Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU TAUHID

SEJARAH DAN
PERKEMBANGAN
Diajukan Untuk Memenuhi UAS Mata Kuliah Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Dr. H. Aden Rosadi M.Ag

Disusun Oleh :
Faisal Ahmad
Maulana
1223050046

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN
HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
”Sejarah dan perkembangan Ilmu Tauhid” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas UAS dosen pada mata kuliah Ilmu Tauhid. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ilmu Tauhid bagi para pembaca dan
juga bagi penulis sendiri.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H. Aden Rosadi M.Ag
selaku dosen mata kuliah Ilmu Tauhid yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang Kami
tekuni.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung saya dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Demikian makalah ini, semoga
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Bandung,18 Desember 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
4. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Apa definisi ilmu tauhid ?.............................................................................3
B. Bagaimana sejarah lahirnya ilmu tauhid?.....................................................3
C. Munculnya sebuah keyakinan beragama......................................................4
D. Apa saja aliran-aliran dalam ilmu tauhid?...................................................6
E. Perkembangan Ilmu Tauhid setelah Rasulullah wafat..................................8
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Inti ajaran Islam adalah kajian tauhid. Itulah sebabnya berbagai kitab dan
kitab menekankan bahwa kewajiban pertama seorang muslim adalah
mempelajari tauhid. Seiring dengan pendalaman ilmu tauhid serta dalil Naqli
dan Aqli, umat Islam diharapkan semakin kokoh keimanannya.
Agama islam memerlukan tauhid sebagai dasar keyakinan. Tujuan
pembentukan ilmu tauhid/kalam adalah upaya para ulama (teolog Muslim)
untuk memahami akidah Islam yang terkandung dalam dalil-dalil naqli (Al-
Qur'an dan Hadits). Dan berusaha untuk memahami adalah menegakkan,
menjelaskan atau mempertahankan akidah Islam, serta menyangkal keyakinan
yang salah dan apa yang bertentangan dengan akidah Islam.
Tauhid, sebagaimana diketahui, mengacu pada ajaran dasar agama Islam.
Siapapun yang ingin mendalami interior dan eksterior Islam harus
mempelajari tauhid. Mempelajari tauhid akan menciptakan keyakinan dengan
landasan yang kokoh, tidak mudah tergoyahkan oleh zaman.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan di bahas beberapa bagian diantaranya :
1. Definisi ilmu tauhid
2. Lahirnya Ilmu Tauhid
3. Perkembangan Ilmu Tauhid setelah Rasulullah wafat
4. Tujuan
Untuk menjawab pertanyaan dalam tulisan makalah ini, maka:

1
1. Dapat menjelaskan apa saja yang masuk dalam rumusan masalah di
atas.
2. Sebagai salah satu tugas ujian akhir semester Ilmu tauhid yang di
ampu oleh bapak Dr. H. Aden Rosadi M.Ag

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu Tauhid


Tauhid secara bahasa berarti menjadikan sesuatu menjadi satu. Ini tentang
percaya bahwa Tuhan itu satu. Sedangkan secara istilah, tauhid adalah ilmu
untuk memecahkan semua keyakinan yang bersumber dari dalil-dalil
keyakinan dan hukum-hukum Islam, termasuk hukum mempercayakan Allah
itu esa.
B. Sejarah lahirnya Ilmu Tauhid
Ada beberapa faktor yang telah melatar belakangi lahirnya ilmu Tauhid,
diantaranya :

 Faktor Internal

1) Al-Qur’an
Al-Qur’an selain membawa ajaran untuk meng-Esakan Tuhan dan
membenarkan keutusan Nabi Muhammad SAW, di bagian – bagian lain yang
berhubungan dengan bidang akidah. Banyak ayat Al-Qur’an yang mendorong
umat manusia agar dengan akal pikirannya mau memikirkan nikmat, hikmat
dan kesempurnaan segala ciptaan-Nya.

