Anda di halaman 1dari 22

Critical Book Report

Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu : Drs. Hadis Purba, MA

Oleh

Widya Sri Utami (0305192083)

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, yang menciptakan
seluruh alam semesta, karena rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga makalah tugas CBR
mata kuliah Akhlak Tasawuf ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1) Bapak Drs. Hadis Purba, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf
yang telah membimbing kami dalam menyelesai kan CBR ini.
2) Kedua orang tua kami yang telah membantu ataupun mendukung kegiatan
perkuliahan kami baik materi maupun non materi
3) Teman-teman yang memberikan dukungan dan sarannya dalam pengerjaan CBR ini
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan CBR ini tidak terlepas dari kesalahan dan sangat
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan dan perbaikan untuk pembuatan CBR berikutnya.
Saya berharap semoga CBR ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2020

Widya Sri Utami

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................................1
C. Manfaat........................................................................................................................1
D. Identitas Buku..............................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
 BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................2
A. Pengertian Akhlak Tasawuf.....................................................................................2
B. Ilmu Akhlak.............................................................................................................2
C. Beberapa Istilah Yang Berdekatan Dengan Akhlak................................................3
D. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak..............................................................3
E. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak.........................................................................3
F. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tauhid, Ilmu Jiwa dan Ilmu Pendidikan.....4
 BAB II UKURAN BAIK DAN BURUK....................................................................4
A. Pengertian Baik dan Buruk......................................................................................4
B. Ukuran Baik dan Buruk...........................................................................................5
 BAB III AKHLAK DALAM AJARAN ISLAM........................................................6
A. Prinsip-prinsip Kewajiban Akhlak Seorang Muslim...............................................6
B. Beberapa Sifat Terpuji Menurut Ajaran Islam........................................................7
 BAB IV MENGENAL TASAWUF............................................................................8
A. Nama dan Definisi Tasawuf....................................................................................8
B. Sejarah Timbulnya Tasawuf dan Perkembangannya...............................................8
C. Hubungan Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat.........................................................9
D. Hubungan Tasawuf dengan Kesehatan Mental.......................................................9
 BAB V PROSES BERTASAWUF.............................................................................9
A. Ilmu Yang Perlu Dipahami Dalam Tasawuf............................................................9
B. Al-Maqamat (Station-station Yang Harus Ditempuh Dalam Proses Bertasawuf) 10
C. Al-Ahwal (Kondisi Kejiwaan Dalam Bertasawuf)................................................11
D. Tujuan Bertasawuf.................................................................................................12
E. Karakteristik Akhlak Kaum Sufi...........................................................................12
 BAB VI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ILMU TASAWUF...........................12

ii
A. Kejadian Manusia..................................................................................................12
B. Hubungan Fungsional Antara Rohani dan Jasmani Manusia................................13
C. Tujuan Penciptaan Manusia Sebagai Makhluk Paling Sempurna.........................13
D. Arti Kehidupan Dunia Bagi Sufi...........................................................................13
 BAB VII APLIKASI AKHLAK TASAWUF DALAM KEHIDUPAN...................14
A. Aplikasi Akhlak Tasawuf dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara...............14
B. Aplikasi Akhlak Tasawuf dalam Kehidupan Sosial..............................................14
C. Aplikasi Akhlak Tasawuf dalam Berjiran Tetangga..............................................14
D. Aplikasi Akhlak Tasawuf dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan....................15
BAB III....................................................................................................................................16
A. Kelebihan...................................................................................................................16
B. Kelemahan.................................................................................................................16
BAB IV....................................................................................................................................17
A. Simpulan....................................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Critical book adalah suatu proses menganalisa buku sehingga pembaca menjadi lebih
kritis untuk memahami isi buku tersebut. Dalam menulis critical book review anda harus
membaca secara seksama dan juga membaca tulisan lain yang serupa agar Anda bisa
memberikan tinjauan dan evaluasi yang lebih komprehensif, obyektif dan faktual. Motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Prestasi siswa akan lebih baik bila siswa memiliki kecendrungan bahwa seseorang yang
memiliki kecerdasan tinggi ungkin akan gagal berprestasi karena kurang adanya motivasi dari
orang tua.

