KELOMPOK 2 :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan banyak
kemudahan dan ide dalam pembuatan makalah ini. Tanpa pertolonganNya tentu makalah ini
tidak akan terselesaikan pada waktunya, walaupun masih terkandung begitu banyak kekurangan
didalamnya.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini bukan jerih payah penulis saja, akan
tetapi atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT.,dengan segala rahmat serta karunia-Nya yang memberikan kekuatan bagi
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Anggit Garnita, S.Ag, M.Sos selaku dosen yang selalu memberikan bimbingan,
arahan, dorongan, dan semangat kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Kedua orang tua tercinta yang selama ini telah membantu penulis dalam bentuk
perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang tidak henti-hentinya mengalir demi
kelancaran dan kesuksesan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa semua pihak yang terlibat yang belum dimasukkan namanya satu persatu dalam
makalah ini. Semoga segala bantuan dan kebaikannya mendapatkan balasa tang berlipat ganda
dari Allah SWT.
Di dalam proses pembuatannya kami mendapatkan banyak rintangan dan tantangan,
namun tetap dengan penuh kesabaran saya mengupayakan terselesaikannya penulisan makalah
ini sebagai bentuk tanggung jawab kami terhadap tugas.
Makalah ini memuat judul “Ilmu Dan Kaidah Hadis” sebagai bentuk upaya penulis
dalam mengetahui materi tentang Ilmu Dan Kaidah Hadist.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG MASALAH....................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................3
C. TUJUAN.............................................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
A. Ilmu Dan Kaidah Hadist Tentang Rawi Dan Sanad Ilmu Rijal Al-Hadit....................................4
1. Pengertian Ilmu Rijal al-Haditsi Ilmu Rijal al-Hadits adalah:..........................................................4
2. Pengertian Thabaqah.......................................................................................................................4
3. Macam Macam Thabaqah................................................................................................................5
B. Ilmu Jahr Wa Al-Ta'dil....................................................................................................................8
1. Pengertian Ilmu Jahr wa al-Ta'dil....................................................................................................8
C. Ilmu Dan Kaidah Tentang Matan...................................................................................................9
1. Ilmu Gharib al-Hadits......................................................................................................................9
2. Ilmu Asbab Wurud al-Hadits dan tawarikh al-Mutun......................................................................9
3. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh dan Talfiq al-Hadits...........................................................................9
D. Ilmu Dan Kaidah Tentang Sanad Dan Matan..............................................................................11
1. Ilmu ‘ilal al-Hadist.........................................................................................................................11
2. Ilmu Fan al-Mubhamat..................................................................................................................11
3.Ilmu Tashhif wa al-Tahnif..............................................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................12
PENUTUP.................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hadits merupakan sumber hukum islam kedua setelah al-Quran yang sangat penting, oleh
sebab itu dalam periwayatanya ulama ahli hadits sangatlah berhati-hati dan untuk itu banyak
sekali ilmu yang membahas tentang keshahihan hadits, ada yang berdasar sanad, riwayat maupun
matan, hal ini karena semakin memenuhi syarat dalam periwayatan maka semakin baik
kehujjahanya sebagai sumber hukum islam. Setelah wafatnya Rasulullah terjadilah beberapa
peristiwa yang hamper menjatuhkan umat islam, yaitu pada masa khulafaurrasyidin dimana
timbul kekacauan yang di akibatkan oleh beberapa peristiwa. Setelah masa kekhalifahan selesai
dan di gantikan dinasti Ummayah, timbul beberapa golongan fanatik umat islam yang tentu saja
mempunyai kepentingan didalam kelompoknya sehingga mereka diperkirakan telah banyak
membuat hadist-hadist baru atau disebut juga pemalsuan hadits. Hal inilah yang mendorong
ulama' muhadisin untuk meneliti hadits secara luas dan cermat. Untuk itulah ulama' membagi
ilmu hadist menjadi dua, yaitu ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah. Ilmu hadits riwayah
adalah kajian mengenai proses penerimaan. memelihara, menyampaikan kepada orang lain dan
mentadwidkan suatu hadist dalam suatu kitab hadits. Kajian ini tidak membicarakan adanya
matan yang syudz dan 'illat, maupun sanad yang bersambung atau tidak dan juga tidak
membicarakan tentang sifat para perawi.
