskan bahwa yang dimaksud
dalam ayat tersebuat adalah bahwa Rasulullah hanyalah penasihat umat,
dan tidak berhak untuk memaksa untuk beriman. Shalih bin Abdulllah bin
Humaid menafsirkan ayat ini: “Nasihatilah (wahai rasul) ,orang orang
yang berpaling dengan apa yang kamu diutus dengannya. Jangan
bersedih karena mereka berpaling, karena kamu hanyalah pemberi
nasihat bagi mereka,bukan tugasmu memaksa mereka untuk beriman.”
Di ayat yang lain Allah Swt berfirman:
umat manusia seluruhnya, dengan perkataan dan perbuatanmu. ما نُِِزل إِلأي ِه أم
(apa yang telah diturunkan kepada mereka) Dalam al-Qur’an ini, berupa
31
Kaidah Ketiga: Mujtahid bukanlah Hakim
ibadah shalat;
g g g
32
Dalam konteks penetapan hukum, di lingkungan ulama ushul tiqh
g g g g g g g g
menetapkan hukum.
g g
Tidak siapa pun yang berhak menetapkan hukum kecuali Allah. Akan
g g g g g g g g g g
pula istilah al-Syari’ (pembuat syariat). Dalam ini, istilah al-Håkim dan al
g g g g g g g g g g g
Syári' selain bermakna Allah sang pencipta dan pembuat hukum, harus
g g g g g g g g g g
diberi tugas, antara lain, menjelaskan aturan- aturan hukum syariat yang
g g g g g g g g g g
Sunnah).
Pada hakikatnya, tidak ada satu pun perbuatan manusia (baik dalam
g g g g g g g g g
bentuk aktif maupun pasif; gerak dan diam manusia) yang tidak ada
g g g g g g g g g g g
melalui Alquran dan hadis rasul-Nya. Hanya saja, hukum yang telah
g g g g g g g g g g
ditetapkan Allah itu, ada yang jelas dan nyata hukumnya, dan ada pula
g g g g g g g g g g g g
ijtihád, seperti: ijmâ', qiyâs dan lain-lain, dari sumbernya yang telah
g g g g g g g g g g
33
hukum Allah yang masih tersembunyi,
g g g g g bukan menciptakan g dan
g
B. HUKUM SYARA’
g g
Arab; (al-hukm asy-syar') yang terdiri atas dua kata yaitu, hukum dan
g g g g g g g g g g g
1. DEFINISI HUKUM
g g
yakni mencegah. Di samping itu, hukum juga berarti qadhag / () القضاء
g g g g g g g g g g g
ketetapan.
g g
mencegah,
g g memutuskan, menetapkan,
g g dan menyelesaikan.
g
aliran air, atau jalan yang mesti dilalui, atau aliran air sungai.? Pada
g g g g g g g g g g g g
menuju aliran sungai dan syariah Islam ialah, jika air sungai yang
g g g g g g g g g g g
34
Menurut terminologi ushul fiqh, yang dimaksud dengan hukum
g g g g g g g
g baik dalam bentuk iqtidha' (tuntutan), atau takhyir (pilihan) dan atau
g g g g g g g g g
terbitnya matahari.
g g
3. Akibat dari khitab Allah, seperti ijab yang dipahami dari firman
g g g g g g g g g
Allah
g gg
ggggggggggggggggg
علىg أوg التخييg أوg اإلقتضاءg علىg املكلفيg أبفعالg املتعلقg هللاg خطاب
الوضعg جهةg
Maknanya: “Hukum ialah khitab Allah (atau sabda Nabi) yang
g g g g g g g g
عضووأ رييختوأ ٍبلط نم نيِ َّفلَكملا لا ْعَفِِب ِقلعتملا رع شلاا ُباطِخُهاضتْقا ام
ُ ُ
g g g g g g g g g g
g suatu perintah atau larangan, juga pilihan yang berasal dari Allah
g g g g g g g g g
35
g dibebani suatu hukum atau dikenal dengan sebutan mukallaf yaitu
g g g g g g g g
dimaksud dengan khitab Allah (titah Allah) ialah kalam Allah, yaitu
g g g g g g g g g g
Allah ada yang bersifat langsung, yaitu ayat-ayat Alquran itu sendiri,
g g g g g g g g g g
ِ يg وما
ٓٱ أْلوىg ع ِنg نط ُق
dirinya dan pada yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa al-Sunnah
g g g g g g g g g g
disampaikan dari Allah dan dari syariat, sebab perkataan beliau tidak
g g g g g g g g g g
36
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan
g g g g g g g
hukum syara'.
g g g
biasa disebut dengan istilah áyåt al-ahkâm dan hådits al-ahkâm. Pada
g g g g g g g g g g
salah satu kriteria ayat atau hadis hukum ialah, apabila di dalam suatu
g g g g g g g g g g g g
Terjemahan: g
“Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan
g g g g g g g g g
37
قُ أرءانg إِ َّنg g ٱلأف أج ِرg وقُ أرءانg ٱلَّأي ِلg غس ِقg إِىلg س
ِ َّم ِ ِ َّ أقِِم
ٱلش أg ل ُدلُوكg ٱلصلوةg
Juga surah al-Isrå' (17) ayat 32 yang berisi larangan mendekati zina.
g g g g g g g g g g
itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”
g g g g g g g g g g g
dari hukum syara’ yang terdiri dari hukum taklifi dan juga hukum wadh’i.
g g g g g g g g g g g g g
a. HUKUM TAKLIFI g g
علىg أوg التخييg أوg اإلقتضاءg علىg املكلفيg أبفعالg املتعلقg هللاg خطاب
g الوضعg جهةg
Maknanya: “Hukum taklifi ialah khitab Allah/firman Allah yang
g g g g g g g
Dengan demikian,
g g hukum taklifi
g g ialah yang
g g dituntut
g melakukannya atau tidak melakukannya atau dipersilahkan untuk
g g g g g g
38
Hukum taklifi adalah khitab syari' yang mengandung tuntutan
g g g g g g g
إِ َّنg g علأي ِه أمg وص ِِلg ِِباg وتُزِكِي ِهمg تُط ِِه ُرُه أمg ًصدقةg أ أموْلِِ أمg ِم أنg ُخ أذ
1. Ijab (Wajib) g
g shalat. g
اذِإفg ُ ُمتْيضقg ةٰو لصلَّللg ۟اوُرُ ْكذٱفg َّللَّللg امِٰيقg ادوُعُ قوg ٰىلعوg ْمُ ِكبوُ نُجgاذِإف
ِ ۟اوg ةٰو لصلَّللg ِنإg ةٰو لصلَّللg تناكg ىلعgنينِمؤ ْملَّلل
ِ ِ
g ْ ُمتنْنأ ْمطَّللgميقأفُ ْ ُ ْ gابٰتك
gًتوُ قْو م
39
Terjemahan: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), g g g g g g
Nisa’ :103). g
shalat itu) Yakni dirikanlah shalat yang telah datang waktunya dengan
g g g g g g g g g g
shalat adalah wajib, dengan bentuk lafadz ‘amr yaitu perintah wajib,
g g g g g g g g g g
4. Pembagian Wajib
g g
Ada beberapa pembagian wajib dalam Ushul Fikih, yaitu dari segi
g g g g g g g g g
gorang yang dibebani, dan juga kandungan perintah yang terdapat dalam
g g g g g g g g g
gsebuah dalil/nash. g
Wajib jika dibedakan antara orang yang dibebani, dari segi orang
g g g g g g g g g
1) Wajib 'ain ; yaitu Wajib 'ain adalah wajib yang dibebankan kepada
g g g g g g g g g g
40
Adapun Pembagian Wajib dari segi kandungan perintah, hukum
g g g g g g g
َّلg ُمُ ُكذ ِخاؤُ يgُ َّللَّللg ِوْغللِٱبg ِِ۟فg ْمُ ِك ٰنْيأg نِكٰلوg مُ ُكذ ِخاؤُ يg اِِبg ُُُّّتدقعgٰنْيْْلَّلل
g ُۥُهتر ٰفكفg ُما ْع ِطإg ِةر شعg نيِكٰسمg ْنِمg ِطسْو أg امg نوُ ِم ْع ُطتgكيلْهأ ِ ُ مgوأ
ْ ْ
gس كِ ُمُْتوg وأg رِيرَْتg ةب قرg نمفg َلg ْدَِيg مايِصفg ِةثٰل ثg مَّيأgكلٰذ ِ gُةر ٰفك
ْ ْ ْ ُ ْ ُ
g ْمُ ِك ٰنْيأg ا ِذإg ْ ُمتْفلحg ۟ا۟ ُوُفْحَّللوg ْمُك ٰنْيأgكلٰذك ِ g ِنيب يg َّللَّللg مُكلgۦِ ِهتٰياء
ُ ُ ُ ْ
g ْمُكلعلgنوُرُكْشت
Terjemahan:
"Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang
g g g g g g g
disebabkan
g sumpah-sumpah
g yang
g g kamu sengaja,
g g maka kafarat
g
yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau
g g g g g g g g g g
diatas:
g
keluarga kalian. إِطْع ُامg عشرِةg م ٰس ِكنيg ِم ْنg أ ْوس ِطg ماg تُطْعِ ُمونg أ ْهلِي ُك ْمg(ialah memberi
g g g g
41
gmakan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu
g g g g g g g g g
gyang lebih baik dari itu namun tidak boleh yang lebih jelek dari itu. Dan
g g g g g g g g g g g g g
gkepada setiap orang dari sepuluh tersebut dengan takaran setengah sho’
g g g g g g g g g
ggandum atau kurma. أ ْوg(كِ ْسوُْتُ ْمatau memberi pakaian kepada mereka)
g g g g g g g
gYakni yang menutup badan meski hanya satu helai. Pendapat lain
g g g g g g g g g
gyang sah jika dipakai untuk shalat. أ ْوg َْت ِر ُيرg (۟ رق بةatau memerdekakan
g g g g g g g g
g g g
ِ فg ث ٰلث ِةg( أَّيم
kaffarat ini sesuai dengan yang ia kehendaki. فمنgْ َلg َِي ْدgصي ُام g g g g g
gberpuasa tiga hari, baik puasa tiga hari berturut-turut maupun secara
g g g g g g g g g
gselang-seling.
Oleh karena
g itu,
g siapa
g g saja yang
g g bersumpah g hendaklah
gmenjaganya, jika harus menanggung kafarat maka lakukan perintahg g g g g g g
gdiatas, ayat diatas merupakan contoh dari pada wajib mukhayyar, dimana
g g g g g g g g g
gmukallaf dapat memilih salah satu bentuk kafarat yang mampu dilakukan.
g g g g g g g g g
42
dengan sebutan mandub atau sunnah adalah perbuatan yang jika
g g g g g g g g g
tidak berdosa.
g g ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg g
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
43
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg g
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg ggggggggggggggggggggggggg
gmelakukan hal
g yang
g nadb
g g akan mendapat
g pahala
g dan
g
gayat 282: g
Terjemahan:
“Hai orang orang yang beriman, apabila kamu saling memperhutangkan
g g g g g g g g
Dari ayat diatas difahami bahwa menulis dan mencatat utang itu
g g g g g g g g g
g ‘amr, yang pada umumnya asal fi’il ‘amr itu mengandung makna wajib,
g g g g g g g g g g
tersebut tidak wajib. Dalam ayat ini, perintah yang dinyatakan dalam fi’il
g g g g g g g g g g g
ْنِإفg نِمأg مُكُضْع بg اضْع بg ِدؤُ يْل فg ىِذلَّللg ِنُُتْؤَّللgُۥهت نٰمأg
44
Terjemahan: "Akan tetapi jika sebaglan kamu mempercayai sebagian
g g g g g g g
Pembagian Mandub g
gtingkatan, yaitu: g g
sunnah dua kali dua rakaat sebelum shalat zuhur, dan memberikan
g g g g g g g g g g
gsunnah al-zawa’id. g
hal yang haram akan mendapat dosa atau siksa, sedangkan orang
g g g g g g g g g g
45
ُ ْ اوُرِكg ِهِ بg ا َْي ش
ْ ُل قg اْو لا ع تg ُلْت أg ا مg مر حg ْمُ ُّك برg ْمُكْي ل عg َّل أg ش ت
g ِنْ ي دِ لاوْلِِبوg ًنا سْحِإg َّلوg اوُلُ تْق تg ْمُكد َّلْو أg ْنِمg ق اْمِإg ُنَْن
g ْمُ ُك ُقزْر نg ْمُه َّيِإوg َّلوg اوُ بر ْق تg شِحاو فْلاg ا مg ر ه ظg ا هْنِمg ا مو
g ن ط بg َّلوg اوُلُ تْق تg سْف نلاg ِِت لاg مر حg ُ َّللاg َّلِإg ِقْْلِِبg ْمُكِ لٰذ
g ْمُكا صوg ِهِ بg ْمُك ل ع لg نوُلِقْع ت
Terjemahan: “ Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan
g g g g g g g
sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa,
g g g g g g g g g g
laranga.
g
Pembagian Haram g
manusia, dan kemudaratan itu tidak bisa terpisah dari zatnya, seperti
g g g g g g g g g g
46
Terjemahan: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina
g g g g g g g
itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk" (QS. Al-
g g g g g g g g g g g g g
Israa: 32). g g
esensial. Seperti jual beli pada waktu adzan shalat Jum'at, shalat
g g g g g g g g g g
di waktu haid.
g g g
ا ُّه يأٰ۟يg نيِذلَّللg ۟اوُ نماءg َّلg ۟اوُ لْستg ْنعg ء۟ايْشأg ِنإg دُْب تgْمُكل
g ْمُؤْكُستg ِنإوg ۟اوُ لْستg اهْنعg نيِحg ُلز ُن يg ُنا ْءرُ ْقلَّللg دُْب تg ْمُكلg افعgُ َّللَّلل
ِ
g اهْنعg ُ َّللَّللوg ٌروُفغgميلحٌ
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan
g g g g g g
47
g menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu g g g g g g g g g g
yang makruh bukan haram. Hal ini dikarenakan dalam ayat yang Allah
g g g g g g g g g g g
bertanya kepada para ahli kitab yang beriman jika kalian tidak
g g g g g g g g g g
nabi berasal dari golongan manusia. Ayat ini bersifat umum pada
g g g g g g g g g g
Pembagian Makruh g g
g (a) makruh tahrim, yaitu sesuatu yang dilarang oleh syariat tetapi
g g g g g g g g g
mayoritas ulama, makruh tahrim ini sama dengan hukum haram dari segi
g g g g g g g g g g g
48
gdaging kuda hukumnya haram, karena sangat butuh dalam perang. maka
g g g g g g g g g
gmenjadi makruh g
ا َِّنإg مر حg ُمُكْيلعg ةتْي ْملَّللg مدلَّللوg ْمْلوg ِرِيز ِنْْلَّللg ۟اموg لِهُأg ۦِِهبg ِْْي ِغلgَِّللَّلل
g ِنمفg ُرطْضَّللg ْْيغg غِبg َّلوg داعg ۟افg ُِْثإg ِهْيلعg ِنإg َّللَّللg ٌروُفغg ٌميِحر
Terjemahan:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, g g g g g
gdarah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
g g g g g g g g g
Pembagian Mubah g g
g adalah sesuatu
g g yang mubah,
g namun
g g berfungsi untuk
g
49
(b) sesuatu baru dianggap mubah hukumnya apabila dilakukan
g g g g g g g g
g nyanyian; g
g dilarang.
2. Hukum Wadh’i
g g g
(mani). Contoh adanya sesuatu sebagai sebab ialah firmman Allah SWT:
g g g g g g g g g g
ِمِق أg ة ا صلاg ِكوُ لُدِ لg ِسْم شلاg َٰلِإg ِق س غg ِلْي للاg نآْرُ قوg ِرَّْ فْلا
Hukum Wadh’i dibagi menjadi tiga, yaitu (1) sebab, (2) syarat, dan
g g g g g g g g g g
1. Sebab
50
Sebab ialah sesuatu (titah) yang menjadikan adanya suatu hukum dan
g g g g g g g g g
sebagai tanda bagi adanya hukum, dan tidak adanya sebab sebagai
g g g g g g g g g g
Contoh yang lain: Nikah menjadi sebab adanya hak waris mewarisi
g g g g g g g g g
pikiran.
g
Contoh bentuk kedua, yaitu sebab yang bukan illat adalah seperti
g g g g g g g g g g
51
terbenamnya matahari menjadi sebab bagi wajib melaksanakan
g g g g g g g
shalat maghrib.
g g
g di luar
g g kemampuannya. Namun
g demikian,
g sebab
g itu
g
2. Syarat,
Syarat ialah sesuatu yang karenanya baru ada hukum dan dengan
g g g g g g g g g
52
sebagai
g g tanda". g Menurut istilah,
g g Abdul Karim
g Zaidan
g
kepadanya ada sesuatu yang lain, dan berada di luar dari hakikat
g g g g g g g g g g g
sesuatu itu Dengan arti bahwa syarat itu tidak masuk hakikat
g g g g g g g g g g
masuk hakikat shalat karena shalat dari mulai takbir sampai salam
g g g g g g g g g g
dan wudhu tidak mesti harus shalat atau tidak semua orang yang
g g g g g g g g g g g
ا ُّه يأٰ۟يg نيِذلَّللg ۟ا۟ ُونماءg ا ِذإg ْ ُمتْ ُمقgَلإ ِ g ِةٰو لصلَّللg ۟اوُ لِسْغٱفg مُكهو جو
ُُ ْ
g ْمُكيِ ْديأوgَلإ ِ g ِ ِقفار ْملَّللg ۟او حسْمَّللوg مُكِسو ءرِ بg مُكلجر أوgَلإ
ُ ُُ ْ ْ ُ ْ
ِ g ِْنيبْع ْكلَّللg ِنإو
g ْ ُمتنُكg ابُ نُجg ۟اوُر هطٱفg ِنإوg ُمتنُكgضر م ْ ٰ۟ىg ْوأg ٰىلعg رفسg ْوأgء۟اج
g ٌدحأg مُكنِمg نِمgطئ۟ا ْغلَّلل ِ ِ g وأg ُمتسمٰلgسنلَّلل
ْ ْ ُ
ِ ء۟اg مل فg ۟اوُدَِتgء۟ام
ْ
g ۟اوُممي ت فgديعص ِ اg اِبيطg ۟او حسمٱفg مُكِهو جوِ بg مُكيِديأوg هْنِمg امgُدِير ي
ْ ُ ُُ ْ ْ ُ ُ
g ُ َّللَّللg لعَِّْيلg مُكْيلعg ْنِمg رج حg نِكٰلوg ُدِيرُ يg ْمُركِه ُطِيلg ِمُتِيلوgُۥهتمِْعن
g ْمُكْيلعg ْمُكلعلgنوُرُكْشت
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
g g g g g g g g g g
kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu
g g g g g g g g g g g g
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
g g g g g g g g g g g
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
g g g g g g g g g g
Contoh lain: Haul (genap satu tahun) adalah syarat wajibnya zakat harta
g g g g g g g g g g
53
َّلg ةازكg ِِْفg لامg ىحg لْوُ حg ِهْيلعgُلْوْْلا
Artinya: g
“Tidak ada zakat atas harta, kecuali yang telah melampaui satu haul (satu
g g g g g g g g g g g
tahun)”
g g
Hadits ini
g g diriwayatkan g dari beberapa
g jalan
g g periwayatan.
Diriwayatkan dari jalan periwayatan Ibnu Umar oleh At Tirmidzi 1/123,
g g g g g g g g g g
dari jalan periwayatan ‘Aisyah oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya no.
g g g g g g g g g g
1793, dari periwayatan Anas bin Malik oleh Al Daraquthni dalam Sunan-
g g g g g g g g g g g
nya no. 199 dan periwayatan Ali bin Abi Thalib oleh Abu Daud dalam
g g g g g g g g g g g g
untuk wajib zakat perniagaan. Jika dalam satu tahun mencapai nishab
g g g g g g g g g g
zakat, maka dikeluarkan zakat hartanya, namun, jika dalam satu tahun
g g g g g g g g g g
g (a) Syarat syari, yaitu syarat yang datang langsung dari syariat itu
g g g g g g g g g g
(b) Syarat jaly, yaitu syarat yang datang dari kemauan orang mukallaf itu
g g g g g g g g g g g
3. Mani’ (penghalang) g
54
Menurut istilah, Abdul Karim Zaidan mendefinisikan mani
g g g g g g
sebab."
g
ِ
ُ ِ g يِعدفgةاصلا، g ا ِذإوg ْتر بدأg يلِسْغافg ِكْنعgمدلا
اذِإفg ْتل بقأgكتضيح
g ُُثgِيلص
55
(b) Mani' terhadap sebab hukum, seperti seorang telah g g g g g g
‘Azimah ialah hukum syara’ yang pokok dan berlaku untuk umum
gg g g g g g g g g
bagi seluruh mukallaf dan dalam semua keadaan dan waktu. Azimah
g g g g g g g g g g g
Misalnya:
1. Shalat fardhu lima waktu sehari semalam.
g g g g g
Misalnya:
1. Boleh berbuka puasa pada bulan Ramadhan bagi orang musafir
g g g g g g g g
bangkai sesuatu yang diharamkan, tetapi karena tidak ada lagi makanan
g g g g g g g g g g
yang diperoleh dan dia dalam keadaan yang sangat lapar, maka
g g g g g g g g g g
antara lain;
g g
56
b. membolehkan meninggalkan
g sesuatu
g g yang wajib,
g g seperti
gdiperbolehkan untuk tidak berpuasa di bulan Ramadhan karena g g g g g g g
g baginya.”
Orang gila, orang yang sedang tidur nyenyak, dan anak yang
g g g g g g g g g
g belum dewasa, dan orang yang terlupa tidak dikenai taklif (tuntutan),
g g g g g g g g g
حيتلمg حىتg الصيبg وعنg يستيقظg حىتg النائمg عنg ثالثg عنg القلمg رفع
اجملنونg وعنg
يفيقg حىت
Maknanya: "Pena itu telah diangkat (tidak dipergunakan mencatat)
g g g g g g g
amal perbuatan tiga orang; (1) orang yang tidur hingga ia bangun, (2)
g g g g g g g g g g g g
1. Mahkum ‘Alaih
g g
langsung maupun melalui orang lain. Oleh karena itu, orang yang tidak
g g g g g g g g g g g
57
gmempunyai kemampuan untuk memahami khithab syar'i tidak mungkin
g g g g g g g
ghak oleh para ulama ushuliyyun dibagi kepada dua macam, yaitu:
g g g g g g g g g g
1) ahliyatul wujub, yaitu kepantasan seseorang untuk diberi hak dan diberi
g g g g g g g g g
b) ahliyatul ada' tidak sempuma (naqish) yaitu anak yang cakap atau
g g g g g g g g g
Adapun taklif syara' bagi anak yang cakap sama dengan anak yang
g g g g g g g g g g g
58
hal-hal yang menghalangi. Kondisi tersebut disebut dengan awaridh
g g g g g g g g
ahliyah.
g
kasabiyah. Samawiyah ialah hal-hal yang berada di luar usaha dan ikhtiar
g g g g g g g g g g g
b. sakit gila;
g g g
C. kurang akal;
g g g
d. keadaan tidur
g g g
e. pingsan;
g
f. lupa;
g g
g sakit;
g g
h. menstruasi;
g g
i. nifas;
g g
j. meninggal dunia.
g g g
a. boros;
g g
b. mabuk;
g g
c. bepergian;
g g
d. lalai;
g g
e. bergurau (main-main);
g g g
g terpaksa (ikrah).
g g g
2. Mahkum Fiih
g g
selain pada perbuatan orang mukallaf. Oleh karena itu, apabila syari
g g g g g g g g g g
59
maka
g beban
g g tersebut g juga g merupakan perbuatan
g g yang harus
g
ditinggalkan.
g
utama yang ada dalam penyusunan dan penetapan hukum syara’. yaitu
g g g g g g g g g g g
terdiri dari hukum taklifi (wajib, sunnah, haram, makruh, mubah) dan
g g g g g g g g g g
hukum wadh’i (sebab, syarat, mani’, rukhsah, ‘azimah, sah dan batal),
g g g g g g g g g g
mahkum alaih yaitu mukallaf yang dibebani hukum, dan mahkum fiih,
g g g g g g g g g g
BAB III g
AL-ADILLAH AL-SYAR’IYYAH g
60
Kata-kata “Sumber Hukum Islam’ merupakan terjemahan dari g g g g g g
kitab-kitab hukum Islam yang ditulis oleh ulama-ulama fikih dan ushul
g g g g g g g g g g
oleh ulama pada masa sekarang ini, tentu yang dimaksudkan adalah
g g g g g g g g g g
Dalam literatur ushul fiqh, para ulama ushul fiqh klasik dan
g g g g g g g g g
dalil hukum yang disepakati dan adillah al-ahkam al-mukhtalaf fiha yaitu
g g g g g g g g g g
Sumber Hukum Islam yang disepakati Ulama, dan Sumber Hukum Islam
g g g g g g g g g g
1. AL-QUR’AN
g
jalan dan solusi bagi semua problematika yang dihadapi oleh umat
g g g g g g g g g g
611 M, dan berakhir di Madinah pada tahun 633 M, dalam jarak 22 tahun
g g g g g g g g g g g g g g
2 bulan 22 hari.
g g g g
61
g Al-Quran merupakan sumber pertama dalam Islam dimana semua
g g g g g g g
manusia dan alam yang manusia tidak merasa cukup untuk mengetahui
g g g g g g g g g g
manusia harus sejalan dan seirama dengan tuntunan al- Quran. Namun
g g g g g g g g g g
lafadz dan maknanya, atau hanya lafadznya saja. Seperti Imam Syafi'i
g g g g g g g g g g
a. Definisi Al-Qur’an
gg g
suatu buku. Kata ini dapat dilihat dalam QS. Al-Baqarah ayat
g g g g g g g g g g
g 2: g
62
Terjemahan: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
g g g g g g g g
َّ ُمفg الأ ِكتابg إِلأي ُك ُمg أنأزلg الَّ ِذيg وُهوg حك ًماg أبأتغِيg اّلل
g ص ًال َِّ g أف غي
أ
وال ِذينg
ِمنg ت ُكوننg فاg g ِاب أحل ِِقg ربِِكg ِم أنg ُمن َّزرلg ُأنَّهg ي ْعل ُمونg الْ ِكتابg اه ُم
ُ آت ْي ن
g الأ ُم أم َِتينg
Terjemahan: “Maka Patutkah aku mencari hakim selain g g g g g g
telah
g Kami
g g datangkan g kitab g kepada g mereka, g mereka
g mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu
g g g g g g g
dengan
g g sebenarnya. g Maka g janganlah kamu
g sekali-kali
g
g mencari garis pemisah antara yang hak dan yang batil, yang
g g g g g g g g g
g baik dan yang buruk haruslah merujuk padanya. Kata ini dapat
g g g g g g g g g
ن ِذ ًيراg لِألعال ِميg لِي ُكونg عأب ِد ِهg علىg الأ ُف أرقانg ن َّزلg الَّ ِذيg ت بارك
Terjemahan: Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al
g g g g g g g g g
g melakukan setiap tindakan. Kata ini dapat dilihat dalam QS. Al-
g g g g g g g g g
Hijr ayat 9.
g g
63
حلافِظُونg ُلهg وإِ َّّنg ال ِِذ أكرg ن َّزلأناg أَن ُنg إِ َّّن
Terjemahan: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al g g g g g
petunjuk
g g tentang kebenaran
g hanyalah
g g petunjuk yang
g
tauhid.
g
melaksanakan
g perintah
g dan
g larangan.
g Al-Qur’an
g g selalu
berpedoman kepada 3 hal, yaitu:
g g g g g
64
Misalnya : bertayammum sebagai ganti air untuk berwudhu,
g g g g g g g
g mampu.
