Anda di halaman 1dari 13

KESATUAN DAN KERAGAMAN AKIDAH DALAM ISLAM

TUGAS KELOMPOK
Diajukan S

Disusun Oleh :
1. Nesha Novia Fitri (12240125662)
2. Anggi Muldina (12240122789)

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022

i
KATA PENGANTAR

Segenap puji kami dan syukur kepada Allah SWT Yang telah memberikan karunia-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan Tema Kesatuan Dan
Keberagaman Akidah Dalam Islam sebagai tugas mata kuliah Akidah Akhlak, Untaian-untaian
sholawat serta salam kami limpahkan keharibaan nabi besar Muhammad SAW nabi yang
membawa risalah yang tak pernah salah, dan mengemban amanah yang tak pernah khianat
sehingga berkat perjuangan beliaulah sehingga alam ini menjadi tentram, aman, dan sejahtera.
Ucapkan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan terbentuknya makalah ini, sebagai manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan tentunya makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saranya sangat kami harapkan guna untuk menyempurnakan makalah yang kami susun
selanjutnya, semoga makalah ini bisa menjadi media untuk menambah wawasan pembaca
terutama kami sebagai penyusun makalah sendiri, amin ya rabbal alamin.

Pekanbaru, 29 September 2022

Penyusun

9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2

C. Tujuan............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Kesatuan Akidah semenjak Nabi adam a.s hingga nabi Muhammad SAW..................3

B. Jalan yang Ditempuh Para rasul dalam Menanamkan Akidah.......................................5

C. Keragaman Akidah dalam Islam dan permasalahannya....................................................6

BAB III PENUTUP...................................................................................................................9

A. Kesimpulan....................................................................................................................9

B. Saran...............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesatuan Akidah semenjak Nabi Adam a.s hingga Nabi Muhammad SAW Manusia,
sejak masa azali, telah dimintai kesaksiannya tentang siapa Tuhan mereka. Ketika Nabi Adam a.s
diturunkan kedunia, beliau membawa serta akidah ketauhidan itu. Akidah tauhid ini beliau
ajarkan kepada anak cucunya sampai turun temurun. Ketika nabi adam wafat, diantara cucu-cucu
beliau terdapat beberapa orang yang menyimpang dari akidah ini karena godaan syaitan.
Allah mengutus Rasul sebagai pembawa kebenaran dengan maksud meluruskan akidah
manusia. Orang-orang ada yang kembali dan ada juga yang tetap sesat. Hakikatnya akidah tauhid
merupakan akidah yang satu yang merentang panjang dari Adam hingga nabi Muhammad, itulah
yang dimaksud dengan kesatuan akidah dalam sejarah ummat manusia ini. Adapun ajaran-ajaran
agama yang tidak mencerminkan ketauhidan, hanyalah merupakan penyimpangan dari akidah
ketauhidan yang satu itu. Akidah adalah unsur-unsur yang harus dibenarkan dengan hati dan
diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan
oleh keragu-raguan. Keberagaman adalah kegiatan yang berkaitan dengan agaman dan juga suatu
unsur kesatuan yang komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang beragama
dan bukan sekedar mengaku mempunyai agama.
Hal penting dalam beragama adalah memiliki keimanan. Keimanan sendiri memiliki
banyak unsur, unsur yang paling penting adalah komitmen untuk menjaga hati agar selalu berada
dalam kebenaran. Secara praktis hal ini diwujudkan dengan cara melaksanakan segala
perintahnya dan menjauhi segala larangan Allah dan Rasul-nya. Sepanjang sejarah, Tauhid
digunakan untuk menetapkan dan menerangkan segala apa yang diwahyukan Allah kepada
RasulNya. Perkembangan Tauhid mengalami beberapa tahapan sesuai dengan dengan
perkembangan manusia, yang dimulai pada masa nabi Adam, Rasulullah SAW, masa
Khullafaurrasyidun, sampai sekarang, walaupun demikian dari nabi Adam hingga sekarang
akidah dalam islam tetap satu yaitu mengesakan Tuhan.
Sepanjang sejarah, Tauhid digunakan untuk menetapkan dan menerangkan segala apa
yang diwahyukan Allah kepada RasulNya. Perkembangan Tauhid mengalami beberapa tahapan