Sedangkan ilmu hadits dirayah terutama ilmu mustholah ialah kajian ilmu yang meneliti
matan, sanad dan rawi hadist. Selanjutnya cabang ilmu dari keduanya jika dilihat dari segi sanad
atau rawi adalah Ilmu Rijal Al Hadist, Ilmu Thabaqah Ar Ruwat Dan Ilmu Jarh Wa Ta'dil.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu rijal al-hadits: thabaqah dan tarikh al ruwah
2. Untuk mengetahui ilmu jarh wa al-ta'dil
3. Untuk mengetahui macam-macam pembagian thabaqah shahabat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu Dan Kaidah Hadist Tentang Rawi Dan Sanad Ilmu Rijal Al-Hadit
Pertama kali orang yang sibuk memperkenalkan ilmu ini secara ringkas adalah Al-Bukhari
(w.230 H) kemudian Muhammad bin sa'ad (w 230 H) dalam Thabaqatnya. Kemudian berikutnya
Izzuddin Bin al-Atsir(w.630 H) menulis Usud Al-Ghabah Fi Asma Ash-Shahabah, Ibnu hajar Al-
asqalani (w.852 H) yang menulis Al-Ishabah Fi Tamyiz Ash-shahabah kemudian diringkas oleh
as suyuthi(w.911 H) dalam bukunya yang berjudul 'ayn AH-shabah. Al-Wafayat karya Zabir
Muhammad bin Abdullah Ar-rubi (w.379 H).
2. Pengertian Thabaqah
Ilmu thabaqah itu, termasuk bagian dari ilmu rijalal hadis, karena obyek yang dijadikan
pembahasannya ialah rawi-rawi yang menjadi sanad suatu hadis. Hanya saja masalahnya
berbeda. Kalau di dalam ilmu rijalul hadis para rawi dibicarakan secara umum tentang hal ihwal,
biografi, cara-cara menerima dan memberikan Al Hadis dan lain sebagainya, maka dalam ilmu
thabaqah, penggolongan para perawi sebut dalam sam beberapa golongan, sesuai dengan alat
pengikatnya. Misalnya rawi-rawi yang sebaya umumnya, digolongkan dalam satu thabaqah dan
para rawi seperguruan, mengikatkan diridalam satu thabaqah. Thabaqah secara bahasa berarti
hal-hal, martabat-martabat, atau derajat-derajat. Seperti halnya tarikh, thabaqathjuga adalah
bagian dari disiplin ilmu hadits yang berkenaan dengan keadaan perawi hadits. Namun keadaan
yang dimaksud dalam ilmu thabaqah adalah keadaan yang berupa persamaan para perawi dalam
sebuah urusan. Adapun urusan yang dimaksud, antara lain:
2
Para ulama membuat ta'rif ilmu thabaqah, ialah: علم يبحث فيه عن كل جماعة تشترك في أمر واجد
"Suatu ilmu pengetahuan yang dalam pokok pembahasannya diarahkan kepada kelompok
orang-orang yang berserikat dalam satu alat pengikat yang sama."
Misalnya ditinjau dari alat pengikatnya, yaitu penjumpaannya dengan Nabi (shuhbah), para
sahabat termasuk dalam thabaqah pertama, para tabi'in termasuk dalam thabaqat ketiga dan
seterusnya. Dasar penggolongan yang demikian ini, ialah sabda Rasulullah Saw:
رواه البخار مومسلم.خير القرون قرني ثم الذين يلونهم
Dalam pengertian lain, menurut bahasu Thabaqah diartikan kaum yang serupa
atau sebaya. Menurut istilah thabuqat adalah: Kaum yang berdekatan atau sebaya dalam
usia dan dalam isnad atau dalam isnad saja.. Thabaqah adalah kelompok beberapa orang yang
hidup dalam satu generasi atau satu masa dan dalam periwayatan atau isnad yang sama atau
sama dalam periwayatan saja. Maksud berdekatan dalam isnad adalah satu perhuruan atau satu
guru atau diartikan berdekatan dalam berguru. Jadi para gurunya sebagian periwayat juga para
gurunya sebagian perawi lain. Misalnya thabaqah sahabat, thabaqat tabi'in, thabaqat tabi'it tabi'in,
dan seterusnya. Kemudian thabagat masing-masing ini dibagi-bagi lagi menjadi beberapa
thabaqah lagi yang nanti. akan dijelaskan pada pembahasannya.