B. Tujuan
Tujuannya adalah untuk memberitahu para pembaca kelebihan dan kelemahan pada
buku karya Dr. Rahmat Hidayat, MA,dkk yang berjudul Akhlak Tasawuf.

C. Manfaat
Manfaatnya adalah pembaca akan tahu kelemahan dan kelebihan pada buku karya Dr.
Rahmat Hidayat, MA,dkk yang berjudul Akhlak Tasawuf.

D. Identitas Buku

1. Judul buku : Akhlak Tasawuf


2. Penulis : Dr. Rahmat Hidayat, MA dkk
3. Penerbit : Perdana Publishing
4. Tahun terbit : 2019
5. Cetakan :3
6. ISBN : 978-602-5674-39-6

1
BAB II
RINGKASAN BUKU

 BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Akhlak Tasawuf


Untuk memberikan defenisi terhadap sesuatu, biasanya para ilmuwan/ahli
menggunakan dua pendekatan, yaitu perndekatan dari sudut bahasa dan pendekatan dari
segi peristilahan. Dari sudut bahasa, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab yaitu
“akhlakun” sebagai bentuk jamak dari kata “khulqun” yang berarti: budi pekerti,
perangai, kelakuan atau tingkah laku, tabiat.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya yang selalu ada padanya. Sifat itu dapat
lahir berupa perbuaan baik, disebut akhlak yang mulia, atau berbuatan buruk disebut
akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. (Asmaran, 1992: 1).
Jadi seperti dikemukakan Asmaran As (199: 3), pada hakikatnya khuluk (budi pekerti)
atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang yang telah meresap dalam jiwa dan
menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbadai macam perbuatan dengan cara
spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari
kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal
pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir
kelakuan buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.

B. Ilmu Akhlak
Ilmu ialah mengenal sesuatu sesuai dengan esensinya, sedangkan akhlak ialah budi
pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Dengan demikian, ilmu akhlak ialah suatu ilmu
untuk mengenal budi pekerti, tabiat, perangai, tingkah laku manusia yang sebenarnya.
Ahmad Amin (1983: 3) mengemukakan bahwa ilmu akhlak adalah suatu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
setengah manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat.

2
C. Beberapa Istilah Yang Berdekatan Dengan Akhlak
1) Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan.
Etika merupakan bagian dari pelajaran filsafat, yang didefinisikan sebagai berikut :
a) Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran (Hamzah Ya’kub, 1988:13).
b) Etika ialah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk).
2) Moral
Perkataan “moral” berasal dari bahasa latin “mores” yang berarti adat kebiasaan.
Dalam bahasa Indonesia, dikatakan bahwa moral adalah baik-buruk perbuatan dan
kelakuan (WJS Poerwadarminta, 1982:654). Selanjutnya Hamzah Ya’kub (1988:14)
mengemukakan bahwa, yang dimaksud dengan moral ialah sesuai dengan ide-ide
yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Jadi sesuai
dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima yang meliputi kesatuan
social atau lingkungan tertentu.

D. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak


Setiap ilmu memiliki objek atau ruang lingkup pembahasan. Ruang lingkup ini terdiri
dari :
a) Objek formal, yaitu suatu benda atau zat yang menjadi pembahasan umum suatu
ilmu.
b) Objek material, yaitu sifat, keadaan atau perilaku tertentu dari suatu benda atau
zat.

E. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak


Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa fungsi dan manfaat pelajaran ilmu
akhlak adalah sebagai berikut:
1) Ilmu akhlak dapat memenuhi rasa ingin tahu manusia tentang nilai-nilai kebaikan
dan keburukan.
2) Ilmu akhlak dapat menjadi petunjuk atau memberi arah bagi manusia yang ingin
berbuat baik.
3) Nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran akhlak dapat menjadi sugesti atau
mendorong jiwa manusia untuk melakukan kebaikan.

3
4) Ilmu akhlak membahas tentang sifat-sifat jiwa manusia. Hal ini berarti bahwa
dengan menguasai ilmu akhlak secara luas dan mendalam akan dapat mencari dan
menemukan cara menangkal atau meminimalisir factor factor yang dapat merusak
akhlak manusia.

F. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tauhid, Ilmu Jiwa dan Ilmu Pendidikan
1) Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid
Hubungan antara akhlak dengan ilmu tauhid ini dapat dilihat dari aspek tujuan
mempelajarinya. Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa tujuan atau manfaat
mempelajari akhlak adalah agar manusia mendapat petunjuk, jalan, dan ukuran
dalam berakhlak yang baik. Demikian juga dengan tujuan mempelajari ilmu
tauhid yaitu agar manusia mengenal Allah dan mengakui ke-Esaan-Nya. Sehingga
menjadi landasan untuk mengarahkan amal perbuatan yang dilakukan manusia,
sehingga perbuatan manusia tersebut semata-mata karena Allah SWT secara
ikhlas.
2) Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa
Antara ilmu akhlak dengan fsikologi terdapat hubungan yang amat kuat.
Psikologi atau ilmu jiwa menyelidiki dan membicarakan kekuatan perasaan,
paham, mengenal, ingatan, kehendak dan kemerdekaannya, khayal, rasa kasih,
rasa senang dan rasa sakit. Sedangkan etika sangat membutuhkan apa yang
dibicarakan oleh ilmu jiwa tadi, bahkan ilmu jiwa dapat dikatakan sebagai
pendahuluan yang tertentu dalam mempelajari akhlak. (Ahmad Amin, 1983: 8).
3) Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan
Pendidikan mempunyai hubungan dan pengaruh yang besar dengan akhlak.
Pendidikan turut mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah lakunya
sesuai dengan pendidikan yang telah diterimanya. Naluri yang tedapat pada diri
seorang manusia dapat dibangun dengan baik dan terarah melalui pendidikan.

 BAB II UKURAN BAIK DAN BURUK

A. Pengertian Baik dan Buruk


Yang disebut baik itu adalah segala sesuatu yang sempurna, bernilai benar,
diharapkan orang, memberikan kepuasan, memberikan perasaan senang atau bahagia,
sehingga dihargai secara positif. Sebaliknya, burukitu ialah lawan dari baik, berarti segala

4
sesuatu yang tidak sempurna, tidak benar, tidak diharapkan orang, tidak memberikan
kepuasan dan rasa senang, sehingga dihargai secara negatif. Jadi, buruk itu adalah lawan
dari baik.

B. Ukuran Baik dan Buruk


1) Aliran Hedonisme
Aliran Hedonisme mengatakan bahwa, tidak semua perbuatan mengandung
kelezatan atau kenikmatan, karena ada juga perbuatan yang justru mendatangkan
kepedihan. Karena itu, menurut paham ini suatu perbuatan disebut baik adalah apabila
perbuatan tersebut banyak mendatangkan kelezatan dan kenikmatan, jadi menurut
aliran ini kelezatan yang didatangkan oleh suatu perbuatan, itulah yang menjadi
ukuran baiknya perbuatan tersebut. Karena itu perbuatan yang tidak mendatangkan
kelezatan atau justru mendatangkan kepedihan, itulah perbuatan buruk.
2) Adat Istiadat
Menurut aliran ini baik atau buruknya suatu perbuatan, ditentukan berdasarkan
adat-istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang
mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang yang menentang
dan tidak mengikuti adat-istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu dihukum secara
adat. Itulah sebabnya setiap orang tua berusaha mendidik anaknya agar hidup dan
berperilaku sesuai dengan adat-istiadat, dan jangan sampai melanggarnya, sebab
ajaran adat-istiadat dipandang sebagai suatu kebaikan yang dapat membawa kepada
ketenangan hidup dalam bermasyarakat.
3) Aliran Intuisisme
Menurut paham ini perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan
penilaian yang diberikan oleh hati nurani atau kekuatan batin yang ada dalam dirinya.
Dan sebaliknya perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati nurani atau
kekuatan batin dipandang buruk.
4) Aliran Utilitarianisme
Sesuai dengan nama ajaran ini, maka yang menjadi prinsip bagi mereka ialah
kegunaan (utility) dari perbuatan tersebut. Jadi menurut ajaran ini, baik buruknya
suatu perbuatan diukur dari besar kecilnya manfaat atau kegunaan yang ditimbulkan
perbuatan tersebut bagi manusia.
5) Aliran Idealisme
Pokok-pokok pandangannya sebagai berikut:

5
a) Wujud yang paling dalam dari kenyataan (hakikat) ialah kerohanian.
Seseorang berbuat baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan orang lain
melainkan atas dasar kemauan sendiri atau rasa kewajiban. Sekalipun diancam
dan dicela orang lain, perbuatan baik itu dilakukannyajuga, karena adanya rasa
kewajiban yang bersemi dalam nurani manusia;
b) Faktor yang paling penting mempengaruhin manusia ialah kemauan" yang
melahirkan tindakan yang konkrit. Dan yang menjadi pokok disini adalah
"kemauan baik'";
c) Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang
menyempumakannya yaitu "rasa kewajiban". (Hamzah Ya'qub, 1988: 45)
6) Vitalisme
Menurut Abidin Nata (2009: 115-116), paham vitalisme ini pernah dipraktekkan
para penguasa dizaman feodalisme terhadap kaum yang lemah dan bodoh. Dengan
kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki ia mengembangkan pola hidup feodalisme,
kolonialisme, diktator, dah tiranik. Kekuatan dan kekuasaan menjadi lambang dan
status sosial untuk dihormati. Ucapan, perbuatan dan ketetapan yang dikeluar kannya
menjadi pegangan bagi masyarakat. Hal ini bias berlaku, mengingat orang-orang yang
lemah dan bodoh selalu mengharapkan pertolongan dan bantuannya.
7) Teologi Islam
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa menurut agama Islam, perbuatan manusia
dipandang baik oleh Allah apabila perbuatan tersebut dijadikan sebagai ibadah
(penghambaan diri) kepadaNya. Ini berarti bahwa semua perbuatan yang tidak
bernilai ibadah, dipandang sebagai perbuatan yang sia-sia atau tidak baik dihadapan
Allah.

 BAB III AKHLAK DALAM AJARAN ISLAM

A. Prinsip-prinsip Kewajiban Akhlak Seorang Muslim


1) Akhlak terhadap Allah SWT.
a) Mengakui keesaan Allah
b) Zikir
c) Beribadah kepada Allah dan mematuhi hukum-hukum-Nya
d) Mencintai Allah dan bersyukur kepada-Nya
e) Berharap dan berdoa kepada Allah
6
f) Tawakal kepada Allah
g) Taubat dan istighfar
2) Akhlak kepada Rasulullah
a) Menerima dan mengikuti ajaran yang dibawanya
b) Bershalawat kepadanya
3) Akhlak terhadap orang tua
a) Patuh kepada orang tua
b) Berkata sopan dan lemah lembut kepada orang tua
c) Menjaga hubungan baik dengan orang tua
d) Mendoakan kedua orang tua
4) Akhlak terhadap diri sendiri
a) Memelihara kesucian dan kesehatan sendiri
b) Meningkatkan kemampuan diri dengan menutut ilmu
c) Rajin, kreatif, kerja keras, dan produktif
d) Berlaku tenang dan tidak terburu-buru
5) Akhlak terhadap sesame manusia dan makhluk lain di alam sekitar
Allah memerintahkan kita untuk berbuat baik terhadap sesame manusia, yaitu
seperti kaum kerabat atau keluarga, anak-anak yatim, orang miskin, tetangga, dan
kawan seperjalanan juga terhadap makhluk lain di sekitar kita.

B. Beberapa Sifat Terpuji Menurut Ajaran Islam


1) Kesucian hati (al-Ifafah)
2) Benar (ash-Shidqah)
3) Amanah
4) Malu (al-Haya)
5) Adil (al-Adl)
6) Berani (as-Syaja’ah)
7) Rendah hati (at-Tawadlu)
8) Optimis
9) Sabar (as-Shabr)
10) Kasih saying (ar-Rahmah)

7
 BAB IV MENGENAL TASAWUF
A. Nama dan Definisi Tasawuf
a) Ada yang berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuffatul masjid yang
artinya serambi masjid.
b) Ulama lain berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shaf yang artinya
barisan dalam shalat.
c) Sebahagian ulama lagi berpendapat bahwa tasawuf berasal dari kata shuf, artinya
bulu domba.
d) Sebagian lagi berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shafa yang berarti
kesucian.
e) Ada pula yang mengatakan bahwa kata tasawuf dalam bahasa Arab berkaitan
dengan kata shofis=kebijaksanaan dalam bahasa Yunani.

