Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tauhid dan Ilmu Kalam
Nama kelompok : 1
M Ghatfan Ramadhan 2321020220
Muti Okna Marinda 2321020081
Tina Oktarya 2321020293
FAKULTAS SYARI’AH
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan tugas ini, yang berjudul “Sejarah perkembangan ilmu tauhid dan makna/
keutamaan kalimat tauhid”.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan adanya
saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya tugas ini, semoga Allah SWT, membalas amal kebaikannya.
Amin. Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................................
A. PENDAHULUAN
Inti dari ajaran agama islam adalah dalam kajian ketauhidan. Karena itu dalam
berbagai kitab maupun buku ditegaskan bahwa kewajiban pertama seorang malim adalah
mempelajari tauhid. Dari kajun tauhid yang secara mendalam dan dibarengi dengan dalil
naqă serta dalil aqli, maka umat islam diharapkan menjadi semakin kuat akidahnya.
Agama islam memerlukan tauhid sebagai dasar keyakinan. Tujuan dibentuknya
ilmu tauhid/kalam adalah usaha pemahaman yang dilakukan para ulama (teolog muslim)
tentang akidah islam yang terkandung dalam dall naqli (Al-Qur'an dan Hadits). Dan
usaha pemahaman itu adalah menetapkan, menjelaskan atau membela akidah islam, serta
menolak akidah yang salah dan yang bertentangan dengan akidah islam
Tauhid, sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari agama islam
Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agama islam secara mendalam perlu
mempelajari tauhid. Mempelajari tauhid akan memberi seseorang keyakinan keyakinan
yang berdasarkan pada landasan kust, yang tidak mudah di ombang-ambing oleh
peredaran zaman.
Tujuan lain dari penyusuran makalah ini adalah untuk memberi pandangan lebih
dalam terhadap islam bagi pembaca pembaca yang biasanya mengetahui dan mengenal
islam hanya dari sudut pandang hukum atau fikih. Oleh karena itu dirasa perlu
memperkenalkan islam secara medakan dari aspek aspek lain dan karangan ini berusaha
memperkenalkan islam dari tinjauan teologi
Makalah ini mengandung uraian tentang pengertian, nama lain dari tauhid,
macam-macam ilmu tauhid, dan aliran aliran teologi, bukan yang hanya masih ada tetapi
juga yang pernah terdapat dalam islum. Uraian diberikan sedemikian rupa sehingga
dalamnya tercakup sejarah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Sejarah Ilmu Tauhid?
2. Apa itu Makna Dan Keutamaan Kalima Tauhid?
3. Apa itu Rukun Syahadat?
4. Apa saja Penjabaran Kalimat Tauhid?
5. Apa itu Tauhid Dzat, Tauhid Sifat, Tauhid Rububiyyah Dan Tauhid Uluhiyah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu Sejarah Ilmu Tauhid
2. Untuk mengetahui apa itu Makna Dan Keutamaan Kalima Tauhid
3. Untuk mengetahui apa itu Rukun Syahadat
4. Untuk mengetahui apa saja Penjabaran Kalimat Tauhid
5. Untuk mengetahui apa itu Tauhid Dzat, Tauhid Sifat, Tauhid Rububiyyah Dan
Tauhid Uluhiyah
BAB II
PEMBAHASAN
Islam memang erat kaitannya dengan sejarah. Bukan hanya soal kenabian, tetapi juga
berbagai ilmu wajib yang terdapat di dalamnya. Salah satunya ialah ilmu tauhid. Makna dari
tauhid itu sendiri ialah menyatakan keesaan Allah dengan lisan dan perbuatan, tanpa
menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-
Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51] : 56)
Pada zaman jahiliyah, orang-orang menyembah berhala dan hidup dalam kesesatan
yang nyata. Bentuk sesembahan pada masa itu bermacam-macam, seperti matahari, patung
dan lain-lain. Hingga Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Nabi dan Rasul untuk
membawa kabar gembira dan peringatan kepada seluruh umat manusia untuk menyembah
Allah sebagai satu-satunya Rabb yang wajib disembah.
Perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menegakkan syari’at Islam melalui ilmu tauhid
ini tidaklah mudah. Penyebaran agama Islam ini mulanya dilakukan secara sembunyi-
sembunyi kemudian terang-terangan dan perpaduan antara keduanya. Dari sinilah kemudian
kita dapat mengetahui keutamaan dakwah dalam Islam.
َفُقْلُت اْس َتْغ ِفُر وا َرَّبُك ْم ِإَّنُه َك اَن َغَّفاًر ا.ُثَّم ِإِّني َأْع َلْنُت َلُهْم َو َأْسَر ْر ُت َلُهْم ِإْسَر اًر ا.ُثَّم ِإِّني َدَع ْو ُتُهْم ِج َهاًر ا
“Kemudian sesungguhnya Aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara
terang-terangan. Kemudian sesungguhnya Aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-
terangan dan dengan diam-diam. Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun
kepada Tuhanmu, sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun.” (QS. Nuh : 8-10)
Perkembangan ilmu tauhid ini tertuang dalam Al Qur’an yang turun secara berangsur-
angsur. Beberapa tahapan dalam sejarah ilmu tauhid terangkum dalam beberapa masa, yakni
masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, masa Khulafaurrasyidin, masa Bani Umaiyah,
masa Bani Abasiyah dan masa pasca masa Bani Abasiyah.
Hingga saat ini ilmu tauhid kian mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan
teknologi dan informasi. Itulah sejarah singkat mengenai ilmu tauhid dalam Islam. Semoga
dapat menambah wawasan keislaman Anda sekaligus keimanan terhadap Allah subhanahu
wa ta’ala. Aamiin.
Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wata’ala, shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkankepada baginda Rasulullah salallahu’alaihi wa salam, dan aku bersaksi bahwa
tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada
sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya..
Amma Ba’du:
Sesungguhnya yang dimaksud dengan kalimat ikhlas adalah kalimat: ال إله إال هللاsebab
kalimat ini mengandung makna mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allah Ta’ala,
mengesakan -Nya dalam beribadah dan arti kalimat ini adalah tiada yang berhak disembah
dengan sebenarnya kecuali Allah subhanahu wata’ala. Kalimat ini sangat agung, dengan
sebab kalimat inilah para rasul diutus, kitab-kitab diturunkan dan dalam rangka menegakkan
kalimat ini maka Allah subhanahu wata’ala memerintahkan orang-orang yang beriman untuk
berjihad, pedang-pedang terhunus dan kuda-kuda dikendalikan. Seperti dalam Firman Allah
SWT:
َو َم ا َأْر َس ْلَنا ِم ن َقْبِلَك ِم ن َّرُسوٍل ِإاَّل ُنوِح ي ِإَلْيِه َأَّنُه اَل ِإَلَه ِإاَّل َأَنا َفاْع ُبُدوِن:قال هللا تعالى
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan yang hak melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku“. [Al-Anbiya’/21: 25]
b. Di antara keutamaan kalimat yang agung ini adalah:
Pertama: Akan dibukakan bagi orang yang mengucapkannya, delapan pintu surga.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ubadah bin
Shamit radhillahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda:
Barangsiapa yang mengucapkan tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya
selain Allah Subahanahu wa Ta’ala semata, tiada sekutu bagi -Nya dan Muhammad adalah
hamba dan utusan -Nya, dan Isa adalah hamba Allah Subahanahu wa Ta’ala dan anak dari
hamba Allah Subahanahu wa Ta’ala dan kalimat -Nya yang dihunjumkan kepada Maryam
dan ruh dari -Nya, dan surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya maka Allah
Subahanahu wa Ta’ala akan memasukkannya ke dalam surga dari pintu manapun dari
delapan pintu surga yang disukainya”.