Ada empat thabaqah yang pokok bagi ruwant/rijalul (para perawi) hadits, yaitu:
Ash-Shahabah merupakan jamak dari Shahabi, dan Shahabi secara bahasa diambil dari kata
Ash- Shuhbah, dan ini digunakan atas setiap orang yang bershahabat dengan selainnya baik
sedikit maupun banyak. Dan Ash-Shahabi menurut para ahli hadits adalah setiap muslim yang
pernah melihat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam meskipun tidak lama pershahabatannya
dengan beliau dan meskipun tidak meriwayatkan dari beliau sedikitpun. Imam Bukhari berkata
dalam Shahihnya, "Barangsiapa yang pernah menemani Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam atau
melihatnya di antara kaum muslimin, maka dia termasuk dari shahabat-shahabat beliau".
Ibnu Ash-Shalah berkata, "Telah sampai kepada kami dari Abul-Mudlaffir As Sam'ani Al-
3
Marwazi, bahwasannya dia berkata: Para ulama hadits menyebut istilah shahabat kepada setiap
orang yang telah meriwayatkan hadits atau satu kata dari beliau shallallaahu 'alaihi wasalla, dan
mereka memperluas hingga kepada orang yang pernah melihat beliau meskipun hanya sekali,
maka ia termasuk dari shahabat. Hal ini karena kemuliaan kedudukan Nabi shallallaahu 'alaihi
wasallam. dan diberikanlah julukan shahabat terhadap setiap orang yang pernah melihatnya".
Dan dinisbatkan kepada Imam para Tabi'in Sa'id bin Al-Musayyib perkataan: "Dapat
dianggap sebagai shahabat bagi orang yang pernah tinggal bersama. Rasulullah shallallaahu
'alaihi wasallam setahun atau dua tahun, dan ikut berperang bersamanya sekali atau dua kali
peperangan". Ini yang dihikayatkan para ulama ushul- fiqh. Akan tetap Al-Iraqi membantahnya.
"Ini toadk benar dari Ibnul-Musayyib, karena Jarir bin Abdillah Al-Bajali termasuk dari
shahabat, padahal dia masuk Islam pada tahun 10 Hijriyah. Para ulama juga menggolongkan
sebagai shahabat orang yang belum pernah ikut perang bersama beliau, termasuk ketika
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam wafat sedangkan orang itu masih kecil dan belum pernah
duduk bersamanya".
Ibnu Hajar berkata, "Dan pendapat yang paling benar yang aku pegang. bahwasannya
shahabat adalh seorang mukmin yang pernah berjumpa dengan Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam dan mati dalam keadaan Islam, termasuk di dalamnya adalah orang yang pernah duduk
bersama beliau baik lama atau sebentar, baik meriwayatkannya darinya atau tidak, dan
orangyang pernah melihat beliau shallallaahu 'alaihi wasallam walaupun sekali dan belum pernah
duduk dengannya, dan termasuk juga orang yang tidak melihat beliau shallallaahu 'alaihi
wasallam karena ada halangan seperti buta" (Lihat Shahih Al-Bukhari tentang kutamaan para
shahabat, Ulumul-Hadiits oleh Ibnu Shalah halaman 263. Al-ba'itsul-Hatsits halaman 179, Al-
Ishabah 1/4, Fathul-Mughits 4/29. dan Tadriibur-Rawi halaman 396).
Tingkatan-tingkatan thobaqot yang ada dalam ilmu-ilmu hadis itu terbagi atas beberapa bagian
diantaranya:
4
shallallahu 'alaihi wa sallam.