1. Pendefinisian Tasawuf dari Sudut Bidayah


Pendefinisian dari sudut Bidayah maksudnya adalah perasaan manusia dengan
fitrahnya bahwa tidak semua yang ada ini dapat menguasai dirinya.
2. Pendefinisian dari segi Jahidah
Definisi tasawuf dari sudut kesungguhan ini telah dimulai dengan pendekatan
amaliyah yaitu dengan merendahkan diri dan pengalaman agama dan
pengenalan semua fadhilah-fadhilahnya.
3. Pendefinisian dari segi yang dirasakan
Bahwa tasawuf adalah kesadaran fitrah yang dapat mengerahkan jiwa kepada
kegiatan-kegiatan tertentu untuk mendapatkan suatu perasaan berhubungan
dengan wujud Tuhan yang Mutlak.

B. Sejarah Timbulnya Tasawuf dan Perkembangannya


Tasawuf dalam islam telah ada bersamaan dengan datangnya agama Islam itu sendiri.
Hal ini dapat dilihat dari :
1) Cara hidup Muhammad SAW sendiri sebagai pembawa ajaran Islam, yang
senantiasa mempraktekkan hidup zuhud.
2) Bahwa dalam Al-Qur’an sendiri banyak ayat-ayat yang secara lagsung atau tidak
langsung menyuruh manusia bertasawuf.

8
C. Hubungan Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat
Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa hubungan antara ilmu tasawuf, ilmu
kalam dan filsafat tersebut sangatlah erat. Kedekatan hubungan ketiga ilmu ini, dapat
dilihat dari beberapa segi yaitu:
a) Sumber; Sumber informasi dan landasan ilmu tasawuf, ilmu kalam dan filsafat
dalam Islam adalah wahyu. Sehingga dapat dibuktikan bahwa barulah dinamakan
pemikiran Islam apabila ilmu-ilmu tersebut telah berlandaskan wahyu.
b) Fungsi; Fungsi kelompok ilmu pemikiran Islam tarmasuk ilmu tasawuf, ilmu
Islam dan filsafat adalah merupakan landasan bagi ilmu-ilmu terapan.
c) Tujuan; Ilmu tasawuf, ilmu kalam dan filsafat sama-sama bertujuan untuk
memperkuat dan memperkokoh sendi-sendi aqidah Islamiyah dalam kehidupan
manusia (umat Islam), ilmu tasawuf memperkuat sendi aqidah Islammelalui
hakekat dengan Tuhan. Ilmu kalam memperkuataqidah islamiyah dari sudut
keyakinan, dan filsafat melalui kebenaran sepanjang logika. Karena itu ketiga
ilmu ini memiliki hubungan yang subsistik saling menguatkan.

D. Hubungan Tasawuf dengan Kesehatan Mental


Dengan demikian, antara tasawuf dengan ilmu jiwa atau ilmu kesehatan mental
memiliki hubungan yang erat karena salah satu tujuan praktis dari ilmu kesehatan mental
adalah agar manusia memiliki ketenangan hati, ketentraman jiwa dan terhindar dari
penyakit-penyakit psikologis seperti dengki, sombong, serakah, takabbur dan sebagainya.

 BAB V PROSES BERTASAWUF


A. Ilmu Yang Perlu Dipahami Dalam Tasawuf
1) Syariat
Dalam syariat yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis ditunjukkan mana
perintah dan mana larangan.
2) Tarikat
Tarikat adalah hasil pengalaman dari seorang sufi yang diikuti oleh para murid,
yang dilakukan dengan aturan/cara tertentu, dan bertujuan untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah.
3) Hakikat
Hakikat itu adalah membuka kesempatan bagaimana sufi mencapai maksudnya,
yaitu mengenal tuhan melalui penyelaman dan penyelaman diri sendiri.