Kedua : Orang yang mengakui kebenaran kalimat ini sekalipun dia seorang pelaku
maksiat dan dimasukkan ke dalam neraka akibat kemaksiatannya namun mereka tetap akan
dikeluarkan dari api neraka. Di dalam kitab as-shahihaini dari Anas radhiallahu anhu bahwa
Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Allah subahanhu wa ta’ala berfirman:
Demi Keperkasaan -Ku, demi kemuliaan -Ku, demi kebesaran -Ku, demi keagungan -Ku,
Aku akan mengeluarkannya dari neraka orang yang mengatakan ()ال إله إال هللا
َم ْن َك اَن آِخ ُر َكاَل ِمِه اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َد َخ َل اْلَج َّنَة
“Barangsiapa yang akhir kalamnya ال إله إال هللاmaka dia pasti masuk surga”.
C. Rukun Syahadat
Lafadz “ ” َال ِإلـَه ِإَّال هللاLaa ilaaha illallah mempunyai dua rukun : An-Nafyu atau
peniadaan: “ ” َال ِإلـَهmembatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan
kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah. Al-Itsbat (penetapan): “ ” ِإَّال هللا
menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan
pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.
Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur’an, seperti firman Allah
Subhannahu wa Ta’ala :
َفَمْن َيْك ُف ْر ِبالَّطاُغوِت َو ُيْؤ ِم ْن ِبالَّلِه َفَق ِد اْس َتْم َس َك ِباْلُعْر َو ِة اْلُو ْثَق ى اَل اْنِف َص اَم َهَلا
“Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat …” (Qs. Al-Baqarah:
256)
Firman Allah, “siapa yang ingkar kepada thaghut” itu adalah makna dari “ َال ِإلـَه
” rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah, “dan beriman kepada Allah” adalah
makna dari rukun kedua, “ ” ِإَّال هللا. Begitu pula firman Allah Subhannahu wa
Ta’ala kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam :
ِإاَّل اَّلِذ ي َفَطَر ِني. ِإَّنيِن َبَر اٌء َّمِما َتْع ُبُد وَن
“Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku
menyembah) Tuhan yang menjadikanku …”. (Qs. Qs. Az-Zukhruf: 26-27)
Firman Allah Subhannahu wa Ta’ala, “Sesungguhnya aku berlepas diri” ini adalah
makna nafyu (peniadaan) dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, “Tetapi (aku
menyembah) Tuhan yang menjadikanku“, adalah makna itsbat (penetapan) pada
rukun kedua.
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, …’.” (Qs. Al-
Kahfi: 110)
Beliau hanya memberikan hak ubudiyah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan
karenanya Allah Subhannahu wa Ta’ala memujinya:
ٍف
َأَلْيَس الَّلُه ِبَك ا َعْبَد ُه
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur’an)
…” (Qs. Al-Kahfi: 1)
“Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al-
Masjidil Haram …” (Qs. Al-Isra’: 1)
Sedangkan Rasul artinya, orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi
dakwah kepada Allah sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemberi
peringatan).
Persaksian untuk Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dengan dua sifat ini
meniadakan ifrath dan tafrith pada hak Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam. Karena
banyak orang yang mengaku umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya
hingga mengangkatnya di atas martabat sebagai hamba hingga kepada martabat ibadah
(penyembahan) untuknya selain dari Allah Subhannahu wa Ta’ala. Mereka ber-
istighatsah (minta pertolongan) kepada beliau, dari selain Allah. Juga meminta kepada
beliau apa yang tidak sanggup melakukannya selain Allah, seperti memenuhi hajat dan
menghilangkan kesulitan. Tetapi di pihak lain sebagian orang mengingkari kerasulannya
atau mengurangi haknya, sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat yang
menyalahi ajarannya, serta memaksakan diri dalam me-na’wil-kan hadits-hadits dan
hukum-hukumnya.Wallahu A’lam.
Asal kata tauhid dalam bahasa arab adalah bentuk masdar dari fi’il (kata tugas)
wahhada-yuwahhidu-tauhiidan: ( َو َّحَد – ُيَو ِّح ُد – َتْو ِح ْيًداdengan huruf ha di tasydid). Arti
tauhid dalam secara bahasa adalah: “ َو َّح َد الَش ْي َء ِإَذ ا َجَع َل ُه َو اِح ًداmenjadikan sesuatu
menjadi satu saja.”