9
sesuai dengan dengan perkembangan manusia, yang dimulai pada masa nabi Adam, Rasulullah
SAW, masa Khullafaurrasyidun, sampai sekarang, walaupun demikian dari nabi Adam hingga
sekarang aqidah dalam islam tetap satu yaitu mengesakan Tuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kesatuan aqidah islam semenjak nabi Adam hingga nabi Muhammad SAW.?
2. Jalan apa yang ditempuh para Rasul dalam menanamkan akidah islam?
3. Bagaimana keberagaman akidah dalam islam dan permasalahannya?

C. Tujuan
1. Mengetahui kesatuan aqidah islam semenjak nabi Adam hingga nabi Muhammad SAW
2. Mengetahui jalan yang ditempuh para Rasul dalam menanamkan akidah islam?
3. Mengetahui keberagaman akidah dalam islam dan permasalahannya?

i
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesatuan Akidah semenjak Nabi adam a.s hingga nabi Muhammad SAW.

Manusia, sejak masa azali, telah dimintai kesaksiannya tentang siapa Tuhan mereka.
Ketika nabi adam a.s diturunkan kedunia, beliau membawa serta akidah ketauhidan itu. Akidah
tauhid ini beliau ajarkan kepada anak cucunya sampai turun temurun. Ketika nabi adam wafat,
diantara cucu-cucu beliau terdapat beberapa orang yang menyimpang dari akidah ini karena
godaan syaitan. Dari penyimpanan akidah inilah kelak lahir kepercayaan-kepercayaan yang sesat
dan menyimpang dari agama yang benar. Jumlah mereka yang tersesat itu dari hari kehari
semakin bertambah, sedangkang akidahnya pun semakin jauh dari sumbernya yang asli. Untuk
mengembalikan akidah yang sesat itu, Allah mengutus seorang rasul yang dipilihnya dari
kalangan anak cucu adam dengan membawa akidah tauhid pula. Rasul baru ini lalu
menyampaikan ajaran untuk masuk kembali kedalam agama(islam) yang dulu dibawa oleh nabi
Adam. Umat manusia pun, yang waktu itu jumlahnya belum begitu banyak, sebagian kembali
kepada akidah tauhidnya. Namun adapula yang tetap berpegang pada akidahnya yang telah sesat
itu. Ibarat domba-domba, saat mereka diawasi dan diasuh oleh pengalamnnya, mereka tenang
dan tertib. Namun, begitu penggembalanya pergi,serta merta, domba-domba itu pun
berpencaran, dan tidak jarang menjadi tersesat dan hilang. Begitulah, pada saat rasul sesudah
nabi adam itu dipanggil menghadap Allah untuk selamanya, sebagian dari ummatnya ada yang
menyimpang dari akidah yang diajarkannya. Sementara itu, jumlah manusia pun terus bertambah
dari waktu kewaktu. Pada saat kesesatan itu sudah demikian nyata, Allah mengutus lagi seorang
rasul untuk mengembalikan anak cucu adam itu pada akidahnya yang benar. Bila sudah
demikian, Allah pun mengutus pula seorang rasul dengan membawa ajaran yang sama, akidah
ketauhidan. Begitulah seterusnya, nabi dan rasul silih berganti datang dan pergi, nabi Adam
wafat, tampil nabi Idris, nabi Idris wafat, datang nabi Nuh, nabi Nuh wafat, diutus pula nabi
Shalih dan seterusnya bersambung panjang membentuk garis vertikal dari nabi Adam, Nuh,
Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW. Adapun anak cucu adam yang menyimpang dari
akidah yang benar, membentuk cabang dan ranting-ranting yang terus berkembang menjadi
beribu-ribu agama dan kepercayaan yang sesat. Tidak semua rasul yang diutus Allah itu