2) Kaum Muslimin
Pada awalnya, pemeluk agama islam menerima secara utuh apa yang
diajarkan agama tanpa harus mengadakan penyelidikan. Sesudah itu datanglah
persoalan agama yang dipicu karena semakin banyaknya orang – orang non
muslim yang masuk islam. Disinilah kaum muslimin mulai memakai filsafat
untuk memperkuat argumen – argumennya. Kemudian datang pula orang –
orang yang mengumpulkan ayat – ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu, timbullah
perbedaan dan perselisihan paham diantara mereka dan dari yang demikian
inilah yang merupakan faktor bagi timbulnya Ilmu Tauhid.

3) Politik
Sejarah telah mencatat bahwa, ketika Nabi Muhammad SAW wafat tidak
ada ketentuan khusus untuk menetapkan siapa yang akan menggantikannya
sebagai “kepala negara”. Persoalan ini mengakibatkan perdebatan yang sangat
tajam, perpecahan serta peperangan politik yang tercatat dalam sejarah islam.
Terbunuhnya Utsman bin Affan telah menjadi malapetaka besar atas umat
islam, sebab sejak saat itu umat islam mulai terpecah secara politis menjadi
beberapa sekte. Perselisihan dan perpecahan yang bermula pada masalah
politik segera merambat ke bidang akidah.
3
 Faktor Eksternal

1) Kepercayaan non Muslim


Problema akidah merupakan konsekuensi logis dari meluasnya daerah dan
kekuasaan islam. Meluasnya daerah kekuasaan islam ini diikuti pula oleh
banyaknya orang – orang non muslim yang masuk islam. Tidak semua orang
yang masuk islam itu dengan keikhlasan hati, tetapi diantaranya mungkin ada
yang karena terpaksa ataupun karena motif – motif lain. Hal ini terbukti
misalnya, setelah Rosulullah SAW wafat dan Abu Bakar baru saja di bai’at
muncullah orang – orang yang murtad dari islam, ada yang mengaku sebagai
nabi.

2) Filsafat
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju mendorong dalam
usaha penterjemahan buku – buku filsafat ke dalam bahasa arab. Dalam usaha
penterjemahan itulah diantaranya ada yang memasukkan dan menyebarkan
faham – faham filsafat mereka ke dalam agama islam dengan corak islami.
Orang – orang yahudi dan kristen berusaha menyerang islam dengan senjata
filsafat, bersamaan dengan itu kaum muslimin terdorong untuk mempelajari
dan mempergunakan filsafat di dalam usaha mempertahankan islam,
khususnya bidang akidah.

Filsafat sebagai salah satu faktor yang turut melahirkan ilmu kalam,
sekaligus juga turut membentuk, memberi corak dan mewarnainya. Sebab di
dalam ilmu kalam itu, Islam adalah sendinya, dengan AlQur’an sebagai dalil
Naqli yang pokok dari pada dalil aqli (filsafat).

C. Munculnya sebuah keyakinan beragama

Ilmu tauhid adalah sebuah ilmu untuk mengenal Allah SWT dalam arti
untuk mengetahui menyakini bahwa Allah adalah maha pencipta alam
semesta dan tidak ada yang menyekutukanya. Secara historis menyatakan
bahwa tauhid telah ada sejak lama dengan adanya sejarah Nabi Adam dan
penerusnya. Dari hal tersebut terbukti dengan adanya manusia yang
mendiami bumi telah percaya, yakin bahwa Allah SWT itu Esa .

Semua Nabi yang berjumlah 25 itu semuanya mengajarkan kepada


umatnya tentang arti penting beragama serta melakukan kebaikan dan
ketauhidtan terhadap sang pencipta jagat alam raya dengan mengajarkan
kaidah-kaidah keyakinan yang bersifat tunggal yaitu Allah SWT.
4
Demensi lain dari agama adalah dengan cara hidup seseorang di muka
bumi dan untuk mengenal demensi keyakinan dalam beragama diperlukan
metode dan sejarah. Maka mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
keyakinan dalam beragama. Maka diperlukan tinjauan dari beberapa aspek
yang membawa nilai positif, yang diantaranya telah di naskan oleh Allah SWT
yang ditunjukan dengan ayat al Qur'an. Dalam surat Al Baqarah ayat 213 :

