Disusun Oleh:
Kelompok II
Dosen Pembimbing :
MASNIDA, M.Ag
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
(MPI)
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM ( I A I D A )
BLOKAGUNG – BANYUWANGI
TAHUN 2018
i
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan. Shalawat dan salam kita haturkan kepada baginda
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membawa kita dari zaman
kejahiliyaan menuju zaman ilmu pengetahuan yang menjadikan manusia cerdas dan
berwawasan luas. Dalam penyelesaian makalah ini kami mengalami banyak
kesulitan,karena keterbatasan ilmu yang kami miliki. Namun karena berkat Allah S.w.t
dan dari usaha dan bantuan dari beberapa pihak, makalah ini dapat terselesaikan meski
masih banyak terdapat kekurangan.
Ucapan terima kasih kami kepada dosen pembimbing Masnida, M.Ag yang
telah memberikan motivasi dan dorongan sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Harapan kami adalah semoga kritik dan saran dari pembaca tetap tersalurkan
kepada kami, dan semoga makalah ini dapat memberi manfaat, sehingga dapat menjadi
panutan ilmu pengetahuan. Amin.
ii
DAFTAR ISI
iii
g. Hadits Munqalib................................................................................................................................ 9
h. Hadits Mudraj. .................................................................................................................................. 9
i. Hadits Syadz. ..................................................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 13
B. Saran......................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 14
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Quran dan hadits merupakan pedoman bagi seluruh umat islam di dunia
yang mengatur kehidupan mereka. “Aku tinggalkan dua warisan,selama kedua-
duanya kamu pegang teguh maka kamu tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Al-
qur`an dan Sunah Rasulnya (hadits) " itulah perkataan nabi untuk seluruh umat
manusia. Banyak diantara kita yang mungkin terjadi kesalahpahaman dalam
menyebutkan tentang apakah itu yang dinamakan hadits. Dalam makalah ini kami
akan menjabarkan tentang pengertian hadits serta macam-macam hadits yang ada.
Karena hadis merupakan sumber pokok kedua dari ajaran Islam, maka hadis- hadis
yang dijadikan dasar untuk melaksanakan ajaran Islam haruslah yang sahih dan
autentik, bukan hadis yang lemah, apalagi palsu. Untuk mengetahui otentisitas dan
tingkat validitas hadis tersebut diperlukan suatu penelitian yang cermat, terutama
meriwayatkannya. Memahami pengertian hadits dan bentuk-bentuknya merupakan
suatu ilmu yang penting dipelajari oleh setiap muslim. Oleh karena itu penulis akan
menjelaskan pengertian dan bentuk-bentuk hadis..
B. Rumusan masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Pengertian Hadist
2. Mengetahui bentuk-bentuk hadits
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadist
Pengertian hadits secara etimologis Menurut Ibn Manzhur, kata ‘hadis ‘ berasal
dari bahasa arab, yaitu al-hadist, jamaknya al-Ahadist , al-Hadistan dan al-hudtsan.
Secara etimologis , kata ini memiliki banyak arti, di antaranya al-jadid (yang baru)
lawan dari al-qadim (yang lama), dan al-khabar, yang berarti kabar atau berita.1
B. Bentuk-bentuk Hadist
a. Hadits Qawli
Artinya: ”Tidak (sah/sempurna) shalat bagi orang yang tidak membaca surat
al-Fatihah”. (Shahih al-Bukhari, III: 204, hadits 714)
1 http://syariah99.blogspot.com/2013/05/pengertian-struktur-dan-bentuk-bentuk.html
2 http://anekamakalahkita.blogspot.com/2013/01/makalah-kuliah-pengertian-hadis.html
2
b. Hadits Fi’li
c. Hadits Taqriri
3 http://www.islam2u.net/index.php?option=com_content&view=article&id=102:pengertian-
hadits&catid=20:fatwa&Itemid=65
3
Artinya: “Janganlah salah seorang (di antara kamu) mengerjakan shalat Ashar, kecuali
(setelah sampai) di perkampungan Bani Quraizhah. Lalu sebagian mereka mendapati
(waktu) ‘Ashar di perjalanan. Sebagian mereka mengatakan, kita tidak boleh shalat
sehingga sampai di perkampungan, dan sebagian lainnya mengatakan, tetapi kami
shalat (dalam perjalanan), tidak ada di antara kami yang membantah hal itu. Hal itu
lalu dilaporkan kepada Nabi saw, ternyata beliau tidak menyalahkan seorang pun dari
mereka”. (Shahih al-Bukhari, III: 499, hadits 894)4
d. Hadits Hammi
Hadits hammi adalah hadits yang menyebutkan keinginan Nabi saw yang belum
sempat beliau realisasikan, seperti halnya keinganan untuk berpuasa pada tanggal 9
Asyura sebagai diriwayatkan dari ‘Abd Allah ibn ‘Abbas:
ص لَّى اللَّهُ اعلاْي ِه او اس لَّ ام فاِِإ اَا اكا ان ال اْْا ُ ال ُْم ْقبِ ُل ِ ْن ِ ُ ال رس
ول اللَّه ا ُ ارف فا اق ا ا
َّص ا ُ يا ْول تُ اَِّْ ُمهُ الْيا ُه
وَ اوالُ ا
ص لَّى اللَّهُ اعلاْي ِه ِ ُ ْع الْْا الْم ْقبِل حتَّى تُوفِّي رس
ول اللَّه ا
ِ
ُ ال فا لا ْم ياك ا ُ ُ ُ ا ُ ا ا
ِ ا اَ اللَّهُ ص مُاا الْي و الت
َّاس ال ْا ا ُ ْ اْ ا ا
او اسلَّ ام
Artinya: “Sewaktu Rasulullah saw berpuasa pada har ‘Asyura dan memerintahkan
para sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia
adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani”. Rasulullah saw
menjawab, ”Tahun yang akan datang, insya Allah kita akan berpuasa pada hari
kesembilan(nya)”. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas mengatakan, “Belum tiba tahun mendatang
itu, Rasulullah saw pun wafat”. (Shahih Muslim, V: 479, hadits 1916)
4 http://atikanaufa.wordpress.com/2013/02/02/pengertian-dan-bentuk-bentuk-hadits/
4
e. Hadits Ahwali
Hadits ahwali adalah hadits yang menyebutkan hal ihwal Nabi saw yang
menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat, dan kepribadiannya. Contohnya, pernyataan al-
Barra` ibn ‘Azib berikut ini:5
a. Hadits Mutawatir.
