Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERTUMBUHAN ILMU TAUHID

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Ilmu Tauhid
Semester lll
Dosen Pengampu: M. Irkham Luthfi Ansori, M. Pd.

Disusun Oleh:
1. M. Sulkhan Amin Rosyid (202015851)
2. Dziya Alfa Nabilla (202013853)
3. Mutia Khania Fitriani (202015867)
4. M. Aviv Abdullah (202015878)
5. Siti Khoindaroh (202015887)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
STAI KHOZINATUL ULUM BLORA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kesempatan
kepada penulis dalam menyelesaikan makalah tentang “SEJARAH
PERTUMBUHAN ILMU TAUHID ” sehingga dapat selesai dalam waktu yang
telah ditentukan. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad SAW yang telah meletakkan fondasi ilmu pengetahuan bagi
umat.
Dalam makalah ini, penulis membahas Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan
masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada:
1) Bapak Irkham Luthfi Ansori M. Pd. selaku dosen mata kuliah Ilmu Tauhid
STAI Khozinatul Ulum Blora yang telah memberikan tugas sehingga
pengetahuan penulis dalam penulisan makalah ini makin bertambah dan hal itu
sangat bermanfaat bagi penyusun skripsi penulis dikemudian hari.
2) Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu
yang tepat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi penulis. Akhir
kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan
saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Blora, 17 September 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ....................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Munculnya Sebuah Keayakinan Beragama .............................................. 2


B. Sejarah Ilmu Tauhid Zaman Nabi Adam, Nuh, dan Ibrahim .................. 3
C. Sejarah Ilmu Tauhid Zaman Rasulullah .................................................. 4
D. Perkembangan Ilmu Tauhid Setelah Rasulullah SAW ............................5

BAB lll PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 7
B. Saran ........................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inti dari ajaran agama Islam adalah dalam kajian ketauhidan. Karena itu
dalam berbagai kitab maupun buku ditegaskan bahwa kewajiban pertama
seorang muslim adalah mempelajari tauhid. Agama Islam memerlukan tauhid
sebagai dasar keyakinan. Tujuan dibentuknya ilmu tauhid adalah usaha
pemahaman yang dilakukan para ulama tentang akidah islam yang terkandung
dalam dalil naqli (Al-Qur’an dan Hadist). Dan usaha pemahaman itu adalah
menetapkan, menjelaskan atau membela akidah islam serta menolak akidah
yang salah dan bertentangan dengan akidah islam.
Tauhid sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari agama
islam. Setiap orang ingin menyelami seluk beluk agama islam secara
mendalam perlu mempelajari tauhid. Mempelajari tauhid akan memberi
seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat, yang
tidak mudah diombang-ambing oleh peredaran zaman.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang menjadi sebab munculnya sebuah keyakinan beragama?
2. Bagaimana sejarah ilmu tauhid zaman Nabi Adam, Nuh, dan Ibrahim?
3. Bagaimana sejarah ilmu tauhid zaman Rasulullah?
4. Bagaimana perkembangan ilmu tauhid setelah Rasulullah SAW?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui munculnya sebuah keyakinan beragama.
2. Untuk menjelaskan sejarah ilmu tauhid zaman Nabi Adam, Nuh, dan
Ibrahim.
3. Untuk mengetahui sejarah ilmu tauhid zaman Rasulullah SAW.
4. Untuk mengetahui ilmu tauhid setelah Rasulullah SAW.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Munculnya Sebuah Keyakinan Beragama


Ilmu tauhid adalah sebuah ilmu untuk mengenal Allah SWT dalam arti
untuk mengetahui menyakini bahwa Allah adalah maha pencipta alam semesta
dan tidak ada yang menyekutukanya. Secara historis menyatakan bahwa tauhid
telah ada sejak lama dengan adanya sejarah Nabi Adam dan penerusnya. Dari
hal tersebut terbukti dengan adanya manusia yang mendiami bumi telah
percaya, yakin bahwa Allah SWT itu Esa .
Semua Nabi yang berjumlah 25 itu semuanya mengajarkan kepada umatnya
tentang arti penting beragama serta melakukan kebaikan dan ketauhidtan
terhadap sang pencipta jagat alam raya dengan mengajarkan kaidah-kaidah
keyakinan yang bersifat tunggal yaitu Allah SWT.1
Demensi lain dari agama adalah dengan cara hidup seseorang di muka bumi
dann untuk mengenal demensi keyakinan dalam beragama diperlukan metode
dan sejarah. Maka mengetahui pertumbuhan dan perkembangan keyakinan
dalam beragama. Maka diperlukan tinjauan dari beberapa aspek yang
membawa nilai positif, yang diantaranya telah di naskan oleh Allah SWT yang
ditunjukan dengan ayat al Qur'an dalam surat Al Baqarah ayat 213 :
Artinya : "Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah
menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih
tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab,
yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena
dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan
kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-
Nya kepadajalan yang lurus".
Sejarah telah membuktikan bahwa nabi-nabi telah menyatukan manusia dan
hanya di utus untuk melakukan kebaikan dan untuk memurnikan akal pikiranya.
Dari kekuatan akal dan pola pikir yang diajarkan oleh para nabi akan dapat
menimbang baik dan buruk karena mereka diberi petunjuk oleh Allah.