9
4) Ma’rifah
Ma’rifah adalah mengenal Tuhan melalui hati dengan lengkap dan jelas.
5) Zikir
Zikir secara bahasa bermakna mengingat atau menyebut. Dalam ajaran Islam
khususnya dalam tasawuf, zikir itu diartikan sebagai suatu usaha untuk mengingat
Allah dan melupakan selain Allah.
6) Takhalli
Takhalli adalah pembersihan/pengosongan diri dari segala sifat dan sikap mental
tidak baik.
7) Tahalli
Tahalli adalah mengisi dan menghiasi diri dengan segala sifat, sikap serta
perbuatan yang baik, berusaha agar dalam setiap gerakan perilaku selalu berjalan
di atas ketentuan agama.
8) Tajalli
Tajalli adalah mengisi diri dengan butir-butir mutiara akhlak dan organ-organ
tubuh sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur.

B. Al-Maqamat (Station-station Yang Harus Ditempuh Dalam Proses Bertasawuf)


1) Al-Taubah
Apabila seseorang ingin mendekatkan diri atau ingin melihat Tuhan, maka
langkah pertama yang harus dilakukan adalah taubat dalam arti yang sebenarnya.
2) Al-Zuhd
Setiap calon sufi harus mengurangi keinginan terhadap dunia (zahid), jangan
tergoda dengan dunia, melainkan harus menjauhi kehidupan dunia.
3) Al-Wara’
Pengertian dasar dari wara’ sebenarnya adalah menghindari apa saja yang tidak
baik.
4) Al-Faqir
Al-Faqir menurut sufi adalah tidak memaksakan diri untuk mendapatkan sesuatu,
tidak menuntut lebih dari apa yang telah dimiliki atau melebihi dari kebutuhan
primer.
5) Al-Shabr
Sabar adalah suatu sikap mental yang sangat fundamental dalam usaha mencapai
tujuan hidupnya yang sangat banyak menghadapi gangguan dan cobaan.

10
6) Al-Tawakkal
Tawakkal mempunyai arti menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha yang
dilakukan kepada Allah SWT serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya untuk
mendapatkan manfaat atau menolak yang mudarat.
7) Al-Ridho
Ridho merupakan perpaduan antara shobar dan tawakkal sehingga melahirkan
sikap mental yang merasa tenang dan senang menerima segala situasi dan kondisi.

C. Al-Ahwal (Kondisi Kejiwaan Dalam Bertasawuf)


1) Al-Muraqabah
Al-Muraqabah mengandung pengertian adanya kesadaran diri bahwa ia selalu
berhadapan dengan Allah dalam keadaan diawasi.
2) Al-Khauf
Yang dimaksud dengan al-Khauf menurut sufi adalah suatu sikap mental merasa
takut pada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya.
3) Al-Raja’
Raja’ berarti suatu sikap mental optimism dalam memperoleh karunia dan nikmat
Ilahi yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang saleh.
4) Al-Syauq
Al-Syauq ialah rasa rindu yang memancar dari kalbu karena gelora cinta yang
murni.
5) Al-Uns
Al-Uns adalah keadaan jiwa dan seluruh ekspresi terpusat penuh hanya kepada
Allah.
6) Al-Thoma’ninah
Secara harfiyah, kata ini berarti tenang, tentram, tidak ada rasa was-was dan
khawatir, tidak ada yang dapat mengganggu perasaan dan pikiran, karena ia telah
mencapai tingkat kebersihan jiwa yang tinggi.
7) Al-Musyahadah
Musyahadah berarti menyaksikan dengan mata kepala sendiri, maka menurut sufi
musyahadah itu diartikan menyaksikan secara jelas dan sadar tentang Allah
8) Al-Yakin
Perasaan mantapnya pengetahuan yang diperoleh dari pertemuan secara langsung
tersebut, itulah yang disebut dengan Al-Yakin.

11
D. Tujuan Bertasawuf
1) Al-Fana dan Al-Baqa
2) Ittihad
Ittihad artinya membebaskan diri dari alam lahiriyah atau mampu meniadakan
pribadinya dari kesadarannya.
3) Al-Hulul
Pengertian Al-Hulul adalah tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia
tertentu yaitu manusia tertentu yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-
sifat kemanusiannya melalui fana.
4) Wahdatul Wujud
5) Al-Isyraq
Al-Isyraq dapat diartikan bersinar atau memancarkan cahaya.