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad
yang tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat
dicapai oleh panca indera. Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam
itu juga. Berdasarkan itu, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu
hadits bisa dikatakan sebagai hadits Mutawatir:
1. Isi hadits itu harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera.
5 http://atikanaufa.wordpress.com/2013/02/02/pengertian-dan-bentuk-bentuk-hadits/
5
b. Hadits Ahad.
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai
tingkat mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah "zhonniy". Sebelumnya para
ulama membagi hadits Ahad menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan hadits
Dha'if. Namun Imam At Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga
macam, yaitu:
1) Hadits Shahih.
Menurut Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia
diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak
syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak mu'allal
(tidak cacat). Jadi hadits Shahih itu memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :6
e) Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih)
2) Hadits Hasan.
Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan di kalangan perawinya
tidak ada yang disangka dusta dan tidak syadz.
6 http://riyadhulmubtadiin99.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-bentuk-bentuk hadis.
html
6
3) Hadits Dha'if.
Ialah hadits yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh
orang yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat.
Hadits ini adalah hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi Muhammad
SAW. Hadits ini disebut hadits Marfu' atau Maushul.
1) Hadits Mu'allaq. Hadits ini disebut juga hadits yang tergantung, yaitu
hadits yang permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir
sanadnya, yang berarti termasuk hadits dha'if.
2) Hadits Mursal. Disebut juga hadits yang dikirim yaitu hadits yang
diriwayatkan oleh para tabi'in dari Nabi Muhammad SAW tanpa menyebutkan
sahabat tempat menerima hadits itu.
4) Hadits Munqathi. Disebut juga hadits yang terputus yaitu hadits yang
gugur atau hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in.
5) Hadits Mu'dhol. Disebut juga hadits yang terputus sanadnya yaitu hadits
yang diriwayatkan oleh para tabi'it dan tabi'in dari Nabi Muhammad SAW atau
dari Sahabat tanpa menyebutkan tabi'in yang menjadi sanadnya.8 Kesemuanya
itu dinilai dari ciri hadits Shahih tersebut di atas adalah termasuk hadits-hadits
dha'if.
7 http://riyadhulmubtadiin99.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-bentuk-bentuk hadis.
html
8 http://musloemsejati.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-bentuk-hadits.html
7
E. Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi.9
a. Hadits Maudhu'.
Yang berarti yang dilarang, yaitu hadits dalam sanadnya terdapat perawi yang
berdusta atau dituduh dusta. Jadi hadits itu adalah hasil karangannya sendiri bahkan
tidak pantas disebut hadits.
b. Hadits Matruk.
Yang berarti hadits yang ditinggalkan, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan
oleh seorang perawi saja sedangkan perawi itu dituduh berdusta.
c. Hadits Mungkar.
Yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang
bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya / jujur.
d. Hadits Mu'allal.
Artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya
terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis
Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada
cacatnya. Hadits ini biasa disebut juga dengan hadits Ma'lul (yang dicacati) atau disebut
juga hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat).
e. Hadits Mudhthorib.
Artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi
dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama dan kontradiksi dengan
yang dikompromikan.
8
f. Hadits Maqlub.
Artinya hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang
dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa
sanad (silsilah) maupun matan (isi).
g. Hadits Munqalib.
h. Hadits Mudraj.
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang didalamnya terdapat
tambahan yang bukan hadits, baik keterangan tambahan dari perawi sendiri atau
lainnya.
i. Hadits Syadz.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari
Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits
dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam
hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.
1. Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya Perawi. Contohnya Hadits Mutawatir,
Hadits Ahad.
B. Saran
http://anekamakalahkita.blogspot.com/2013/01/makalah-kuliah-pengertian-
hadis.html. diunduh tanggal 08 Juni 2013 pukul 10.50 wib
http://riyadhulmubtadiin99.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-bentuk-bentuk
hadis. html. diunduh tanggal 08 Juni 2013. 10.50 WIB
http://musloemsejati.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-bentuk-hadits.html di
unduh tanggal 08 Juni 2013. 10.50 WIB
http://atikanaufa.wordpress.com/2013/02/02/pengertian-dan-bentuk-bentuk-hadits/ di
unduh tanggal 08 Juni 2013. 10.50 WIB
http://www.islam2u.net/index.php?option=com_content&view=article&id=
102:pengertian-hadits&catid=20:fatwa&Itemid=65 di unduh tanggal 08 Juni 2013.
10.50 WIB
14