3. Berangsur-angsur di dalam mensyari’atkan sesuatu. g g g g ggg
ِ لِلنg ومنافِ ُعg كبِيرg ٌإِ ُْثg فِي ِهماg قُ ْلg g والأمأي ِس ِرg اْل أم ِر
َّاس أg ع ِنg ي أسألُونك
وإِأْثُُهماg
ِٰ ِ ِِ ِ
ُ ِِيب
ي ُ g كذلكg g الأع أفوg قُ ِلg يُأنف ُقونg ماذاg ن أفعهما ٌۗوي أسألُونكg م أنg ُأ أكبg g
An-Nisa ayat 43 : g g g
ماg ت أعل ُمواg ح َّىتg ُسكارىg وأنأتُ أمg الصالة َّ g ت أقربُواg الg آمنُواg الَّ ِذينg أيُّهاg َي
ُكْن تُ ْمg وإِ ْنg g ت أغت ِسلُواg ح َّىتg سبِ ٍيلg عابِ ِريg إَِّالg ُجنُبًاg والg ت ُقولُونg
65
الم أستُ ُمg أ أوg الأغائِ ِطg ِمنg ِمأن ُك أمg أح ردg جاءg أ أوg سف ٍرg علىg أ أوg م ْرضَىg
ِ بِوجg فامسحواg طيِباg يدا
وه ُك أم ُُ ُ أ ًِ ً ِصعg ف ت ي َّم ُمواg ًماءg َِت ُدواg ف ل أمg النِِساءg
.غ ُف ًوراg ع ُف ًّواg كانg اَّللg إِنg g وأيأ ِدي ُك أمg
Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat,
g g g g g g g
sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang
g g g g g g g g g g
Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan
g g g g g g g g g g
jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat
g g g g g g g g g g g
buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
g g g g g g g g g g
4. Kehujjahan AL-Qur’an g
66
Maka nash-nash yang ada di dalam al-Qur’an merupakan dalil-dalil
g g g g g g g g g
Hukum Allah, dan menjadi penjelasan atas segala ketetapan Allah bagi
g g g g g g g g g g
ayat al-Qu’ran juga termasuk ayat yang masih global dan umum,
g g g g g g g g g g
dalil-dalil yang lain. Begitu pula pada ayat yang umum, yang dikehendaki
g g g g g g g g g g g
maksud yang terkadang dari dalil ayat tersebut dapat difahami dengan
g g g g g g g g g g
tepat.
g
5. Keistimewaan Al-Qur’an g
zaman.
g
kitab yang lain Taurat dan Injil, dimana bahasa yang terkandung di
g g g g g g g g g g
asalnya.
g
dapat difahami bahwa lafaz yang kita baca secara adalah lafaz
g g g g g g g g g g
d) Al-Qur’an diturunkan
g g secara berangsur-angsur,
g g sehingga
kandungannya merupakan kejadian yang nyata (qath’i al-tsubut)
g g g g g g g
dari setiap huruf huruf yang ada di dalamnya. Hal ini tentu berbeda
g g g g g g g g g g g g
hanya diriwayat oleh satu orang, disebut hadis ahad, dan sangat
g g g g g g g g g g
67
g sedikit yang diriwayatnya secara berturut turut dan mencapai
g g g g g g g
g tingkatan mutawatir. Dan jika didapati perawi yang tidak adil, tidak
g g g g g g g g g
6. Qira’at Al-Qur’an g
bin Affan R.A. Terdapat (8) delapan naskh, dan disebarkan sebanyak 6
g g g g g g g g g g g
pada itu tidaklah termasuk al-Qur’an.seperti bacaan Sa’ad bin Abi Waqas
g g g g g g g g g g
R.A, beliau memiliki saudara laki-laki dan perempuan dari Ibunya, maka
g g g g g g g g g g
g Syadzah.
Oleh karena itu, semua rasm mushaf yang belum dishahihkan
g g g g g g g g
tebal, sebagain membacanya tipis, ada pula yang membaca imalah, dan
g g g g g g g g g g
dengan baik dan benar. Dari sinilah, bermula perbedaan qira’at al-Qur’an.
g g g g g g g g g g
Contoh:
68
ٱل ِِدي ِنg ي أوِمg ك
ِ ِمل
Ayat diatas ditulis berbeda yaitu: مالكdengan huruf mad (alif), dan
g g g g g g g g g g
Selain dari pada itu, para Sahabat juga ada yang menulis rasm
g g g g g g g g g g
g mushaf (al-Qur’an) tanpa titik dan baris/harakat, juga tanpa huruf mad
g g g g g g g g g
membacanya.
g
Hafash ‘an ‘Ashim. Setiap qira’ah yang mutawatir adalah hujjah dan
g g g g g g g g g g g
syadzah,
g g bukan g termasuk al-Qur’an,
g g dan tidak
g g diperbolehkan
membacanya.
g g
sanadnya.
g g
hujjah .
g g
gg
2. AS-SUNNAH
gg
69
As-sunnah merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an.
g g g g g g g
1. Definisi As-Sunnah
gg g
فعلg أوg قولg منg القرانg غيg وسلمg عليهg هللاg صلىg النيبg عنg ماصدر
تقريرg أوg
Maknanya: “Semua yang berasal dari nabi Muhammad SAW.
g g g g g g g
pengakuan (taqrir).”
g g g
70
dan sebagainya. Perbuatan ini tidak perlu ditiru oleh
g g g g g g g g
2. Pembagian as-Sunnah
gg g
orang lain.
g g
3. Kehujjahan as-Sunnah
gg g
tiga bagian:
g g
1) Penjelasan terhadap
g hal
g g yang g global, g seperti
diperintahkannya shalat dalam al-Qur'an tidak diiringi
g g g g g g
dengan
g g penjelasan mengenai
g g rukun, syarat,
g dan
g
71
2) Penguat secara mutlaq. As-Sunnah merupakan penguatg g g g g
3. IJMA’
g
Ijma’ adalah kesepakatan para ahli fikih (ahli ijtihad) pada satu masa
g g g g g g g g g g
tertentu dan atas hukum tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, ahli fikih
g g g g g g g g g g
yang dimaksud dari kalangan sahabat setelah rasul atau dari generasi
g g g g g g g g g g
setelahnya.
g
1. Definisi Ijma’
gg g
Secara etimologi,
g g Ijma’ ialah
g g sepakat, setuju
g atau
g
g sependapat.
Definisi ljma' Menurut Al-Amidi, secara bahasa ijma' mengandung dua
g g g g g g g g
makna, yaitu:
g g
ِ فا
ٓو ُشرکاء ُکمg امرُکمg مجعُوا
Ijma' dalam arti di atas dapat ditemukan pada hadis Nabi Saw.:
g g g g g g g g g g g
72
Artinya: "Tidak ada puasa bagi orang yang tidak meniatkan puasa
g g g g g g g g g
b. ljma' dengan arti kesepakatan atau konsensus ljma' dalam arti ini
g g g g g g g g g
ِ أgت
gب ِ غيابg ِيفg جيعلُوهg أ أنg وأ أمجعواg بِِهg ذهبواg ف ل َّما
ِ ُاْل ُ أ ُ ُ
Ijma' dalam kedua makna dan ayat di atas hampir sama, letak
g g g g g g g g g g
mencakup satu tekad saja, sedangkan untuk pengertian kedua dan ayat
g g g g g g g g g g
عصرg فg وفاتهg بعدg وسلمg عليهg هللاg صلىg حممدg أمةg جمتهدىg إتفاق
األمورg منg أمرg علىg صةg حممدخاg أمةg قg اتفاg عنg رةg عبا
g الدينيةg
Maknanya: "Kesepakatan umat Muhammad secara khusus atas suatu
g g g g g g g
urusan agama."
g g g
73
mensyaratkan ijma' sebagai kesepakatan umat. Al-Ghazali tidak
g g g g g g g
ijma'.
g g
Definisi ijma' yang pertama hampir mirip dengan definisi al-Ghazali, yaitu
g g g g g g g g g g
يفg حممدg أمةg منg العقدg وg احللg أهلg مجلةg اتفاقg عبارةعنg اإلمجاع
ijma', yaitu:
g g
حكمg علىg عصرg فg األمةg هدهg منg ينg اجملتحدg اتفاقg اإلمجاغ
شرعىg
Maknanya: "Ijma' adalah kesepakatan para mujtahid dari umat ini pada
g g g g g g g g g
1. Rukun Ijma’ g
74
Para ulama menetapkan beberapa syarat terwujudnya ijma'. Namun,
g g g g g g g
yaitu:
g
masa tidak ada mujtahid atau ada hanya seorang, ijma' tidak
g g g g g g g g g g
atau mujtahid Irak saja, maka kesepakatan itu tidak dapat disebut
g g g g g g g g g g
mujtahid.
g
mayoritas
g mereka saja dan sebagian
g g g g kecil mereka tidak
g g g
bersifat qath'i.
g g
75
memandang ijma' sebagai kesepakatan para imam di kalangan mereka.
g g g g g g g g g
2. Macam-macam Ijma’ g
a. Ijma’ g Sharih :
g yaitu,
g g ijma g dengan g cara semua
g g mujtahid
mengemukakan pendapatnya masing-masing, baik secara lisan
g g g g g g
ada.
g
mengenai
g g hukum g tertentu g secara g tegas g dan g terbui. dengan
g
sharih sebagai dalil menetapkan hukum. Namun, iima seperti ini apabila
g g g g g g g g g g
semua ulama dalam suatu majlis. Oleh sebab itu, sebagian ulama
g g g g g g g g g g
karena saat itu jumlah mujtahid relatif terbatas dan lingkungan tempat
g g g g g g g g g g
masalah yang diketahui oleh para mujtahid lainnya, tetapi mereka diam,
g g g g g g g g g g
zhanni.
g g
76
hukum suatu masalah pada masa tertentu, lalu pendapat itu tersebar luas
g g g g g g g g g g g
Para ahli ushul fiqh berbeda pendapat tentang ijma' sukuti. Imam
g g g g g g g g g
Syafi'i dan kalangan mazhab Maliki berpendirian ijma' sukuti tidak dapat
g g g g g g g g g g
boleh
g g jadi g disebabkan g merasa segan
g terhadap
g g mujtahid g yang
mengemukakan pendapat yang dianggap lebih senior.
g g g g g g
itu, tetapi mereka diam. Jadi, diam mereka sebagai isyarat persetujuan.
g g g g g g g g g g
tertentu pada suat masa. Amal para ulama ini menunjukkan terjadi ijma'.
g g g g g g g g g g g
Ijma' ini tidak menunjukkan hukum wajib kecuali ada indikasi yang
g g g g g g g g g g
sebelum zuhur." Dalam ijma' ini tidak ada indikasi yang menunjukkan
g g g g g g g g g g
shalat empat rakaat sebelum zuhur hukumnya wajib, tetapi hanya sunat
g g g g g g g g g g
rasulullah saw, terhadap Hukum syara’ yang bersifat praktis para ulama
g g g g g g g g g g
77
Abu Zahrah menilai semua ulama sepakat menjadikan ijma’ sebagai
g g g g g g g g
dalil. Para ahli ushul fiqh melandasi pendapat mereka dengan beberapa
g g g g g g g g g g
سبِ ِيلg غ أيg وي تَّبِ أعg ٱ أْلُدىg ُلهg ت ب َّيg ماg ب أع ِدg ٓ ِمنg ٱلر ُسول
َّ g يُشاقِ ِقg ومن
ِ مg ت
.ص ًيا ِ ِ ُونg ت وَّىلg ماg نُولِِِهۦg ٱلأم أؤِمنِيg
وسآء أg g جهنَّمg صلهۦأ ُ
Terjemahan: “Dan barang siapa yang menetang Rasul sesudah jelas
g g g g g g g g
Zahrah, Ayat ini menjelaskan keajiban umat islam mengikuti jalan orang-
g g g g g g g g g g
ialah:
g g
menghasilkan mujtahid.
g g g
78
lokasi yang berjauhan, dalam tempat yang terpisah seta berbeda
g g g g g g g g g
kitab-kitab fiqh.
g g g
ijmâ' terutama dalam masa yang serba maju ini. Bila pelaksanaan ijmâ'
g g g g g g g g g g g
itu ditangani oleh suatu negara dengan bekerja sama dengan negara-
g g g g g g g g g g
ini, apa yang dikemukakan oleh Abdul Wahab Khallaf itu sangat mungkin
g g g g g g g g g g g
79
bumi tetapi cukup mudah mempertemukan mereka dalam suatu masa
g g g g g g g g g
suatu hukum telah terkumpul dan ternyata pendapat mereka itu sama,
g g g g g g g g g g
dari segi sulitnya mencapai kata sepakat di antara sekian banyak ulama
g g g g g g g g g g g
melihat dari segi secara teoretis memang dapat berlaku meskipun sulit
g g g g g g g g g g
dapat diterima segala pihak tentang ijma' itu ialah bila diartikan ijmâ' itu
g g g g g g g g g g g g
Imam Syafi'i (767-820 M), setelah lebih dari seabad nabi Muhammad
g g g g g g g g g
ada empat; yaitu (1) Al Quran, (2) As Sunnah atau Al Hadits, (3) AI ljma',
g g g g g g g g g g g g g g g
dan Rasul". Perkataan taatilah Allah (dan) taatilah Rasul dalam ayat
g g g g g g g g g g
80
Selain bertitik tolak dari Al Quran Surat al Nisa' ayat 59 di atas,
g g g g g g g g g g g g
hadits dan tempat mereka berijtihad: Abu hanifah di Kuffah (di Irak
g g g g g g g g g g g
oleh para ahli hukum (mazhab) yang lain. Karena As Syafi'i dianggap
g g g g g g g g g g g
Istidal yang disebut juga sebagai sumber hukum Islam dalam mazhab
g g g g g g g g g g
Syafi'i, idak disepakati oleh mazhab lain. Sama halnya dengan istihsan,
g g g g g g g g g g
tersebut, tertulis dalam kepustakaan hukum Islam. Jika kita teliti dengan
g g g g g g g g g g
yang lain, pada hakikatnya juga sama, karena apa yang disebut Syafi'i
g g g g g g g g g g g
sebagai Ijma' dan Qiyas itu sesungguhnya adalah jalan atau metode atau
g g g g g g g g g g g
81
6. Tingkatan Ijma’
g g
1 lima' qauli atau ijma' sharih, yaitu ijma' yang dikeluarkan oleh para
g g g g g g g g g g g
atas pendapat mujtahid lain pada zamannya. Ijma' semacam ini disebut
g g g g g g g g g g
2. ljma' sukuti atau ijma' ghair as-sharih, yaitu ijma' yang dikeluarkan
g g g g g g g g g g
hanya sahabat. Oleh karena itu, selain ijma' sahabat berarti bukan ijma'
g g g g g g g g g g g
7. Sandaran Ijma’
g g
tersebut dapat berupa dalil qath'i yaitu Qur'an dan Hadits mutawatir, juga
g g g g g g g g g g g
dapat berupa dalil zhanni adalah Hadits hari pertama dan qiyas2.
g g g g g g g g g g g
Hukum syara' itu hendaknya hukum syara' yang amali yang telah
g g g g g g g g g
akan ditetapkan itu adalah hukum syara', sedang sandaran hukum syara'
g g g g g g g g g g
1
M. Syukri Albani Nasution,2014.Filsafat Hukum Islam.(Jakarta: PT: RajaGrafindo Persada)
Hlm 97
2
A. Hanafie, M.A, Usul Fiqh., Cetakan ketiga 1962, hlm 125-128
82
itu adalah nash. Atas dasar yang demikian, maka jumhur ulama
g g g g g g g g g g
Ijma’ menurut jumhur harus memiliki sandaran, sandaran itu jika dari
g g g g g g g g g
kitab atau As-Sunah, disepakati oleh (Jaiz). Jika sandaran itu dari kias
g g g g g g g g g g g
pernikahan, dan lain-lain dalam masalah hukum halal dan haram, fatwa,
g g g g g g g g g g
dan hukum-hukum.
g g g
ijma’ tidak menjadi hujjah karena ijma’ adalah dalil syara’ yang ditetapkan
g g g g g g g g g g g
boleh diketahui setelah adanya syara’ dan ijma’ termasuk dalil syara’,
g g g g g g g g g g
83
Adapun persoalan-persoalan dunia, seperti mengatur tentara, perang,
g g g g g g
maka ijma’ tidak menjadi hujjah karena ijma’ dalam masalah itu tidak
g g g g g g g g g g g
lebih banyak dari sabda Nabi dan sabda Nabi hanya menjadi hujjah
g g g g g g g g g g g
Melalui penjelasan terdahulu diketahui ijma' ada yang sifatnya qath'i al-
g g g g g g g g g
dilalah dan zanni al-dilalah. Ijma' yang bersifat qath'i al-dilalah adalah
g g g g g g g g g
ijma' sarih sehingga tidak boleh menyalahinya. Ijma' ini tidak boleh
g g g g g g g g g g
dilakukan ijtihad terhadapnya karena materi ijma' itu telah menjadi hukum
g g g g g g g g g g
syara' yang harus diikuti. Sementara ijma' yang bersifat zanni al-dilalah
g g g g g g g g g g
adalah ijma' sukuti. Terhadap hasil ijma' ini boleh dilakukan ijtihad
g g g g g g g g g g
masa.
g
g D. QIYAS
g
ajaran Islam tumbuh dalam berbagai situasi, kondisi serta aspek ruang
g g g g g g g g g g
logisnya ialah ijtihad tidak dapat dibendung lagi dalam rangka untuk
g g g g g g g g g g
1. Definisi Qiyas
gg g
84
Secara etimologi qiyas berarti ukuran, mengetahui ukuran
g g g g g g
yang
g glain. g Sedangkan g secara g terminologi qiyas
g berarti
g
illatnya.
g
فg فيتخدانg احلكمg علةg فg الشَتاكهاg احلكمg فg آخرg أمر ألمرg إحلاق g
احلكمg
Maknanya: "Menggabungkan suatu pekerjaan (perkara) pada
g g g g g
harus sama."
g g
85
Menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu g g g g g
5. Al-Baidhawi
Menetapkan semisal hukum yang diketahui pada sesuatu lain
g g g g g g g
6. Shaadru al-Syari’ah g
adalah Qiyas.”
g g
86
Jadi Hukum Islam itu ada kalanya dapat diketahui melalui bunyi
g g g g g g g g g
dan Hadits, ada kalanya harus digali melalui kejelian memahami makna
g g g g g g g g g g
pendekatan qiyas.
g g
sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan hal lain yang yang ada
g g g g g g g g g g g g
qiyas itu hal yang fitri dan ditetapkan berdasarkan penalaran yang jernih,
g g g g g g g g g g g
Sebagian para ulama’ fiqh dan para pengikut madzab yang empat
g g g g g g g g g
sependapat bahwa qiyas dapat dijadikan salah satu dalil atau dasar
g g g g g g g g g g
peristiwa tetapi tidak diperoleh satu nashpun yang dapat dijadikan dasar.
g g g g g g g g g g
qiyas sebagai dasar hujjah, diantaranya ialah salah satu cabang Madzab
g g g g g g g g g g
boleh tetapi tidak ada satu nashpun dalam ayat Alqur’an yang
g g g g g g g g g g
bahwa qiyas tidak bisa dijadikan landasan hukum dan tidak wajib
g g g g g g g g g g
87
ٓوٱتَّ ُقواg g ور ُسولِِهۦg ٱّلل
َِّ g يد ِىg بيg ٓتُق ِِدمواg الg ٓءامنواg ٱلَّ ِذينg يٓأيُّها
أ ُ ُ
sahabat yaitu:
g g
a. Da’lil Al Qur’an g g g
وِهىg ٱلأعِظمg ُأحي ِىg منg قالg g ُخ ألقهۥg ون ِسىg مث ًالg لناg وضرب
رِم ريمg
Terjemahan:
belulang yang telah hancur luluh?” Katakanlah : “Ia akan dihidupkan oleh
g g g g g g g g g g g
b. Da’lil Sunnah g
88
1) Hadits mengenai percakapan Nabi dengan Muaz ibn Jabal, saat ia
g g g g g g g g g
“Dengan sunnah Rasul.” Nabi bertanya lagi, “ kalau dalm Sunah juga
g g g g g g g g g g g
“segala puji bagi Allah yang telah memberi Taufiq kepada utusan
g g g g g g g g g g
Rasul Allah dengan apa yang diridhoi Rasul Allah.” Hadits tersebut
g g g g g g g g g g
c. Atsar Shahabi g
1) Surat Umar Ibn Khattab kepada Abu Musa Al-Asy’ari sewaktu diutus
g g g g g g g g g
Tidak diragukan lagi bahwa aliran jumhur adalah aliran yang tepat
g g g g g g g g g
89
Rasulullah. Dalil Al-qur’annya adalah dalam Surat An-Nissa Ayat 59,
g g g g g g g g g
yang artinya :
g g g
أٱأل أم ِرg وأُوِٓىلg ٱلر ُسول َّ g ٓوأ ِطيعُواg ٱّللَّ g ٓأ ِطيعُواg ٓءامنُوٓاg ٱلَّ ِذينg ييُّها
ُكنتُ أمg إِنg ول ِ ٱلرس َِّ g إِىلg ف رُّدوهg شى ٍءg ِفg ت نزعتمg فِإنg g ِمن ُكمg
ُ َّ وg ٱّلل ُ ُ أ أُ أ أ
َتأ ِو ًيالg وأ أحس ُنg خ أيرg ذلِكg g اخ ِر ِ أٱلءg وٱلأي وِمg ٱّلل
َِّ ِبg تُؤِمنونg
ُأ
أ
Nya dan Ulil Amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
g g g g g g g g g g
rasul (sunnah) jika kamu benar-bear beriman kepada Allah dan hari
g g g g g g g g g g
kemudian.”
g
terdapat ungkapan “kembali kepada Allah dan Rasulnya” tidak lain dan
g g g g g g g g g g
kamu, maka ambilah sebagai pelajaran”. Maka dapat dipahami dari kata-
g g g g g g g g g g
kata Sang Kepala tersebut kamu akan sepertinya, jika kamu melakukan
g g g g g g g g g
saya akan berijtihad dan saya tidak akan sembrono. Lantas Rasulullah
g g g g g g g g g g
Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah kepada apa
g g g g g g g g g g
90
Dari hadist di atas Rasulullah Saw mengakui Muadz untuk
g g g g g g g g
berijtihad, bila dia tidak menemukan nash yang dia gunakan untuk
g g g g g g g g g g
5. Rukun Qiyas g g
a. Ashl (pokok), yaitu suatu peristiwa yang sudah ada nashnya yang
g g g g g g g g g
khamar, maka yang ashl itu adalah khamar, yang telah ditetapkan
g g g g g g g g g g
c. Hukum Ashl, yaitu hukum syara’, yang ditetapkan oleh suatu nash.
g g g g g g g g g
d. Illat, yaitu sifat yang terdapat pada ashl. Dengan adanya sifat itulah,
g g g g g g g g g g
6. Macam-macam Qiyas g
3
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang : Dina Setia), hal. 71
91
kepada tidak bolenya kita mengucapkan perkataan yang
g g g g g g g
dihukumkan
g g kepada g mengucapkan perkataan
g g yang
menyakitkan hatinya.
g g
2) Qiyas Musawi
g
Atau
g mengqiyaskan
g g sesuatu g keapada g sesuatu g yang
bersamaan kedua-duanya yang patut menerima hukum
g g g g g g
jenis makanan.
g g
4) Qiyas al-‘aksi
g g
6) Qiyas Dalalah
g gg
Yaitu qiyas
g yang
g g ‘ilatnya g tidak g disebut g tetapi
merupakan petunjuk yang menunjukan adanya ‘ilat untuk
g g g g g g g
92
Yaitu qiyas yang tidak dijelaskan washaf (sebab ‘ilat)
g g g g g g g
g mengqiyaskan itu. g
g (tujuan).