E. Karakteristik Akhlak Kaum Sufi


1) Banyak berzikir
2) Mengutamakan aspek spiritual dalam beribadah
3) Bersikap tawadhu dan pengendalian diri
4) Beruzlah
5) Berorientasi eskatologis
6) Pola hidup sederhana

 BAB VI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ILMU TASAWUF


A. Kejadian Manusia
Menurut urutannya, ciptaan awal Allah SWT sebelum manusia adalah alam semesta
dan segala isinya termasuk udara, tanah dan air. Di atas media ini (secara logika) baru
dapat hidup tumbuh-tumbuhan. Sesudah itu barulah dimungkinkan hidupnya hewan. Jadi
penciptaan generasi makhluk tersebut, secara logika tidak mungkin serentak. Sebab setiap
makhluk ciptaan itu saling memerlukan antar sesamanya. Masing-masing tidak mungkin
hidup secara terpisah sendiri-sendiri. Manusia sebagai generasi makhluk yang paling
akhir memerlukan dukungan ketiga makhluk generasi sebelumnya, yaitu. 1) Udara, air
dan tanah; 2) Tumbuh-tumbuhan; dan 3) Hewan. (Jalaluddin: 2001: 41).
Dikalangan sufi secara tidak tertulis diajarkan bahwa makhluk pertama yang
diciptakan Allah adalah alam nur, kemudian pada masa kedua diciptakan alam arwah,
pada masa ketiga diciptakan alam malakut, pada masa keempat diciptakan alam jabarut,

12
pada masa kelima diciptakan alam mitsal, dan pada masa terakhir (yaitumasa ke enam)
diciptakan alam insan (alam manusia).
Sebagai makhkluk yang paling bungsu, manusia merupakanciptaan dan karya Allah
yang paling istimewa dan penuhrahasia (Jalaluddin: 2001:12). Manusia merupakan satu-
satunya makhluk Allah yang perbuatannya mampu mewujudkan bagian tertinggi dari
kehendak Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Keistimewaan dan kerahasisan manusia
dibanding seluruh makhluk-makhluk lain adalah kejadiannya yang terdiri dari dua
dimensi yaitu dimensi jasmani dan rohani.

B. Hubungan Fungsional Antara Rohani dan Jasmani Manusia


1) Jasmani Merupakan Kendaraan Bagi An-Nafs
Hubungan an-Nafs dengan jasmani adalah seperti pengendara dengan
kendaraannya dalam menuju suatu tujuan. Pengendara adalah an-Nafs dan
kendaraannya adalah jasmaniah. Jadi bukan sebaliknya.
2) Jasmani Merupakan alat Bagi an-Nafs
Selain berfungsi sebagai kendaraan, fungsi kedua jasmani bagi an-Nafs adalah
sebagai alat, sehingga dalam hal ini hubungan an-Nafs dengan jasmani adalah
bagaikan pengguna alat (an-Nafs) dengan alat yang digunakan (jasmani).

C. Tujuan Penciptaan Manusia Sebagai Makhluk Paling Sempurna


1) Manusia sebagai saksi Allah
2) Manusia sebagai Khalifah Allah
3) Manusia sebagai hamba

D. Arti Kehidupan Dunia Bagi Sufi


Kehidupan di dunia hanyalah bersifat sementara. Manusia akan mengalami mati dan
apabila ajal kematian telah datang manusia tidak dapat menundanya walau satu detikpun.
Hidup di dunia hanyalah sementara yang lebih abadi hanyalah kehidupan di akhirat.
Dengan mengakui ketentuan hidup yang seperti ini, tentunya manusia yang beriman
akan menjadikan kehidupan dunia ini hanya sebagai sarana pengabdian kepada Allah
bukan sebagai tujuan hidup.
Selain berfungsi sebagai sarana untuk mengabdi pada Allah SWT, ternyata dunia ini
dengan alam materinya bagi kaum sufi memiliki fungsi lain yaitu sebagai ujian bagi
manusia. Ketertarikan hati manusia kepada dunia dan benda-benda yang bersifat materi
membuatnya menjadi lalai akan fungsi dan tugasnya sebagai hamba Allah dan cenderung
menjadkan dunia sebagai tujuan hidup.

