Disusun oleh:
Muhammad Syukur :220103010249
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Risalah Rasul adalah refeleksi kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW
yang mencakup akhlak dan semua aktivitasnya yang dipahami secara konseptional
sebagai prinsip, kaidah, dan hukum bagi umat islam. Namun sirah Nabi tidak terlepas
dari kajian periwayatan hadist yang ditolak atau diterima, karna kualiatas hadist inilah
yang menjadi tranformasi konsep landasan bagi umat islam untuk mengetahui baik atau
salahnya perbuatan yang di lakukan mereka dan membuat manusia lebih baik supaya
kembali kepada Allah SWT.
Oleh karna selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW berdakwah untuk
memimpin dan memperbaiki manusia melalui pendidikan.Pendidikanlah yang
mengantarkan derajat manusia menjadi tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu
dengan dipandu keimanan inilah yang mampu mewariskan warisan yang berharga
berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Sirah Rasulullah SAW harus kita jadikan sebagai contoh perbuatan yang baik
bagi seluruh umat manusia, dan menjadikan motivasi dalam sejarah untuk generasi
yang akan datang, dan juga harus menjadikan sebuah pewaris sebagai Nubuwwah untuk
memberikan sebuah bekal di perjalanan.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang di ambil adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang di maksud dengan Risalah Rasul?
2. Apa tujuan dari Risalah Rasul?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang diambil antara lain:
1. Untuk memahami tentang Risalah Rasul.
2. Untuk mengetahui apa tujuan dari Risalah Rasul.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Risalah Rasul
Secara etimologis berasal dari kata Bahasa Arab, yang mempunyai arti “yang
dikirimkan, berita, pesan”. Risalah dapat berarti tugas kerasulan dan ajaran dari Allah
SWT atau apa yang dibawakan oleh Rasul dari Allah SWT yang harus disampaikan
kepada manusia. Risalah adalah ajaran-ajaran Allah SWTyang disampaikan melalui
perantaraan seorang atau beberapa Rasul untuk mengatur kehidupan manusia dalam
hubungannya dengan Allah SWT, sesama manusia, dan makhluk lingkungannya.
Risalah Rasulullah berarti ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Risalah
tersebut dapat berupa prinsip hidup, Moral, Ibadah, Aqiqah untuk mengatur kehidupan
manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Dalam risalah yang
dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW memuat segala aspek kehidupan manusia
sebagai penyempurna risalah yang dibawa nabi sebelumnya.
Risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW mempunyai ciri-ciri yang khusus
dibandingkan dengan para Rasul sebelumnya. Ciri-ciri khusus itu adalah sebagai
penutup, penghapus risalah sebelumnya, membenarkan Nabi sebelumnya,
menyempurnakan risalah Nabi sebelumnya, diperuntukan untuk seluruh manusia, dan
sebagai rahmat bagi semesta alam. Ciri-ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW
dan tidak dimiliki oleh para Rasul sebelumnya.
Rasulullah SAW tampil sebagai pembawa risalah Islam yang mencakupi huda
(petunjuk) dan dienul haq (agama yang benar). Selain itu hadinya Rasulullah SAW. Di
tengah ummat akhir zaman adalah saksi, pembawa berita gembira dan peringatan,
menyeru ke jalan Allah, dan sebagai pelita yang menerangi. Rasul menggunakan Islam
sebagai petunjuk dan juga Allah menangkan Islam sebagai dienul haq atas agama-
agama lainnya. Usaha ini tidak akan tercapai apabila tidak dilaksanakan dakwah. Allah
SWT menegaskkan bahwa Rasul berdakwah dengan menyeru manusia agar kembali
kepada Allah dan kemudian Rasul sebagai pelita yang menerangi.
Misi risalah atau tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia bukan
hanya untuk memberikan rahmat dan kasih sayang kepada seluruh alam semesta.
Tujuan risalah yang dibawa Nabi secara tegas disebutkan Allah SWT dalam Al-Qur’an
yaitu”Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’ 107).
Dalam menjalankan misi risalah tentu harus dilakukan dengan metode dakwah
yang baik dan benar. Untuk mengajak orang menuju kebaikan harus dilakukan dengan
cara yang santun dan beradab, bukan dengan cara kekerasan dan biadab. Perkara orang
yang masuk islam murni dari petunjuk atau hidayah dari Allah SWT. Misi dakwah yang
dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wasallam di Mekkah dalam
menyampaikan risalahnya paling utama tentang menyabar luaskan wilayah Islam
memalui perang dan mengajak kaum-kaumnya untuk beragama Islam dan
mentauhidkan Allah SWT.