‫لَي ْح ُك َم بَ ْي َن النَّا‬
‫و ُم ْن ِذ واَ ْن مَع ُه ُم ا ْل ْ ح‬ َ‫مب‬ ’‫الَنّ ِب ّٖي‬ ۗ ‫وا ِحدًَة‬ ‫كا َن النَ ّا س ا‬
‫ِس ِف ْي َما‬ ‫ِك ٰتب ل ِق‬ ‫ِر ْ ي َن َز َ ل‬ ‫ِ ’ ش ِر‬ ‫َن ّٰلال‬ ‫َفَبَعث‬ ‫َّمة‬
‫ا‬ ‫ْ ي َن‬
‫ِد ۤ ا َءتْ ُه ت بَ ْغيً ا ْۢ بَ ْيَن ُه ْم ۚ ّٰلالُ الَّ ِذ ا َمن ل َما ا‬ ‫ْع‬ ‫َّ َّل الَ ّ ِذ ْي َن‬ ‫ا ْختَلَفُ ْوا ِف ْي و َما ا‬
‫ْختَلَفُ ْوا‬ ‫َف َهدَى ْي َن ْوا‬ ْۢ ‫ُا ْوتُ ْوه ما م‬ ‫ْختَ ل ْي‬ ‫ِه‬
‫ْن ُم ا ْلَبِي’ ٰن‬
‫ب‬ ‫ِه‬
‫ج‬
‫ف‬
‫َي ْه ْ ش ۤا ُء‬ ‫ْي ِه م َن ِ ق ِب ِا‬
‫ا ْلح ْذ ِن ّٖه ۗ و ِدي ّٰلالُ ن‬
‫َّي م‬
‫را مستَ ِق ْي ٍم‬ ‫ِا ٰلى‬
َ
‫ط‬
‫ص‬

Artinya : "Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah
menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah
berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada
mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan
yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi
petunjuk orang- orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang
mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus".

Sejarah telah membuktikan bahwa nabi-nabi telah menyatukan manusia dan


hanya di utus untuk melakukan kebaikan dan untuk memurnikan akal
pikiranya. Dari kekuatan akal dan pola pikir yang diajarkan oleh para nabi
akan dapat menimbang baik dan buruk karena mereka diberi petunjuk oleh
Allah.