1
Yahya Jaya, Teologi Agama Islam (Padang: Angkasa Raya, 2000), hlm. 20.

2
B. Sejarah Ilmu Tauhid Zaman Nabi Adam, Nuh, dan Ibrahim
Nabi Adam adalah nenek moyang manusia yang pertama. Setelah ia beranak
cucu banyak, ia ditugaskan Allah menjadi Nabi kepada anak cucunya. Adam
mengajarkan tauhid kepada anak cucunya secara murni sehingga merekapun
taat dan tunduk kepada ajaran Adam yang meng-Esakan Allah SWT.
Karena fitrah manusia yang suka dipimpin dan diatur, jika pemimpinya sudah
tidak ada lagi atau wafat. Maka kehilangan pemimpin itu mengakibatkan
penyimpangan-penyimpangan dari ajaran yang lurus menjadi keadaan yang
tidak teratur dan tidak terkendali. Sehingga Allah membangkitkan atau
mengutus kembali Nabi-nabi setelah Nabi Adam wafat untuk menuntun dan
memimpin umat manusia.
Seperti halnya umat Nabi Adam, setelah wafat olehnya maka umatnya kocar
kacir tidak berketentuan, porak-poranda sepeninggal beliau. Maka Allah
mengutus Nabi Nuh sebagai pengatur dan pemimpin umat manusia setelah nabi
Adam. Sehingga Nabi Nuh disebut sebagai bapak atau nenek moyang kedua.
Kemudian sepeninggal Nabi Nuh, umat kehilangan pemimpin lagi dan kacaulah
kembali. Hingga Allah mengutus Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim selain
mengajarkan tauhid juga mengajarkan syariah, yang diantaranya disyariatkan
dalam agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad sebagai bukti adanya
hubungan yang erat antara syariah Ibrahim dan syariah Muhammad. Diantara
Nabi Ibrahim dan Muhammad. Allah juga mengutus banyak Nabi yang
dinataranya adalah Nabi Musa dan Isa AS.2
C. Sejarah Ilmu Tauhid Zaman Setelah Rasulullah SAW
Kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah ditugaskan untuk mengembalikan
dan memimpin umat kepada tauhid, mengakui ke-Esaan Allah SWT dengan
ikhlas dan semurni-murninya, seperti apa yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi
Ibrahim dahulu. Agama yang sebenarnya tidak asing lagi bagi bangsa Arab.
Tauhid yang diajarkan oleh Nabi Muhammad itu seperti apa yang telah
digariskan dalam al Qur'an dan Hadits.

2
Habudin Nata, Metodologi Stadi Islam dan Teori Penelitian Agama (jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007), hlm. 120.