• Hikmah
• Mauidhoh Hasanah
• Mujadalah Hasanah
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu” Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl 125)
1. cara hikmah, yaitu perkataan yang bijaksana dan benar yakni suatu argumentasi
yang dapat menjelaskan kebenaran.
2. cara mauidhoh hasanah, yakni memberikan nasehat kebaikan disertai dengan
memberikan kabar yang menggembirakan (targhib) dan kabar yang menakutkan
(tarhib), menunjukan kepada mereka akan manfaat-manfaat yang dapat diperoleh.
3. cara mujadalah hasanah, yaitu berdebat dan berdiskusi dengan cara-cara yang
mengedepankan keramahaan, kelembutan, tidak keras dan kasar.
Berbicara tentang Islam, dua hal yang tidak bisa lepas darinya adalah Al-Qur’an
dan Sunnah. Karena selain sebagai sumber ajaran, Al-Qur’an dan Sunnah merupakan
ide-ide Tuhan yang termanifestasikan melalui teks. Yang mana, ide-ide Tuhan ini
nantinya mampu menjadi “panduan” gerak dalam kehidupan manusia. Islam melalui
teksnya telah menyatakan dirinya secara tegas dan jelas, bahwa tujuan diutusnya
Muhammad sebagai penyampai risalah Islam, tidak lain adalah untuk menebarkan
rahmat bagi semesta alam. Hal ini yang setidaknya termaktub dalam surat al-Anbiya’
ayat 107 yaitu:
ََس ْلنَاكَ َ ِإآلَ َر َح َمةً َِل ْل َعاَلَمِ يْن
َ َومَا ََأ َ ْر
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melaikan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. (QS. Al-Anbiya:107).
Rumusan inilah kemudian sering diverbakan menjadi apa yang disebut tujuan
risalah. Dengan kata lain tujuan risalah Rasul tidak lain adalah untuk menebarkan
rahmat untuk seluruh alam. Rahmat dalam kaitannya dengan hal ini, secara umum dapat
kita artikan sebagai kelemahan-lembutan, kedamaian, keadilan, cinta kasih yang
membuahkan kebaikan bagi penerimanya. Sehingga risalah Rasul ini harus mampu
menjadi panduan dalam proses keberegaman apapun, baik itu dalam hukum,
muamalah, pendidikan, sosial bahkan politik. Tanpa bermaksud untuk melakukan
simplifikasi, beberapa konsep rahmat yang tersebut diatas, kalau kita sederhanakan,
tertampung dalam istilah yang sering digunakan dalam ushul fiqih sebagai mashlahat.
Dalam hal ini mashlahat lebih dipahami sebagai” sistem nilai” yang menjadi kerangka
besar dalam prilaku keberagaman (Misrawi, 2004:57). Kemashlahatan merupakan inti
ajaran, dimana segmentasi prilaku ummatnya harus diorientasikan pada prinsip
kemashlahatan ini.
Pendidikan Islam dalam hal ini menjadi kawah candra dimuka untuk
membangun kemashlahatan dan rahmat bagi semesta. Berbagai fenomena konflik yang
bersumbu pada perbedaan, baik itu perbedaaan agama, suku, ras, bahasa, politik, aliran
menjadi pijakan bagaimana pendidikan harus mengusung rahmat semesta dari Islam.
Dengan kata lain, pendidikan Islam menjadi corong terdepan untuk mengajarkan dan
membekali peserta didik dengan konsepsi rahmat untuk semesta. Sehingga output
pendidikan Islam yang notabene menjadi bagian masyarakat mampu membangung
harmoni dalam kehidupan. Pendidikan bukanlah wadah ekslusif yang melahirkan
muslim-muslim fanatic, yang mudah menyalahkan dan menyesatkan orang lain. Namun
lebih dari itu, muslim sejati adalah penebar rahmat bagi semua, tidak hanya bagi sesama
muslim, namun semua makhluk di alam semesta ini.
D. Menjadi agen penyempurna akhlak
Salah satu hadist sahih yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari “Sesungguhnya
aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlaq.” (H.R. Bukhari) menegaskan
keterutusan Rasulullah, tidak lain adalah dalam rangka menyempurnakan akhlaq yang
mulia. Ini berarti bahwa umat Islam sebagai umat Rasulullah harus senantiasa mengiasi
dirinya dengan karakter yang mulia. Berbagai kecendrungan demoralisasi yang
melanda negri ini adalah isyarat bagaimana akhlaq merupakan hal yang urgen bagi
kehidupan manusia.
Salah satu misi Pendidikan secara umum adalah membangun sikap dan karakter
peserta didik yang baik. Jika mengikuti taksonominya S.Bloom, Pendidikan terkait erat
dalam pembentukan afeksi (sikap), bukan hanya sekedar pengetahuan dan ketrampilan.