9
mendapat sambutan yang baik dari ummatnya. Hampir seluruhnya mendapat tantang dari
ummatnya, dan bahkan adapula yang diusir dari negerinya, disiksa, dan dibunuh. Sekalipun
demikian, selalu ada pengikutnya yang melanjutkan ajaran para rasul itu.
Dengan demikian, hakikatnya akidah tauhid merupakan akidah yang satu yang merentang
panjang dari Adam hingga nabi Muhammad, itulah yang dimaksud dengan kesatuan akidah
dalam sejarah ummat manusia ini. Adapun ajaran-ajaran agama yang tidak mencerminkan
ketauhidan, hanyalah merupakan penyimpangan dari akidah ketauhidan yang satu itu. Adanya
kepercayaan terhadap zat yang maha tinggi dikalangan berbagai bangsa primitif seperti yang
selama ini dibuktikan oleh para ahli,selain menjadi bukti bahwa beragama itu merupakan naluri
manusia sekaligus bisa dinyatakan sebagai sisa-sisa akidah tauhid yang dibawa oleh para nabi
terdahulu serta membantah kebenaran teori evolusi dalam kepercayaan ummat manusia.
Kalaupun ada yang bisa disebut evolusi hal itu terdapat pada peningkatan dan penyempurnaan
syariat yang ditetepakan Allah utnuk mengatur kehidupan mansuia. Syariat itu dimaksudkan
untuk mengatur kehidupan manusia, sedangkan kehidupan itu terus berkembang dari waktu
kewaktu maka syariat yang ditetapkan oleh Allah terlihat mengalami peningkatan dan
penyempurnaan, pada masa nabi Adam, ketika jumlah manusia masih bisa dihitung dengan jari,
syariat Allah membenarkan pernikahan antara saudara kandung sendiri. Akan tetapi, pada saat
manusia sudah berkembang menjadi ummat yang besar syariat Allah yang berkaitan hal ini
kemudia disempurnakan.
Demikian pula syariat yang berkenaan dengan aspek kehidupan lain yang mencapai
puncak kesempurnaannya pada saat kerasulan nabi Muhammad SAW. Itulah makna firman
Allah SWT dalam surah Al-Baqarah Ayat 213 yang artinya “ manusia itu adalah ummat yang
satu (setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira
dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama meerka kitab dengan benar untuk
member keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah
berselisih tentang kitab itu, melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka kitab,yaitu
setelahg datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki anatra mereka
sendiri. Maka Allah member petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal-
hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendaknya. Alllah selalu memberi petunjuk orang
yang dikehendakinya kepada jalan yang lurus ”Allah juga berfirman dalam surah Al-Mu’minun
ayat 52-53 yang artinya “ sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama

i
yang satu dan aku adalah Tuhanmu maka bertakwalah kepadaku. Kemudian, mereka pengikut-
pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan tiap-tiap
golongan merasa bangsa dengan apa yang ada pada sisi mereka (maisng-masing)”. Begitu juga
firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 163-164 yang artinya “ sesungguhnya kami telah
memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan
nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami telah memberikan wahyu pula kepada Ibrahim, Ismail,
Ishak, Yakub, dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman, dan kami berikan
Zabur kepada daud, dan kami telah mengutus rasul-rasul yang sungguh telah kami kisahkan
tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak kami kisahkan kepadamu. Dan
Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung ”Apa yang biasa ditarik dari ketiga ayat
tersebut diatas, dan juga berbagi ayat lain yang sejenis adalah para nabi itu semuanya
menyerukan ajaran yang sama yakni Tauhid.”