3
Segala sifat-sifat Allah sudah terkandung dalam al Qur'an sehingga di masa
Rasul tidak ada orang yang menanyakannya. Karena mereka sudah jelas dalam
hal tersebut. Mereka hanya menanyakan masalah-masalah yang berhubungan
dengan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, amal shaleh, dan lain-lain. Mereka
semua sepakat menetapkan bahwa sifat-sifat Allah itu Azali, yaitu : Qudrat,
Iradah, Ilmu, Hayyat, Sama', Bashar, Kalam, dan lain-lain.3
Dalam masa nabi belum terjadi berbedaan yang mendalam karena
masyarakat pada waktu itu masih di persatukan dan semua di kemblikan kepada
nabi sebagai utusan Allah. Mengenai tauhid yang berkembang pada saat itu
masih bersifat murni dan belum terobang-abang oleh masalah kekuasaan dan
politik yang memicu perpecaah umat islam.
D. Perkembangan Ilmu Tauhid Setelah Rasulullah SAW
Di masa sahabat, ketauhidan tidak ada bedanya dengan zaman rasul. Sampai
akhir abad pertama hijriah, barulah ada kegoncangan-kegoncangan setelah
munculnya seseorang bernama Jaham Ibnu Shafwan di negeri Persi yang tidak
mengakui adanya sifat-sifat Allah yang Azali itu, banyak di antara kaum
muslimin yang terpengaruh oleh ajaran itu, bahkan ada yang menguatkan
keyakinannya.
Adapun kaum muslimin yang tetap murni ketauhidannya menentang
pendapat Jaham dengan menyatakan bahwa pendapat itu "sesat". Akan tetapi,
di kala ulama-ulama sibuk membicarakan dalil untuk menolak pendapat Jaham
itu, tiba-tiba timbul pula suatu aliran yang bernama Mu'tazilah yang dietuskan
oleh Washil ibnu Atha'. Ia membenarkan pendapat Jaham : yang menafikan
sifat-sifat Allah.
Kemudian muncul pula seorang yang bernama Muhammad bin Koram Abu
Abdullah As Sijistany, pemimpin golongan Karamiyah yang menentang
golongan Mu'tazilah dengan menetapkan sifat-sifat Allah. Tetapi cara mereka
menentang terlalu berlebihan sehingga menyerupai Allah sebagai yang
berjisim. Semenjak itu dikenal dengan paham Karamiah atau Mujassimah.

3
Abdul Mu’in, Ilmu Kalam (Jakarta: Widjaya, 1973), hlm. 45.

4
Perseteruan paham ini berlangsung hingga Khalifah Makmun (Daulah
Abbassiyah), hingga tampil seorang yang terkenal dengan nama Abu Hasan Ali
Al As'ary yang melahirkan jalan tengah antara kedua pendapat yang
bertentangan tersebut. Beliau mengemukakan alasannya dengan dalil aqli dan
naqli, sehingga banyaklah para ulama yang tertarik serta ikut menyebarkannya.
Maka tersebar ajaran ini keseluruh Iraq yang kemudian ke Syam. Dan
setelah Shalahudin al Ayyubi menguasai Mesir, selain madzhab Syafi'I i
menyiarkan madzhab ini, sehingga akhirnya rakyat Mesir menganut madzhab
Asy'ariyah dalam tauhid dan madzhab Syafi'iyyah dalam fiqh. Madzhab
As'ariyah juga berkembang pula di negeri mahrabi yaitu sebelah utara Afrika,
yang dipelopori oleh salah satu murid Imam Ghazali yang akhirnya mereka
namakan juga madzhab ini dengan madzhab Muwahhidin, yang kemudian
negaranya pun bernama kerajaan Muwahhidin.
Selanjutnya pada abad kedelapan hijriyah, seoarang yang bernama
Taqiuddin Abul Abbas bin Taimiyah Al Harry dari Syam, muncul menyokong
dan ingin mempertahankan madzhab salaf yang tadi. Dia memusatkan dan
menumpahkan kegiatannya untuk mempertahankan salaf dan menentang
As'ariyah. Pendirian Ibnu Taimiyyah ini masih agak asing dan tidak mendapat
tanah yang subur karena telah mendalamnya faham-faham yang diajarikan oleh
madzhab As'ariyah. Dan keadaan seperti hal tersebut juga di negara-negara
islam lainnya.
Semenjak Rasulullah wafat, pemerintahan dipegang oleh khulafaurrasyidin
yang kemudian dipimpin oleh khalifah Umawiyah dan setelah itu oleh daulah
Abbasyiah. Sejak akhir pemerintahan Umawiyah, dunia islam mulai kemasukan
kebudayaan-kebudayaan asing yang datang dari persi, Yunani, India, dan
sebagainya. Di kala pemerintahan Abbassiyah, yaitu ketika khalifah Makmun,
umat islam telah sampai pada puncak kemajuan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan yang tinggi.4
Dari sejak masuknya kebudayaan asing (falsafah dari agama lain) itu, maka
lahirlah perbedaan pandangan dalam ilmu Tauhid. Di masa itu timbul
golongan-golongan seperti Jahamiah, Mu'tazilah, Khawarij, dan sebagainya

4
Sirojuddin Abbas, I’tiqod Ahlussunah Wal-Jama’ah (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 2003), hlm. 40.