9) Qiyas ‘ilat g
kesamaan
g g ‘ilatantara g keduanya membandingkan
g g hukum
minuman yang memabukkan kepada khamar.
g g g g g
ulama’ yang berselisih paham dengan ulama’ jumhur, yakni mereka tidak
g g g g g g g g g g
mempergunakan qiyas. Di kalangan ahli fiqh dalam hal qiyas ini, terdapat
g g g g g g g g g g g
1. Kelompok Jumhur g
tidak jelas nash baik dalam Alqur’an, Sunnah, Pendapat sahabat maupun
g g g g g g g g g g
ijma’ ulama. Hal itu dilakukan dengan tidak berlebihan dan melampaui
g g g g g g g g g g
وِهىg ٱلأعِظمg ُأحي ِىg منg قالg g ُخ ألقهۥg ون ِسىg مث ًالg لناg وضرب
رِم ريمg
dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama dan Dia
g g g g g g g g g g
93
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyamakan kemampuan-Nya
g g g g g g
kali.
g
suatu hukum hanya dari teks nash semata. Dengan demikian mereka
g g g g g g g g g g
mengenali tujuan legislasi Islam. Mereka terpaku pada bagian “luar” dari
g g g g g g g g g g
g ِ ور ُس ولِهg ِاّلل ِ ي دg ب أيg تُ ق ِدِ مُ واg الg آم نُواg ا لَّذِ ينg أ يُّ ه اg َي
َّ g ي
ِ ِ َّ g إِ َّنg g اّلل
َّ g واتَّ قُ واg
ع ل يمرg َس يعرg اّلل
Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu g g g g g g
g karenanya dilarang. g
94
g
Kalau benar, syariat Nabi siapa yang diikuti oleh beliau? Terkait dengan
g g g g g g g g g g g
terdahulu atau yang kita kenal dengan istilah Syar’u Man Qablana dalam
g g g g g g g g g g g
Ushul Fikih.
g g
السابقةg لألممg وتعاىلg سبحانهg شرعهاهللاg الىتg األحكامg منg اليناg ما نقل g
بواسطةg
.وعيسىg وموسىg إبرهيمg كسيدّنg األممg تلكg إىلg أرسلهمg اللذينg أنبيائه
Maknanya: "Segala apa yang dinukilkan kepada kita dari hukum-hukum
g g g g g g g g
syara' yang telah disyari'atkan Allah SWT bagi umat-umat dahulu melalui
g g g g g g g g g g
Nabi-Nabi-NYA yang diutus kepada umat itu seperti Nabi Ibrahim, Nabi
g g g g g g g g g g
95
umat-umat terdahulu melalui para rasul dan nabi yang diutuskan kepada
g g g g g g g g g g
ََٰ ِ خاءْلٱَنِمَنِير
سْلٱ ِ ِِ ِ ِ ِ َٰ ِ
َ نَمَوٌ ِ َغتَْب يَْريَغ َملْسْْلٱ ًانيد َنلَ فَ َلبُْق يُهْنم َ َُُوٌ ِف َةر
g g g g g g g g g g g g
bahwa syariat islam tidak manasakh semua hukum yang ada pada
g g g g g g g g g g
satu asal.
g g
sebelum Islam yang dibawa oleh para nabi dan Rasul terdahulu dan
g g g g g g g g g g g
menjadi beban hukum untuk diikuti oleh umat sebelum adanya syariat
g g g g g g g g g g
Nabi Muhammad.
g g g
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang ada sekarang. Kedua kitab
g g g g g g g g g g
demikian halnya, maka yang disebut syariat sebelum kita adalah hukum-
g g g g g g g g g g
hukum yang berlaku untuk umat sebelum datang risalah Nabi Muhammad
g g g g g g g g g
sejauh yang dapat dibaca dalam AlQur’an atau dinukilkan oleh Nabi
g g g g g g g g g g
g Jadi Syar’u man qablana adalah hukum yang telah ada sebelum
g g g g g g g g g
Islam, tetapi ada sebagian hukum yang masih diterapkan dalam Islam hal
g g g g g g g g g g g
96
1. Kehujjahan Syar'u Man Qablana g g g
hukum yang telah disyari'atkan kepada umat yang terdahulu melalui para
g g g g g g g g g g
tersebut juga ditujukan kepada kita. Dengan kata lain, wajib untuk diikuti,
g g g g g g g g g g g
untuk kita, para ulama sepakat bahwa hukum tersebut tidak disyari'atkan
g g g g g g g g g g
seseorang yang telah berbuat dosa tidak akan diampuni dosanya, kecuali
g g g g g g g g g g
dengan membunuh dirinya. Dan jika ada najis yang menempel pada
g g g g g g g g g g
Para ulama ushul fiqh sepakat bahwa syariat para nabi terdahulu
g g g g g g g g g
berlaku lagi bagi umat islam, karena kedatangan syariat islam telah
g g g g g g g g g g
ulama
g g ushul fiqh sepakat, bahwa syariat g g g g sebelum
g g islam g yang
dicantumkan dalam Al-Qur’an adalah shash karena pembunuhan, seperti
g g g g g g g g
97
بِ أg ٱحلُُّر
أg g ٱلأقأت لىg ِفg اص ِ ِ ِ
ٱحلُِِر ُ ٱلأقصg علأي ُك ُمg ُكتبg ٓءامنُواg ٱلَّذينg يٓأيُّها
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
ش أىءرg أخيهg م أنg ُلهۥg عُفىg فم أنg g ب أٱألُنثىg و أٱألُنثىg بٱلأعأبدg وٱلأعأب ُدg
َّربِِ ُك أمg ِِمنg يف ِ ِ ِ
َتأف رg ذلكgۗ g ِبِِ أحس ٍنg إِلأي ِهg وأدآءرg بِٱلأم أع ُروفg ٓفٱتِِباعرg
ألِ ريمg اب ِ
عذ رg ُف لهۥg ذلكg ب أعدg ٱعتدى أg فم ِنgۗ g ور أْحةرg
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan
g g g g g g g g
barangsiapa
g yang
g mendapat
g g suatu g pemaafan dari
g saudaranya,
g
g maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
g g g g g g g g g g
g melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih”.
g g g g g g g g g
(QS al-Baqarah:178).
g g
Syafi’iyah, dan salah satu riwayat dari Ahmad bin Hambal, hukum-hukum
g g g g g g g g g g
a. Pada dasarnya syariat itu adalah satu karena datang dari Allah juga.
g g g g g g g g g g
Oleh karena itu, apa yang disyariatkan kepada para nabi terdahulu
g g g g g g g g g g
ِ ٱلأ ِكتg ِمنg يديأِهg ب أيg لِِماg ُمص ِِدقًاg ٱحل ِِق
ب بِ أg ٱلأ ِكتبg إِلأيكg ٓوأنزلأنا
g ءاتى ُك أمg ٓماg ِفg لِِي أب لُوُك أمg ول ِكنg ًو ِحدةg ًأ َُّمةg ْلعل ُك أمg ُٱّلل
َّ g شآءg
98
فِ ِيهg ُكنتُ أمg ِِباg ف يُن بِِئُ ُكمg مج ًيعا
ِ g مرِجع ُكمg ٱّلل
ِ ِ ِ أg ٓفٱستبِ ُقواg
َّ أ ُ أg إىلg g ٱْل أيت أ
َتأتلِ ُفونg
Terjemahan: “Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan
g g g g g g g
yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
g g g g g g g g g g g
umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang.
g g g g g g g g g g g
syariat tersendiri. Itu berarti syariat nabi terdahulu tidak berlaku bagi umat
g g g g g g g g g g g
orang Muslim yang hidup bergaul bersama Rasulullah dalam waktu yang
g g g g g g g g g g
cukup lama serta menimba ilmu dari Rasulullah. Misalnya Umar bin
g g g g g g g g g g
Khattab, ‘Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Sabit, ‘Abdullah bin Umar bin
g g g g g g g g g g g
Khattab, ‘Aisyah, dan ‘Ali bin Abi Talib. Mereka ini di antara para sahabat
g g g g g g g g g g g g g
adalah apakah fatwa-fatwa mereka itu harus diikuti para mujtahid setelah
g g g g g g g g g g
99
Dalam hal ini, Abdul-Karim Zaidan membagi pendapat sahabat ke
g g g g g g g g
Ibnu Mas’ud bahwa batas minimal waktu haid tiga hari, batas minimal
g g g g g g g g g g g
hasil ijtihad sahabat dan besar kemungkinan hal itu mereka terima dari
g g g g g g g g g g g
dikenal dengan ijma sahabat. Fatwa seperti ini menjadi pegangan bagi
g g g g g g g g g g
generasi sesudahnya.
g g
pendapat dalam satu masalah, namun dalam hal ini fatwa seorang
g g g g g g g g g g
ijtihad.
g
gbeberapa pendapat,
g g dan menurut
g Wahbah
g az-Zuhaili,
g g beberapa
gpendapat itu dapat disimpulkan kepada dua pendapat saja, yaitu:
g g g g g g g g
gdan pendapat terkuat dari Ahmad bin Hanbal, bahwa fatwa sahabat
g g g g g g g g g
gantara lain: g
100
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan unutuk manusia,
g g g g g g g g
g menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
g g g g g g g g g
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
g g g g g g g g g g
baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
g g g g g g g g g g g
b) Sabda Rasulullah:
g g
hukumnya mengikuti fatwa sahabat. Tetapi menurut Ibnu Hazm, Hadis ini
g g g g g g g g g g
Kedua, menurut salah satu riwayat dari Imam Ahmad bin Hanbal,
g g g g g g g g g
ِ يg ٱعتِبوا
أٱألبأص ِرg ُوىل ُ فأ
Terjemahan: “Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai
g g g g g g g g
berarti
g g ayat g tersebut memerintahkan
g g orang-orang yang
g g memiliki
kemampuan untuk melakukan ijtihad. Adapun menikuti pendapat sahabat
g g g g g g g g
dengan
g para
g g mujtahid g lainnya. Oleh
g g sebab itu,
g g fatwa mereka
g
101
mengandung kebolehjadian keliru. Sesuatu yang boleh jadi keliru tidak
g g g g g g g g g
paling tahu, setelah Rsulullah, tentang maksud dari ayat atau Hadis
g g g g g g g g g g
demikian telah di-nasakh dan tidak berlaku lagi bagi umat Nabi
g g g g g g g g g g
حَّرأمناg والأغن ِمg الأب ق ِرg وِمنg ظُُف ٍرg ِذ أيg ُك َّلg حَّرأمناg اد أوا
ُ هg الَّذيأنg وعلى
م ُهماg ُش ُح أوg علأي ِهمg
Terjemahan: “Kami haramkan atas orang-orang Yahudi setiap binatang
g g g g g g g
yang punya kuku, dan dari sapi dan kambing kami haramkan pada
g g g g g g g g g g g
Yahudi dahulu. kemudian dijelaskan pula dalam al-qur’an bahwa hal itu
g g g g g g g g g g
gggggggggggggggggggggg
102
ِم أنg الَّ ِذيأنg علىg ُكتِبg كماg الصي ُام
ِ ِ ِ
ِ g علأي ُك ُمg ُكتبg امنُ أواg َيأيُّهاالَّذيأن
ت تَّ ُق أونg لعل ُك أمg ق أبلِ ُك أمg
Terjamahan: “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atasmu puasa
g g g g g g g
jelas tidak dinyatakan berlaku untuk kita, juga tidak ada penjelasan
g g g g g g g g g g
g mansyukh)
Menurut syariat Nabi Musa AS seseorang yang telah berbuat dosa
g g g g g g g g g
najis tidak dapat menjadi suci, kecuali dipotong bagian yang terkena najis
g g g g g g g g g g g
SWT :
g g
103
ِمنg ٱلَّ ِذينg علىg ُكتِبg كماg ٱلصي ُام
ِ ِ ِ
ِ g علأي ُك ُمg ُكتبg ٓءامنُواg ٱلَّذينg ييُّها
ت تَّ ُقونg لعلَّ ُك أمg ق أبلِ ُك أمg
Terjemahan: ‘’Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu
g g g g g g
ummat sebelum kita. Contohnya, Firman Allah SWT yang artinya, "Dan
g g g g g g g g g g
dibalas jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan
g g g g g g g g g g
telinga, gigi dengan gigi, dan luka-Iuka pun ada qishasnya. Sebagaimana
g g g g g g g g g g
نفِ بِ أٱألg و أٱألنفg ي ِ بِٱلنَّ أفg ٱلنَّ أفسg أ َّنg ٓفِيهاg علأي ِه أمg وكت أب نا
ِ بِٱلأع أg وٱلأع أيg س
بِِهۦg تصدَّقg فمنg g اص ِ ِ ِ ِ وg بِ أٱألُذُ ِنg و أٱألُذُنg
و أg ٱلس ِِن
قص رg ٱْلُُروح ِ بg ٱلس َّن ِ
ُه ُمg فأُوٓلٓئِكg ُٱّلل َّ g أنزلg ِِٓباg أحي ُكمg َّّلأg ومنg g ُلَّهۥg ك َّفارةرg ف ُهوg
ٱلظَّلِ ُمونg
Terjemahan:
“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)
g g g g g g g g g
dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka
g g g g g g g g g g g
(pun)
g g ada qishaashnya.
g Barangsiapa
g yang
g melepaskan
g g (hak
qishaash)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa
g g g g g g g g
bahwa Syari'at yang ditetapkan untuk Bani Israil juga berlaku bagi umat
g g g g g g g g g g g
104
Islam karena tidak ada dalil yang menasakh (menghapus). Sebagian
g g g g g g g g g
Syari'at bani lsrail hanya untuk mereka, sedangkan Syari'at umat Islam
g g g g g g g g g g
SAW
g g Para g ulama g berpendapat g bahwa g umat g islam tidak
g g wajib
mengamalkan Syari’at sebelum kita dan yang tidak disebut-sebut oleh
g g g g g g g g g
Syari’at kita.
g g
terdahulu mempunyai azaz yang sama dengan syariat yang dibawa Nabi
g g g g g g g g g g
Muhammad SAW. Hal ini terlihat dalam firman Allah SWT surah Asy-
g g g g g g g g g g g
إِلأيكg ٓأ أوحأي ناg ٓوٱلَّ ِذىg وحا ِِ َّ وg ماg ٱل ِِدي ِنg ِمنg ل ُكمg شرع
ً ُنg بهۦg صى ِ
والg ٱل ِِدينg ٓيمواِ ِ ِ ِ ِِ
ُ أقg أ أنg g ٓوعيسىg وُموسىg إبأرهيمg بهۦg صأي نا
َّ وg وماg
yang telah diwasiatkannya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
g g g g g g g g g g
agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang
g g g g g g g g g g
105
Diantara azaz yang baru itu adalah yang berhubungan dengan
g g g g g g g g
Sedangkan rinciannya ada yang sama dan ada juga yang berbeda sesuai
g g g g g g g g g g g
karena jika Nabi SAW, terikat dengan syari'at sebelum Islam, maka
g g g g g g g g g g
sebelumnya.
g g
bukan dari akal semata, seperti pelaksanaan sholat, haji, dan umrah,
g g g g g g g g g g
106
علأي ِهg أ أس لُ ُك أمg َّٓالg قُلgۗ g ٱقأ ت ِد أهg فبِ ُهدى ُه ُمg g ُٱّلل
َّ g هدىg ٱلَّ ِذينg أُولئِك
dan sunnah tidak menjadi syari'at bagi Rasulullah SAW dan umatnya.
g g g g g g g g g g
diketahui secara pasti oleh hukum itu berlaku bagi umat sebelum islam
g g g g g g g g g g g
diketahui secara pasti oleh hukum .itu berlaku bagi umat sebelum islam
g g g g g g g g g g g
sebagian
g g g ulama syafi'iyah menyatakan bahwa jika hukum syari'at
g g g g g g
sebelum Islam itu disampaikan pada Nabi SAW. Melalui wahyu al-Quran
g g g g g g g g g g
bukan melalui kitab agama mereka yang telah diubah , maka umat Islam
g g g g g g g g g g g g
merupakan syariat yang diturunkan Allah dan tidak ada indikasi yang
g g g g g g g g g g
107
ِمنg كانg وماg g حنِي ًفاg إِبأرِهيمg ِملَّةg ٱتَّبِ أعg أ ِنg إِلأيكg ٓأ أوحأي ناg َُّث
ٱلأ ُم أش ِركِيg
Terjemahan: “Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad) :
g g g g g g
lupa untuk sholat, maka kerjakanlah sholat itu ketika ia ingat/ bangun,
g g g g g g g g g g g
Pertama: ketika Rasul SAW mengutus Mu'az bin jabbar untuk menjadi
g g g g g g g g g
dengan sunah Rasulullah SAW. Dan apabila tidak ada juga maka saya
g g g g g g g g g g g
ب ِ ٱلأ ِكتg ِمنg يديأِهg ب أيg لِِماg ُمص ِِدقًاg ٱحل ِِق بِ أg ٱلأ ِكتبg إِلأيكg ٓوأنزلأنا
أ أهوآء ُه أمg ت تَّبِ أعg والg g ُٱّلل َّ g أنزلg ِِٓباg ب أي ن ُهمg ٱح ُكم ِ ِ
ف أg g علأيهg وُمهأيمنًاg
ِ ِ ِ ِ أg ِمنg جآءكg ع َّماg
ول أوg g اجا ً ومأن هg ًش أرعةg من ُك أمg جع ألناg ل ُك ٍِلg g ٱحل ِِق
g ءاتى ُك أمg ٓماg ِفg لِِي أب لُوُك أمg ول ِكنg و ِحد ًةg ًأ َُّمةg ْلعل ُك أمg ُٱّللَّ g شآءg
فِ ِيهg ُكنتُ أمg ِِباg ف يُن بِِئُ ُكمg مج ًيعا
ِ g مرِجع ُكمg ٱّلل
ِ ِ
َّ أ ُ أg إىلg g ٱْل أيت
ِ أg ٓفٱستبِ ُقواg
أ
َتأتلِ ُفونg
Terjemahan: " Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan
g g g g g g g g g
yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
g g g g g g g g g g g
108
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
g g g g g g g g g
umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
g g g g g g g g g g
umat tertentu, seprti sabda Rasul SAW yang seluruh umat manusia,
g g g g g g g g g g
seprti sabda Rasul SAW yang artinya : "Para nabi diutus khusus untuk
g g g g g g g g g g g g
pada
g g satu g agama tentu
g g Nabi g menjelaskannya g dan g tidak
menyembunyikannya. Ibnu Qusyairi berkata, bahwa semua perkataan itu
g g g g g g g g
Imam AI-Syaukani
g g mengembalikan kepada
g g perkataan g yang
mengatakan bahwa Rasulullah SAW beribadah dengan syari'at Nabi
g g g g g g g g
109
Ibrahim As, beramal dengan apa yang sampai kepadanya dari syariat
g g g g g g g g g g
Ibrahim, dan juga seperti yang diketahui dari ayat aI-Quran setelah beliau
g g g g g g g g g g g
B. ISTISHAB
g
kehujjahannya.
g
1. Definisi Istishab
g g
perjalananku.”
g
dalil akal atau syara’, bukan didasarkan karena tidak mengetahui adanya
g g g g g g g g g g
diketahui tidak ada dalil yang mengubah hukum yang telah ada.”
g g g g g g g g g g
Maksudnya, apabila dalam suatu kasus telah ada hukumnya dan tidak
g g g g g g g g g g
diketahui ada dalil lain yang mengubah hukum tersebut, maka hukum
g g g g g g g g g g
yang telah ada di masa lampau itu tetap berlaku sebagaimana adanya
g g g g g g g g g g g
110
علىg دليلg يقومg حىتg منتفياg كانg ماg اونفيg اثبتاg كانg ماg إثبات
احلالةg تغيg
Maknanya: "Istishab ialah menetapkan berlakunya hukum yang telah ada,
g g g g g g g g
gatau meniadakan apa yang memang tiada sampai adanya dalil yang
g g g g g g g g g
gistilah-istilah yang digunakan dalam disiplin ilmu ini ada beberapa definisi
g g g g g g g g g
selanjutnya
g g atas g dasar g bahwa g hukum g itu telah
g g beerlaku
sebelumnya,karena tidak ada suatu hal yang mengharukan terjadinya
g g g g g g g g
gmenetapan hukum suatu perkara baik berupa hukum atau benda dimasa
g g g g g g g g g
gkini atau pun mendatang berdasarkan apa yang telah ditetapkan atau
g g g g g g g g g
gpemiliki rumah atau bomil ini entah memulai proses jual-beli atau
g g g g g g g g g
gpewarisan,maka selama kita tidak menemukan ada dalil atau bukti yang g g g g g g g g g
gnanti. g
2. Macam-macam Istishab g
111
Para ulama ushul fiqh mengemukakan bahwa istishab itu ada lima
g g g g g g g g g
yang menunjukkan bahwa hutan itu telah menjadi milik seseorang. Hal ini
g g g g g g g g g g g
sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur'an Surah al-Baqarah ayat 29.
g g g g g g g g g g
Para ulama ushul fiqh mengatakan bahwa istishab seperi ini dapat
g g g g g g g g g g
menebang dan me- manfaatkan pohon dan buahnya, sampai ada bukti
g g g g g g g g g g
yang menunjukkan bahwa hutan itu telah menjadi milik seseorang. Para
g g g g g g g g g g
ahli ushul fiqh berpendapat demikian karena terdapat firman Allah Swt.
g g g g g g g g g g
Terjamahan: “Dialah yang telah menjadikan bagi kamu seluruh yang ada
g g g g g g g g g
g Berlangsung Terus g
adanya sebab lain yang menyebabkan hak milik itu berpindah tangan
g g g g g g g g g g
112
Contoh g lain adalah
g g hukum wudhu
g g seseorang g dianggap
berlangsung terus sampai ada penyebab yang membatalkannya.
g g g g g g g
bahwa istishab ini hanya bisa dijadikan hujjah apabila didukung oleh nash
g g g g g g g g g g g
atau dalil, dan dalil itu menunjukkan hukum tersebut masih berlaku dan
g g g g g g g g g g g
para ulama ushul fiqh. Akan tetapi dari segi penamaan, terdapat
g g g g g g g g g g
perbedaan pendapat.
g g
manusia.
g g
menegaskan hukum yang telah ada dan tidak bisa menetapkan hukum
g g g g g g g g g g
istishab seperti ini juga dapat menetapkan hukum syara', baik untuk
g g g g g g g g g g
menegaskan hukum yang telah ada maupun hukum yang akan datang.
g g g g g g g g g g
113
g
itu ia teruskan?
g g g
bahwa hukum ijma' itu tetap berlaku sampai adanya dalil yang
g g g g g g g g g g
yang melakukan shalat dengan tayammum dan ketika shalat melihat air,
g g g g g g g g g g
ijma' menurut mereka hanya terkait dengan hukum sahnya shalat bagi
g g g g g g g g g g
3. Kedudukan Istishab g
ketika tidak ada dalil syara’ yang menjelaskan suatu kasus yang
g g g g g g g g g g
dihadapi.
g
tidak bisa dijadikan dalil, karena hukum yang ditetapkan pada masa
g g g g g g g g g g
hukum yang sama pada masa sekarang dan yang akan datang, harus
g g g g g g g g g g g
114
suatu hukum telah ditetapkan pada masa lampau dengan suatu dalil
g g g g g g g g g g
,namun, untuk memberlakukan hukum itu untuk masa yang akan datang
g g g g g g g g g g
hukum yang telah ada sebelumnya dan menganggap hukum itu tetap
g g g g g g g g g g
berlaku pada masa yang akan datang, tetapi tidak bisa menetapkan
g g g g g g g g g g
untuk menetapkan hukum yang sudah ada, selama belum ada dalil yang
g g g g g g g g g g g
pada masa lalu, selama tidak ada dalil yang mengubahnya, baik secara
g g g g g g g g g g g
telah ditetapkan itu berlaku terus, karena diduga keras belum ada
g g g g g g g g g g
perubahannya.
g g
يغيهg ماg يثبتg حىتg كانg ماg علىg كانg ماg بقاءg األصل .1
berlaku terus sampai ditemukan dalil yang menunjukkan hukum itu tidak
g g g g g g g g g g
115
Maksudnya: “Pada dasarnya dalam hal-hal yang sifatnya bermanfaat bagi
g g g g g g g g
apabila merasa ragu akan wudhu’nya itu apakah telah batal atau belum,
g g g g g g g g g g g
sebab itu, seorang tergugat dalam kasus apa pun tidak bisa dinyatakan
g g g g g g g g g g g
ia bersalah.
g g g
C. ISTIHSAN
g
terminologi dan istinbath hukum oleh dua imam mazhab yaitu Imam Abu
g g g g g g g g g g g
Hanifah dan Imam Malik. Para ulama fiqh berbeda dalam mendefinisikan
g g g g g g g g g g
istilah istihsan itu. Tetapi definisi yang diberikan oleh Imam Abu al-Hasan
g g g g g g g g g g g
tersebut, kata Abu Zahrah, tidak saja mencangkup semua macam definisi
g g g g g g g g g g
istihsan tetapi juga dapat menyentuh pada azas dan inti pengertian
g g g g g g g g g g
116
serupa. Karena alasan yang lebih kuat yang menghendaki dilakukannya
g g g g g g g g g
penyimpangan itu.
g g
1. Definisi
g
فهg خالg إىلg أشباهاg فg بهg لكمg ماg مثلg عنg املسئلةg فg العدول
g g اقوىg لوجهg
Maknanya: "Berpaling pada sesuatu masalah dari sesuatu hukum yang
g g g g g g g g
sama menuju hukum lain karena ada alasan yang lebih kuat."
g g g g g g g g g g
Istihsan berasal dari bahasa arab yang musytaq dari lafadh hasana
g g g g g g g g g
yang berarti baik atau indah, kemudian dalam otak-atik ilmu shorof
g g g g g g g g g g
(nyata) kepada qiyas khafi (samar) atau dari hukum kulli (umum) kepda
g g g g g g g g g g g
seseorang yang telah menghadapi dua hal yang keduanya baik, akan
g g g g g g g g g g
dan menetapkan untuk diambil yang satunya karena dianggap lebih baik
g g g g g g g g g g
untuk diamalkan.
g g
يقتضىg لدليلg منهg اقوىg هوg ِباg والعملg القياسg تركg هوg اإلستحسان
الناسg ملصلحةg وفقاg ذلك g
yang lebih kuat dari itu, karena adanya dalil yang menghendakinya serta
g g g g g g g g g g g
117
Adapun pengertian menurut istilah, ada beberapa definisi yang
g g g g g g g
istiadat itu baik karena berlaku seperti pada nabi atau sesudahnya, dan
g g g g g g g g g g g
tanpa ada penolakan dari nabi atau dari yang lainnya, tentu ada dalil
g g g g g g g g g g g g
seperti ini adat harus diamalkan secara pasti. Namun, bila tidak terbukti
g g g g g g g g g g g
diadakan penelitian yang mendalam terhadap dalil itu dalam hukum yang
g g g g g g g g g g
berlaku dan dasar-dasar yang sama dengan itu ternyata bahwa dalil yang
g g g g g g g g g g g
menyalahi qiyas itu lebih kuat dan oleh karenanya wajib diamalkan.
g g g g g g g g g g g
yang bersifat juz’i sebagai pengganti dalil yang bersifat kulli. Dari definisi
g g g g g g g g g g g
hukum dengan berpedoman kepada dalil yang ada yang bersifat umum.
g g g g g g g g g g
2. Dasar-dasar Istihsan
g g
lain:
g
118
ٓ ٓ
ََوأ ُ ۟ول ِئكgَۖ gَ ُٱّلل
ََّ gَ هدى ُه َُمgَ َٱلَّذِينgَ َأ ُ ۟ولئِكgَۚ gَ ٓأحْ سنهُۥgَ َفيت َّ ِبعُونgَ َ ْٱلق ْولgَ َيسْت ِمعُونgَ َٱلَّذِين
َ۟ ُأ ُ ۟ولgَ ُه َْمg
َِ ْٱْل ْلبgَوا
ب
g(QS:Az-Zumar : 18). g g
ِفg علأي ُك أمg جعلg وماg ٱجت بى ُك أم ِِ ِ َِّ g ِفg ٓوج ِه ُدوا
أg ُهوg g جهادهۦg ح َّقg ٱّلل
ِمنg ٱلأ ُم أسلِ ِميg َسَّى ُك ُمg ُهوg g إِبأرِهيمg أبِي ُك أمg ِِملَّةg g حرٍجg ِم أنg ٱل ِِدي ِنg
علىg ُشهدآءg ٓوت ُكونُواg علأي ُك أمg يدا ً ش ِهg ول َّ g لِي ُكونg هذاg وِفg ق أب ُلg
ُ ٱلر ُس
َِّ ِبg ٓصموا
م أولى ُك أمg ُهوg ٱّلل ِ و أg ٱلزكوة
َّ g ٓوءاتُواg ٱلصلوة ِ ِ ٱلنg
ُ ٱعت َّ g ٓيموا ُ فأقg g َّاس
ِ ِ ِ
ُٱلنَّصيg ون أعمg ٱلأم أوىلg فن أعمg g
Terjemahan: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang
g g g g g g g g g
gagama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian
g g g g g g g g g
gorang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini,
g g g g g g g g g g
gsupaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua
g g g g g g g g g g
gtunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah
g g g g g g g g g
gagama Islam sempit, dan orang yang mengikuti dan mendengar hal yang
g g g g g g g g g g
119
عليهg هللاg صلىg هللاg رسولg قالg: g قالg عنهg هللاg رضىg أنسg عن
Barri).
g
3. Macam-macam Istihsan
g g
Contoh : Menurut qiyas jali, hak pengairan dan lalu lintas yang ada
g g g g g g g g g g g
Kalau
g g tidak termasuk
g diwakafkan
g g berarti tanah
g g pertanian g yang
diwakafkan tersebut tidak dapat dimanfaatkan.