5
D. Apa saja aliran-aliran dalam ilmu tauhid
1. Khawarij
Kata “Khawarij” dalah jamak dari kata “kharij” yang artinya “orang yang
keluar”. Pengertian yang lazim yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kaum
atau golongn yang keluar dari pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib. Sikap
oposisi aliran ini terhadap pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib adalah didasarkan
kepada ketidaksetujuan mereka kepada perdamaian atau perundingan yang
dilakukan kepada Ali, di satu pihak kepada mu’awiyah, dipihak lain yang
jelas- jelas hasil perundingan itu, sangat merugikan pihak Ali. Sebab
merupakan penipuan yang diperbuat oleh delegasi yang diutus oleh muawiayh
dalam perundingan itu.
Pemimpin aliran Khawarij ini pada mulanya adalah Abadullah ibn
Wahhab Arrasy yang ditetapkan dalam satu permusyawaratan pada tahun 37 H
(658 M). Oleh karena mereka keluar dari pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib,
maka khalifah Ali pun memerintahkan agar Aliran Khawarij ini diperangi,
yang kemudian terjadilah peperangan diantara keduanya.
Faham aliran khawarij
a. mengerjakan dosa besar adalah mengakibatkan seorang Muslim
menjadi kafir
b. tidak mengakui adanya hak manusia untuk mengatur atau
memimpin ummat Islam
c. Tidak mengakui kekuasaan “Khulafa al-Rasyidin” (khalifah Abu
bakar, Umar, Usman dan Ali) dan tidak mengakui mu’awiyah
sebagai khalifah. Begitu pula dengan khalifah-khalifah lainnya.
2. Aliran Mur’jiah
a. Sejarah timbulnya
Mur’jiah memberikan pengertian “menangguhkan hukum
perbuatan seseorang sampai dihadapan Allah Swt”. Golongan ini
berpendapat bahwa muslim yang berbuat dosa besar tidak
dihukumkan kafir, tetap mukmin. Mengenai dosa besar yang
dilakukannya, diserahkan kepada keputusan Allah nanti. Allah
bisa mengampuni dosa itu, bisa pula tidak. Semuanya merupakan
urusan
6
Allah Swt. Dengan demikian, muslim yang berdosa besar masih
mempunyai harapan mendapatkan ampunan Allah Swt.
Hal-hal yang melatarbelakangi kehadiran Mur’jiah antara lain;
1. Adanya perbedaan pendapat antara orang-orang Syi’ah dan Khawarij;
mengkafirkan pihak-pihak yang ingin merebut kekuasaan Ali dan
mengkafirkan orang yang terlihat dan menyetujui tahkim dalam
perang Shiffin.
2. Adanya pendapat yang menyalahkan Aisyah dan kawan-kawan, yang
menyebabkan terjadainya perang Jamal.
3. Adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut
kekuasaan Utsman Ibn Affan.
b. Ajaran-ajaran Mur’jiah
1. Imam hanya membenarkan (pengakuan) di dalam hati.
2. Orang Islam yang melakukan dosa besar, tidak dihukum kafir. Muslim
tersebut tetap mukmin, selama ia mengakui 2 kalimat syahadat.
3. Hukum terhadap perbuatan manusia ditangguhkan hingga hari kiamat.
c. Tokoh dalam sekte Mur’jiah
Pemimpin ulama mazhab Mur’jiah, ialah Hasan Ibn Bilal al-Muzni, Abu
Sallat al-Samman, dan Dirar ibn Umar.

Dalam perkemabangan selanjutnya, terjadi perbedaan pendapat dikalangan


pengikut Mur’jiah sehingga aliran ini pecah menjadi bebrapa sekte, ada pula
yang moderat, ada pula yang ekstrem.

Tokoh Mur’jiah yang moderat adalah Hasan Ibn Muahmmad ibn Ali ibn
Abi Thalib. Ia berpendapat, bagaimana pun besarnya dosa seseorang,
kemungkinan mendapat ampunan dari Tuhan. Sedangkan yang ekstrem ialah
kelompok Jamhiyah, pengikut Jaham ibn Shafwan. Kelompok ini berpendapat
sekali pun seseorang menyatakan dirinya musyrik, oarang itu tidak dihukum
kafir.
3.Aliran Mu’tazilah
Mu’tazilah adalh nama dari aliran faham/golongan yang disponsori oleh
seorang tokoh terkemuka bernama Washil Ibn Atha’. Aliran ini timbul pada
masa pemerintahan khalifah pada masa Abdul Malik Ibn Marwan, dari dinasti
7
bani Umayyah. Mudahnya, Mu’tazilah berarti orang yang memisahkan diri.

8
Nama lain bagi Mu’tazilah ialah;
Mu’tazilah adalh golangan yang mengutamakan akal atau rasio. Oleh sebab
itu, aliran ini sering disebut:
a. Kaum rasionalis (golongan yang mengutamakan akal)
b. Ahlul kalam (Ahli berdebat) atau Mutakallimun.
c. Ahlul Qiyas (Ahli analogi, ahli membanding)

E. Perkembangan Ilmu Tauhid setelah Rasulullah wafat

Di masa sahabat, ketauhidan tidak ada bedanya dengan zaman rasul. Sampai
akhir abad pertama hijriah, barulah ada kegoncangan-kegoncangan setelah
munculnya seseorang bernama Jaham Ibnu Shafwan di negeri Persi yang tidak
mengakui adanya sifat-sifat Allah yang Azali itu, banyak di antara kaum
muslimin yang terpengaruh oleh ajaran itu, bahkan ada yang menguatkan
keyakinannya.