5
yang saling berdebat satu sama lain, saling kafir-mengkafirkan. Terutama ahli
Sunnah yang sangat banyak musuhnya, semua ribak (musuh) menjadi
lawannya.
Akan tetapi di zaman khalifah Makmun semua aliran itu dapat dikatakan
lenyap atau tidak berpengaruh lagi, kecuali Mu'tazilah yang masih subur karena
mendapat lindungan dan sokongan dari khalifah Makmun. Sehingga setelah
wafatnya khalifah, Mu'tazilah tidak mendapat perlindungan lagi bahkan mereka
mendapat serangan dan mengalami kemunduran akibat dari semua aliran-aliran
yang dahulu tumbuh kembali.
Golongan Mu'tazilah terus menerus mengalami kemunduran sehingga
muncul seorang pemimpin golongan ahli sunnah yang bernama imam as'ary. Di
zaman ini, semua madzhab dikatakan lumpuh tak berdaya apalagi setelah
tumbuh musuh baru yang lebih kuat, yaitu golongan ahli falsafah. Yang
kemudian ahli falsafah ini dihancurkan oleh seorang pendekar islam yang
bernama Imam Ghazali. Beliau tidak melarang orang berfalsafah, tetapi
janganlah orang mencampurkan falsafah dengan agama, terutama ketauhidan.
Dan supaya falsafah itu jangan dipengaruhi agama, apalagi falsafah yang
mungkin bertentangan dengan agama.
Yang menentang pencampur adukan falsafah dengan agama itu bukan Imam
Ghazali saja, melainkan banyak tokoh-tokoh di belakangnya yang hendak
membendung gelombang falsafah terhadap agama. Seperti Fakhrudin Ar Razi
dan Ibnu Taimiyah dan lain-lain. Agar keyakinan terhadap Allah SWT selalu
terjaga dan tanpa harus menjatuhkan atau bersifat fanatik terhadap golongan
yang lain karena berbeda penafsiran.5

5
Ash Shiddieqy Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Kalam (Semarang: Pustaka Riski Putra, 1999),
hlm. 60.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam mempelajari tauhid yang berarti kepercayaan, maka sangat penting
untuk mengetahui sisi historis atau sejarah. Dalam ruang lingkup sejarah telah
tercatat bahwa dilingkungan umat islam dari abad-abad permulaan islam ada
sampai sekarang terdapat perbedaan pendapat tentang tauhid terhadap tuhan
atau Allah SWT. Dalam perjalanan sejarah islam terdapat firqoh-firqoh dalam
I’itiqod yang pahamnya yang mempunyai paham yang berbeda-beda atau
bertentangan secara keras ataupun tajam terhadap satu dengan yang lainya.
Hal tersebut telah terjadi dan Allah menjadikan hal tersebut dengan segala
hikmah yang diketahuinya. Firqoh yang ada diantaranya adalah: Syiah,
Khawarij, Mu’tazilah, Qodariah, Jabariyah, Najariah, Musyabiah, Baiyah,
Ahmadiyah, Ibnu Taimiyah, Wahabiah, Suny. Firqoh tersebut merupakan dari
pemahaman tauhid yang terjadi karena perbedaan pendapat dan paham yang
menjadi perpecahan golongan di kalangan islam.
Dengan mengetahui latar belakang dari hal masalah tauhid. Maka kita selalu
yakin bahwa Allah adalah tuhan yang maha kuasa dan maha mengetahui apa
yang terjadi, baik sekarang maupun yang akan datang. Dengan mengetau ilmu
tahid kita akan mengetaui bahwa islam mempunyai berabagai macam kajian
dan sumber ilmu yang sangat luas dan sangat menarik apabila di kaji dengan
baik dan teratur.
B. Saran
Demikian makalah yang bisa penulis susun, penulis menyadari penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
penyusunan makalah yang lebih baik. Penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

7
DAFTAR PUSTAKA

Jaya, Yahya. Prof. Dr. M.A, Teologi Agama Islam, Padang: Angkasa Raya,
2000.
Nata, Habudin, Metodologi Stadi Islam, Teori Penelitian Agama, Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2007.
Abdul Mu’in, Taib Thohir, Ilmu Kalam, Jakarta : Widjaya, 1973.
Abbas, Sirojuddin, I’itiqod Ahlussunah Wal-jama’ah, Jakarta : Pustaka
Tarbiyah, 2003.
Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad, Sejarah dan Pengatar Ilmu
Kalam, Semarang : Pustaka Riski Putra, 1999.

Anda mungkin juga menyukai