g g g g g
`Contohnya, dalam
g g hukum syara’
g g seseorang g tidak boleh
g
melakukan transaksi jual beli dengan barang yang belum ada ketika
g g g g g g g g g g
dilangsungkannya akad jual beli. Aturan ini berlaku untuk seluruh jenis
g g g g g g g g g g
transaksi jual beli. Karena jual beli tanpa adanya barang ketika akad
g g g g g g g g g g g
kemudian dengan waktu dan jenis barang yang telah ditentukan (jual-beli
g g g g g g g g g g
masyarakat, juga jual beli ini untuk mempermudah bagi para penjual
g g g g g g g g g g
120
yang tidak memiliki modal. Pengecualian atau keringanan ini dinamakan
g g g g g g g g g
dengan pemindahan hukum kulli kepada hukum jaz’i. Mengenai jual beli
g g g g g g g g g g
salam ini Rasulullah Saw, bersabda yang berarti: “barang siapa yanag
g g g g g g g g g g
yang jelas, timbangan yang jelas dan dalam tempo yang jelas.” (HR.
g g g g g g g g g g g
Bukhari).
g
yang khusus
g g
najis. Karena itu mulut burung buas tadi tidak bertemu dengan
g g g g g g g g g g
g hadits yang lebih kuat. Seperti jual beli salam yang telah
g g g g g g g g g
g penulis bahas. g
121
lama si pengguna berada di dalam WC, juga tidak bisa
g g g g g g g g g g
menjadi
g g kebiasaaan g dan g tidak g ada g penolakan dari
g
di lingkungan tersebut.
g g g
tidak
g g mempengaruhi g kesucian sisanya.
g g Inilah yang
g
dinamakan
g g dengan darurat,
g g yang bertujuan
g g untuk
memudahkan urusan manusia. Selain itu juga dalam ayat
g g g g g g g g
122
6. Istihsan yang disandarkan kepada qiyas khafi. Seperti
g g g g g g
dan gagak.
g g
4. Kehujjahan Istihsan g
diantaranya:
g
manusia.
g
malikiyyah
g
hanabillah
g
disebabkan
g g adanya g dalil g khusus yang
g menyebabkana
g
rasul.
g g
123
sebagai satu dalil dalam menetapkan hukum syara’. “barang
g g g g g g g g
Seandainya
g g istihsan g itu diperbincangkan
g dengan
g g baik
kemudian ditetapkan pengertian yang disepakati, tentulah
g g g g g g
dari nabi atau dari yang lainnya, tentu ada dalil pendukungnya,
g g g g g g g g g g
baik dalam bentuk nash maupun ijma’. Dalam bentuk seperti ini
g g g g g g g g g g
dalil yang menyalahi qiyas itu lebih kuat dan oleh karenanya
g g g g g g g g g g
wajib diamalkan.
g g
5
Muin Umar Dkk, Ushul Fiqih I, Depag Ri, Jakarta, 1985, Hal 144
124
Dari definisi diatas mengandung arti bahwa seorang
g g g g g g
khusus.
g g
4. Kehujjahan Istihsan
g g
Hanifah, Imam Malik, dan sebagian pengikut Imam Ahmad bin Hanbal.
g g g g g g g g g g
suatu rahmat Allah, karena telah dibuka peluang bagi mujtahid untuk
g g g g g g g g g g
khafi atas jali atau mengubah hukum yang telah di tetapkan pada suatu
g g g g g g g g g g g g
َّربِِ ُكمg ِِمنg إِلأي ُكمg أُن ِزلg ٓماg أ أحسنg ٓوٱتَّبِعُوٓا
Terjemahan: “Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan g g g g g g g
125
3. Hadits riwayat Abdullah bin Mas’ud: g g g g
D. MASLAHAH MURSALAH
g g
1. Definisi
g
hukum Islam. Disamping itu, juga bisa berarti suatu perbuatan yang
g g g g g g g g g g
Kata maslahah berasal dari kata kerja bahasa arab صلُ ُح
g
ص لح – ي أ g g g g g g g g g g
menjadi
g g ًص ألحا
g
ُ g atau
g g
ًصلحة
g
م أyang berarti sesuatu yang mendatangkan
g g g g g
ditasrifkan sehingga menjadi isim maf’ul, yaitu: ا أرسل – يُأرِس ُل – اِأرساالً – ُم أرِس رل
g g g g g g g g g g g g g
Islam. Juga dapat berarti, suatu perbuatan yang mengandung nilai baik
g g g g g g g g g g
(bermanfaat).
g
اوعدمg اعتبارهاg يدعوإىلg الشريعg منg بنصg مقيدg غيg مصلحةg كل
مضرةg دفعg اوg منفعةg جلبg ِباg واألخذg اعتبارهاg فg أنg اعتبارها معg g
g mudharat."
Imam al-Gazali menta'rifkan sebagai berikut:
g g g g
126
دفعg اوg منفعةg جلبg عنg األصلg فg عبارةg فهيg املصلحةg أما
مضرةg
Maknanya: "Maslahah pada dasarnya ialah meraih manfaat dan menolak
g g g g g g g g
g mudarat."
Menurut Muhammad Hasbi As-Siddiqi, maslahah ialah:
g g g g g g
.اْل أل ِق
أg ع ِنg اس ِد
ِ الأمفg بِدفأ ِعg الشَّا ِرِعg م أقصوِدg علىg ُالأمحافظة
ُأ ُ
Makanya: “Memelihara tujuan syara’ dengan jalan menolak segala
g g g g g g g
ون أسلِ ِه أمg وعُ ُق أوْلِِ أمg ونُ ُف أو ِس ِه أمg ِح أف ِظ ِديأنِ ِه أمg ِفg لِعِب ِاد ِهg g
diperintahkan
g g oleh g musyarri’ (Allah)
g kepada
g g hambaNya tentang
g
bendanya.”
g
g madarat.” g
127
pemiliknya dan memungut pajak terhadap tanah itu, atau lainnya yang
g g g g g g g g g g
bukti
g g syara’ g yang menunjukkan
g g terhadap g pengakuan g atau
pembatalannya.
g
1. Al-Qur’an
Diantara ayat-ayat yang dijadikan dasar berlakunya maslahah
g g g g g g
berterimakasih atas berkah ini, dia akan bahagia di dunia dan di akhirat.
g g g g g g g g g g g g g
lepas darinya.
g g
ُّ g ِيفg و ِشفاءرلِماg ربِِ ُك أمg ِم أنg م أو ِعظةرg جاءتأ ُك أمg ق أدg َّاس
الص ُدوِر ُ النg َيأيُّها
لِأل ُم أؤِمنِيg ور أْحةرg وُه ًدىg
Terjemahan: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
g g g g g g
berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
g g g g g g g g g g
beriman”.
g
128
yaitu menghilangkan kekejian dan kotoran yang ada di dalamnya.
g g g g g g g g g
2. Hadits
Hadits yang dikemukakan sebagai landasan syar’i atas kehujahan
g g g g g g g
ِ ٍ ِ ِِ ِ ٍِ ِ
ِِ الأ ُخ أد ِرg سنانg بأ ِنg مالكg بأ ِنg س أعدg سعأيدg g أب أيg g ع أن
ُهللاg رضيg g ي
ِ g رسولg أ َّنg عأنهg
والg ضررg الg: g قالg وسلَّمg علأي ِهg ُهللاg صلَّ ىg هللا ُأ ُ
ِضرارg
Artinya: Dari Abû Sa’îd Sa’d bin Mâlik bin Sinân al-Khudri Radhyallahu
g g g g g g g g g g
Para sahabat seperti Abu Bakar as Shidiq, Utsman Bin Affan dan
g g g g g g g g g g
berdasarkan prinsip maslahah. Contoh dari Abu Bakar yaitu para sahabat
g g g g g g g g g g
Muhammad wafat. Seorang khalifah dubutuhkan pada saat itu, dan ini
g g g g g g g g g g
merupakan suatu maslahat yang sangat besar. Namun hal ini tidak di
g g g g g g g g g g g
melarangnya.
g
Qur’an ke dalam beberapa mushaf. Padahal hal ini tidak pernah dilakukan
g g g g g g g g g g
pada masa Rasulullah SAW. Alasan mereka mengumpulkan ini tidak lain
g g g g g g g g g g
129
dalil aqliyah (alasan rasional) sebagaimana dikemukakan oleh Abdul
g g g g g g g
g hakim saja
g g dalam g semua g keadaan. g Sesungguhnya
g pembentukan hukum semacam ini menurut kami tidak g g g g g g
g keikhlasan.
130
2. Kemaslahatan tersebut harus kemaslahatan umum, bukan g g g g g
gserupa., dan tidak ada yang dapat menahan sang raja ini dari
g g g g g g g g g g
graja atau fakir miskin yang berbuka puasa pada siang hari
g g g g g g g g g
gdibatalkan.
131
pembagian warisan, karena hal itu bertentangan dengan nash
g g g g g g g g
alqur’an.
g
goleh mazhab Maliki, dan juga dipakai oleh Mazhab Syafi'i, Hanafi
g g g g g g g g g
gmempergunakannya.
1) Maslahah Mu’tabarah
g g
Mengandung
g g kemaslahatan g bagi manusia,
g yaitu
g g untuk
mendidik manusia agar sehat secara jasmani maupun rohani.
g g g g g g g g
untuk mendidik jiwa muzakki agar tebebas dari sifat kikir dan
g g g g g g g g g g
dibatalkan,
g g sebab g jika dibatalkan
g g akan g menyebabkan
hilangnya urgensi dan relevansi dari pensyariatan zakat.
g g g g g g g
2) Maslahah Mulghoh g
132
gyang lebih besar, yaitu kemaslahatan rasa aman bagi
g g g g g g g
gmasyarakat.
3) Maslahah Mursalah g
gdosa.
Misalnya, pencatatan perkawinan, penjatuhan talak di g g g g g
yaitu:
g
1. Maslahah Dharuriyah g
gsendi eksistensi
g g kehidupan manusia,
g harus
g g ada g demi
gkemaslahatan mereka. Bila sendi itu tidak ada atau tidak g g g g g g g g
gakhirat.
Perkara-perkara ini dapat dikembalikan kepada lima g g g g g
kerusakannya.6
g
6
Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah II; Pengantar studi sejarah kebudayaan Islam dan
pemikiran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo persada, 1996), hlm. 41
133
Yang dimaksud melindungi agama di sini adalah
g g g g g g
gsebagainya.
b. Melindungi jiwa g
c. Melindungi akal g
gsebagainya.
d. Melindungi keturunan g
e. Melindungi harta g
134
g yang mencuri
g untuk
g mengganti
g harta
g g yang g telah
g dilenyapkannya.
2. Maslahah Hajjiyah g
ِ احل
ِ التَّصُّرفg وg أاالعم ِالg ع ِنg ِعبارةرg ف ِهيg ُاجيَّة
الg الَِّيتg ات أg الأمصالِ ُحg ا ِما
أ
ُ َّت ت وقg
علأي هاg ف
َّ g معg ً ِصيانةg ل ِك أنg وg بِ ُد أوَِّناg ت تح َّق ُقg ب ألg اْل أمس ِة
الضيِِ ِق أg ص أوِل ِ
ُ ُ أاالg ت ألكg
.ج
ِاحلر
و أg
Maknanya: “Semua bentuk perbuatan dan tindakan yang tidak
g g g g g g g
kesempitan”
g
Hajjiyah ini tidak rusak dan terancam jika tidak dipenuhi tetapi
g g g g g g g g g
jinayat.
g
jauh.
g
135
dibolehkan seorang suami menalak isterinya apabila rumah
g g g g g g g
3. Maslahah Tahsiniyah g
ِ ت أقتg الَِّيتg أاالُموِرg ع ِنg ِعبارةرg ف ِهيg ُالتَّح ِسينِيَّةg الأمصالِحg ا َّما
ضأي ها أ ُأ أ أ ُ
ِ الأعادg
.ات ِ وحمg أاالخال ِقg ومكا ِرمg ُالأمروءةg
اس ُن أ ُ ُ ُأ
Maknanya: “Mempergunakan semua yang layak dan pantas
g g g g g g
gmuamalah.
Lapangan ibadah misalnya kewajiban bersuci dari najis, g g g g g g
glain-lain.
Dalam lapangan adat, misalnya bersikap sopan santun
g g g g g g
136
Imam Abu Zahrah menambahkan bahwa termasuk
g g g g g
masa mendatang.
g g
a. Dalam al-Qur'an
g dan
g g Hadis tidak
g ada
g perintah
g g untuk
mengumpulkan al-Qur'an dari hafalan dan tulisan, tetapi para
g g g g g g g g
sahabat melakukannya.
g g
e. Membuang barang yang ada di atas kapal laut tanpa izin yang
g g g g g g g g g g
bahaya.
g
melakukannya.
g
137
Menurut Imam Malik bahwa maslahat mursalat adalah g g g g g g
sumber pokok.
g g
dalil-dalil
g g syarak, yang
g g berfungsi g untuk g menghilangkan
kesempitan, baik yang bersifat dharuriyah (primer) maupun
g g g g g g g
hujjiyah (sekunder).
g g
hijriyah tidak ada lagi ahli usul fikih yang menisbatkan maslahah-
g g g g g g g g g g
138
g(istinbath) ada
g g dua g yaitu; g qiyas g dan istislah
g atau
g
gmaslahahmursalah. g
gtidak ada
g g satupun nas
g yang
g g mendasarinya, baik
g yang
g
tidak ada nas atau hadis Nabi saw. karena tujuan syara’ adalah
g g g g g g g g g g g g
untuk
g kemasla-hatan
g g umat g manusia dan
g setiap
g nas
g g pasti
mengandung nilai maslahat. Jika tidak ada nas, maslahat hakiki
g g g g g g g g g
mengalami kesulitan.
g g
139
1. Maslahah mursalah harus memiliki kecenderungan mengarah
g g g g g
gakan menerimanya.
g
gberagama.
4. Maslahah mursalah yang digunakan untuk membuat hukum
g g g g g g
gtertentu.
Sebagai implikasi sikap kehati-hatiannya, Imam Malik selalu
g g g g g g
Mereka berbeda
g g pendapat g dalam bidang
g muamalah.
g
manusia.
g Menetapkan
g g hukum g berlandaskan g Mashlahah
140
gmursalah berarti menganggap syariat islam tidak lengkap
g g g g g g
gtertampung oleh
g g hukum-hukumnya. g Hal seperti
g g itu
gbertentangan dengan ayat 36 surat al-Qiyamah: g g g g g g
ُ gََيُتْركgَأنgَن
سدًى ِ ْ gَب
َُ ٱْلنس َُ أيحْ س
Qiyamah: 36) g
141
menyita sebagian harta para pejabat di masanya yang
g g g g g g g g
tetapi hal itu perlu dilakukan demi menjaga harta Negara dari
g g g g g g g g g g
lain yang tidak dapat disebut semua dalam tulisan ini, kalangan
g g g g g g g g g g
Malikiyah,
g g Hanabilah, dan
g g sebagian g kalangan g Syafi’iyah
menganggap sah Mashlahah mursalah sebagai landasan hukum.
g g g g g g g
dapat dihindarkan.
g g
E. 'URF
g
penjelasannya.
g
1. Definisi
g
kebiasaan umum.
g g
diterima oleh akal sehat. Sedangkan secara istilah ‘urf ialah sesuatu
g g g g g g g g g g g g
yang telah sering dikenal oleh manusia dan telah menjadi tradisinya, baik
g g g g g g g g g g g
juga disebut adat. Ada juga yang mendefinisikan bahwa ‘urf ialah sesuatu
g g g g g g g g g g g
142
yang dikenal oleh khalayak ramai di mana mereka bisa melakukannya,
g g g g g g g g g g
‘urf atau adat menurut istilah ahli syari’at ialah dua kata yang
g g g g g g g g g g
karena adat disamping telah dikenal oleh masyarakat, juga telah biasa
g g g g g g g g g g
الg أنg بشرطg إسالميg قطرg أهلg منg السليمةg ذو الطباعg الناسg مايعتاد g
tabiat yang baik serta telah dilakukan oleh penduduk sekitar Islam
g g g g g g g g g g
perbuatan."
g
Maka, dari pengertian di atas urf ialah suatu kebiasaan yang telah
g g g g g g g g g g
maka kebiasaan tersebut dihapus dengan dalil yang ada pada syara'.
g g g g g g g g g g
143
proses pembentukan adat adalah akumulasi dari pengulangan aktivitas
g g g g g g g g
milayah muta’arof, dan saat ini pulalah, adat berubah menjadi urf (haqiqat
g g g g g g g g g g g
urfiyah), sehingga adat merupakan unsur yang muncul pertama kali dan
g g g g g g g g g g
urf.
g
g sebab itu, para ahli hokum islam menyatakan bahwa adat dan urf
g g g g g g g g g g
signifikan
g dengan
g konsekuensi
g g hokum g yang g berbeda. g Sekalipun
demikian, para ahli hokum islam, tetap memberikan definisi yang
g g g g g g g g g
dilakukan secara kolektif, dan hal seperti ini masuk dalam kategori urf.
g g g g g g g g g g g
dan urf itu jika dilihat dari aspek yang berbeda, yaitu:
g g g g g g g g g g
hanya melihat dari sisi pelakunya, dan boleh dilakukan pribadi atau
g g g g g g g g g g
yang sudah diterima akal sehat, tertanam dalam hati dan dilakukan
g g g g g g g g g g
3. Konsep ‘Urf
g g
Konsep ’urf ini sebenaranya juga jawaban bagi para pemikir Islam
g g g g g g g g g
144
prinsip hak-hak asasi manusia (HAM). Bahayanya, pembaruan yang
g g g g g g g g
mereka usung sudah memasuki ranah baku dalam agama, yang tidak
g g g g g g g g g g
dapat disentuh oleh ijtihad, seperti kewajiban salat lima waktu, puasa
g g g g g g g g g g
mereka
g tidak
g g segan-segan g untuk g mengatakan g sesuatu g yang
bertentangan dengan kebenaran. Berangkat dari hal itu, penulis
g g g g g g g g
memandang pentingnya
g g g pembahasan tentang al-’urf, pengaruh dan
g g g g g
kedudukannya dalam
g g g pengambilan (istinbât}) hukum Islam, serta
g g g g g
beberapa hal lain yang terkait dengannya. Dari sini akan terjawab bahwa
g g g g gg g g g g g g
hukum Islam.
g g
4. Macam-macam 'Urf
g g
1. ‘Urf qauliy, Ialah ‘urf yang berupa perkataan, seperti kata walad
g g g g g g g g g
(ٌ)ولَد.
g
َ Menurut bahasa, walad berarti anak, termasuk di dalamnya
g g g g g g g g
syara’ membolehkannya.
g g
gggggggggggg Adapun ditinjau dari segi ruang lingkupnya, ‘urf terbagi kepada ‘urf
g g g g g g g g g
1. ‘Urf ‘amm, Ialah suatu tradisi atau kebiasaan yang berlaku pada
g g g g g g g g g
145
dalam jual beli, ataupun kebiasaan masyarakat yang memuliakan
g g g g g g g g
tersebut.
g
pertalian
g g darah. g Adapun kebiasaan
g sebagian
g g bangsa g Arab,
menikahkan anaknya dengan anak saudara laki-lakinya adalah lebih
g g g g g g g g
ketika hari raya Islam, membawa kado atau hadiah pada acara
g g g g g g g g g g
syara’, kebiasaan yang seperti inilah yang harus diberantas dan tidak
g g g g g g g g g g
masyarakat yang sering kita lihat pada saat adanya event-event akbar
g g g g g g g g g g
146
seperti piala dunia, di mana orang-orang saling bertaruh menentukan
g g g g g g g g g
dalam
g g mempergunakan g lafal/ungkapan tertentu
g untuk
g
seluruh daerah.
g g
terbagi dua:
g g
147
1) Al-urf al-sahih ( العرف الصحيحg ) adalah kebiasaan yang berlaku
g g g g g g g g g g
g dengan nash. g
Contoh: dalam
g g masa g pertunangan, pihak
g g laki-laki
g memberikan hadiah kepada pihak wanita dan ini tidak g g g g g g g
g sebelas juta. g
5. Kehujjahan 'Urf
g g
hukum, jika tidak ada nash. Bahkan mereka juga sepakat bahwa hukum-
g g g g g g g g g g g
Urf tergolong salah satu sumber hukum dari ushul fiqih yang
g g g g g g g g g
ٱْل ِهلِي ِ ِ
وأ أع ِر أg بِٱلأعُأرفg وأ ُم أرg ٱلأع أفوg ُخذ
أg ع ِنg ض
Terjemahan: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan
g g g g g g g
Al-‘Urf dalam
g ayat
g g tersebut, yang
g manusia
g disuruh
g
sesuatu yang telah dianggap baik sehingga telah menjadi tradisi dalam
g g g g g g g g g g
148
suatu masyarakat. Kata al-ma‘ruf artinya sesuatu yang diakui baik oleh
g g g g g g g g g g
hati. Ayat di atas tidak diragukan lagi bahwa seruan ini didasarkan
g g g g g g g g g g g
pada pertimbangan kebiasaan yang baik pada umat, dan hal yang
g g g g g g g g g g
Kata al-ma‘ruf ialah kata umum yang mencakup setiap hal yang diakui.
g g g g g g g g g g g
Oleh karena itu kata al-ma‘ruf hanya disebutkan untuk hal yang sudah
g g g g g g g g g g g
mazhab-mazhab
g g tersebut, sehingga
g g ‘Urf dimasukkan
g kedalam
g
dan mengakui adat atau tradisi itu selam tidak bertentangan dengan
g g g g g g g g g g
Al-Qur’an
g g dan Sunnah
g g Rasulullah. g Kedatangan g Islam g bukan
menghapuskan sama sekali tradisi yang telah menyatu dengan
g g g g g g g g
serta ada pula yang dihapuskan. Misal adat kebiasaan yang diakui,
g g g g g g g g g g
149
g kalangan malikiyyah, dan selanjutnya oleh kalangan Hanabilah dan
g g g g g g g
Terjemahan: “Jadilah
g g engakau g pemaaf g dan suruhlah
g g orang
g mengerjakan yang ma’ruf (al-‘urfi), serta berpalinglah dari orang-
g g g g g g g
dan mengakui adat atau tradisi itu tidak bertentangan dengan Al-
g g g g g g g g g g
serta ada pula yang dihapuskan. Misal adat kebiasaan yang diakui,
g g g g g g g g g g
F. SADDU ADZ-ZARI'AH
g g
150
Setiap pebuatan yang secara sadar dilakukan oleh seseoang pasti
g g g g g g g g
perbuatan yang dituju itu baik atau buruk, mendatangkan manfaat atau
g g g g g g g g g g
atau pendahuluan.
g g
diatur syara’ dan termasuk kedalam hukum taklifi yang lima atau disebut
g g g g g g g g g g g
diatur sendiri hukumnya oleh syara’ dan ada yang tidak diatur secara
g g g g g g g g g g g
langsung.
g
kewajiban wudhu itu sendiri telah diatur hukumnya oleh Al-Qur’an. Jelas
g g g g g g g g g g
dalam hal ini antara wudhu (perantara) dan shalat yang menjadi
g g g g g g g g g g
151
Contoh lain adalah membunuh tanpa hak merupakan perbuatan haram
g g g g g g g g g
yang harus dijauhi, tetapi untuk menghindar dari membunh tanpa hak
g g g g g g g g g g
yang belum jelas konteks hukumnya yang dalam makalah ini disebut
g g g g g g g g g g
tema pokok dengan kaidah dan prinsip tertentu. Karenanya dalam kajian
g g g g g g g g g g
itu Saddu Dzari’ah menjadi hal yang penting untuk dikaji kaitannya
g g g g g g g g g g
1. Definisi
g
yang terdiri dari dua kata, yaitu sadd ( )س ُّدdan al-dzarỉ‘ah ()الذ ِريأعة. Secara
g g g g g g g g g g g g
dari سدًّاg ي ُس ُّدg س َّد. Kata as-sadd tersebut berarti menutup sesuatu yang
g g g g g g g g g
cacat atau rusak dan menimbun lobang. Sedangkan al-dzarỉ‘ah ()الذ ِريأعة
g g g َّ g g g g g g
merupakan kata benda (isim) bentuk tunggal yang berarti jalan, sarana
g g g g g g g g g g
pemburu agar bisa mendekati binatang liar yang sedang diburu. Sang
g g g g g g g g g g
pemburu berlindung di samping onta agar tak terlihat oleh binatang yang
g g g g g g g g g g g
diburu. Ketika onta sudah dekat dengan binatang yang diburu, sang
g g g g g g g g g g
152
pemburu pun melepaskan panahnya. Karena itulah, menurut Ibn al-
g g g g g g g g g
ada kalanya dilarang yang disebut Saddu Dzari’ah, dan ada kalanya
g g g g g g g g g g
tidak
g g termasuk kedalam
g dzari’ah
g tetapi
g g dikategorikan g sebagai
g muqaddimah (pendahuluan) dari suatu perbuatan Menurut al-Qarafi,
g g g g g g
sadd al-dzarỉ‘ah adalah menolak sesuatu yang boleh (jaiz) agar tidak
g g g g g g g g g g
menutup
g g jalan yang
g g menuju g kepada g perbuatan g yang terlarang.
g
153
tertentu yang pada dasarnya diperbolehkan maupun dilarang untuk
g g g g g g g g
Pada dasarnya, tidak ada dalil yang jelas dan pasti baik menurut
g g g g g g g g g g
antaranya yaitu:
g g g
a) Al-Quran
Di antara firman Allah yang digunakan sebagai sumber hukum
g g g g g g g g
g mereka sembah selain Allah, Karena mereka nanti akan memaki Allah
g g g g g g g g g
Pada ayat di atas, mencaci maki tuhan atau sembahan agama lain
g g g g g g g g g g
yang dilarang, yaitu mencaci maki Tuhan. Sesuai dengan teori psikologi
g g g g g g g g g g
mencaci. Karena itulah, sebelum balasan caci maki itu terjadi, maka
g g g g g g g g g g
sadd adz-dzari’ah.
g g
154
َ ُ ُ ُ ُ ُ َ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ ٰۤ
َوg gؕ اس َم ُعواg َوg انظرناg قولواg َوg اع َنا
g
ِ رَ g او لتقوg لg امنواg ال ِذینg یایہا
َ َ
ا ِلیمg َعذابg ِللک ِف ِری َنg g
“dengarlah”. dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih. (QS.
g g g g g g g g g g
Al-baqarah: 104).
g g
mengejek
g g dan g menghina g Rasulullah SAW.
g g Mereka
menggunakannya dengan maksud kata raa’inan ()ر ِعنًا
g َ sebagai g g g g g g
b) As-Sunnah
ْ َ َ
الﻜُفَّا ِرg َمِنg رﺟُلًاgَ ُلَِقیْﺖg ِإنg َأ َرٓأیْﺖg ِاﷲg یَا َر ُٓسْو َلg قَا َل
َ
مﱢنﻲgِ لَاذg َّﺛُمg ﻓَقَﻄََعﮭَاg ِﺑِالَّﺴیْﻒg ي َّ َیَﺪg إﺣْﺪَىgِ ﻓَﻀَرَ َبg ﻓَقَاتَلِنﻲg
ْ َأنg َﺑعْﺪgَ ِاﷲg َر ُٓسْو َلg یَاg ُ َأﻓَﺄَْقﺘُلُﮫg ِلِلﮫg ُ َأسَْلمْﺖg ﻓَقَا َلg ﺑَِﺸﺠَرَةg
g ُتَْقﺘُلُﮫg لَاg َ َوسَلَّمg ِعََلیْﮫg ُاﷲg ﺻََّلﻰg ِاﷲg َر ُٓسْو ُلg قَا َلg قَاَلﮭَاg
155
قَا َلg َّﺛُمg یَﺪِيg َقﻄَﻊgَ ْقَﺪg ُإنَّﮫgِ ِاﷲg َر ُٓسْو َلg یاgَ ُﻓَقُلْﺖg قَا َلg
ُ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ
اﷲg ﺻَلَّﻰg ِاﷲg رٓسْولg قَالg ُأﻓَﺄَْقﺘُلُﮫg قَﻄَعﮭَاg أنg َﺑعْﺪgَ َذلِﻚg
َیَقُْولg َأ ْٓنg َقَْﺒﻞg َﺑَمنْﺰِلَﺘِﻚgِ ُقﺘَلْﺘَﮫgَ ﻓَﺈِ ْنg ُلَاتَقْﺘُلُﮫg َ َوسَلَّمg ِعََلیْﮫg
قَا َلg اَّلﺘِﻲg ُﻛَِلَمﺘُﮫg
Artinya: “Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku bertemu
g g g g g g g
dengan salah seorang dari kaum kafir lantas dia memerangi aku. Lalu dia
g g g g g g g g g g g g
makna hadits ini adalah bahwa sesungguhnya orang yang membunuh itu
g g g g g g g g g g
kebenaran
g g dan g mempraktekkan perbuatan
g dosa.