3. Thobaqot ketiga: thobaqot pertengahan dari tabi'in seperti al-hasan (al-bashri, pent) dan
ibnu sirin, dan mereka adalah (berada pada) thobaqot yang meriwayatkan dari sejumlah
shahabat nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
4. Thobaqot keempat : tabi'in kecil, mereka merupakan thobaqot yang sesudah thobaqot
yang sebelumnya (thobaqot ke-3). Kebanyakan riwayat mereka adalah dari kibar tabi'in
(thobaqot ke-1). Rowi yang dalam thobaqot ini contohnya adalah az-zuhri dan qotadah.
5. Thobaqot kelima: thobaqot yang paling kecil dari tabi'in, mereka adalah yang lebih kecil
dari yang thobaqot-thobaqot tabi'in yang sebelumnya. Dan mereka adalah termasuk
tabi'in, mereka melihat seorang atau beberapa orang shahabat. Contoh thobaqot ini adalah
musa bin *uqbah dan al-a'masy.
6. Thobaqot keenam thobaqot yang sezaman dengan thobaqot ke-5 (¹3 A), akan tetapi tidak
tetap khobar bahwa mereka pernah emu seorang shahabat seperti ibnu juraij.
7. Thobaqot ketujuh: thobaqot kibar tabi'ut tabi'in (g), seperti malik dan ats-tsauri.
8. Thobaqot kedelapan: thobaqot tabi'u tabi'in pertengahan, seperti ibnu uyainah dan ibnu
'ulaiyyah.
9. Thobaqot kesembilan: thobaqot yang kecil dari tabi'ut tabi'in, seperti yazid bin harun,
asy-syafi'i, abu dawud ath-thoyalisi, dan abdurrozzaq.
10. Thobaqot kesepuluh thobaqot tertinggi yang mengambil haditsnya dari yang mereka tidak
bertemu dengan ( )کبار االخذين عن تبع االتباعtabi'ut taabi 'in tabi'in, seperti ahmad bin hanbal.
11. . Thobaqot kesebelas: thobaqot pertengahan dari rowi yang mengambil hadits -seperti
adz-dzuhli dan al, ( )الوسطى من االخذين عن تبع االتباعdari tabi'ut tabi'in bukhori. 12. Thobaqot
keduabelas: thobaqot yang rendah dari rowi yang mengambil hadits seperti at-tirmidzi
dan para imam, (اعƒƒ )صغار االخذين عن تبع االتبdari tabi'ut tabi'in yang enam lainnya yang
tertinggal sedikit dari wafatnya para tabi'ut tabi'in. seperti sebagian para syaikh-nya an-
nasa'i
Adapun ulama yang membagi thabaqah shahabah kepada lima thabaqah, tersusun sebagai
berikut:
1. Ahli Badar.
2. Mereka yang masuk Islam lebih dulu, berhijrah ke Habsyi dan menyaksian pertemuan-
pertemuan sesudahnya.
3. Mereka yang ikut perang Khandaq.
4. Wanita-wanita yang masuk Islam, setelah mekah terkalahkan dan sesudahnya.
5. Anak-anak.
5
1. Pengertian Ilmu Jahr wa al-Ta'dil
Kata Al-Jarh merupakan bentuk dari kata Jaraha-Yajrahu atau Jariha-Yajrahu yang berarti cacat
atau luka." atau seseorang membuat luka pada tubuh orang lain yang ditandai dengan
mengalirnya darah dari luka itu. Sedangkan kata Al-Ta'dil merupakan akar kata dari 'Addala-
Yu'addilu yang berarti mengadilkan, menyucikan, atau menyamakan. Dengan demikian, ilmu Al-
Jarh wa Ta'dil secara etimologis berarti ilmu tentang kecacatan dan keadilan perawi hadis.
ظهور وصف في الراوي يثلم عدالته أو يخل بحفظه و ضبته مما يترتب عليه سقوط روايته او ضعفه و ردها
"Nampaknya suatu sifat pada seorang perawi yang dapat merusak nilai keadilannya atau
melamahkan nilai hafalan dan ingatan, yang karena sebab tersebut gugurlah periwayatannya atau
ia dipandang lemah dan tertolak"?