B. Jalan yang Ditempuh Para rasul dalam Menanamkan Akidah


Telah disebutkan di muka bahwa para rasul diutus oleh Allah untuk memurnikan akidah
umat manusia. Ajaran akidah yang mereka bawa bisa dibilang ringan dan mudah. Di samping
itu, ajaran-ajaran yang mereka bawa itu mudah dimengerti, dipahami, dan diterima dengan akal
sehat, Para rasul tersebut menyuruh umatnya mengarahkan pandangannya untuk memikirkan
tanda-tanda kekuasaan Tuhan.
Seperti rasul-rasul terdahulu, Nabi Muhammad SAW. Pun menanamkan akidah itu dalam
hati dan jiwa umatnya. Beliau menyuruh umatnya agar pandangan dan pemikiran mereka
diarahkan dan ditujukan kejurusan ini. Akal mereka digerakkan dan fitrah mereka dibangunkan
sambil mengusahakan penanaman akidah itu dengan memberikan didikan, lalu disuburkan dan
dikokohkan, sehingga dapat mencapai puncak kebahagiaan yang dicita-citakan.
Rasulullah SAW. Dapat mengubah umatnya yang semula menyembah berhala dan
patung, melakukan syirik dan kufur, menjadi umat yang berakidah tauhid, mengesakan Tuhan
seru sekalian alam. Hati mereka dipompa dengan keimanan dan keyakinan. Beliau dapat pula
membentuk sahabat-sahabatnya menjadi pemimpin yang harus diikuti dalam hal perbaikan
akhlak dan budi bahkan menjadi pembimbing kebaikan dan keutamaan. Lebih dari itu lagi,
beliau telah membentuk generasi dari umatnya sebagai suatu bangsa yang menjadi mulia dengan
sebab adanya keimanan dalam dada mereka , berpegang teguh pada hak dan kebenaran. Pada

9
saat itu umat yang berada dibawah pimpinannya, bagaikan matahari dunia, dan mengajak
kesejahteraan dan keselamatan pada seluruh umat manusia.
Allah SWT Membuat kesaksian pada generasi itu bahwa mereka benar-benar
memperoleh ketinggian dan keistimewaan yang khusus, sebagaimana firman-Nya yang artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’aruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah,” (Q.S Ali –Imran [3]:
110). Keimanan yang dimiliki oleh sebagian sahabt Nabi SAW. Itu mencapai tingkat yang dapat
dikatakan, “Andaikata tabir pun disingkapkan, tidaklah bertambah keyakinanku”. Maksudnya
ialah sudah penuh dan berada di puncak yang tertinggi, sekalipu tabir kegaiban terbuka,
keyakinan itu tidak ditambah lagi.

C. Keragaman Akidah dalam Islam dan permasalahannya

Semenjak kadaulatan Negara Tauhid berdiri di bawah pimpinan Rasul Allah yang
terakhir yakni, Nabi Muhammad SAW, keadaan akidah tetap dalam kesuciaannya yang berasal
dari wahyu ilahi dan ajaran-ajaran yang diberikan dari langit. Dasar utamanya yang digunakan
sebagai pedoman adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis. Pada tingkat permulaan, yang dituju ialah
memberikan didikan dalam watak dan tabiat, meluhurkan sifat-sifat yang bersangkutan
dengan gharizah qalbu dan cara didikan yang harus dilalui dan ditempuh. Maksudnya ialah
setiap manusia dari kalangan masyarakat itu dapat memperoleh keluhuran yang yang sesuai
dengan kehormatan dan kemuliaan dirinya sehingga tumbuhlah suatu kekuatan secara otomatis
yang amat kokoh dalam kehidupan.
Selanjutnya, setelah datang masa pertikaian yang banyak berdasarkan siasat dan politik,
apalagi setelah adanya hubungan dengan pemikiran-pemikiran filsafat dan ajaran-ajaran agama
lain, kemudian memaksa otak manusia untuk menyelami sesuatu yang tidak kuasa dicapainya,
itulah yang menjadi sebab pokok terjadinya pergantian atau penyelewengan dari jalan yang
ditempuh oleh para nabi dan rasul. Ini pula yang merupakan sebab utama keimanan yang asalnya
cukup luas dan mudah diterima, serta amat tinggi nilainya lalu menjadi berbagai macam
pemikiran yang berisikan atau menjadi bahan kiasan yang banyak diperselisihkan menurut
ketentuan mantik atau ilmu bahasanya, juga menjadi pokok perdebatan dan perselisihan pendapat
yang tidak berujung dan berpangkal sama sekali.

