Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PENULISAN ALQURAN PADA MASA SAHABAT

NABI

DOSEN PENGAMPU
HANAFI,S.Th.I.,M.A.
MATA KULIAH
STUDI ALQURAN DAN HADIS

DIBUAT OLEH:

KELOMPOK 3

LULU ALFIYAH :220103010067

YUNISA ENNY STIRMAN :220103010050

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


BANJARMASIN

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

JURUSAN STUDI AGAMA AGAMA

2022

1
2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alaamiin puji syukur dan syukur kami panjatkan


kepada Allah SWT,karena berkat taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul Sejarah Penulisan Al-Qur’an
Pada Masa Sahabat Nabi, Tujuan penulisan makalah ini, untuk memaparkan
sejarah Al-Qur’an sekaligus pula untuk merespon dan menanggapi bagaimana
supaya Al-Qur’an tetap t e r ja g a dan tidak punah setelah setelah Nabi wafat
karena peperangan dan Nabi-Nabi palsu.

Meskipun demikian,kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan di dalam


makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.Karena itu,kritik
dan saran dari Dosen pengampu dan teman-teman diharapkan untuk perbaikan
makalah selanjutnya. Apabila di dalam buku ini terdapat kebenaran dan
kegunaan, semuanya itu berasal dari Allah SWT. Sebaliknya, kalua di
dalamnya terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan, semuanya itu karena
kekurangan kami sendiri.

Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih terutama kepada dosen


pengampu yang telah mengoreksi makalah ini. Semoga kesediaan tersebut
mendapatkan berkah dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, aamiin.

Banjarmasin,13 september 2022

Penyusun

3
4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................3


Dartar Isi ............................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................7
A.Latar Belakang Masalah ...............................................................................7
B.Rumusan Masalah .........................................................................................7
C.Tujuan Masalah .............................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................8
1.Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar ..............................................8
2.Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Umar bin Khatab .................................13
3.Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Utsman ra .............................................14
BAB III PENUTUP .........................................................................................16
A.Kesimpulan...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................17

5
6
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslim dan menjadi sumber ajaran islam
yang pertama dan utama yang harus kita Imani dan aplikasikan dalam
kehidupan agar memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat, maka dari itu Al-
Qur’an yang turunnya secara berangsur-angsur dan bertahap dari zaman Nabi
sampai zaman para sahabat dan sampai saat ini. Begitu pula proses
penulisannya yang terjadi saat kejadian yang turun. Di samping itu,fenomena
penghujatan dan penyerangan terhadap Al-Qur’an tersebut tidak boleh
dibiarkan begitu saja tanpa mendapat perhatian yang serius dari para ulama dan
cendekiawan muslim.

Oleh karena itu,kita harus menjaga Al-Qur’an agar tetap terjaga


kesuciannya dan kita harus bisa mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-
hari.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar?


2. Bagaimana penulisan Al-Qur’an pada masa Umar ra?
3. Apa penyeragaman pada masa Utsman ra?

C.Tujuan Masalah

1. memahami penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar

2.memahami penulisan Al-Qur’an pada masa Umar ra

3.penyeragaman Al-Qur’an pada masa Utsman

7
BAB II

PEMBAHASAN

1.PENULISAN AL-QUR’AN PADA MASA ABU BAKAR

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, maka yang menggantikan beliau


sebagai khalifah I dalam memimpin pemerintahan islam dan kaum muslim
adalah Abu Bakar al-Shiddiq ra. Pada masa khalifah I ini, upaya untuk
memelihara autentisitas teks Al-Qur’an maju selangkah lagi, yaitu dengan
Musailamah berasal dari kalangan Bani Hanifah di Yamamah.

Nama lengkapnya adalaah Harun ibn Hubaib dan nama panggilannya


adalah Abu Tsumamah, kemudian karena kebohongannya telah
mengklaim dirinya sebagai seorang nabi, ia kemudian digelari dengan al-
kazzab (si pembohong). Pengklaimannya itu sudah dimulainya sejak
Rasulullah saw masih hidup. Bahkan, pada 10 H, ia pernah mengirim surat
kepada Rasulullah saw yang isinya menyatakan bahwa dia juga adalah
seorang nabi dan telah ditemui Jibril.

menerima Al-Qur’an yang disampaikan oleh malaikat Rahman. Karena


itu, dia meminta bumi dibagi dua. Sebagian untuk dia sendiri dan
sebagiannya lagi untuk Rasulullah saw. Menurutnya, diantara ayat-ayat
Al-Qur’an yang diterimanya itu ayat-ayat tentang al-fil ( gajah ) dan al-
lifda ( katak )1 .

1 Ibn Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, Jld.III, Dar al-Shadir dan Dar Beirut, Beirut,1965, hlm.360, dan
al-Rafi’I, I’jaz Alquran, Dar al-kitab al-Arabi, Beirut, 1990,hlm.173-178

8
A. Latar Belakang Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar ra

Belum setahun setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar menjadi khalifah telah
terjadi peperangan sengit di Yamamah antara kaum muslim disatu pihak dan
para pengikut Musailamah Al- kazzab (si pembohong) di pihak lain. Dalam
peperangan tersebut pasukan kaum muslim dibawah panglima perang, Khalid
ibn al-Walid berjumlah 4000 orang dan ada pula yang mengatakan berjumlah
13.000 orang.