"Membersihkan seorang rawi dan menetapkannya bahwa ia adalah seorang yang adil atau
dhabit".
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kajian Ilmu Jarh wa Ta'dil terfokus pada
penelitian terhadap perawi hadis, sehingga diantara mereka dapat dibedakan antara perawi yang
mempunyai sifat-sifat keadilan atau kedhabit-an dan yang tidak memilikinya. Dengan tidak
memiliki kedua "Anis Ibrahim, 1/-Mu jam Al Wasith, (Kairo: TPN. 1972) dikutip dari: Abduh
Almanar, Studi fine Hadis, (Jakarta: gaung Persada Press, 2011), hal. 110
6
C. Ilmu Dan Kaidah Tentang Matan
"Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan Hadits yang sukar diketahui
maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum".
عن الفهم لقلة استعمالهاƒعلم يعرف به ما وقع في متون االحاجيث من االلفاظ الغامضة البعيدة
"Ilmu untuk mengetahui lafazh-lafazh dalam matan hadits yang sulit dan sukar dipahami karena
jarang sekali digunakan". Pada masa tabi'in dan abad pertama Hijriyah, bahasa Arab yang tinggi
mulai tidak dipahami oleh umum, hanya diketahui secara terbatas. Maka orang yang ahli
mengumpulkan kata-kata yang tidak dipahami oleh umum tersebut dan kata-kata yang kurang
terpakai dalam pergaulan sehari-hari.
Upaya para ulama muhaditsin untuk menafsirkan keghariban matan hadits antara lain:
1) Mencari dan menelaah hadits yang sanadnya berlainan dengan yang bermatan gharib,
2) Memperhatikan penjelasan dari shahabat yang meriwayatkan hadits atau shahabat lain
yang tidak meriwayatkan,
3) Memperhatikan penjelasan dari rawi selain shahabat.
Ta'rif ilmu Asbab Wurud al-Hadits علم يعرف به السبب الذي ورد الجله الحديث والزمان الذي
اء فيهƒƒ" " جIlmu yang menerangkan sebab-sebab nabi SAW menuturkan sabdanya dan masa-
masanya Nabi SAW menuturkan". Ilmu ini mempunyai kaitan erat dengan ilmu Tarikh al-Matan
dan mempunyai kaidah seperti ilmu Asbab Nuzul al-Qur'an.
Ta'rif ilmu Nasikh wa al-Mansukh: علم يبحث فيه عن النايخ والمنسوخ من االحاديث
"Ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah dimansukhkan dan yang menasiklikannya".
Ilmu ini bermanfaat untuk pengamalan hadits bila ada dua hadits maqbul yang tanakud yang
tidak dapat dikompromikan atau dijama'. Bila dapat dikompromikan, hanya sampai pada tingkat
7
mukhtalif al-hadits, kedua hadits maqbul tersebut dapat diamalkan. Bila tidak bias dijama'
(dikompromikan), maka hadits maqbul yang anakud tadi ditaruh atau dinaskh. Bila diketahui
mana di antara kedua hadits yang diwurudkan duluan dan yang diwurudkan kemudian, maka
yang diwurud kemu dan (terakhir) itulah yang diamalkan. Sedangkan yang duluan tidak
diamalkan. Yang belakangan disebut nasikh, yang duluan disebut mansukh. antara lain berupa
cara mengetahui nasakh, yakni penjelasan dari Rasulullah saw sendiri, keterangan shahabat dan
dari tarikh datangnya matan yang dimaksud. ilmu ini adalah al-Syafi'l, dilanjutkan oleh Ahmad
ibn Ishaq al-Dinini (318 11), Muhammad Ibn Bahar al-Ashbahani (322 II), Ahmad ibn
Muhammad al-Nahhas (338 11). Muhammad ibn Musa al-1lizimi (584 11) menyusun kitab
bernama al-I'tibar, yang telah dikhtisarkan oleh Ibn 'Abd Haq (744 H). Ilmu Talfiq al-Hadits
adalah:
Kaidah yang berkaitan dengan nasakh, علم يبحث فيه التوفيق بين االحاديث المتنا فضة ظاهرا
"yang membahas tentang cara mengumpulkan hadits-hadits yang ber Lanan lahirnya"
Ilmu ini juga disebut ilmu Mukhtalif al-Hadits. Bila dua hadits maqbul yang lahir maknanya
bertentangan dapat dijama' atau dikom promikan, maka kedua hadits tersebut diamalkan.