i
Ajaran keimanan yang sudah berubah itu, akhirnya tidak lagi mencerminkan keimanan
yang dapat menjadikan jiwa kembali suci, amal perbuatan menjadi mulia dan baik, atau memberi
semangat gerak pada perseorangan dapat memberi daya hidup pada umat dan bangsa. Sebagai
akibat dari perselisihan dalam berbagai persoalan siasat dan politik, terjadi penyelewengan
ajaran-ajaran tauhid yang dibawa oleh para rasul, dan paham pemikiran madzhab-madzhab itu
berpecah-belah menjadi beberapa golongan. Para tokohnya, kemudian memberikan pengajaran
yang berlainan, berbeda antara satu dan lainnya. Setiap ajaran mencerminkan corak tersendiri
dari cara pemikiran tertentu. Masing-masing pihak menganggap bahwa apa yang mereka miliki
dan mereka pegang sajalah yang benar, sedangkan yang lain, yang tidak sepaham dengannya,
adalah salah. Demikianlah, anggapan setiap golongan. Bahkan, ada anggapan yang lebih ekstrem
lagi, yakni siapa saja yang tidak masuk ke dalam golongan kelompoknya dianggap ke luar dari
Islam (kafir).
Oleh karena itu, muncullah paham-paham seperti: paham ahli hadis, paham Asy’ariyah,
paham Maturidiah, paham Mu’tazilah, paham Syi’ah, paham Jahamiah, dan masih banyak lagi
paham lainnya. Bahkan, di antara mereka terjadi perselisihan antara kaum ‘Asy’ariyah dengan
kaum Mu’tazilah. Pokok utama yang menyebabkan timbulnya perselisihan dan perbedaan
pendapat tersebut, berkisar dalam hal-hal:
1. Apakah keimanan itu hanya sebagai kepercayaan saja ataukah kepercayaan yang ada
hubungannya dengan amal perbuatan?
2. Apakah sifat-sifat Allah SWT. Yang dztiah itu kekal ataukah dapat lenyap darinya?
3. Manusia itu masayyar dan mukhayyat?
4. Apakah wajib atas Allah SWT. Itu mengerjakan yang baik atau yang terbaik ataukah
yang wajib?
5. Apakah baik ataua buruk itu dapat dikenal dengan akal atau dengan syari’at?
6. Apakah Allah SWT. Itu wajib memberi pahala kepada orang yang taat dan menyiksa
kepada orang yang bermaksiat ataukah tidak wajib sedemikian?
7. Apakah Allah SWT. Dapat dilihat di akhirat nanti ataukah hal itu mustahil sama sekali?
8. Bagaimanakah hukum seseorang yang menumpuk-numpuk dosa besar sehingga matinya
tidak bertobat?
Masih banyak lagi persoalan yang merupakan bahan perselisihan pendapat berbagai
golongan kaum mukminin menyebabkan tersobek-sobeknya umat Islam menjadi berbagai