Pendidikan Islam yang merupakan derivasi dari nilai Islam, harus mampu mewujudkan
tujuan kenabian dalam menyempurnakan akhlaq ummat. Akhlak dalam hal ini
merupakan terminology yang universal. Akhlaq merupakan implementasi suasana hati.
Sehingga membangun akhlaq harus dimulai dari membangun hati. Akhlaq dalam
tinjauan yang lain disebut juga denga karakter. Menguatnya wacana pendidikan
karakter yang akhir-akhir ini sering dibicarakan, sesungguhnya menjadi momentum
bagi Pendidikan Islam untuk memproduksi karakter muslim yang Tangguh. Sehingga
produk Pendidikan Islam nantinya benar-benar mampu menjadi kampium bagi
impementasi karakter yang baik. Output Pendidikan Islam harus mampu menjadi
prototype manusia ideal bagi lainnya, bukan masalahsebaliknya.
Empat hal tersebut kiranya menjadi dasar bagaimana filsafat Pendidikan Islam
memainkan peranannya dalam platfrom Pendidikan Islam. Melalui filsafat Pendidikan
Islam yang berbasis tujuan risalah dan hakikat penciptaan, maka proses Pendidikan
dibangun diatasnya yang akan mengarah kepada tujuan yang sama. Pada posisi ini
filsafat bukan lagi menjadi bahan kajian pemikiran yang abstrak dan melangit, tapi
benar-benar menjadi basis Pendidikan Islam. Sebagaimana arti aksiologi itu sendiri,
bahwa ilmu harus mempunyai dimensi kegunaan dan kemanfaatan bukan dalam artian
sesuatu yang bebas sebebasnya, melaikan masih dalam kerangka tujuan risalah dan
penciptaan manusia.
Didalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu’Anhu, Rasulullah Shallallahu’ Alaihi
Wasalam bersabda:
ْ َ َاَر َمَاأل
ِ َخ ََل
َق ِ إِنَ َماَبُ ِعثْتُ َألُتَ ِم ََمَ َمك
Ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Shallahu’ Alaihi Wasallam yaitu agama
Islam, merupakan agama yang sempurna untuk seluruh umat manusia sepanjang masa.
Nabi Muhamamad Shallahu’ Alaihi Wasallam merupakan Rasul akhir zaman, Rasul
terakhir dan penutup para Nabi, yang diutus oleh Allah untuk seluruh ummat manusia.
Begitulah, Allah mengutus Rasulullah Shallallahu’ Alaihi Wasallam, dilengkapi
dengan prilaku (akhlak) yang mulia dan menjadi teladan terbaik bagi ummatnya.
Keagungan akhlak Nabi Shallallahu’ Alaihi Wasallam, Allah sebutkan didalam ayat:
Artinya” Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-
Qalam:4)
َ َّ َوذَك ََر
َََّللاَ َكثِي ًْرا َ َوا ْليَ ْو ََمَ ْاآلَخِ َر َ َّ سنَةٌ َِل َم ْنَكَاَنَ َيَ ْر ُج ْو
َ ََّللا ْ ُ ََّللاَأ
َ س َوةٌَ َح ِ َّ س ْو ِل َ لَقَدَْكَاَنَ َلَ ُك ْمَف ِْي
ُ َر
Artinya” Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang.
Oleh Allah untuk seluruh umat manusia tanpa melihat asal suku dan bangsanya.
Misi Nabi Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wasallam antara lain adalah
meneyempurnakan akhlak manusia. Begitulah, maka Nabi Shallallahu’ Alaihi
Wasallam diutus di tengah-tengah masyarakat pada zaman jahiliyyah. Saat itu, akhlak
dan prilaku masyarakat sangat biadab,penuh dengan penyembahan pada berhala,
pengagungan manusia atas manusia lainnya, perbudakan, penuh dengan pertikaian dan
penguasa yang menindas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Disini kami sebagai penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam
penulisan ini dan kurangnya akan referensi serta wawasan. Diharapkan kepada dosen
pembimbing, para peserta dan yang menanggapi agar membarikan teguran untuk bahan
evaluasi kami dalam menulis makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Choirul Mahfud, Pendididkan Multikurtural (Yogyakarta Pusaka Pelajar, 2006), hlm.
82.
Ibid, hlm.87. Ala’ Uddin Ali Bin Ibrahim Al-Baghdadi, Tafsir Al-Khozin, jilid ke 3
(Kairo Dar Al-Kutub Al-Arabiyyah Al-Kubra,t.t), hlm. 297
Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika sosial politik di Indonesia (Jakarta Gramedia
Pustaka Utama, 2011), hlm, 18-19.
Ala-Uddin Ali, Ibid, hlm, 151. Edukasia Jurnal Penelitian Pendidikan Islam.