g Karena
g g begitu
banyaknya jenis perbuatan dosa, maka dosa orang kafir tersebut
g g g g g g g g g
c) Kaidah Fiqh g
156
حرامg فهوg احلرامg إىلg أداءg ما
Maksudnya: “Apa yang membawa kepada yang haram maka hal tersebut
g g g g g g g g g
kemaslahatan.
g
seperti
g khalwat
g g (pacaran) yang
g tidak
g g menjadi g sebab g terjadinya
percampuran keturunan, tetapi dia menjadi perantara kepada zina yang
g g g g g g g g g
menimbulkan kerusakan.
g g
perbuatan di tinjau dari segi akibatnya yang di bagi menjadi empat, yaitu:
g g g g g g g g g g g g
kedalamnya.
g
157
yakin karena menutup pintu (saddu dzari’ah) adalah wajib
g g g g g g g g
hukumnya haram.
g g
7. Macam-macam Sadduzzari'ah g
masa iddah.
g g
dipinang.
g
1. Dengan memandang
g g kepada akibat
g (dampak)
g g yang
gditimbulkannya, Ibn Qayyim membagi dzari’ah menjadi empat, g g g g g g
gyaitu:
158
a. Dzari’ah yang memang pada dasarnya membawa kepada
g g g g g g
gyang membawa
g g kepada g kerusakan akal
g atau
g g mabuk,
gperbuatan g zina yang
g g membawa g pada g kerusakan tata
g
gketurunan.
gmelakukannya.
gterkadang membawa
g kepada
g kerusakannya
g lebih
g g kecil
gdibanding kebaikannya. Contoh dalam hal ini melihat wajah
g g g g g g g
gsetiap orang yang keluar dari rumah itu pasti akan terjatuh ke
g g g g g g g g g g
159
boleh saja. Namun penggalian yang dilakukan dalam kondisi
g g g g g g g
besar
g g akan g timbul g kerusakan atau
g akan
g g dilakukannya
perbuatan
g g g yang di larang. Umpamanya menjual anggur
g g g g g
anggur itu boleh-boleh saja dan tidak mesti pula anggur yang
g g g g g g g g g g
tersebut,
g g kemunngkinan g besar g akan digunakan
g untuk
g
kebanyakannya.
g g Hal g ini berarti
g g bila g dzari’ah g itu g tidak
dihindarkan sering kali sesudah itu akan mengakibatkan
g g g g g g g
al-dzari’ah
g g dalam g bentuk g kehati-hatian yang
g dietapkan
g
tidak pernah ditetapkan oleh nash atau ijma’. Oleh karena itu
g g g g g g g g g g
cara seperti ini ditolak, sesuai dengan firman Allah dalam surat
g g g g g g g g g g
ح ون ِ ِ َِّ g
ُ يُ أف لg الg ا لأ ك ذ بg اّلل
160
Terjemahan: “Janganlah kamu katakan berdasarkan ucapanlisanmu
g g g g g
menolak
g sadduzzari'ah
g g secara g keseluruhan g dan tidak
g
sadd
g al-dzarỉ‘ah
g g merupakan salah
g g satu metode
g g pengambilan
keputusan hukum (istinbâth al-hukm) dalam Islam. Namun dilihat dari
g g g g g g g g g
hukum.
g
metode
g dalam
g menetapkan
g hukum.
g Secara
g g umum berbagai
g
dan ushul fikih mereka sehingga bisa diterapkan lebih luas. Imam
g g g g g g g g g g
kitabnya al-Muwâfaqât.
g g
161
2. Kelompok kedua, yang tidak menerima sepenuhnya sebagai
g g g g g g
gmazhab Syafi’i. Dengan kata lain, kelompok ini menolak sadd al-
g g g g g g g g g
gatau sawah. Hal ini menurut beliau akan menjadi sarana (al-
g g g g g g g g g
gmenjual mobil secara kredit selama 3 tahun dengan harga Rp. 150
g g g g g g g g g g
gmobil secara kredit seharga Rp. 150 juta dan secara tunai seharga
g g g g g g g g g g
162
gRp. 100 juta. Barang yang diperjualbelikan seolah sia-sia dan tidak
g g g g g g g g g
gbermakna apa-apa. g
gsah secara formal. Adapun aspek batin dari niat buruk si penjual
g g g g g g g g g g
lafzh) dalam akad (al-’aqd), bukan niat dan maksud si penjual yang
g g g g g g g g g g
gterbukti.
3. Kelompok ketiga, yang menolak sepenuhnya sebagai metode
g g g g g g
163
tentang al-ihtiyâth (kehati-hatian dalam beragama). Sadd al-
g g g g g g g
ijma’ (qath’i). Sesuatu yang telah jelas diharamkan oleh nash tidak
g g g g g g g g g g
yang kuat dari nash yang jelas atau ijmâ’. Hukum tidak bisa
g g g g g g g g g g g
Maliki, Syafi’i, dan Hambali, hanya berpusat pada satu kasus, yaitu
g g g g g g g g g g
jual beli kredit. Selain kasus itu, para ulama empat mazhab banyak
g g g g g g g g g g g
hukum tertentu.
g g
164
berdasarkan
g zhâhir
g (fenomena)
g al-nash
g (teks)
g g dan g zhahir
(fenomena) al-fi’l (perbuatan).
g g g
tekstual nash juga bisa berbahaya. Hal itu karena sikap demikian
g g g g g g g g g g
jelas bisa terjadi, apalagi jika telah melewati penelitian ilmiah yang
g g g g g g g g g
perlu dilakukan.
g g
halal.
g
mahram.
g
165
9. Pengertian Fathu az-dzara’i’
g g g
Maliki dan Hambali, al-dzarỉ'ah memang ada yang dilarang dan ada yang
g g g g g g g g g g g
atau diperintahkan.
g g gg
Jum’at adalah wajib, maka wajib pula berusaha untuk sampai ke masjid
g g g g g g g g g g g
dan meninggalkan perbuatan lain. Contoh lain adalah jika menuntut ilmu
g g g g g g g g g g
adalah sesuatu yang diwajibkan, maka wajib pula segala hal yang
g g g g g g g g g g
menjadi
g g tujuannya. g Pelaksanaan atau
g pelarangan
g suatu
g sarana
g
banyak di kalangan ahli Ushûl alFiqh (Usul Fikih). Hal itu karena fath al-
g g g g g g g g g g g g g
166
“Jika suatu kewajiban tidak sempurna dilaksanakan tanpa suatu hal
g g g g g g g g g
tertentu, maka hal tertentu itu pun wajib pula untuk dilaksanakan”.
g g g g g g g g g g
ini pula yang menjadi salah satu faktor yang membuat perbedaan
g g g g g g g g g g
Dzara’i adalah persoalan yang harus diketahui umat Islam, hal ini
g g g g g g g g g
g tawanan/sandera.
2. Menyuap seseorang atau pihak tertentu untuk keputusan g g g g g g
g mengeluarkan uang/harta. g
g tersebut.
4. Memberikan potongan harga/menurunkan harga bagi calon g g g g g
g wajib.
167
perbuatan lain yang dilarang, maka secara umum hal itu bisa
g g g g g g g g g g
1. Motif atau
g g tujuan g yang g mendorong seseorang
g g untuk
g melaksanakan suatu perbuatan, apakah perbuatan itu akan g g g g g g
g perempuan talak
g g tiga g adalah karena
g sekadar
g g untuk
g menghalalkan si perempuan untuk dinikahi oleh mantan g g g g g g
F. MAZHAB SHAHABI
g g
segalanya. Hal ini dapat kita ketahui dari kisah para sahabat dalam
g g g g g g g g g g g
168
gmempertahankan aqidah mereka, meskipun harus disiksa dan didera g g g g g g g
goleh berbagai siksaan dan cacian dari kafir quraisy. Mereka adalah
g g g g g g g g g
ggenerasi yang patut kita jadikan teladan, baik dari kuatnya keimanan,
g g g g g g g g g
gsampai pada kita dari sahabat baik itu berupa perkataan, perbuatan
g g g g g g g g g
gIslam. Fatwa sahabat (Mazhab Shahabi) salah satu dalil yang masih
g g g g g g g g g
gdalam menetapkan suatu hukum. Sehingga hal itu sangatlah penting bagi
g g g g g g g g g
tentang dalil syara’ yang ditolak, seperti yang dilakukan Asnawi dalam
g g g g g g g g g g
yang tinggi dalam dalil syara’ karena kehujjahannya diterima semua pihak,
g g g g g g g g g g
bebas dari kritik. Namun dari beberapa literatur yang menjelaskan hakikat
g g g g g g g g g g
masalah ijtihad” g
tentang suatu kasus yang dinukil oleh para ulama, baik berupa fatwa
g g g g g g g g g g g
169
maupun ketetapan hukum, yang tidak dijelaskan dalam ayat atau hadits.
g g g g g g g g g g
cukup lama.
g g g
shahallahu
g g alaihi g wa g sallam. g Yang g dimaksud g dengan Madzhab
g
suatu kasus yang dinukil para ulama, baik berupa fatwa maupun ketetapan
g g g g g g g g g g g
oleh para ulama ushul fiqh adalah, apabila pendapat para sahabat itu
g g g g g g g g g g g
kepada umat Islam dan membentuk hukum untuk mereka, kelompok dari
g g g g g g g g g g
sahabat yang telah mengenal fiqh dan ilmu, dan merekalah yang telah
g g g g g g g g g g g
sunah-sunah Rasul.
g g
terjangkau oleh pendapat dan akal sebagai hujjah bagi umat Islam, karena
g g g g g g g g g g g
ucapan itu tidak boleh tidak diucapkan karena mendengar dari Rasul,
g g g g g g g g g g
seperti ucapan Aisyah r.a.: “Tidaklah berdiam kandungan itu dalam perut
g g g g g g g g g g
170
ibunya lebih dari dua tahun, menurut kadar ukuran yang dapat mengubah
g g g g g g g g g g g
Contoh ini tidak dapat menjadi tempat ijtihad dan pendapat, oleh
g g g g g g g g g
sebab itu apabila hal tersebut sah, sumbernya adalah pendengaran dari
g g g g g g g g g g
Rasul, maka termasuk Sunnah, sekalipun pada lahirnya ialah dari sahabat.
g g g g g g g g g g
Dan tidak ada perselisihan juga bahwa ucapan sahabat yang yang
g g g g g g g g g
tidak diketahui dari kalangan sahabat lain adalah yang menentang, adalah
g g g g g g g g g g
juga hujjah bagi umat Islam, karena kesepakatan mereka atas hukum
g g g g g g g g g g
atas bersandar mereka kepada dalil yang pasti. Hal ini seperti ketika
g g g g g g g g g g g
perempuan dengan bagian 1/6 (seperenam), maka itu adalah hukum yang
g g g g g g g g g g
wajib diikuti, dan dalam masalah itu tidak diketahui ada perselisihan antara
g g g g g g g g g g g
umat Islam.
g g
semua masalah yang muncul atau timbul dalam umat akan langsung
g g g g g g g g g g
memberikan
g g jawaban g dalam g penyelesaiannya. g Setelah g Rasulullah
Shahallahu alaihi wa sallam meninggal dunia, maka kelompok sahabat
g g g g g g g g g
fatwa-fatwa sahabat ini diriwayatkan oleh tabi’in, tabi’it tabi’in, dan orang-
g g g g g g g g g g
Pribadinya”
g
Jadi perkataan atau fatwa atau hasil ijtihad seorang sahabat nabi
g g g g g g g g g
Qaul Shahabi atau Qaul Sahabat. “Qaul Shahaby” pada sebagian kitab-
g g g g g g g g g g
kitab Ushul Fiqh sering disebut juga dengan “Mazhab Sahabat”, tetapu
g g g g g g g g g
171
perlu diketahui bahwa hal itu bukanlah dimaksudkan sebagai ijma’
g g g g g g g g g
diantaranya :
g g
ijtihad.
g
g Syafi’iyah, bahwa
g hal-hal
g tersebut
g adaah
g g permasalahan-
permasalahan yang bisa dijadikan objek ijtihad. Dan pada g g g g g g g
kategori ijma’.
g g
172
4. Perkataan sahabat yang berasal dari pendapatnya atau ijtihad
g g g g g g g
nya sendiri.
g g
Adapun Dr.
g g Muhammad g Sulaiman Abdullah
g al-Asyqar
g
2) Perkataan seorang
g sahabat
g g yang berlandaskan
g
g sahabat.
tidak bisa terjangkau oleh pendapat dan akal sebagai hujjah bagi ummat
g g g g g g g g g g g
islam, karena ucapan itu tidak boleh tidak diucapkan karena mendengar
g g g g g g g g g g
Dan tidak ada perselisihan juga bahwa ucapan sahabat yang tidak
g g g g g g g g g
terhadap
g g rahasia-rahasia pembentukan
g ghukum, g juga g atas dasar
g
173
adalah sebagai dasar bersandar mereka kepada dalil yang pasti. Hal ini
g g g g g g g g g g g
perempuan dengan bagian 1/6, maka itu adalah hukum yang wajib diikuti,
g g g g g g g g g g g
dan dalam masalah itu tidak diketahui ada perselisihan antara ummat
g g g g g g g g g g
islam.
g
dari ro’yu (pendapat)nya, serta belum terdapat pada ucapan itu kata
g g g g g g g g g g
mufakat dari sahabat. Kemudian Abu Hanifah dan para ulama yang
g g g g g g g g g g
”Apabila saya tidak mendapat (hukum) dalam kitabullah dan juga tidak
g g g g g g g g g
sahabat
g g Rasulullah g yang saya kehendaki pula, kemudian saya
g g g g g
memperkenankan
g g menentang g pendapat-pendapat g mereka g secara
keseluruhan. Dia juga tidak memperkenankan melakukan Qiyas terhadap
g g g g g g g g
maka dalam hukum itu berarti tidak ada pendapat yang ketiga (artinya
g g g g g g g g g g g
hanya ada dua pendaapat saja), dan perselisihan mereka kepada tiga
g g g g g g g g g g
pendapat adalah ijma’ di antara mereka bahwa dalam hukum itu berarti
g g g g g g g g g g g
tidak ada pendapat yang keempat (artinya hanya ada tiga pendapat
g g g g g g g g g g
174
tentang apakah mazhab shahabi itu menyangkut beberapa segi
g g g g g g g g
pembahasan, yaitu:
g g g
selain sahabat,
g g g
atau melalui cara lain. Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini,
g g g g g g g g g g g
yaitu:
g
ta’abbudi atau hal lain yang secara qath’I berasal dari Nabi),
g g g g g g g g g g
fiqh,
g g yaitu g Ibn Subki
g dan
g al-Asnawi,
g g yang mengajukan
g
namun hal ini lemah sifatnya karena hal ini juga berlaku
g g g g g g g g g g
175
mempunyai kekuatan yang mengikat terhadap sahabat
g g g g g g
bahwa
g g pendapat g seorang g sahabat tidak
g mempunyai
g
gsahabat bagi orang lain yang selain sahabat, seperti tabi’in (generasi
g g g g g g g g g
gberikutnya:
1. Pendapat kalangan ulama yang terdiri dari ulama kalam Asy-ariyah
g g g g g g g g
dan Mu’tazilah, Imam Syafi’i dalam satu qaul-nya, Ahmad dalam satu
g g g g g g g g g g
hujjah bagi generasi sesudahnya. Pendapat inilah yang dipilih oleh al-
g g g g g g g g g g
Amidi.
Mereka mengemukakan argumentasi sebagai berikut:
g g g g
gmustahil.
c. Sahabat g mengemukakan g pendapatnya g berdasarkan g hasil
gijtihadnya, bukan berdasarkan g g g taufiq, g sehingga ada
g g kemungkinan
176
pendapatnya itu salah. Karenanya, pendapat sahabat itu
g g g g g g g g tidak
berdaya hujjah terhadap yang lain.
g g g g g
2. Pendapat dari kalangan ulama yang terdiri dari: Malik ibn Anas, al-
g g g g g g g g g g g
Razi, al-Barza’I dari sahabat Abu Hanifah, al-Syafi’i dalam salah satu
g g g g g g g g g
qaul-nya (qaul qadim), dan Ahmad dalam salah satu riwayatnya. Mereka
g g g g g g g g g g
b. Sabda Nabi g
177
a) Pendapat sahabat dapat berdaya hujjah bila pendapat itu g g g g g g g
dikemukakan
g g al-Mahalli, g bahwa g para g sahabat itu
g g biasa g
sahabat boleh ber-taqlid kepada sahabat. Dalam hal ini ada dua
g g g g g g g g g g
pendapat:
g
al-Burhan,
g g mengatakan tidak boleh. Alasannya adalah bahwa tidak g g g g g g
telah dibukukan oleh para muridnya. Hal ini bukan karena kualitas ijtihad
g g g g g g g g g g g
imam yang empat lebih tinggi dari ijtihad sahabat. Pendapat seperti ini
g g g g g g g g g g g
baru)-nya.
g
boleh ber-taqlid
g g g kepada seorang mujtahid sesudah masa sahabat,
g g g g g
178
5. Qaul qadim (pendapat lama) dari al-Syafi’i mengatakan boleh ber-taqlid
g g g g g g g g g
kepada sahabat
g g g asalkan pendapatnya
g g itu sudah
g g tersebar luas,
g
dan salah
g g g pemahamannya, maka hal ini tidak jadi hujjah. g g g g g g
Di antara Ulama yang setuju dengan qaul shahabi untuk menjadi hujjah
g g g g g g g g g g
ialah Imam Malik, Ar Razi, Hanafiyyah, Syafi’i (Qaul Qadim), Ahmad bin
g g g g g g g g g g g
179
a) QS: An Nisa’ : 110
g g g g g
َّرِح ًيماg
Terjemahan: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
g g g g g g g g
tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman,
g g g g g g g g g g g g
ٱلأع ِظ ُيمg ٱلأف أوُزg ذلِكg g أب ًداg ٓفِيهاg خلِ ِدينg
Terjemahan: “ Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
g g g g g g g g
orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka
g g g g g g g g g
dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka
g g g g g g g g g g
c) Ijma’
g
180
d) Dalil Aqli (logika)
g g g
antara lain:
g g
g alasan.
Terdapat suatu pendapat yang menyatakan bahwa suatu kaum g g g g g g g
menyetujui qaul shahabi menjadi hujjah hanya qaul Abu Bakar dan Umar
g g g g g g g g g g g
bahwa qaul shahabi menjadi hujjah hanya khusus pada shahabat ahli
g g g g g g g g g g
fatwa.
g
Golongan Ulama yang menolak qaul shahabi menjadi hujjah antara lain
g g g g g g g g g
a) QS. Al Hasyr :2
َْ
g g g g
ُ ْ َﻓ
َ ٱْل ْﺑ
ص ِر g َيﺄو ِلىg ٱع َﺘ ِب ُروا
Artinya: “ ……Maka ambillah kejadian itu untuk menjadi pelajaran wahai
g g g g g g g g g
b) Dalil Ijma’
g g
181
c) Dalil aqli (Logika)
g g g
peluang salah atau lupa. Sama halnya dengan para tabi’in yang juga
g g g g g g g g g g g
masuk golongan mujtahid. Oleh karena itu, Mujtahid generasi tabi’in dan
g g g g g g g g g g
d) Fakta Historis
g g
satunya ialah ketika Anas bin Malik (golongan Shahabat) ditanya tentang
g g g g g g g g g g
keistimewaan Nabi. Bukan suatu rahasia lagi bahwa antar para sahabat
g g g g g g g g g g
karena
g pendapat
g g mereka g itu g adalah pendapat
g ijtihad’
g secara
g
sahabat itu boleh menentang (pendapat) sahabat lain, berarti juga para
g g g g g g g g g g
fatwa\ kecuali dari sisi yang positif, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah”. Atau
g g g g g g g g g g g
dari pendapat yang di sepakati oleh para ilmuwan yang mereka tidak
g g g g g g g g g g g
182
5. Pandangan 4 Mazhab terhadap Mazhab Shahabi7
g g g g g g
hujjah syar’iyyah:
g g
1. Madzhab Hanafi
g g
yang yang tidak dapat dijangkau oleh qiyas. Dalam hal ini, mereka
g g g g g g g g g g g
hujjah atas qiyas. Ada pula yang memandangnya bukan sebagai hujjah.
g g g g g g g g g g g
2. Madzhab Maliki
g g
3. Madzhab Syafi’i
g g
Sedangkan sikap Imam Asy Syafi’i sendiri ialah, meski dalam qaul qadim
g g g g g g g g g g g
mengakui qaul shahabi sebagai hujjah, akan tetapi dalam qaul jadid
g g g g g g g g g g
beliau hanya menerima qaul shahabi sebagai hujjah ketika dalam qaul
g g g g g g g g g g
7
Muchamad Coirun Nizar, ” Qaul Shahabi dan Aplikasinya dalam Fiqh Kontemporer”, dalam
jurnal.unissula Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 20-38.
183
4. Madzhab Hanbali
g g
sikap madzhab Hanafi dan Maliki yaitu menerima qaul shahabi sebagai
g g g g g g g g g g
hujjah ketiga setelah Alquran dan sunnah. Bahkan Imam Ahmad lebih
g g g g g g g g g g
dhaif.
g
dapatkah qaul shahabi yang keluar dari salah seorang sahabat menjadi
g g g g g g g g g g
hujjah bagi sahabat lain. Dalam hal ini, Ulama’ sepakat mengingkari
g g g g g g g g g g
shahabi dijadikan hujjah bagi umat setelah masa sahabat, maka Ulama’
g g g g g g g g g g
menyalahi qiyas.
g g
saja.
g
184
Sebab memiliki peluang benar dan salah. Qaul shahabi tersebut dapat
g g g g g g g g g g
menjadi hujjah yang diikuti ketika memiliki sandaran dalam bentuk nash
g g g g g g g g g g
g Shahabi
Menurut imam empat Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali
g g g g g g g g
bahwa Qaul Shahabi dapat dibuat hujjah. Bahkan di antara mereka ada
g g g g g g g g g g g
Imam Asy-Syaukani
g besar
g dilingkungan
g g keluarga yang
g
aqidah madzhab salaf, dimana sifat-sifat Allah baik yang ada dalam Al-
g g g g g g g g g g g
dari pendapat Qadli Abu Bakar, al-Amidy, Ibn Hajih, dan lain-lainnya.
g g g g g g g g g g
Namun setelah itu para ulama terjadi perbedaan pendapat tentang Qaul
g g g g g g g g g g
shahabi yang semata-mata hasil ijtihad, apakah dapat dibuat hujjah oleh
g g g g g g g g g g
dari beberapa masalah yang bersifat Ijtihad. Dan jika Qaul Shahabi itu
g g g g g g g g g g g
timbul buka dari ijtihad, maka qaul shahabi bukanlah termasuk yang saya
g g g g g g g g g g g
tentang. Namun yang benar qaul shahabi tidak dapat dijadikan hujjah.
g g g g g g g g g g
185
Karena Allah tidak mengutus umat didunia ini kecuali Nabi Muhammad
g g g g g g g g g g
shahallahu alaihi wa sallam, dan tidak bagi kita kecuali Rasul satu dan
g g g g g g g g g g g g
dibebani taklif syar’i dan harus mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
g g g g g g g g g g
dan As-Sunnah dan sesuatu yang kembali kepadanya maka orang itu
g g g g g g g g g g
bebicara dalam masalah agama Allah dengan sesuatu yang tidak ada
g g g g g g g g g g
Allah.
g g
Karena suatu hukum untuk pribadi atau individu diri dari hamba Allah,
g g g g g g g g g g g
dimana perkataan mereka dapat dibuat hujjah bagi kaum muslimin yang
g g g g g g g g g g
Allah.
g g
hukum untuk para sahabat, walaupun orang yang bukan Rasul itu
g g g g g g g g g g
agung tetapi itu hanya dari segi keutamman dan ketinggian derajat dan
g g g g g g g g g g g
keagungan keadaan. Oleh, karena itu, salah satu dari merreka (sahabat)
g g g g g g g g g g
bukan termasuk sesuatu yang mendapat izin dari Allah dan tidak ada
g g g g g g g g g g g
186
Dari uraian diatas jelas bahwa pada dasarnya Imam Asy-Syaukani
g g g g g g g g
tidak menolak dan menetang Qaul shahabi yang bersifat tauqifi. Artinya
g g g g g g g g g g
bila diantara para sahabat itu ada yang mengatakan suatu masalah yang
g g g g g g g g g g g
mereka dengan alasan bahwa Allah tidak mengurus umat di dunia ini
g g g g g g g g g g g
kecuali hanya seorang nabi yang sekaligus sebagai seorang Rasul yaitu
g g g g g g g g g g
hanya satu yaitu Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan umat
g g g g g g g g g g
umat islam untuk mengikuti selain dari Nabi-Nya, begitu pula Alllah tidak
g g g g g g g g g g g
187
BAB IV g
Lafaz dari segi kejelasan maknanya terbagi kepada dua macam, yaitu
g g g g g g g g g g
lafaz yang jelas dan lafaz yang tidak jelas. Maksud dari lafaz yang jelas
g g g g g g g g g g g g g
yang jelas juga biasa disebut dengan zhahirud, maksud dari zhahirun
g g g g g g g g g g
adalah suatu lafaz yang menunjuk kepada makna yang dikehendaki oleh
g g g g g g g g g g
sighat (bentuk) lafaz itu sendiri, artinya untuk memahami makna dari
g g g g g g g g g g
kecuali dengan penjelasan dari luar lafaz itu. Lafaz yang tidak jelas juga
g g g g g g g g g g g g
188
biasa disebut dengan khafiyud dalalah, khafiyud dalalah adalah lafaz
g g g g g g g g g
yang pertama menurut Hanafiyah dan yang kedua jumhur ulama dan
g g g g g g g g g g
syafiïyah
g
1. Dzhahir
g
terminologinya yaitu; setiap lafadz atau kalam yang sudah jelas makna
g g g g g g g g g g g
sendiri, tanpa tergantung pada sesuatu yang lain dan juga tanpa angan-
g g g g g g g g g g g
angan baik lafadz itu tercetak karena makna yang dikehendaki itu atau
g g g g g g g g g g
asli dari konotasi bahasanya, maka hal itu dapat mengi'tibarkan kalam
g g g g g g g g g g
mengarah kepada maksud lain atau adanya dalil lain yang menunjukan
g g g g g g g g g g
g g Contoh lafaz zhahir yang ada dalam al-Qur’an seperti surah Al-
g g g g g g g g g
Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-
g g g g g g g g g g g
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.