Adapun kaum muslimin yang tetap murni ketauhidannya menentang


pendapat Jaham dengan menyatakan bahwa pendapat itu "sesat". Akan tetapi,
di kala ulama-ulama sibuk membicarakan dalil untuk menolak pendapat Jaham
itu, tiba-tiba timbul pula suatu aliran yang bernama Mu'tazilah yang dietuskan
oleh Washil ibnu Atha'. Ia membenarkan pendapat Jaham : yang menafikan
sifat-sifat Allah.

Kemudian muncul pula seorang yang bernama Muhammad bin Koram Abu
Abdullah As Sijistany, pemimpin golongan Karamiyah yang menentang
golongan Mu'tazilah dengan menetapkan sifat-sifat Allah. Tetapi cara mereka
menentang terlalu berlebihan sehingga menyerupai Allah sebagai yang
berjisim. Semenjak itu dikenal dengan paham Karamiah atau Mujassimah.

Perseteruan paham ini berlangsung hingga Khalifah Makmun (Daulah


Abbassiyah), hingga tampil seorang yang terkenal dengan nama Abu Hasan Ali
Al As'ary yang melahirkan jalan tengah antara kedua pendapat yang
bertentangan tersebut. Beliau mengemukakan alasannya dengan dalil aqli dan
naqli, sehingga banyaklah para ulama yang tertarik serta ikut menyebarkannya.

9
Maka tersebar ajaran ini keseluruh Iraq yang kemudian ke Syam. Dan
setelah Shalahudin al Ayyubi menguasai Mesir, selain madzhab Syafi'I i
menyiarkan madzhab ini, sehingga akhirnya rakyat Mesir menganut madzhab
Asy'ariyah dalam tauhid dan madzhab Syafi'iyyah dalam fiqh. Madzhab
As'ariyah juga berkembang pula di negeri mahrabi yaitu sebelah utara Afrika,
yang dipelopori oleh salah satu murid Imam Ghazali yang akhirnya mereka
namakan juga madzhab ini dengan madzhab Muwahhidin, yang kemudian
negaranya pun bernama kerajaan Muwahhidin.

Selanjutnya pada abad kedelapan hijriyah, seoarang yang bernama


Taqiuddin Abul Abbas bin Taimiyah Al Harry dari Syam, muncul menyokong
dan ingin mempertahankan madzhab salaf yang tadi. Dia memusatkan dan
menumpahkan kegiatannya untuk mempertahankan salaf dan menentang
As'ariyah. Pendirian Ibnu Taimiyyah ini masih agak asing dan tidak mendapat
tanah yang subur karena telah mendalamnya faham-faham yang diajarikan oleh
madzhab As'ariyah. Dan keadaan seperti hal tersebut juga di negara-negara
islam lainnya.

Semenjak Rasulullah wafat, pemerintahan dipegang oleh khulafaurrasyidin


yang kemudian dipimpin oleh khalifah Umawiyah dan setelah itu oleh daulah
Abbasyiah. Sejak akhir pemerintahan Umawiyah, dunia islam mulai
kemasukan kebudayaan-kebudayaan asing yang datang dari persi, Yunani,
India, dan sebagainya. Di kala pemerintahan Abbassiyah, yaitu ketika khalifah
Makmun, umat islam telah sampai pada puncak kemajuan ilmu pengetahuan
dan kebudayaan yang tinggi.

Dari sejak masuknya kebudayaan asing (falsafah dari agama lain) itu, maka
lahirlah perbedaan pandangan dalam ilmu Tauhid. Di masa itu timbul
golongan- golongan seperti Jahamiah, Mu'tazilah, Khawarij, dan sebagainya
yang saling berdebat satu sama lain, saling kafir-mengkafirkan. Terutama ahli
Sunnah yang sangat banyak musuhnya, semua ribak (musuh) menjadi
lawannya.

1
Akan tetapi di zaman khalifah Makmun semua aliran itu dapat dikatakan
lenyap atau tidak berpengaruh lagi, kecuali Mu'tazilah yang masih subur
karena

1
mendapat lindungan dan sokongan dari khalifah Makmun. Sehingga setelah
wafatnya khalifah, Mu'tazilah tidak mendapat perlindungan lagi bahkan
mereka mendapat serangan dan mengalami kemunduran akibat dari semua
aliran-aliran yang dahulu tumbuh kembali.