9
golongan dan partai. Benar-benar sangat menyedihkan sebab hasil dari pertengkaram yang tidak
berujung pangkal ini adalah kaum muslimin membuat suatu kesalahan yang amat besar, suatu
kekeliruan yang amat berbahaya. Akidah yang semula teguh dan mantap telah menjadi goyah
dan goncang dalam hati. Keimanan pun tidak meresap dalam jiwa sehingga akidah itu tidak lagi
dapat menguasai jalan kehidupan yang harus ditempuh oleh setiap umat muslim dan kehidupan
yang harus ditempuh oleh setiap umat muslim dan bahkan keimanan itu sendiri tidak dapat lagi
menjadi pusat pemerintahan yang menjiwai segala tindak dan langkahnya orang yang mengaku
sebagai pemeluknya.
Sebagai kelanjutan dari akidah yang sudah lemah itu, lalu kelemahan itu merata pula
pada pribadi perseorangan, keluarga, masyarakat, dan negara, bahkan pengaruh kelemahan
tersebut mengenai pula segala segi kehidupan umat manusia. Kelemahan itu merayap di segenap
penjuru, sehingga umat itu menurun kepada generasi-generasi yang berikutnya, tidak pula dapat
memberikan pertanggungjawabannya, baik ke dalam maupun ke luar. Umat islam tidak lagi
menetapi sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT. Menjadi pribadi yang cukup cakap
untuk menjadi pemimpin umat serta pemberi petunjuk kepada seluruh bangsa di dunia. Ini
merupakan akibat dari kelemahan yang datang bertubi-tubi sebagimana diuraikan di atas.

i
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketauhidan telah muncul sejak diciptanya Adam AS oleh Allah SWT. Adam
diperintahkan untuk mengajarkan Tauhid kepada anak cucunya. Akan tetapi semenjak nabi
Adam wafat, mulai terjadilah penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh bani Adam ini,
sehingga Allah mengutus nabi Nuh AS sebagai Nabi dan nenek moyang ke-2 bagi umat manusia.
Begitulah watak manusia, makin lama makin mengendur ketauhidannya. Allah mengutus para
Rosul-Nya untuk memberi peringatan agar umat manusia kembali ke jalan-Nya yang lurus
hingga nabi terahir, yaitu nabi Muhammad.
Pada zaman nabi Muhammad adalah masa penyusunan peraturan-peraturan, penetapan
pokok-pokok akidah dan penyatuan umat Islam serta masa untuk mebangun kedaulatan Islam.
Pada masa ini orang-orang Islam langsung tertuju kepada Rosulullah SAW untuk mengetahui
dasar-dasar agama dan hukum-hukum syariah. Disamping itu mereka juga disinari oleh nur
wahyu dan petunjuk-petunjuk Al-qur’an.
Setelah Rosulullah SAW wafat, kepemimpinan diambil oleh Khulafaurrosyidin. Dalam
masa kedua Kholifah pertama, yakni Abu bakar dan Umar, penetapan pokok-pokok akidah
masih seperti kala Rosulullah SAW. Di masa Usman dan Ali timbullah beberapa golongan dan
partai yang diakibatkan akan terjadinya kekacauan politik yang kemudian masing-masing dari
mereka berusaha mempertahankan pendiriannya dan terbukalah pintu takwil bagi nash-nash
Alqur’an dan hadist, juga terjadi pembuatan periwayatan-periwayatan palsu. Oleh sebab itu
pembahasan mengenai akidah mulai subur dan berkembang selangkah demi selangkah dan kian
hari kian membesar dan meluas.

B. Saran
Demikian tugas pembuatan makalah ini meskipun jauh dari kesempurnaan, harapan kami
dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui tentang Kesatuan dan keragaman Akidah
dalam Islam. Dan semoga dengan adanya pembuatan makalah ini kita dapat mengambil
manfaatnya khususnya bagi para pembaca sekalian.

9
DAFTAR PUSTAKA

Syam, Mutmainnah. 2013. Kesatuan dan keragaman aqidah dalam islam. Makalah. Dalam:
Presentasi Mahasiswa Fakultas Syariah dan hukum jurusan peradilan agama, Oktober
2013.
http://ambarafifah.blogspot.com/2017/11/akidah-islam-1_24.html?m=1
https://tafsirweb.com/5944-surat-al-muminun-ayat-52.html
https://tafsirweb.com/5945-surat-al-muminun-ayat-53.html
Universitas Muhammadiyah Magelang. hlm. 49. ISBN 978-602-18110-0-9.

Anda mungkin juga menyukai