g g g g g g g g g g g g
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
gggggggggggg Makna atau arti zhahir yang cepat yang dapat ditangkap dari ayat
g g g g g g g g g g
189
kebolehan menikahi perempuan sebanyak dua, tiga, atau empat orang.
g g g g g g g g g g
Akan tetapi makna zhahir tersebut bukanlah maksud utama ayat, kalau
g g g g g g g g g g
yang boleh dikawini atau dinikahi yaitu empat orang dan maksud
g g g g g g g g g g
ada makna lain selain makna yang telah ditangkap secara langsung.
g g g g g g g g g g
2. Nash
g g
maksud asli lafadz secara jelas, melalui konotasi lafadz tersebut dengan
g g g g g g g g g g
sandarkan kepada suatu dalil atau pentakwilanya berada jauh dari ma'na
g g g g g g g g g g
dzohirnya, kedudukan nash bersifat tetap hukumnya Qat'i dan yakin. Dan
g g g g g g g g g g
oleh konteksnya. Lafaz nash merupakan bentuk lafaz yang lebih jelas
g g g g g g g g g g
dari lafaz zhahir yang dijelaskan oleh lafaz itu sendiri dengan adanya
g g g g g g g g g g g
190
g g maksud pembicara itu sendiri. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa
g g g g g g g g
g Untuk lebih jelas tentang lafaz nash dan perbedaan dengan lafaz
g g g g g g g g g
zhahir, dapat dicontohkan melalui ayat riba yang telah diuraikan pada
g g g g g g g g g g
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
g g g g g g g g g g
gggggggggggggggg Lafaz nash dari ayat ini menunjukkan makna perbedaan antara
g g g g g g g g
jual beli dan riba dari segi halal dan haram. Makna ayat (sebagai makna
g g g g g g g g g g g g g
zhahir) pada makna kehalalan jual beli dan keharaman riba. Sementara
g g g g g g g g g g
3. Mufassar
g
ma'na serta maksud lafadznya secara lebih jelas dari pada pada dzohir
g g g g g g g g g g g
dan nash serta tidak mungkin ditakwil atau ditakhsis akan tetapi
g g g g g g g g g g
Bayanu
g g at-Taqrir. g Yaitu g suatu g keterangan /
g g penjelasan g yang
menghilangkan kemngkinan untuk ditahsisnya suatu lafadz apabila lafadz
g g g g g g g g
itu umum dan kamungkinan majaz dan ditakwilnya suatu lafadz yang
g g g g g g g g g g
khos ( khusus ) dan menjadikan lafadz itu lebih kuat. kedua: Bayanu at-
g g g g g g g g g g g g g
Tafsir. Yaitu
g g suatu suatu
g penjelasan
g atau
g g keterangan g yang
menghilangkan kesamaran dalam suatu lafadz dan menjadikanya lebih
g g g g g g g g
jelas.
g
191
masa nabi, dengan syarat apabila hukumnya tersebut bersifat Juz'i;
g g g g g g g g g
pada masa Nabi dan pada saat turunnya wahyu berlangsung, adapun
g g g g g g g g g g
terhadap maknanya lebih jelas daripada lafaz zhahir maupun lafaz nash.
g g g g g g g g g g
ُ ْ َ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َّ َ َ ْ ُ َن
g
ﺛ َم ِن َينg وه ْم ﻓٱﺟ ِلﺪg شهﺪاءg ِﺑﺄربع ِةg َيﺄتواg ل ْمg ﺛ َّمg صن ِﺖ ٱْلحg يرموg وٱل ِذين
ْ َ ُ َ َ ُ َ ْ
ٱل َف ِﺴ ُقو َنg ُه ُمg َوأول ِئ َﻚg g أ َﺑ ًﺪاg َش َه َﺪ ًةg ل ُه ْمg َت ْق َﺒلواg َولg َﺟل َﺪ ًةg
Terjemahan: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-
g g g g g g g
baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi,
g g g g g g g g g
Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera”.
g g g g g g g g g g g
(QS. An-Nur: 4)
g g
dan pengertian angkan delapan puluh kali itu tidak dapat diubah dengan
g g g g g g g g g g g
4. Muhkam
g
dan
g g nasakh. Hal
g tersebut
g g karena g lafadz Muhkam
g g menyangkut
192
gpermasalahan asasi, seperti halnya Ushulul Iman, Ushulul fadhail dan g g g g g g g g
gLidzatihi yaitu suatu konsensus hukum yang terambil dari dzat nash
g g g g g g g g g
gtersebut. Sebagaimana Firman Allah {Innalaha Bii kulli syain Alim} maka
g g g g g g g g g
gsifat alim bagi Allah bersifat qadim azali yang artinya yang ada pada
g g g g g g g g g g g
gterhukumi disebabkan perkara lain diluar nash, yaitu setiap Nash yang
g g g g g g g g g
gwahyu kerana wafatnya Nabi Saw., Maka hukum tersbut (dapat) datang
g g g g g g g g g
gdari perkara lain diluar Nash, hal tersebut meliputi berbagi macam dilalah
g g g g g g g g g g
goleh Allah dan Rasul-Nya. Dengan kata lain lafaz ini tidak menerima ta’wil
g g g g g g g g g g g
Lafaz muhkam terkait ayat dan hadis Nabi Saw memiliki dua bentuk.
g g g g g g g g g g
َع ِليمg ش ْىءg ِﺑك ِﻞg ٱّلل g أنg وٱعلمواg ٱّللg َو َّٱت ُقواg
Terjemahan :
g g “Dan bertakwalah
g g kepada Allah
g g serta g ketahuilah
gbahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah:
g g g g g g g
g231)
Sifat al-‘ilm ( mengetahui) merupakan salah satu sifat yang melekat
g g g g g g g g g
gpada zat Allah Swt, tidak mungkin mengandung naskh karena sifat maha
g g g g g g g g g g
193
b. Muhkam lighayrihi, yaitu bentuk lafaz muhkam yang kejelasan maknanya
ggg g g g g g g g g
disebabkan sesuatu di luar dari teks. Maksudnya setiap ayat atau hadis
g g g g g g g g g g g
ada pertimbangan lain untuk mem'anainya ke arti yang lain serta tidak
g g g g g g g g g g g
1. Dhahir
Lafadz yang dhahir ialah lafadz yang mungkin utuk ditakwil atau
g g g g g g g g g
lafadz itu sendiri seperti dilalah umum atas semua individu atau dari
g g g g g g g g g g g
urfnya seperti dalalahnya sholat pada syara’ atas ucapan dan perbuatan
g g g g g g g g g g
tertentu. Dhohir dengan definisi seperti ini memuat dhahir dan nash
g g g g g g g g g g
Hanafiyah.
g
Hukum Dhahir
g g yaitu g mengamalkan g madlulnya (yang
g
makna yang dihasilkan dari makna zahir merupakan bentuk makna yang
g g g g g g g g g
Contohnya dalam Al-Qur’an adalah kata yad dalam surat al-Fath ayat 10
g g g g g g g g g g g
:
g
194
فمنg g أيأ ِدي ِه أمg ف أوقg ٱّلل َّ g يُبايِعُونg إََِّّناg يُبايِعُونكg ٱلَّ ِذينg إِ َّن
َِّ g ي ُدg ٱّلل
barangsiapa
g g menepati janjinya
g g kepada g Allah maka
g Allah
g akan
g
Makna zhahir dari kata “yad” dalam ayat diatas adalah tangan,
g g g g g g g g g
karena untuk itulah kata itu dibentuk dari mulanya, namun ada
g g g g g g g g g g
2. Nash
g
Lafadz yang dhahir ialah lafadz yang yang tidak mungkin ada
g g g g g g g g g
takwil atau lafadz yang dalalahnya qot’i ( pasti ) Nash yang bermakna
g g g g g g g g g g g g
seperti
g ini
g seperti
g g Mufassir menurut
g g Hanafiyah. Hukum
g g nash
mengamalkan madlulnya secara pasti kecuali ada nasakh. Sedangkan
g g g g g g g g
adalah
g tidak
g g mengandung kemungkinan-kemungkinan
g dalam
g
mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari
g g g g g g g g g g g g
(lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang
g g g g g g g g g g
sempurna.
g
195
g g g g g g g g g g g g Kata ‘asyaratun kamilah tersebut adalah nash karena tidak ada
g g g g g g g g
gkebolehjadian pengertian lain kecuali sepuluh hari, tidak lebih dan tidak
g g g g g g g g g
gitu disebut: ghairu wudhuh al-ma’na yang rincian dan urut peringkatnya
g g g g g g g g g
gadalah:
1) Khafi, tidak jelas.
ggg g g
1. Khafi
g g g g g g g g g g g g Lafaz khafi adalah bentuk lafaz yang padadasarnya
g g g g g g
gyang sejenis. Ketidakjelasan muncul karena bentuk kasus itu tidak persis
g gg g g g g g g g
gdengan kasus turunan yang merupakan bagian dari kasus utama pada
g g g g g g g g g
ِِمنg نك ًالg كسباg ِِباg ًٓجزآءg أيأ ِدي ُهماg ٓفٱقأطعُوٓاg ُٱلسا ِرقة
َّ وg ٱلسا ِر ُق
َّ و
196
yang layak baginya. Hukuman dari pencurian itu pun sudah sangat jelas,
g g g g g g g g g g g
yaitu hukum potong tangan. Namun lafaz ayat yang semula jelas menjadi
g g g g g g g g g g g
tidakjelas ketika menerapkan ayat itu kepada pencopet yang secara lihai
g g g g g g g g g g
1. Musykil
g g g g g g g g g g g g Musykil adalah lafal yang tidak jelas pengertiannya, dan
g g g g g g g
yang dimaksud dalam suatu redaksi memerlukan indikasi atau dalil dari
g g g g g g g g g g
luar, seperti dalam lafal musytarak (lafal yang diciptakan untuk beberapa
g g g g g g g g g g
kata yang mengandung banyak pengertian, seperti kata yang ‘ayn. Kata
g g g g g g g g g g
ini dapat bermakna mata, mata dan mata-mata . makna yang dihasilkan
g g g g g g g g g g g
diterangkan oleh faktor dari luar. Contohnya seperti lafal quru’ (jamak dari
g g g g g g g g g g g
yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah
g g g g g g g g g g
g menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para
g g g g g g g g g
197
wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
g g g g g g g g
cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan
g g g g g g g g g g
Bijaksana.”
g
bisa berarti “masa suci” dan bisa pula berarti “. Imam syafi’i
g g g g g g g g g g g
mengartikannya
g g dengan masa
g g suci, sedangkan
g g Abu Hanifah
g
mengartikannya
g dengan
g g masa haid.
g Masing-masing
g g mengambil
kesimpulan yang berbeda itu didasarkan kepada qarinah atau dalil luar
g g g g g g g g g g
yang berbeda pula. Begitulah setiap lafal musykil dalam Al-Qur’an dan
g g g g g g g g g g
tanda-tanda
g g atau g dalil g yang membantu
g g untuk g memperjelas
pengertiannya.
g
2. Mujmal
g g g g g g g g g g g g Lafaz mujmal dalam pengertian sederhana adalah Lafaz yang
g g g g g g g
terkumpul di dalamnya.
g g g
pemakaian syara’. Misalnya lafal shalat, zakat, haji, dan lain-lain lagi lafal
g g g g g g g g g g g
seperti dijelaskan Adib Shalih, bukan dengan jalan ijtihad, tetapi adalah
g g g g g g g g g g
3. Mutasyabih
g g g g g g g g g g g g Mutasyabih merupakan bentuk lafaz yang memiliki kesamaran g g g g g g
makna yang berasal dari lafaz itu sendiri dan terputus semua upaya
g g g g g g g g g g g
198
lafaz yang meragukan pengertiannya karena mengandung beberapa
g g g g g g g
samar artinya dan tidak ada cara yang dapat digunakan untuk mencapai
g g g g g g g g g g g
Allah swt. Pada kondisi ini, maka tidak ada peluang bagi akal manusia
g g g g g g g g g g g g
apda penerimaan bentuk lafaz itu apa adanya dan menyerahkan segala
g g g g g g g g g g
g أيأ ِدي ِه أمg ف أوقg ٱّلل َّ g يُبايِعُونg إََِّّناg يُبايِعُونكg ٱلَّ ِذينg إِ َّن
َِّ g ي ُدg ٱّلل
1. Lafaz 'Am
g g g
1) Definisi 'Am g
دفعةg واحدg وضعg حبسبg لهg يصلحg ماg ْلميعg املستغرقg اللفظ
Maknanya: "Lafal yang meliputi pengertian umum terhadap semua yang
g g g g g g g g
Dari defenisi tersebut difahami bahwa lafaz ‘am adalah lafaz yang
g g g g g g g g g
2) Jenis-jenis 'Am g
sebagai berikut:
g g
1) Lafal kullun dapat dilihat dalam QS. Ali Imran ayat 185:
g g g g g g g g g
199
فمنg g ٱلأ ِقيم ِةg ي أومg ُجورُك أم ِ ِ ِ
ُ أg تُوفَّ أونg وإََّّناgۗ g ٱلأم أوتg ُذآئقةg س
ٍ ن أفg ُك ُّل
إَِّالg ٓٱلدُّنأياg ُٱحلي وة أg وأ أُد ِخلg ٱلنَّا ِرg ع ِنg ُز أحزِحg
أg وماgۗ g فازg ف ق أدg ٱْلنَّة
ٱلسمآ ِء
َّ g إِىلg ٓٱست وى ِ ِ أٱألرg ِفg َّماg ل ُكمg خلقg ٱلَّ ِذىg هو
أg َّ ُثg مج ًيعاg ض أ ُ
علِ ريمg ش أى ٍءg بِ ُك ِِلg وُهوg g ت
ٍ َسوg سبعg فس َّوى ه َّنg
أ ُ
Terjemahan: “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
g g g g g g g g g
200
ءاي ِىتg علأي ُك أمg صون ُّ ي ُقg ِِمن ُك أمg ُر ُس رلg يأتِ ُك أمg أّلأg نس ِو أg ٱْلِ ِِن
ِ ٱإل أg َي أعشر
وغَّرأْتُُمg g أن ُف ِسناg ٓعلىg ش ِه أدّنg ٓقالُواg g هذاg ي أوِم ُك أمg لِقآءg نذ ُرون ُك أم ِ ويg
ُ
ك ِف ِرينg ٓكانُواg أ ََّّنُ أمg أن ُف ِس ِه أمg ٓعلىg ٓوش ِه ُدواg ٱلدُّنأياg ُٱحلي وة
أg
Terjemahan: “Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang
g g g g g g g g
pertemuanmu dengan hari ini? mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas
g g g g g g g g g g
diri kami sendiri", kehidupan dunia Telah menipu mereka, dan mereka
g g g g g g g g g g
g menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-
g g g g g g g g g
b. Isim istifham man (siapa), ma (apa), aina, ayyun (dimana) dan mata
g g g g g g g g g g g
(kapan).
g g
َّ َ
ﻛ ِث َيرةg ض َعاﻓاأg لﮫۥg ﻓيﻀ ِعف ۥﮫg ﺣﺴناg قرضاg ٱّللg يق ِرضg ٱل ِذىg ذاg َّمن
َ ُ ُ
ُت ْر َﺟ ُعو َنg َوِإل ْي ِﮫg َو َي ْﺒصطg ض ُ َّ َوg g
ُ َي ْقﺒg ٱّلل
ِ
Terjemahan: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,
g g g g g g g
g Saqar (neraka)?" g
ُم أسلِ ِميg يأتُ ِوّنg أنg ق أبلg بِع أرِشهاg يأتِ ِينg أيُّ ُك أمg ٓٱلأمل ُؤاg يٓأيُّهاg قال
201
Terjemahan: “Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar,
g g g g
ُ َ
ق ْﺒ ِلﻜمg ِمنg خل ْواg ينٱل ِذg مثﻞg يﺄ ِتﻜمg وْلاg ٱلجنةg ت ْﺪخلواg أنg َﺣ ِﺴ ْب ُﺘ ْمg أ ْم
gg
َ َو َّٱلذg ٱلر ُسو ُل
g َء َام ُنواg ين َّ َوg ْٱل َﺒ ْﺄ َسا ُءg َّم َّﺴ ْت ُه ُم
َّ g َي ُقو َلg َﺣ َّتىg َو ُز ْل ُﺰلواg ٱلﻀ َّرا ُء
ِ ِ
َ َّ َ ْ َ َّ َ َ َّ ْ َ ََ َُ َ
ق ِريبg ٱّلل
ِ g نصرg ِإنg ألgۗ g ٱّلل ِ g نص ُرg متىg مع ۥﮫ
Terjemahan: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan g g g g g g
sebagaimana
g g halnya g orang-orang g terdahulu g sebelum
kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan,
g g g g g g g
bersamanya:
g "Bilakah
g datangnya
g pertolongan
g Allah?"
g
123:
َ َ َ ُ َ َ ْ َّ
g
ْ
g ِﺑ ِﮫۦg ُي ْﺠ َﺰg ُسو ًءاg َي ْع َم ْﻞg َمنgۗ g ٱل ِﻜ َﺘ ِبg أ ْه ِﻞg أ َما ِن ِﻰg َولg ِﺑﺄ َما ِن ِيﻜ ْمg س لي
َ َ َّ ُ ُ َ ْ َ ََ
ن ِص ًيراg َولg َوِل ًّياg ٱّلل
ِ g دو ِنg ِمنg ل ۥﮫg ي ِﺠﺪg ول
202
angan-angan ahli Kitab. barangsiapa yang mengerjakan
g g g g g g
kejahatan,
g g niscaya akan
g diberi
g pembalasan
g dengan
g
272:
g
ُ َ
ِم ْنg ت ِنف ُقواg َو َماgۗ g َيﺸا ُءg َمنg َی ْه ِﺪىg ٱّلل َ َّ g َو َلﻜ َّنg ُه َﺪى ُه ْمg َع َل ْي َﻚg س َ َّل ْي
ِ
ُ َ َ َ
g g ﻓ ِِل ُنف ِﺴﻜ ْمg خ ْيرg
ُ َ َّ َ ُ َّ ْ َوg ْٱﺑﺘ َغا َءg إ َّلg ُتنف ُقو َنg َو َما
ِإل ْيﻜ ْمg ُي َوفg خ ْيرg ِم ْنg ت ِنف ُقواg َو َماg g ٱّلل
ِ g ﮫ
ِ ﺟ ِ ِ ِ
َْ َ َ
ُتظل ُمو َنg لg َوأ ُنﺘ ْمg
Terjemahan: “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka g g g g
apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan
g g g g g g g g g g
g mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang
g g g g g g g g g
(dirugikan).”
g
110:
َْ َ َّ g ْٱد ُعواg َأوg ٱّلل
g
203
Terjemahan: “Katakanlah: "Serulah Allah atau Serulah Ar-g g g g g g
gdan janganlah
g kamu
g g mengeraskan g suaramu g dalam
gshalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah
g g g g g g
d. Isim mufrad yang ma'rifat dengan alif lam (al) atau idhafah.
g g g g g g g g g
1) ma'rifat dengan alif lam (al) dapat dilihat dalam QS. Al-
g g g g g g g g g
Baqarah : 275 : g g g
َ َّ ُ ُ َّ َ َ َ َّ ُ ُ َ َ َ َّ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َّ
ٱلﺸ ْيﻄ ُن g يﺘخﺒﻄﮫg ٱل ِذىg وم يقg ﻛماg ِإلg يقومونg لg ٱلربوا
ِ g نيﺄكلوg ٱل ِذين
g
ُ َّ g َو َأ َﺣ َّﻞgۗ g ٱلرَبواg م ْث ُﻞg ْٱل َﺒ ْي ُﻊg إ َّن َماg َق ُالواg ﺑ َﺄ َّن ُه ْمg َذل َﻚg g ْٱْلَسg م َن
َ ْٱل َﺒ ْيﻊg ٱّلل
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ
g َسلﻒg َماg ﻓل ُ ۥﮫg ٱنﺘ َهى
ََ َ َﻓg َّ بﮫۦg منg َم ْوع َظةg َﺟا َء ُ ۥهg َﻓ َمنg g ٱلرَبواg َو َﺣ َّر َمg
ِ ِِ ر ِ ِ
َخ ِل ُﺪو َنg ِﻓ َيهاg ُه ْمg g ٱلن ِار
َّ g ص َح ُب ْ َأg َﻓ ُﺄو َلئ َﻚg َع َادg َو َم ْنg g ٱّلل َّ
g ى
َ ُُ ََْ
ل ِإg وأمر ۥه
ِ ِ
Terjemahan: Orang-orang yang makan (mengambil) riba g g g g g
QS. Al-Maidah : 38
g g g
204
َّ َ ً َ َ َ َ َ َ ً َ َ َ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ ُ َ َّ َ ُ َّ َ
gۗ g ٱّلل
ِ g ن ِ نﻜg ﻛﺴﺒاg ِﺑماg ﺟﺰاءg أي ِﺪیهماg ﻓٱقﻄعواg وٱلﺴا ِرقةg وٱلﺴ ِارق
م g َل
ُ َّ َو
َﺣ ِﻜيمg َع ِﺰيﺰg ٱّلل
Terjemahan: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang
g g g g g g
34:
ُ َس َﺄ ْل ُﺘ ُمg َماg ُكﻞg منg َو َء َاتى ُﻜم
g
َ ص
gۗ وها ُ ُت ْحg َلg ٱّلل
َّ َ َ ْ
g ﺖ م عن g وا ُّ َت ُعg َوإنg g وه
ﺪ
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ َ َ َ ْ َّ
ﻛ َّفارg لظلومg نﺴ َن ٱْل
ِ g ِإنg
Terjemahan: “Dan
g dia
g g Telah memberikan
g g kepadamu
(keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan
g g g g g g g
Allah).”
g
1) ma'rifat dengan alif lam (al) dapat dilihat dalam QS. Al-
g g g g g g g g g
Maidah : 42:
ْ َأ ْعرg َأ ْوg َﺑ ْي َن ُه ْمg ٱﺣ ُﻜم ُّ ِلg َأ َّك ُلو َنg ِل ْل َﻜ ِذبg َس َّم ُعو َن
g g
205
ُْ َ َّ g إ َّنg
ٱْل ْق ِﺴ ِﻄ َينg ُي ِح ُّبg ٱّلل ِ
g yang adil.”
g
23
َ ْ ُ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ َ ْ ُ ُ َّ َ َ ْ ُ ُ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ َ ْ ُ ُ َ َّ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ُ
g
ٱْل ِخg ات وبنg وخلﺘﻜمg وعمﺘﻜمg وأخوتﻜمg وبناتﻜمg أمهﺘﻜمg عليﻜمg ﺣ ِرمﺖ
ُ
َوأ َّم َه ُﺖg ض َع ِة َّ g ِم َنg َو َأ َخ َو ُت ُﻜمg ض ْع َن ُﻜ ْم
َ ٱلر َ َأ ْرg َّٱلتىg َو ُأ َّم َه ُﺘ ُﻜ ُمg ٱْل ْخﺖ
ِ
ُْ ُ َََ
ِ g وبناتg
َْ َّ ُ ُ َّ ُ ُ
ِب ِه َّنg َدخل ُﺘمg ٱل ِتىg ِن َﺴا ِئﻜ ُمg ِمنg ُح ُجو ِرﻛمg ِفىg ٱل ِتىg َو َر َب ِئ ُﺒﻜ ُمg ِن َﺴا ِئﻜ ْمg
َ َّٱلذينg َأ ْﺑ َنائ ُﻜ ُمg َو َﺣ َلئ ُﻞg َع َل ْي ُﻜ ْمg اح
َ ُﺟ َنg َﻓ ََلg به َّنg َد َخ ْل ُﺘمg َت ُك ُونواg َّل ْمg َﻓﺈنg
ِ ِ ِ ِِ ِ
ََّ َ َ َ َّ ْ ُ ْ َ َ ُ َ َ
ٱّللg ِإ َّنgۗ g َسلﻒg ق ْﺪg َماg ِإلg ٱْلخ َﺘ ْي ِنg َﺑ ْي َنg ت ْﺠ َم ُعواg َوأنg ﺻل ِﺒﻜ ْم ْ أg م ْنg
ِ
َ َ َ
َّر ِﺣ ًيماg غ ُفو ًراg ان كg
Terjemahan: “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-
g g g g g
gyang perempuan,
g Saudara-saudara
g bapakmu
g g yang
gperempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan;
g g g g
206
dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak
g g g g g g g g g
isteri-isteri
g anak
g g kandungmu g (menantu); g dan
g menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang g g g g g
Sesungguhnya
g g Allah g Maha g Pengampun lagi
g Maha
g
Penyayang.”
g
f. Isim Nakirah yang terletak sesudah nafi dilihat dalam QS. An-
g g g g g g g g g
Nisa : 48.
َ
g g
َ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ َّ َّ
g َيﺸا ُءg ِْلنg ذ ِل َﻚg ُدونg َماg َو َيغ ِف ُرg ِﺑ ِﮫۦg ُيﺸ َر َكg أنg َيغ ِف ُرg لg ٱّلل g ِإن
ْ َْ َ َ َّ ْ ْ ُ ََ
َع ِظ ًيماg ِإﺛ ًماg ٱﻓت َرىg ﻓق ِﺪg ٱّلل
ِ ِﺑg يﺸ ِركg ومنg
Terjemahan: “Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang
g g g g g g g g
(neraka).”
g
2. Lafaz Khas
g g
1) Definisi ‘Khas
g g
207
"suatu lafal yang dipasangkan pada satu arti yang sudah diketahui
g g g g g g g g g
gdera, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang. Namun apabila
g g g g g g g g g
gbukti itu. g g
3. Lafaz ‘Amr
g g g
1) Definisi Amr
g g
Sebagian ulama
g mensyaratkan
g bahwa
g orang
g g yang
gmenyuruh harus lebih tinggi derajatnya daripada orang yang
g g g g g g g
gdisuruh.
3) Sighat Amr g
208
Amr merupakan
g lafal
g yang
g mengandung
g pengertian
g
َٱلرﻛعين
َّ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ ُ َ َ َ َ َّ ُ
ِ ِ g مﻊg وٱرﻛعواg ٱلﺰكوةg وءاتواg ٱلصلوةg وأ ِقيموا
Terjemahan: “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan g g g g g g
Hajj : 29):g g
يق ﺘ َ ْٱلg ﺑ ْٱل َﺒ ْيﺖg َو ْل َي َّﻄ َّو ُﻓواg ُن ُذو َر ُه ْمg وﻓوا
ع
ُ ُ ْ َ ْ ُ َ َ َ ُ ْ َ ْ َّ ُ
وليg تفثهمg ليقﻀواg ﺛم
ِ ِ ِ ِ
Terjemahan: “Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan g g g g
g (Baitullah).”