Cara talfiq al-hadits antara lain mentakhsis makna hadits yang umum, mentaquidkan hadits yang
mutlaq.
8
1. Ilmu ‘ilal al-Hadist
Ilmu ‘ilal al-Hadist adalah “Ilmu Ilal al-hadits adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang
tersembunyi ,tidak nyata ,yang dapat mencatatkan Hadits”. Jelasnya ilmu ini membahas tentang
suatu Ilal yang berupa memustashilkan yang munqathi,nerafa’kan yang mauquf,memasukkan
suatu hadits kedalam hadits yang lain.
'ilal terjadi pada sanad dan terjadi pula pada Matan , yakni :
a. Lahirnya sanad Shahih padahal terdapat Rawi yang tidak mendengar sendiri dari gurunya.
b. Hadits Mursal dimusnahkan lahirnya.
c. Hadits mafuzh dari tertentu diriwayatkan dari sahabat lain yang berbeda tempat tinggalnya.
d. Hadist mahfuzh dari sahabat tertentu diriwayatkan dengan paham tabi’in.
e. Meriwayatkan dengan ‘an’anah hadits yang sanadnya gugur seorang rawi atau beberapa orang.
f. Berlainan sanadnya dengan sanad yang lebih kuat.
g. Berlainan nama gurunya yang memberikan hadits dengan nama guru rai-rawi tsiqat ,atau nama
guru tidak disebutkan dengan jelas .
h.Meriwayatkan hadist yang tidak pernah diddengar dari gurunya, walaupun gurunya itu benar
benar guru yang pernah memberikan beberapa hadist padanyai.
i. Meriwayatkan hadits dengan sanad yang lain,secara paham terhadap hadits sebenarnya , hanya
mempunyai 1 sanad.
J. Memauqufkan hadits yang marfu’.
D iantara ulama yang menulis ilmu ini adalah ibn al-Madini (234 H), ibn Abi Hatim (327 H)
yakni kitab: ‘ilal al-Hadits. Penulis lain adalah Muslim (261 H), al-Daruquthni (375 H), dan
Muhammad ibn ‘Abdullah al-Hakim.
9
BAB III
PENUTUP
Ilmu Rijalul Hadits yaitu ilmu yang membahas para rawi hadits, baik dari kalangan
sahabat, tabi'in, maupun dari generasi-generasi sesudahnya. Dengan kata lain Ilmu Rijalul Hadits
merupakan ilmu yang membahas tentang kehidupan dan atau sejarah hidup para periwayat hadits
dari semua generasi pada setiap thabaqahnya.
Ilmu Al-Jarh wa At-Ta'dil merupakan cabang-cabang ilmu hadits yang membahas tentang
para periwayat hadits, supaya dapat diketahui cacat dan tidaknya, adil dan tidaknya seorang
periwayat hadits, sehingga dapat diterima riwayatnya atau bahkan ditolak riwayatnya secara
keseluruhan.
Hubungan antara Ilmu Al-Jarh wa At-Ta'dil dengan Ilmu Rijalul Hadits merupakan
cabang ilmu hadits yang sama pentingnya dalam menentukan kebenaran suatu hadits serta saling
berkaitan satu dengan yang lainnya, bahkan bisa dikatan ilmu al-jarh wa at-ta'dil merupakan
bagian dari ilmu rijalul hadits, begitupun sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari kesamaan
pembahasannya yaitu tentang periwayat hadits yang masuk dalam sanad hadits.
10
DAFTAR PUSTAKA
11