13
 BAB VII APLIKASI AKHLAK TASAWUF DALAM KEHIDUPAN
A. Aplikasi Akhlak Tasawuf dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Dalam bernegara sering terjadi konflik yang sangat serius, salah satu penyebabnya
adalah kurangnya akhlak yang baik di dalam Negara kita. Akhlak yang baik di dalam
suatu Negara seharusnya sesame masyarakat dan penduduk Negara harus saling
menghargai satu sama lain agar tidak menimbulkan masalah-masalah yang tidak
semestinya dipeributkan. Akhlak dalam bernegara dapat di capai dengan baik jika telah di
dasari berbagai hal-hal yang mampu menunjang akhlak-akhlak yang baik juga di dalam
suatu Negara.

B. Aplikasi Akhlak Tasawuf dalam Kehidupan Sosial


Berikut beberapa nilai-nilai tasawuf yang bias diimplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari :
1) Zuhud. Orang yang zuhud tidak merasa senang dengan berlimpah ruahnya harta
dan tidak merasa susah dengan kehilangannya.
2) Ridho. Secara harfiah, Ridho artinya rela, suka, senang. Dengan demikian ridho
tidak berusaha, tidak menentang qada’ dan qadar tuhan.
3) Qanaah. Qanaah merupakan satu dari nilai-nilai tasawuf yang juga begitu penting
dalam pengaplikasiannya.
4) Tawakal. Tawakal adalah perasaan dari seorang mu’min dalam memandang alam,
bahwa apa yang terdapat didalamnya tidak akan luput dari tangan Allah.
5) Sabar. Sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan
kehendak Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan menampakkan
sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran dalam bidang ekonomi.
6) Syukur.

C. Aplikasi Akhlak Tasawuf dalam Berjiran Tetangga


Berbuat baik kepada tetangga ada tingkatannya. Semakin besar haknya, semakin besar
tuntutan agama terhadap kita untuk berbuat baik kepadanya. Di sisi lain, walaupun
tetangga kita non muslim, ia tetap memiliki satu hak yaitu hak tetangga. Jika hak tersebut
dilanggar, maka terjatuh pada perbuatan zalim dan dosa. Sehingga sebagai muslim kita
dituntut juga untuk berbuat baik pada tetangga non muslim sebatas memenuhi haknya
sebagai tetangga tanpa menunjukkan loyalitas kepadanya, agamanya dan kekufuran yang
ia anut.

14
D. Aplikasi Akhlak Tasawuf dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan dan disadari dengan
Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu berada di hadirat-Nya.
Karena melalui tasawuf ini seseorang disadarkan bahwa segala sumber yang ada ini
berasal dari Tuhan.
Dengan adanya bantuan tasawuf ini maka ilmu pengetahuan satu dan lainnya tidak
akan bertabrakan, karena berada dalam satu jalan dan tujuan. Selanjutnya tasawuf melatih
manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti.
Tasawuf telah menjadi obat dalam mengatasi krisis kerohanian manusia modern yang
telah lepas dari pusat dirinya, sehingga ia tidak mengenal lagi siapa dirinya, arti dan
tujuan dari kehidupan di dunia ini.

15
BAB III
PENILAIAN

A. Kelebihan
1. Didalam buku bahasa yang digunakan cukup mudah untuk dipahami.
2. Desain sampul buku cukup menarik.
3. Didalam buku ini materi yang dipaparkan dijelaskan secara luas dan detail.
4. Didalam buku terdapat materi-materi yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis
dan ayatnya/hadisnya dipaparkan didalam buku.

B. Kelemahan
1. Didalam buku ini tidak ada kesimpulan atau ringkasan untuk setiap babnya.

16
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa buku ini menjelaskan tentang
Akhlak Tasawuf. Didalam buku ini terdapat banyak teori-teori yang diserta dengan
sumber berupa Al-Qur’an dan Hadis yang dapat membantu kita dalam memahami materi.
Sehingga buku ini sangat bermanfaat bagi yang membacanya. Manfaat setelah kita
membaca buku ini sangatlah besar karena kita dapat mengetahui tentang Akhlak Tasawuf.

B. Saran
Penulis menyarankan dalam menulis dan mencetak sebuah buku sebaiknya pengarang
menambahkan kesimpulan/ringkasan untuk setiap babnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Rahmat, dkk. 2019. Akhlak Tasawuf. Medan : Perdana Publishing

18

Anda mungkin juga menyukai