Bentuk amr kadang-kadang keluar dari maknanya yang asli
g g g g g g g
gbahwa ahli ushul telah sepakat menetapkan bahwa bentuk fi’il amr
g g g g g g g g g
gۗ ﻀ ِل ِﮫۦ ْ َﻓg منg ٱّلل ُ َّ g ُي ْغن َي ُه ُمg َﺣ َّتىg اﺣا ً ن َكg َيﺠ ُﺪو َنg َلg ين َ َّٱلذg َو ْل َي ْﺴ َﺘ ْعفﻒ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ َﻓ َكات ُﺒg َأ ْي َم ُن ُﻜ ْمg َم َل َﻜ ْﺖg م َّماg ْٱلﻜ َﺘ َبg َي ْب َﺘ ُغو َنg ين
ِﻓ ِيه ْمg َع ِل ْم ُﺘ ْمg ِإ ْنg وه ْم َ َو َّٱلذg
ِ ِ ِ ِ
209
ُ َ ُْ َ ُ َ َّ َّ ُ ُ َ َْ
ﻓ َﺘ َي ِﺘﻜ ْمg تﻜ ِر ُهواg َولg g َءاتىﻜ ْمg ٱل ِذىg ٱّلل ِ g َّم ِالg ِمنg و َءاتوهمg g خي ًراg
ْ ُّ
َو َمنg g ٱلﺪن َيا
ْ َ ََ
g ٱل َح َيو ِةg ض
ُ
عرg ِل َﺘ ْب َﺘغواg ص ًنا ُّ َت َحg َأ َر ْد َنg إ ْنg ْٱلﺒ َغا ِءg َع َلىg
ِ ِ
َ ْ
َّر ِﺣيمg غ ُفورg ِإﻛ َر ِه ِه َّنg َب ْع ِﺪg ِمنg ٱّلل َ َّ g َﻓﺈ َّنg هه َّن
ُّ ُي ْﻜرg
ِ ِ
Terjemahan:
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian
g g g g g g g g
c. Ta’dib (adab) g
ُ ُ ُ ْ َ ًّ َ ُّ َ ْ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ
g ﻓٱﻛﺘﺒوهg مﺴمىg أﺟﻞg ِإلىg ِﺑﺪينg تﺪاينﺘمg ِإذاg ءامنواg ٱل ِذينg يﺄیها
َّ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ْ
َعل َم ُﮫg ﻛ َماg َيﻜ ُﺘ َبg أنg كا ِتبg َيﺄ َبg َولg g ِﺑٱل َع ْﺪ ِلg كا ِتبg َّﺑ ْي َنﻜ ْمg َول َيﻜ ُﺘبg
س ْ َي ْﺒ َخg َوَلg َرَّب ُ ۥﮫg ٱّلل َ َّ g َو ْل َي َّﺘقg ْٱل َح ُّقg َع َل ْيﮫg َّٱلذىg َو ْل ُي ْملﻞg َﻓ ْل َي ْﻜ ُﺘ ْبg g ٱّلل
ِ ِ ِ
ُ َّ g
ِ ِ
َ َ
لg أ ْوg ض ِع ًيفا َ g َأ ْوg َسف ًيهاg ْٱل َح ُّقg َع َل ْيﮫg َّٱلذىg ان َ َكg َﻓﺈنg g َش ْيًـاg م ْن ُﮫg
ِ ِ ِ ِ َ ِ
َ
َ شهg ٱستﺸه ُﺪوا ْ َ ْ ْ َ
ْ َوg g ﺑٱل َع ْﺪلg َول ُّي ُﮫۥg ﻓل ُي ْمل ْﻞg ُه َوg ُيم َّﻞg أنg َي ْﺴﺘﻄ ُيﻊg َ
يﺪ ْي ِن ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ َ
َ َت ْرg م َّمنg َو ْٱم َرأ َتانg ﻓ َر ُﺟﻞg َر ُﺟل ْينg َيك َوناg ل ْمg ﻓﺈنg g ر َﺟالﻜ ْمg منg ُ َّ َ ُ
ِم َنg ض ْون ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ُّ g
يﺄبg ولg g ٱْلخ َرىg ِإﺣﺪى ُه َماg ﻓﺘذ ِﻛ َرg ِإﺣﺪى ُه َماg ت ِﻀ َّﻞg أنg ٱلﺸ َه َﺪا ِء
َ ْ ُ َ ْ
َ ً َ ْ َ ً َ ُ ُ ُ ْ َ َ ُ َٔ ْ َ َ َ َ ُّ g
ِإلىg ﻛ ِﺒيراg أوg ﺻ ِغيراg تﻜﺘﺒوهg أنg تﺴـمواg ولg g ُد ُعواg َماg ِإذاg ٱلﺸ َه َﺪا ُء
َ َ َّ َ َ َ َّ لg َو َأ ْق َو ُمg ٱّلل َّ َ ُ َ َْ ُ َ َ َ
g ت ْرت ُاﺑواg ألg َوأ ْدنﻰg لﺸ َه َﺪ ِة ِ ِ g ِعنﺪg أقﺴطg ذ ِلﻜ ْمg g أﺟ ِل ِﮫۦg
َّ َ ُ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ُ ُ ً َ َ ً َ َ َ ُ َ َ َّ
ألg ُﺟ َناحg َعل ْيﻜ ْمg س ﻓليg ﺑينﻜمg ت ِﺪيرونهاg اضرة ِ ﺣg ِتﺠرةg تكونg أنg ِإلg
َ َ
َوِإنg g ش ِهيﺪg َولg كا ِتبg ﻀا َّر
َ َ ُيg َوَلg g َت َﺒ َاي ْع ُﺘ ْمg إ َذاg َو َأ ْشه ُﺪواgۗ g وها َ َت ْﻜ ُﺘ ُﺒg
ِ ِ
210
ُ ُ َّ َ ُ َّ ُ ُ ُ َ ُ َ َ َّ ُ ُ َ ُ َ
ِﺑك ِﻞg ٱّللوgۗ g ٱّللg ويع ِلمﻜمg g ٱّللg َو َّٱت ُقواgۗ g ِﺑﻜ ْمg ﻓ ُﺴوقg ﻓ ِﺈ َّن ُ ۥﮫg ت ْف َعلواg
َ
َع ِليمg ش ْىءg
Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu g g g g g g
orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka
g g g g g g g g g g g
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang
g g g g g g g g g g
menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
g g g g g g g g g g
membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
g g g g g g g g g g g
kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
g g g g g g g g g g
َ َ ْ َ ْ ُ َ َّ ُ
g g
ُ َّ ُ َ ُ َ َّ
َوأ ُنﺘ ْمg لﻜ ْمg ِل َﺒاسg ُه َّنg g ِن َﺴا ِئﻜ ْمg ِإلىg ٱلرﻓث g ٱلص َي ِام
ِ g ة ليلg لﻜمg أ ِﺣﻞ
ُ َ َ َ َ ْ ُ َ ُ َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ ُ َّ َ ُ َّ َ َ َّ
َعل ْيﻜ ْمg اب ﻓﺘg أنفﺴﻜمg تخﺘانونg ﻛنﺘمg أنﻜمg ٱّللg ع ِلمgۗ g ل ُه َّنg ِل َﺒاسg
ُُ ُ َ ُ َّ َ ُ َٔ ْ َ ُ َ
َوكلواg g لﻜ ْمg ٱّلل g ﻛ َﺘ َبg َماg َو ْٱﺑ َﺘغواg َب ِﺸ ُرو ُه َّنg ﻓٱلـ َنg g َعنﻜ ْمg َو َعفاg
َْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ ُ َ َ َّ َ َ َ َّ َ ْ
ِم َنg ٱْل ْس َو ِدg ٱلخ ْي ِطg ِم َنg ض ُ ٱْل ْﺑ َي g ٱلخيطg لﻜمg يتﺒينg ﺣتىg َوٱش َرُبواg
َ َ َّ َ َ َّ ُ ْ ْٱل َفg
َع ِﻜ ُفو َنg َوأ ُنﺘ ْمg ُت َب ِﺸ ُرو ُه َّنg َولg g ٱل ْي ِﻞg ِإلىg ٱلص َي َام
ِ g وا ُّ
م تِ أ g م ﺛg g ر
ِ ﺠ
211
َء َاي ِﺘ ِﮫۦg ٱّلل َ َت ْق َرُبg َﻓ ََلg ٱّلل
ُ َّ g ُي َﺒي ُنg َﻛ َذل َﻚgۗ g وها َّ ُ ُ ُ َ ْ
g ود ﺪﺣ g ﻚ ل ت g ۗ g ﺪ ج سَ َ ْٱْلg فىg
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ َ
َي َّﺘ ُقو َنg ل َعل ُه ْمg اس ِ ِ
َّ لg
لن
Terjemahan: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan
g g g g g g g
gbertakwa.
hari
g kiamat?
g g perbuatlah apa
g yang
g kamu
g kehendaki;
g
gKatakanlah: "Bersenang-senanglah
g kamu,
g g Karena
gSesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka". g g g g
212
g (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan
g g g g g g
yang benar.
g g
Maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; kamu
g g g g g g g g g g
l. Tamanni (angan-angan). g
g mulia.
o. Imtinan
a. Menunjukkan wajib g
gapabila amr tadi sudah tidak mutlaq lagi, atau terdapat qarinah
g g g g g g g g g
213
gyang dapat mengubah ketentuan tersebut, sehingga amr itu
g g g g g g g
4. Nahi
g
1. Definisi
g
gnahi adalah:g
gbawahan.” g
5) Sighat Nahi g
a. Untuk do’a. g
b. Untuk pelajaran g
c. Putus asa g
d. Untuk menyenangkan g
e. Untuk menghardik g
214
قيدg بالg املاهيةg علىg مادلg املطلق
“Mutlaq ialah lafal yang menunjukkan arti yang sebenarnya tanpa
g g g g g g g g
gkemungkinan:
a. Sama hukum dan sebabnya
g g g
َّ َْ ْ ْ َ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ََْ ْ َ ُ
ِﺑ ِﮫۦg ٱّلل ِ g ِلغي ِرg أ ِه َّﻞg وماg ٱل ِخ ِنز ِيرg ولح ُمg وٱلﺪمg ٱْليﺘةg عليﻜ ُمg ﺣ ِرمﺖ
َّ
َماg ِإلg ٱلﺴ ُﺒ ُﻊ َّ g َأ َك َﻞg َو َماg يح ُة
َ ٱلنﻄ
ِ
َّ َوg َو ْٱْلُ َت َرد َي ُةg وذ ُة
ِ
َ ُ ْ َْ َ ُ َ َ ُْْ َ
وٱْلوقg وٱْلنخ ِنقةg
ُ َ َ َْ َ َ ُّ g َع َلىg ُذﺑ َحg َو َماg َذ َّﻛ ْي ُﺘ ْمg
gۗ ِﻓ ْﺴقg ذ ِلﻜ ْمg g ِﺑٱْل ْزل ِمg ت ْﺴ َﺘ ْق ِﺴ ُمواg َوأنg ص ِب ُ ٱلن
ِ
َ ْٱل َي ْومg g ٱخ َﺸ ْون ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ََ ْ ُ ُ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ
ِ وg تخﺸوهمg ﻓَلg ِدي ِنﻜمg ِمنg ﻛفرواg ٱل ِذينg ي ِئسg ٱليومg
ِد ًيناg ٱْل ْسل َم
َ ْ
g م
ُ ُ َو َرضg ن ْع َمتىg َع َل ْي ُﻜ ْمg َو َأ ْت َم ْم ُﺖg د َين ُﻜ ْمg َل ُﻜ ْمg َأ ْﻛ َم ْل ُﺖg
ُ َلﻜg يﺖ
ِ ِ ِ ِ ِ
ُ َ َ َّ َّ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ
غفورg ٱّللg ﻓ ِﺈنgۙ g ِ ِْلﺛمg ُمﺘﺠا ِنﻒg غي َرg َمخ َمصةg ِفىg ٱضﻄ َّر g ﻓ َم ِنg g
َّر ِﺣيمg
215
guntuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
g g g g g g g
ُ ْ
َيكو َنg أنg ِإلg َيﻄ َع ُم ُ ۥﮫg اعم ِ ط g ىل ع g ام رح م g ى ل إ g
ِ ِى وح أ g ام g ىف g
ِ ِ ﺪ
َّ ُأ ِهﻞg ِﻓ ْﺴ ًقاg َأ ْوg ر ْﺟسg َﻓﺈ َّن ُ ۥﮫg ِخنزيرg َل ْح َمg َأ ْوg وﺣا
ً َّم ْﺴ ُفg َد ًماg َأ ْوg َم ْي َﺘ ًةg
ِ ِ ِ
َ َ َ َ ُ ْ َ َّ َْ
غ ُفورg َرَّب َﻚg ﻓ ِﺈ َّنg َعادg َولg َﺑاغg غ ْي َرg ٱضﻄ َّر g ﻓ َم ِنg g ِﺑ ِﮫۦg ٱّلل ِ g ِلغي ِرg
َّر ِﺣيمg
216
Kedua ayat tersebut berisi sebab yang sama, yaitu hendak
g g g g g g g g
gpenjelasan mutlaq. g
َّ َ
gۗ ٱّلل
ِ g نمِ نﻜg ﻛﺴﺒاg ِﺑماg ﺟﺰاءg أي ِﺪیهماg ﻓٱقﻄعواg وٱلﺴا ِرقةg وٱلﺴ ِارق
g َل
ُ َّ َوg
َﺣ ِﻜيمg َع ِﺰيﺰg ٱّلل
ُ َ ُ ُ ُ ْ َ َ َّ َ ُ َ
َوأ ْي ِﺪ َيﻜ ْمg وهﻜ ْم وﺟg ﻓٱغ ِﺴلواg ٱلصلو ِة g ِإلىg ق ْم ُﺘ ْمg ِإذاg َء َام ُنواg ين ِ
ُ َْ َ َُ َ ُ ُُ َْ َ
ﻛ ُنﺘ ْمg َوِإنg g ٱلﻜ ْع َﺒ ْي ِنg ِإلىg َوأ ْر ُﺟلﻜ ْمg وسﻜ ْم ُ َ ْ َ
ِ ِﺑرءg وٱمسحواg ٱْل َرا ِﻓ ِقg ِإلىg
ُ َ َ َ َ َ ُ َّ َ
ِمنﻜمg أ َﺣﺪg َﺟا َءg أ ْوg َسفرg َعلىg أ ْوg َّم ْر َض ىg ﻛ ُنﺘمg َوِإنg g ﻓٱط َّه ُرواg ُﺟ ُن ًﺒاg
َ ً َ
ط ِي ًﺒاg يﺪا
َ َ ََ
ﺻ ِعg ﻓ َﺘ َي َّم ُمواg َما ًءg ت ِﺠ ُﺪواg ﻓل ْمg ٱلن َﺴا َء g ُ
م ُ َْلَ ْﺴg َأ ْوg ْٱل َغائطg م َنg
ﺘ
ِ ِ ِ ِ
ُ َ
ِم ْنg َعل ْيﻜمg ِل َي ْﺠ َع َﻞg ٱّلل ُ َّ g ُير ُيﺪg َماg g م ْن ُﮫg َو َأ ْيﺪ ُيﻜمg ﺑ ُو ُﺟوه ُﻜ ْمg َﻓ ْٱم َس ُحواg
ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ْ َ ُ َّ َ ُ َ ُ َ َ
تﺸﻜ ُرو َنg ل َعلﻜ ْمg َعل ْيﻜ ْمg ِن ْع َم َﺘ ُ ۥﮫg َوِل ُي ِﺘ َّمg ِل ُيﻄ ِه َرﻛ ْمg ُي ِر ُيﺪg َول ِﻜنg َﺣ َرجg
217
Hai orang-orang
g g yang g beriman, g apabila kamu
g hendak
g
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
g g g g g g g g g g
perempuan,
g lalu
g g kamu tidak
g g memperoleh air,
g g Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
g g g g g g g
Ayat 6 al-Maidah
g g g yang muqayyad tidak bisa menjadi
g g g g g
Contoh mutlaq : g g
tangan.”
g
218
ُ َ َ َ َ َ ُ َّ َ
ِمنﻜمg أ َﺣﺪg َﺟا َءg أ ْوg َسفرg َعلىg أ ْوg َّم ْر َض ىg ﻛ ُنﺘمg َوِإنg g ﻓٱط َّه ُرواg ُﺟ ُن ًﺒاg
َ ً َ
ط ِي ًﺒاg يﺪا
َ َ ََ
ﺻ ِعg ﻓ َﺘ َي َّم ُمواg َما ًءg ت ِﺠ ُﺪواg ﻓل ْمg ٱلن َﺴا َء g ُ
م ُ َْلَ ْﺴg َأ ْوg ْٱل َغائطg م َنg
ﺘ
ِ ِ ِ ِ
ُ َ ُ َّ g ُير ُيﺪg َماg g م ْن ُﮫg َو َأ ْيﺪ ُيﻜمg ﺑ ُو ُﺟوه ُﻜ ْمg َﻓ ْٱم َس ُحواg
ِم ْنg َعل ْيﻜمg ِل َي ْﺠ َع َﻞg ٱّلل ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ْ َ ُ َّ َ ُ َ ُ َ َ
تﺸﻜ ُرو َنg ل َعلﻜ ْمg َعل ْيﻜ ْمg ِن ْع َم َﺘ ُ ۥﮫg َوِل ُي ِﺘ َّمg ِل ُيﻄ ِه َرﻛ ْمg ُي ِر ُيﺪg َول ِﻜنg َﺣ َرجg
Hai orang-orang
g yang
g g beriman, apabila
g g kamu hendak
g
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
g g g g g g g g g g
perempuan,
g lalu
g g kamu g tidak g memperoleh air,
g g Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
g g g g g g g
219
Contoh muqayyad : (An-Nisa : 92)g g g g g
Maka
g g (hendaklah g si pembunuh)
g membayar
g diat
g g yang
diserahkan
g g kepada g keluarganya (si
g terbunuh)
g serta
g
dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha
g g g g g g g g g g
Bijaksana.
g
Secara etimologi,
g g mantuq g artinya gyang g diucapkan.
Sedangkan secara terminologi, mantuq ialah suatu makna yang
g g g g g g g g g
220
Tegasnya, mantuq ialah makna atau arti yang tersurat,
g g g g g g g
2. Pembagian Mantuq
g g
Contoh : Al-Maidah : 89 g g g g
yang
g tidak
g dimaksud
g (untuk
g g bersumpah), tetapi
g dia
g
siapa
g tidak
g sanggup
g melakukan
g yang
g demikian,
g g Maka
kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah
g g g g g g g g g
langgar).
g dan
g jagalah
g sumpahmu.
g Demikianlah
g Allah
g
g menerangkan kepadamu
g g hukum-hukum-Nya agar
g g kamu
bersyukur (kepada-Nya).
g g
Contoh : Ar-Rahman : 27 g g g g
dan kemuliaan.
g g
3. Pembagian Mafhum
g g
221
1) Fahwal khitab, artinya apabila yang tidak diucapkan itu lebih
g g g g g g g g
utama
g hukumnya
g g daripada yang
g diucapkan,
g g seperti
larangan memukul orang tua.
g g g g
g meniadakan.
Contoh: (Al-Jumu’ah : 9) g g g
Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik
g g g g g g g g g g
4. Kehujjahan
g
gyang lainnya. g
222
2. Hukum Lafal Mujmal
g g g
dan kata lughawiyah, pertama adalah kata qawa’id merupakan jama dari
g g g g g g g g g g
kata kaidah yang secara bahasa berarti aturan, rumusan atau asas-asas.
g g g g g g g g g g
Kedua adalah kata Al- lughawiyah merupakan bentuk nisbat dari lafadz
g g g g g g g g g g
aturan mendasar
g g yang menjadi
g standar
g untuk
g g dipakai dalam
g
Arab. Sering kali kaidah ini disebut juga sebagai kaidah ushuliyyah atau
g g g g g g g g g g g
terperinci.
g
sastra seperti syair, prosa dan lain sebagainya. Artinya Nash-nash Al-
g g g g g g g g g g
yang terkandung dikedua Nash tersebut secara sempurna dan benar para
g g g g g g g g g g
223
gulama merasa perlu untuk memperhatikan dan melakukan penelitian
g g g g g g g
gpenunjukkan lafadz Nash yang memakai bahasa Arab kepada arti yang
g g g g g g g g g
gditujunya.
Para ulama ushul bekerja keras membuat kaidah-kaidah yang
g g g g g g g
hukum taklify dari Nash-nash itu sendiri dalam membuat kaidah itu para
g g g g g g g g g g
fahmu al-Araby (pemahaman yang berdasarkan pada cita rasa bahas Arab
g g g g g g g g g
Sunah.
2. Pedoman (metode) yang dipakai nabi SAW dalam menjelaskan hukum-
g g g g g g g g
gpenghususan)
Ulama ushul fiqih membicarakan khas dan takhsis dalam
g g g g g g g
Nash Al-Qur’an dan /atau sunah. Dalam Al-Qur’an dan sunah ada Nash
g g g g g g g g g g g
yang bersifat umum (al-amm) dan ada pula yang khusus (khas). Nas
g g g g g g g g g g g
yang
g g umum g tidak g bisa diamalkan
g g sebelum dicari
g dalil
g g yang
mengkhususkannya (takhsis) oleh sebab itu, al-amm, khas, dan takhsis
g g g g g g g g g
1. Khas (khusus) g
khas.
g Imam
g al-Bazdawi,
g g tokoh g ushul g fiqih g madzhab g Hanafi,
mendefinisikannya sebagai “setiap lafal yang menunjuk satuan makna
g g g g g g g g
224
lafal yang menunjuk pada satu sebutan, baik sebutan untuk satuan
g g g g g g g g g g
maupun untuk jenis dan golongan’. Muhammad Adib Salih, tokoh ushul
g g g g g g g g g g
“menunjuk satuan makna” atau “menunjuk pada satu sebutan” pada dua
g g g g g g g g g g
definisi itu bisa mengandung arti satuan secara hakikat, seperti satu
g g g g g g g g g g
butir telur atau menyebut satu seseorang, dan bisa juga satuan dalam
g g g g g g g g g g g
tetapi karena jenis dan golongannya satu dan tertentu, maka lafal-lafal
g g g g g g g g g g
tersebut. Apakah dalil khas itu bersifat qat’i (pasti) atau zanni (relatif)
g g g g g g g g g g g
Menurut ulama ushul fiqih lafal itu mengandung hukum qat’i dan
g g g g g g g g g
gPengertian qat’i dalam hal ini adalah makna suatu lafal yang tidak
g g g g g g g g g g
gmengandung kemungkinan makna lain yang muncul dari suatu dalil lain,
g g g g g g g g g
gbukan berarti bahwa lafal itu sama sekali tidak mengandung makna lain.
g g g g g g g g g g
gMisalnya Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah (2) ayat 196
g g g g g g g g g
ْ َ ََ ُ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ
َو َس ْﺒ َع ةg ال َح ِجg ِف يg أ َّي امg ﺛ َل ﺛ ِةg ام ﻓ ِص يg ي ِﺠ ﺪg ل مg ﻓ م ن
َ
g ۗ َر َﺟ ْع ُﺘ ْمg ِإ ذ اg
225
Terjemahannya “Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau g g g g g g g g
gtidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh
g g g g g g g g g g g
Lafal “tiga hari” dan “tujuh hari” dalam ayat ini menunjuk pada
g g g g g g g g g g
gdikurangi. Lafal seperti ini termasuk khas yang tidak mungkin diartikan
g g g g g g g g g
glain. Atau dasar itulah dikatakan bahwa dalalah khas bersifat qat’i. Jika
g g g g g g g g g g
gada dalil yang menunjukkan pengalihan lafal khas dari makna yang
g g g g g g g g g
gsebenarnya (hakiki) maka makna lafal tersebut tidak lagi qat’i. Misalnya
g g g g g g g g g
ghukuman mati. Makna seperti inilah yang didukung oleh dalil, karena
g g g g g g g g g
goleh dalil. g
gini merupakan lafal musytarak(kata dengan dua arti yang berbeda) yang
g g g g g g g g g
gitu bermakna haid. Oleh sebab itu, dalam pembahasan idah wanita
g g g g g g g g g
gyang masih normal haidnya yang terdapat dalam surah Al-Baqarah (2)
g g g g g g g g g
ٍ
ُّ حيِ لg والg g قُ ُروءg ث ال ث ةg ِأب نأ فُ ِس ِه َّنg ص ن ُ وا لأ ُم ط لَّق
ي َت بَّ أg ات
ِ أ رحg ِيفg اّلل
ُك َّنg إِ أنg ام ِه َّن أ ُ َّ g خ ل قg م اg ي أك تُ أم نg أ أنg ْلُ َّنg
ِ أاْل ِخ رg وا لأ ي أو ِمg ِ ِاب َّّللg يُ أؤ ِم َّنg
Terjemahannya “wanita-wanita yang di talak hendaklah menahan diri g g g g g g g
226
yang di ciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada
g g g g g g g g g g
Alasan mereka, bilangan “tiga” dalam ayat itu adalah lafal khas yang
g g g g g g g g g g g
tidak bisa dikurangi atau ditambahkan. Atas dasar itu, lafal al-quru
g g g g g g g g g g
arti “tiga kali”. Apabila lafal al-quru diartikan dengan suci, maka lafal
g g g g g g g g g g g g
“tiga kali” tidak menunjukkan qat’i lagi, karena perhitungan tiga kali suci
g g g g g g g g g g g
waktu suci apabila al-quru diartikan dengan suci, maka akan terjadi
g g g g g g g g g g
pengurangan masa idah wanita yang ditalak dari tiga kali al-quru,
g g g g g g g g g g
talak. Maksudnya, ketika talak dijatuhkan talak itu dalam keadaan suci
g g g g g g g g g g
dan sejak saat itu dihitunglah masa al-quru satu kali suci. Kemudian
g g g g g g g g g g g
ditunggu dua kali suci lagi. Dengan perhitungan seperti ini, makna “tiga
g g g g g g g g g g g
kali” yang ditentukan ayat tidak terpenuhi, karena masa suci pertama
g g g g g g g g g g
(ketika jatuhnya talak) tidak penuh. Misalnya, siklus masa suci seorang
g g g g g g g g g g
Dengan demikian, masa suci pertama hanya dijalani selama dua belas
g g g g g g g g g g
kepada tidak pasti (qat’i)-nya lafal “tiga kali” yang bersifat khas tersebut,
g g g g g g g g g g g
karena yang terhitung adalah dua setengah kali suci, bukan tiga kali
g g g g g g g g g g g
haid, maka kandungan lafal “tiga kali” terpenuhi, karena perhitungan al-
g g g g g g g g g g
quru pertama dimulai sejak haid pertama yang dilalui istri setelah
g g g g g g g g g
dalam keadaan suci, setelah itu ia haid dan haid pertama inilah yang di
g g g g g g g g g g g g g
b.Macam-Macam khas g g
227
Menurut ulama ushul fiqih, terdapat beberapa macam lafal khas
g g g g g g g g
gtertentu yang terbatas, seperti dua, tiga, satu gram, satu kilometer, satu
g g g g g g g g g g
Lafal mutlak adalah lafal yang menunjukkan hakikat suatu zat tanpa
g g g g g g g g g
gadalah lafal yang menunjukkan suatu zat yang dibatasi suatu ketentuan.
g g g g g g g g g
gDemikian juga lafal buku, burung, dan mahasiswa. Lafal mutlak seperti
g g g g g g g g g
gini, menurut
g g ulama ushul
g g fiqih g diberlakukan g sesuai g dengan
gkemutlakkanya selama tidak ada dalil yang membatasinya. Misalnya, g g g g g g g
ق ا لُواg لِم اg ي عُ ودُ ونg َُّ ثg نِس ائِ ِه أمg ِم أنg اه ُرون
ِ ي ظg وا لَّذِ ين
ُ
gseorang budak “dialah dalam ayat ini adalah lafal khas yang bersifat
g g g g g g g g g g
gapabila lafal “seorang budak” telah dibatasi oleh suatu sifat misalnya
g g g g g g g g g
gmenunjuk pada seorang budak yang mukmin, maka lafal itu berubah
g g g g g g g g g
228
Terjemahannya “dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh g g g g g g g
gkhas yang tidak bisa diartikan lain selama tidak ada dalil lain yang
g g g g g g g g g g g
gmenunjukkan arti lain. Adapun lafal khas yang berkaitan dengan an-
g g g g g g g g g
gtakut kemiskinan.”
g g
Lafal “janganlah kamu membunuh” ini pun termasuk lafal khas yang
g g g g g g g g g
gtidak bisa diartikan lain, selama tidak ada dalil yang menunjukkan
g g g g g g g g g
2. Takhsis (pengkhususan) g
gsatuannya”.