Golongan Mu'tazilah terus menerus mengalami kemunduran sehingga


muncul seorang pemimpin golongan ahli sunnah yang bernama imam as'ary.
Di zaman ini, semua madzhab dikatakan lumpuh tak berdaya apalagi setelah
tumbuh musuh baru yang lebih kuat, yaitu golongan ahli falsafah. Yang
kemudian ahli falsafa h ini dihancurkan oleh seorang pendekar islam yang
bernama Imam Ghazali. Beliau tidak melarang orang berfalsafah, tetapi
janganlah orang mencampurkan falsafah dengan agama, terutama ketauhidan.
Dan supaya falsafah itu jangan dipengaruhi agama, apalagi falsafah yang
mungkin bertentangan dengan agama.

Yang menentang pencampuradukan falsafah dengan agama itu bukan Imam


Ghazali saja, melainkan banyak tokoh-tokoh di belakangnya yang hendak
membendung gelombang falsafah terhadap agama. Seperti Fakhrudin Ar Razi
dan Ibnu Taimiyah dan lain-lain. Agar keyakinan terhadap Allah SWT selalu
terjaga dan tanpa harus menjatuhkan atau bersifat fanatik terhadap golongan
yang lain karena berbeda penafsiran.

1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ilmu Tauhid yaitu mengetahui atau mengenal Allah SWT, mengetahui dan
meyakinkan bahwa Allah SWT itu tunggal tidak ada sekutunya. Tauhid
sebagai intisari Islam adalah esensi peradaban Islam dan esensi tersebut adalah
pengesaan Tuhan, tindakan yang mengesakan Allah sebagai yang Esa, Pencipta
yang Mutlak, Penguasa segala yang ada.
Faktor yang mendorong munculnya ilmu tauhid ada 2 macam yaitu faktor
internal dan eksternal.Faktor Internal meliputi:
1. Dorongan dan Pemahaman Al Qur’an.
Al-Qur’an dalam konteks ayat-ayat yang menjelaskan bahwa orang-orang
yang beriman kepada Allah adalah orang-orang yang berakal yang selalu
merenungi ayat-ayatNya.
2. Persoalan Politik.
Faktor ini mulai terlihat pada persoalan tentang imamah (khilafah) yang
kemudian menyebabkan perbedaan pendapat, Bahkan perpecahan umat islam.
3. Peristiwa Majelis Taklim.
Peristiwa tersebut terjadi pada masa kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi
Thalib yang menjadi pemicu khusus munculnya aliran-aliran pemikiran dalam
Islam.

Faktor Eksternal yaitu banyak dari pemeluk islam yang mula-mula


beragama yahudi,nasrani setelah pemikiran mereka tenang yang sudah tenang
dan mulai berpegang teguh dengan islam. Mereka mulai mengingat-ingat
agama mereka yang dulu dan dimasukkannya di dalam ajaran-ajaran islam.
Dalam hal sejarah,pada masa Rasulullah persoalan tauhid relatif tidak
tampak. Dikarenakan persoalan tauhid tersebut dapat dijawab tuntas oleh
Rasulullah sendiri. Namun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, perbedaan
pendapat antar para umat Nabi semakin menjadi. Yang berakibat pada
permusuhan antar umat Islam.
1
DAFTAR PUSTAKA

Mufid, Fathul, Ilmu Tauhid / Kalam, (Kudus : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri,
2009).
Hanafi, Ahmad, Theology Islam (Ilmu kalam), (Jakarta : Bulan Bintang,
1974).
Jaya, Yahya. Prof. Dr. M.A, Teologi Agama Islam, Padang: Angkasa Raya,
2000.
( Fitriyanto, ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU TAUHID, 2016)

Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad, Sejarah dan Pengatar Ilmu Kalam,
Semarang : Pustaka Riski Putra, 1999.

Anda mungkin juga menyukai