Hal ini terkandung dalam kalimat ( َال ِإَلَه ِإَّال ُهللاlaa ilaha illallahu).
Penafian: Menafikan hak penyembahan dari selain Allah, apapun bentuknya.
Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzan dalam buku Kitab Tauhid
menjelaskan, tauhid terbagi menjadi tiga macam. Setiap jenis tauhid harus dijelaskan agar
lebih jelas perbedaannya.
1.Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya pencipta dan
pengatur manusia. Allah yang paling mengenal karakter manusia dan hanya Allah
yang paling tahu bagaimana cara mengatur manusia.
٨٧ - َسَيُقْو ُلْو َن ِهّٰلِلۗ ُقْل َاَفاَل َتَّتُقْو َن٨٦ - ُقْل َم ْن َّرُّب الَّسٰم ٰو ِت الَّسْبِع َو َر ُّب اْلَع ْر ِش اْلَعِظ ْيِم
Artinya: "Katakanlah: Siapa Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang
memiliki Arsy yang agung?" Mereka menjawab, "Allah." Katakanlah, "Lalu
mengapa kau tidak bertakwa?"
Baca juga:
Tentang Perbuatan Khurafat yang Menyesatkan, Ini Penjelasannya
2.Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah adalah meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan
yang wajib disembah. Tauhid jenis ini adalah inti dakwah para Rasul, mulai dari
Rasul pertama hingga terakhir.
Tauhid ini termaktub dalam surah An Nahl ayat 36 yang berbunyi:
َو َلَقْد َبَع ْثَنا ِفْي ُك ِّل ُاَّمٍة َّرُسْو اًل َاِن اْع ُبُدوا َهّٰللا َو اْج َتِنُبوا الَّطاُغ ْو َۚت َفِم ْنُهْم َّم ْن َهَدى ُهّٰللا َوِم ْنُهْم َّم ْن َح َّقْت َع َلْيِه
٣٦ - الَّض ٰل َلُةۗ َفِس ْيُرْو ا ِفى اَاْلْر ِض َفاْنُظُرْو ا َكْيَف َك اَن َعاِقَبُة اْلُم َك ِّذ ِبْيَن
Artinya: "Sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk
mengabarkan), "Sembahlah Allah SWT dan jauhilah tagut", kemudian di antara
mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam
kesesatan. Maka berjalanlah kau di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang yang mendustakan (Rasul-Rasul)."
Artinya: "(Dialah) Allah SWT, tiada Tuhan selain-Nya, yang mempunyai nama-
nama yang terbaik." (QS. Taha: 8).
BAB 3
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Makalah membahas tentang pentingnya sejarah dalam Islam, khususnya
berkaitan dengan ilmu tauhid yang mengandung konsep penyembahan kepada
Allah secara murni. Pada masa jahiliyah, masyarakat menyembah berhala dan
hidup dalam kesesatan yang nyata, namun Allah mengutus para Nabi dan Rasul
untuk menegakkan tauhid dan menyuruh manusia menyembah-Nya sebagai satu-
satunya Tuhan yang layak disembah.
Perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menegakkan tauhid tidaklah
mudah, namun dengan dakwah dan kesabaran, Islam tersebar secara luas.
Membahas tentang makna dan keutamaan kalimat tauhid "Laa ilaaha illallah"
serta penjabaran rinci tentang rukun-rukun syahadat.
Penjelasan tentang jenis-jenis tauhid, yaitu tauhid Rububiyah, Uluhiyah,
dan Asma Wa Sifat, serta pentingnya meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya
Tuhan yang layak disembah dan memiliki sifat-sifat yang unik. Dengan demikian,
teks tersebut memberikan pemahaman mendalam tentang konsep tauhid dalam
Islam serta pentingnya memahami sejarah dan prinsip-prinsip keimanan dalam
agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
https://almanhaj.or.id/41223-makna-kalimat-tauhid.html