229
Sementara Abu al-Husain al-basri (436 H/ 1045 M), tokoh ushul g g g g g g g g g
a. Hakikat takhsis g
pertentangan antara dalil khas (khusus) dan dalil al-amm (umum) atau
g g g g g g g g g g g
tidak.
g
kualitas dalil umum adalah zanni (relatif). Sedangkan dalil Khu bersifat
g g g g g g g g g g
qat’i (pasti) dan dalil yang bersifat zanni tidak mungkin bertentangan
g g g g g g g g g g
pada
g g dasarnya adalah
g g sebagai g al-bayan (penjelasan)
g dan
g
itu
g jumhur
g g ulama g berpendapat bahwa
g g takhsis g itu g merupakan
pembatasan terhadap sebagian cakupan dalil yang umum tanpa
g g g g g g g g
memandang pada jenis dalilnya, apakah qat’i atau zanni berdiri sendiri
g g g g g g g g g g
tetapi
g mengandung
g g pengertianterjadinya pertentangan.
g g Dikatakan
bahwa takhsis merupakan al-bayan karena dalil khusus tersebut
g g g g g g g g
230
menjelaskan kehendak syar’i (pencipta syariat {Allah Swt}) secara pasti.
g g g g g g g g g
karena dalil khusus dan dalil umum mempunyai kualitas hukum yang
g g g g g g g g g g
sama, yaitu qat’i oleh karena itu, antara dalil khusus dan dalil umum
g g g g g g g g g g g g
tersebut.
g g
Ulama ushul
g fiqih
g g menyatakan g bahwa terdapat
g g beberapa
perbedaan antara takhsis dan nasakh perbedaannya antara lain adalah
g g g g g g g g g
sebagai berikut:
g g
dalil yang umum. Artinya, syari tidak menetapkan bahwa hukum umum
g g g g g g g g g g
hukum.
g g
fiqih membagi dalil yang boleh dijadilkan sebagai takhsis atas dua
g g g g g g g g g g
atau disebut juga ad-dalil gair al-mustaqill (dalil yang tidak berdiri
g g g g g g g g g g
231
- Al-Mukhassis al-munfasilah atau ad-dalil al-mustaqil, ulama ushul fiqih
g g g g g g g
sepakat menyatakan bahwa dalil takhsis yang berdiri sendiri terdiri atas,
g g g g g g g g g g
3. Amm (umum)
g
lainnya. Adapun amm menurut ulama ushul fiqih ialah suatu lafal yang
g g g g g g g g g g g
tanpa apa yang tersisa, sesuai dengan kelayakan arti yang diciptakan
g g g g g g g g g g
bagian lafal yang amm . juga pengecualian lafal yang mutlak, karena
g g g g g g g g g g g
menunjuk kepada seluruh satuan yang terliput oleh lafal itu, selama
g g g g g g g g g g
Qur’an dan sunah sesuai dengan keumumannya. Kecuali ada dalil yang
g g g g g g g g g
yang umum pada Nash syar, lafal itu menunjukkan tetapnya hukum
g g g g g g g g g g
yang dinasahkan terhadap seluruh satuan yang teliput oleh lafal itu,
g g g g g g g g g g
232
gkecuali apabila ada dalil yang mentakhsiskan (mengkhususkannya)
g g g g g g
gtaatilah Rasul (Nya) dan ulil Amri di antara kamu. (QS An- Nisa {4} 59)
g g g g g g g g g g g g g
gsuaminya: gg
ِأب نأ فُ ِس ِه َّنg ص ن ِ ِ
ً أ أزوg وي ذ ُرونg م نأ ُك أمg يُت وفَّ أونg وا لَّذ ين
ي َت بَّ أg اج ا
g g وع أش ًراg ٍ أ أش ُه رg أ أرب ع ةg
Terjemahannya: “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu g g g g g g
gdunia, maka istrinya harus beriddah wafat selama empat bulan sepuluh
g g g g g g g g g
ghari. Pengertian semacam itu berlaku umum, apakah istri sudah pernah
g g g g g g g g g
gdicampuri suaminya atau belum, dalam keadaan hamil atau tidak, akan
g g g g g g g g g
gyang umum itu hanya menunjuk kepada satuan makna yang tersisa
g g g g g g g g g
233
setelah ditakhsishkan. Dengan kata lain lafal yang mentakhsiskan
g g g g g g g g
kekuatan dalalah lafal yang umum terhadap seluruh satuan yang terliput
g g g g g g g g g g
iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan, dan begitu
g g g g g g g g g g
(tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan;
g g g g g g g g g g
yang tidak pernah haid atau sudah tidak haid lagi, yaitu selama tiga
g g g g g g g g g g g g
dari dalil itu sendiri, bukan sama sekali menafikan kemungkinan takhsis
g g g g g g g g g g
secara mutlak. Dengan kata lai, meskipun ada kemungkinan Nash yang
g g g g g g g g g g
mutlak itu ditakhsiskan oleh dalil lain, namun Nash tersebut tetap qat’i.
g g g g g g g g g g g
mensyaratkan
g g tidak ada
g g takhsis g terhadapnya g atau g dalil g yang
menunjukkan pengecualian sebagian maknanya yang tidak tertentu
g g g g g g g
kadarnya dari keumuman lafal yang umum itu, jika ada hal tersebut
g g g g g g g g g g g
maka dalalahnya terhadap sisa satuan yang ditakhsiskan itu tidak lagi
g g g g g g g g g g
234
yang qat’i terhadap seluruh satuan yang terliput olehnya. Akan tetapi,
g g g g g g g g g g
besar. Selama kemungkinan untuk ditakhsiskan itu ada, maka tidak ada
g g g g g g g g g g
jalan untuk menyatukannya sebagai dalil yang qat’i akan tetapi harus
g g g g g g g g g g
makna antara Nash Al-Qur’an yang umum dan Nash hadis ahad yang
g g g g g g g g g g g
bersifat khusus.
g g
235
BAB V g
A. Pengertian Istinbath
g g
dari nabata- yanbutu- nabatan. Yang artinya adalah air yang keluar dari
g g g g g g g g g g g
Jika dilihat dari kata Istinbath, dapat difahami bahwa kata tersebut
g g g g g g g g g
memiliki arti
g g g yang sama dengan g g g istikhraj (mengeluarkan) g g yakni
mengeluarkan atau menjelaskan sesuatu yang belum jelas.
g gg g g g g g
tersebut.
g
makna dari nash (al-Qur’an dan as-Sunnah) yang berkaitan dengan hal-
g g g g g g g g g g
hal yang sulit dan penting dengan mencurahkan kekuatan nalar dan
g g g g g g g g g
dibutuhkan metode untuk memahami secara baik maksud yang jelas dan
g g g g g g g g g g
Maka metode berasal dari dua kata yaitu “metha” yang artinya
g g g g g g g g g
adalah melewati dan melalui, dan “hodas” jalan atau cara. Sehingga
g g g g g g g g g g
metode diartikan suatu cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
g g g g g g g g g g g
suatu tujuan.
g g
thariq” yang berarti jalan atau cara. Jadi metode adalah cara yang
g g g g g g g g g g g
236
dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
g g g g g g yang telah
g g
ditetapkan .
g g
hukum yang sesuai dengan maksud dari nash dan juga dalil dalam
g g g g g g g g g g g
hukum Islam.
g g
g (Thuruq al-Lughawiyah) g
Pada metode ini, Ulama akan melihat dari segi lafaz atau kebahasaan dalil-
g g g g g g g g g g g
a) Wadih al-dilalah yakni lafaz yang jelas maknanya, lafaz ini terdiri
g g g g g g g g g
g iqtida’ . g
237
Ulama klasik menyebut maqasid syariah dengan istilah yang
g g g g g g g
yang lain dikenal sebagai sinomon dari pada maqasid yaitu ‘illah, hikmah
g g g g g g g g g g g
, dan manfa’ah,
g g g g g juga ada pula yang membahas mafsadah ketika
g g g g g g
g
ُ ٌ اٚ اؼاg“ ِِٓ ااصmakna dan hikmah yang diperhatikan
bersifat umum adalah: حى g g g g g g g
hukum.
g
substansi atau tujuan yang hendak dicapai oleh suatu rumusan hukum.
g g g g g g g g g g
238
Sunnah Nabi sebagaai alasan logis bagi rumusan suatu hukum yang
g g g g g g g g g g
yaitu (1) Hifẓ ad-din (memelihara agama), (2) Hifẓ an-nafs (memelihara
g g g g g g g g g g
terpenuhi tidak mengancam eksistensi salah satu dari lima pokok tujuan
g g g g g g g g g g
239
dipandang mata, dan berhias dengan keindahan yang sesuai dengan
g g g g g g g g g
tahsīniyyāt.
g g
puasa dan haji), anjuran melaksanakan ibadah yang bersifat sunnah, dan
g g g g g g g g g g
Sedangkan dari sisi upaya melindungi agama dari hal-hal yang merusak
g g g g g g g g g g
bagi suami pada waktu akan nikah dan diberikannya hak talak padanya.
g g g g g g g g g g g
Jika mahar tidak disebutkan dalam akad nikah maka suami akan
g g g g g g g g g g
mengenai hak talak suami akan mengalami kesulitan jika dia tidak
g g g g g g g g g g
240
menggunakan hak talaknya padahal kondisi dalam rumah tanggganya
g g g g g g g g
menuntut ilmu pengetahuan. Kalau hal ini tidak dilakukan tidak akan
g g g g g g g g g g
pengembangan
g g ilmu g pengetahuan. g Dalam g peringkat g tahsīniyyāt
dianjurkan untuk menjauhkan diri dari mengkhayal dan mendengarkan
g g g g g g g g
tentang tata cara pemilihan harta dan larangan mengambil harta orang
g g g g g g g g g g
lain dengan cara yang tidak sah. Apabila aturan ini dilanggar maka
g g g g g g g g g g g
jual beli dengan cara akad salam. Apabila cara ini tidak dipakai, maka
g g g g g g g g g g g g
Hal ini erat kaitannya dengan etika dalam 64 bermuamalah atau etika
g g g g g g g g g g g
bisnis. Hal ini juga berpengaruh kepada sah tidaknya jual beli itu, sebab
g g g g g g g g g g g g
peringkat yang ketiga ini juga merupakan syarat adanya peringkat yang
g g g g g g g g g g
hājjiyāt
g g dan tahsīniyyāt
g manakala
g g maslahat g ḍarūriyyāt terancam
g
241
eksistensinya. Misalnya, orang yang diwajibkan untuk memenuhi
g g g g g g g
adalah makanan yang halal. Apabila dalam suatu keadaan tertentu dia
g g g g g g g g g g
tidak menemukan makanan yang halal dan akan mati bila tidak makan,
g g g g g g g g g g g
dilihat dari tingkat kekuatan dalil yang mendukungnya dibagi menjadi tiga
g g g g g g g g g g
yaitu:
g g
dalil-dalil yang tidak mungkin lagi ditakwili, atau yang ditunjuki oleh dalil-
g g g g g g g g g g g
dalil yang cukup banyak yang dilakukan lewat penelitian induktif, atau
g g g g g g g g g
diputuskan oleh akal, atau maslahat yang ditunjuki oleh dalil zhanni dari
g g g g g g g g g g g
yang menakutkan
g g g
242
lebih dalam justru yang akan muncul adalah madharat dan mafsadat.
g g g g g g g g g g
mereka.
g
atas.
g g
bagi praktisi hukum, tetapi juga bagi masyarakat muslim secara umum.
g g g g g g g g g g
yang sangat luas. Tidak hanya masalah teologi saja, tetapi semua
g g g g g g g g g g
243
menyebabkan kerusakan. Dengan memahami maqāṣid asy-syarīah bisa
g g g g g g g
menambah
g g kualitas g keimanan, g kecintaan g dan g keteguhan dalam
g
maka yang dijadikan dasar hukum adalah dalil tersebut. Jika tidak
g g g g g g g g g g
hadits ahad. Apabila tidak ditemukan juga, maka harus melihat maqāṣid
g g g g g g g g g g
dunia maupun di akhirat. Segala macam kasus hukum baik yang secara
g g g g g g g g g g g
244
Keragaman bentuk ijtihad tersebut tidak ada tujuan lain kecuali
g g g g g g g g
untuk
g g menemukan maslahah
g dan
g menjadikannya
g sebagai
g alat
g
245
BAB VI g
IJTIHAD
A. Pengertian Ijtihad
g g
Kata Ijtihad berasal dari bahasa Arab yang terambil dari akar
g g g g g g g g g
kata g جﮭد
g g g yang artinya mencurahkan segala kemampuan atau
g g g g g g
gigih”.
g
بكلفةg إالg يكونg الg امرg َتقيقg فg الوسعg واستفراغg اْلهدg بذل
g ومشقةg
Mencurahkan segala kemampuan untuk memecahkan suatu g g g g g
persoalan.
g
yang sulit”.
g g
berusaha
g g atau g berupaya g secara sungguh-sungguh
g dalam
g
mengatakan :
g g g
وجهg علىg دليلهg منg الشرعيg احلكمg استنباطg فg جهدهg الفقيهg بذل
246
Upaya g ahli g fiqh mencurahkan
g kemampuannya
g g dan
g mengistimbat hukum
g syara’
g g dari dalil-dalilnya
g dengan
g
semaksimal mungkin.
g g
األدلةg منg تفصيليg دليليg منg الشرعيg احلكمg إىلg للوصولg اْلهدg بذل
g g الشرعيهg
Upaya mencurahkan segala kemampuan untuk mencapai
g g g g g
الكتابg منg اإلستنباطg بطريقg شرعيg حكمg نيلg فg الوسعg إستفراغ
والسنةg
Mencurahkan segenap kemampuan untuk mencapai hukumg g g g g
sunnah.
g
دليالg الشارعg اعتبهg مماg الشرعيg احلكمg استنباطg فg اْلهدg بذل
247
4. Metode yang ditempuh adalah istimbat.
g g g g
5. Yang ingin dicapai oleh ijtihad adalah hukum syara’ yaitu hukum
g g g g g g g g g
B. Dasar Ijtihad
g g
tidak ada keraguan lagi bahwa benar-benar itu datang dari Allah dan
g g g g g g g g g g g
benar-banar datang dari nabi Muhammad. Maka tidak ada jalan untuk
g g g g g g g g g g
diijtihadkan. Namun demikian nas-nas itu ada yang tidak qat’i al-
g g g g g g g g g g
sehingga hasil ta’wil dapat diterima baik dari segi kaedah usul fiqh
g g g g g g g g g g g
Islam adalah:
g g
dengan ijtihad, sebab ijtihad itu lebih umum dari qiyas. Tetapi
g g g g g g g g g g
248
Penyusun sependapat dengan pendapat yang terakhir ini,
g g g g g g
Ijtihad, yaitu :
g g g
فاجتهدg حكمg إذاg وg أجرانg فلهg أصابg ثg فاجتهدg احلاكمg حكمg إذا
واحدg أجر
g
g ijtihad.
كيفg: g قالg اليمنg إىلg معاذاg يبعثg أنg ارادg ملاg هللاg رسولg إن
تقضيg
َتدg ّلg فإنg: g قالg .هللاg بكتابg أقضييg: g قالg .قضاءg عرض لكg إذا g
249
يفg َتدg ّلg فإنg: g قالg .هللاg رسولg فبسنة:g قالg g .هللاg كتابg يفg g
g سنةg
صدرهg هللاg رسولg فضرب.الوg والg راييg أجتهدg: g قالg .هللاg رسول g
:g وقالg
هللاg رسولg يرضىg هللا ملاg رسولg رسولg وفقg الذيg هللg احلمدg g
sunnah rasullulah ?”, Tanya nabi lagi. “Aku akan berIjtihad dengan
g g g g g g g g g g
dijadikan
g g dasar keputusan
g untuk
g g berijtihad,tetapi sekaligus
g
sandaran
g tersebut
g adalah
g g al-Qur’an, g al-Hadis dan
g ijtihad.
g
persoalan-persoalan
g g tersebut g dapat g diselesaikan g dengan
mengunakan metode Ijtihad.
g g g
masalah yang dihadapi umat sekarang ini semakin rumit dan luas
g g g g g g g g g
250
tak terbatas. Untuk itu diperlakukan suatu metode yang dapat
g g g g g g g g g
umum.
g
D. Medan Ijtihad
g g
Mujtahid.
g
E. Tujuan Ijtihad
g g
yang belum tercantum secara jelas di dalam nas al-Qur’an dan al-
g g g g g g g g g g g
Hadis. Selain itu juga untuk mengukapkan suatu hukum dari nas-nas
g g g g g g g g g g
samping itu tujuan dilakukan ijtihad ialah supaya syari’at Islam tidak
g g g g g g g g g g
menjadi syari’at yang baku dan supaya tidak tertutup pintu ijtihad bagi
g g g g g g g g g g g
berjalan berbaringan dengan zaman yang setiap detik dan saat terus
g g g g g g g g g g
mengembangkan
g g keadilan g di antara
g g masyarakat g manusia,
bersendikan aqidah yang kuat, yang menyelinap keseluruh Lubuk
g g g g g g g g
jiwa. Dan syari’at itu datang sesuai dengan keadaan masa, tempat
g g g g g g g g g g
251
“ Allah telah meberikan aturan dan jalan yang terang bagi kamu. “
g g g g g g g g g g g
F. Syarat-syarat mujtahid
g g
membicarakan syarat-syarat
g g g g ijtihad yang harus dipenuhi oleh g g g g
g sebagainnya.
2. Mengetahui ilmu-ilmu hadis, seperti mengetahui tingkatan hadis
g g g g g g
3. Mengetahui pendapat
g g ulama-ulama salaf,
g ijma’nya
g g dan
g perbedaannya, serta
g g mengetahui pendapat-pendapat
g para
g
g sempurna agamanya. g
252
2. Mengetahui soal-soal ijma’, sehingga ia tidak memberikan fatwa
g g g g g g g
Islam.
g
1. Al-Qur’an
2. Al-Hadis
3. Bahasa Arab g
4. Usul Fiqh g
5. Maqasih al-Syari’ah. g
G. Macam-macam Mujtahid
g gg
Tarjih.
g
253
adalah Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’I, dan Imam
g g g g g g g g g
Hambali.
g
2. Mujtahid Muntasib g
dalam tingkatan ini adalah Muahmmad bin Hasan dan Abu Yusuf
g g g g g g g g g g
3. Mujtahid fi al-Masail g g
Syafi’iyah.
g
4. Mujtahid Tarjih g
Mujtahid Tarjih
g adalah
g g seorang g mujtahid g yang hanya
g
memilih mana diantara pendapat itu yang paling kuat dalilnya atau
g g g g g g g g g g g
254
BAB VII
g
A. TAQLID
g
255
Kesimpulannya, taqlid ialah mengikuti pendapat orang lain g g g g g g
g lain itu benar atau salah. Orang yang bertaqlid disebut Muqallid.
g g g g g g g g g
1. Taqlid buta, yaitu memahami suatu hal dengan cara mutlaq dan
g g g g g g g g g
Islam.
g
B. ITTIBA'
g
g alasan-alasan yang
g yang
g menjadikan
g dasar
g mujtahid
g yang
g
gg
C. TALFIQ
g
1. Definisi
256
Secara etimologi, talfiq adalah mencampuradukkan atau
g g g g g
Syasyi.
g
(atau tidak sah). Atas dasar ini maka talfiq dapat dibenarkan.
g g g g g g g g g g
Malikiyah.
g
kepalanya,
g sebab
g g menurut mazhab
g Maliki,
g g menggosok
anggota-anggota
g wudhu
g g dan g menyapu seluruh
g g kepala
termasuk fardhunya. Bila wudhunya tidak dilakukan seperti itu,
g g g g g g g g
257
sah baik menurut Syafi'i (karena telah menyentuh wanita bukan
g g g g g g g g g
seluruh kepalanya.
g g gg
BAB VIII g
TA'ARUDUL ADILLAH g
258
Menurut Ali Hasballah, ta'arudul adillah adalah "terjadinya
g g g g g g
dikandung dalil lainnya, yang kedua dalil tersebut berada dalam satu
g g g g g g g g g g
derajat."
g
cara:
g
a. Nasakh
Nasakh g adalah g membatalkan hukum
g yang
g ada
g
didasarkan
g g adanya g dalil g yang datang
g g kemudian g yang
mengandung hukum yang berbeda dengan hukum pertama.
g g g g g g g
b. Tarjih
Tarjih adalah menguatkan salah satu di antara dua dalil
g g g g g g g g
mendukungnya.
g ggg
c. Al-jam'u wal-Taufiqg
d. Tasaqud Dalilain g
yang bertentangan.
g g gg
259
Ulama Syafi'iyah,
g g Malikiyah, g g dan g Zhahiriyah
g mengemukakan metode penyelesaian antara dua dalil yang
g g g g g g
a. Al-jam'u wal-Taufiq g
Alasan
g mereka
g adalah
g g kaidah fiqh
g yang
g gberbunyi:
"mengumpulkan
g kedua
g g dalil g itu g lebih baik
g g daripada
g meninggalkan salah satu di antaranya." g g g g
b. Tarjih
Tarjih adalah menguatkan salah satu di antara dua dalil
g g g g g g g g
mendukungnya.
g ggg
c. Nasakh
Nasakh g adalah g membatalkan hukum
g g yang ada
g
didasarkan
g g adanya g dalil gyang datang
g g kemudian g yang
mengandung hukum yang berbeda dengan hukum pertama.
g g g g g g g
d. Tasaqud Dalilain g
yang bertentangan.
g g gg
BAB IX g
KAIDAH-KAIDAH FIQHIYYAH g
260
ِبقاصدهاg األمور
"Suatu pekerjaan itu bergantung pada maksudnya."
g g g g g
يزالg الضرر
"Kemudharatan itu dihilangkan." g g
حمكمةg العادة
"Suatu kebiasaan itu dapat dijadikan hukum."
g g g g g g
DAFTAR PUSTAKA g
Al, Abdul Hayy Abdul. Pengantar Ushul Fikih. Jakarta: Pustaka Al-
g g g g g g g g g
Kautsar. 2014 g
261
Asmuni, Yusran. 1996. Dirasah Islamiyah II; Pengantar Studi Sejarah
g g g g g g g g
g Persada.
Abd.Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, Jakarta, Sinar Grafika Offset, 2010.
g g g g g g g g
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih Kaidah Hukum Islam, (Jakarta,
g g g g g g g g g
Kautsar, 2014. g
Persada, 2004.
g g
1986.
g
Bintang, 1995.
g g
Basiq Djalil. Ilmu Ushul Fiqih (Satu dan Dua), Jakarta: Prenadamedia
g g g g g g g g g
Group, 2010.
g g
2011.
g
262
Ibnu ‘Asyur, Muhammad Thahir, Maqashid As-Syari’ah al-Islamiyah.
g g g g g g
Khallaf, Abdul Wahab. 1994. Ilmu Ushul Fiqh. Semarang: Dina Utama.
g g g g g g g g g
Koto, Alaiddin. 2004. Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih. Jakarta: PT.
g g g g g g g g g
g RajaGrafindo Persada g
g Islam. Tafakur g
Syatibi, Abu Ishak al-. Al-I’tisham. Jilid II. Baerut: Dar al-Ma’rifah, 1975.
g g g g g g g g g g
Syukur, Asywadie. Pengantar Ilmu Fiqh & Usul Fiqh. Cet. I; Surabaya:
g g g g g g g g g g
Sanusi, Ahmad dan Sohari. Ushul FIkih. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
g g g g g g g g g
Syarifudin, Amir. Ushul Fiqih Jilid II. Jakarta: Prenada Media, 2014.
g g g g g g g g g
263
Setiawan, Wahyu, Perbandingan Mazhab Ushul Fiqh, Lampung: STAIN
g g g g g g g
Suyatno, Dasar-dasar Ilmu Fiqh &Ushul Fiqh, Cetakan II, Jogjakarta: Ar-
g g g g g g g g g
Umam, Chaerul, dkk. 2000. Ushul Fiqih I. Bandung: CV. Pustaka Setia.
g g g g g g g g g g
BIOGRAFI PENULIS
264
lulus tahun 1991,dan melanjutkan ke MAPK Martapura, Kalimantan
g g g g g g g g
IAIN
g g Sunan g Kalijaga g Yogyakarta, lulus
g g tahun 1999,
g kemudian
g
Beliau merupakan anak dari Bapak H. Mukmin Noor dan Ibu Hj.Siti Ujliah,
g g g g g g g g g g g
menikah dengan Hj. Mariani dan memiliki dua orang anak; seorang putra
g g g g g g g g g g g
bernama Muhammad Alfian Amini, dan seorang putri Aida Risma Amina.
g g g g g g g g g g
Saat ini beliau dipercaya sebagai Dosen Tetap PNS di IAIN Samarinda
g g g g g g g g g g
IAIN Samarinda, juga pernah menjadi ketua Jurusan Syariah pada STAIN
g g g g g g g g g g
265
Mahasiswa Program Studi Hukum Keluarga (HK) Jurusan Ilmu Syariah
g g g g g g g g g
Islam” yang kini telah dicetak edisi refisi terbaru tahun 2020.
g g g g g g g g g g
berkoreponden
g dapat
g g menghubungi g beliau melalui
g g email:
akhmadharies12@gmail.com.
g
BIOGRAFI PENULIS
266
Beliau adalah anak pertama dari Bapak Hasan. B, S.E dan Ibu Siti
g g g g g g g g g g g g
Ramlah,
g S.Pd.
g Motto
g g hidupnya: g “Hidup g adalah g perjuangan,
berjuanglah untuk kehidupan dan masa depan yang lebih baik”.
g g g g g g g g g
harus ia tempuh dengan jarak yang terpisah jauh dari orang tua.
g g g g g g g g g g g
halamannya.
g
program doktor (s3) Ph.D nya di universitas yang sama dan jurusan
g g g g g g g g g g g
267
yang sama yaitu di International Islamic University Malaysia, jurusan
g g g g g g g g g
buku Antologi bersama 36 Alumni IIUM Sisters, dalam rangka Milad ke-
g g g g g g g g g g g
268
Maisyarah Rahmi menikah dengan T.Miftahul Heldra Sandiza, TH, Lc.,
g g g g g g g g
M.IRKH pada tahun 2010, dan Kini telah memiliki 3 (dua) orang anak;
g g g g g g g g g g g g
di email: maisyaiainsamarinda@gmail.com.
g g g
269