Di antara mereka itu terdapat sejumlah besar qurra (para qari) dan huffazh
(para hafizh) Al-Qur’an. Sebaliknya, pasukan dipihak Musailamah
berjumlah 10.000 orang. Meskipun dalam peperangan itu kaum muslim
dapat memeperoleh kemenangan, kemenangan tersebut harus mereka bayar
dengan tewasnya sejumlah besar sahabat.

Menurut sebuah riwayat, jumlah dari kalangan kaum muslim yang syahid
sebanyak 1000 orang, terdiri atas 450 orang sahabat dan sisanya kaum
muallaf.2 menurut riwayat yang lain, mereka yang syahid itu sekitar 200
orang dan di antara mereka terdapat sekitar 360 orang dari kalangan
Muhajirin dan Anshar.3 Bahkan, di antara mereka yang syahid itu terdapat
70 orang qari dan hafizh Al-Qur’an. Di samping itu pula ada yang
mengatakan lebih dari pada itu.4

Dalam pandangan Umar, dengan banyaknya para qari dan hafizh Al-
Qur’an akan membawa Implikasi pula kepada banyaknya Al-Qur’an yang

2 Abd al-Shabur Syahin,Tarikh Al-Qur’an,Dar al-Qalam,Qairo,t.th.,hlm.101.


3 Al-jazari,al-Nasyr fi Qiraat al-Asyr,jld.I,Dar al-Fikr,Beirut,t.th.,hlm.7.
4 Ibnu Hajar Al-Asqalani ,Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari ,jld.X,Musthafa al-Babi al-

Halabi wa Awladih,Mesir.

9
hilang. Karena dilatarbelakangi kekhawatiran tersebut, Umar kemudian
menyampaikan ide untuk mengumpulkan Al-Qur’an kepada khalifah Abu
Bakar.

A. Zaid Ibn Tsabit adalah Ketua Pengumpulan Al-Qur’an

Zaid berkata, “ Bagaimana kalian bisa melakukan sesuatu yang belum


pernah dilakukan Rasulullah SAW”? Abu Bakar berkata, “ Demi Allah ini
adalah suatu kebaikan.” Abu bakar terus saja mengulangi permintaan nya,
sampai akhirnya Allah membukakan hati Zaid sebagaimana dia juga telah
membukakan hati Abu Bakar dan Umar. Setelah itu aku meneliti Al-
Qur’an dengan seksama, kemudian mengumpulkan nya dari pelepah-
pelepah kurma, kepingan- kepingan batu dan hafalan-hafalan para sahabat,
sampai aku menemukan akhir surat At-Taubah pada Abu Khuzaimah yang
tidak pernah aku temukan pada orang lain.

Pemberian status kesaksian Khuzaimah sama dengan status kesaksian 2


orang saksi di dasarkan pada riwayat, bahwa pada suatu hari Rasulullah
SAW membeli seekor kuda dari Siddad ibn Al-Khariz setelah harga di
sepakati Rasulullah SAW, pulang berjalan kaki dengan kaki, sedangkan si
penjual berjalan kaki dengan lambat. Ditengah perjalanan tiba-tiba
beberapa orang menghampiri si penjual dan menawar kuda yang sedang
dibawanya dengan harga yang melebihi dengan harga yang telah di
sanggupi oleh Rasulullah SAW. Namun, si penjual sendiri telah
mengingkari bahwa ia telah menjual kudanya kepada Rasulullah SAW.
Setelah ketiga pihak bertemu ditengah kerumunan orang, pihak ketiga
yang telah menawar kuda itu meminta saksi bahwa kuda tersebut memang
sudah di beli Rasulullah, tiba-tiba Khuzaimah menyatakan bahhwa ia.
Pertama, ia seorang pemuda. Menurut Dr. Muhammad Husain Haikal,
sebagai seorang pemuda tentu saja Zaid memiliki tenaga yang lebih Prima
dalam bekerja daripada para sahabat yang lebih senior selain itu sebagai

10
pemuda ia tentunya juga lebih terbuka dari pada seniornya dan tidak
fanatic dan tidak pula mengutamakan pendapatnya sendiri sikap tersebut
akan mendorongnya untuk mendengarkan pandangan-pandangan para
seniornya khususnya para qari dan hafizh Al-Qur’an. Dan lebih cermat
dalam melakukan pengumpulan Al-Qur’an tanpa harus mengutamakan
apa yang sudah di hafalnya meskipun menurut riwayat yang mutawatir ia
telah menyaksikan peragaan pembacaan Al-Qur’an yang terakhir yang
dibacakan oleh Jibril untuk kedua kalinya pada tahun wafatnya beliau.

Kedua ia adalah seorang yang kecerdasannya itu terlihat, antara lain ketika di
tunjuk oleh Khalifah untuk melaksanakan pengumpulan Al-Qur’an , ia
tidak langsung menerimaanya secara langsung, karena tekanan dan takut
kepada atasan tetapi ia baru dapat menerimanya setelah melalui diskusi
dan mendapatkan argumentasi serta tujuan baik dari tugas yang akan
dilaksanakannya tersebut.

Ketiga, ia seorang terpercaya dan amanah kepercayaan dan keamanahannya


dinyatakan sendiri oleh Abu Bakar

Keempat, selain hafal seluruh isi Al-Qur;an, Zaid juga penulis wahyu Al-Qur’an
yang paling banyak dibandingkan dengan sahabat yang lain. Dengan
kelebihan yang dimilikinya ia akan mudah dalam melaksanakan tugas
pengumpulan tulisan Al-Qur’an yang ditelitinya.

Menurut Ibn Hajar, keempat sifat yang menyatu dalam diri Zaid tersebut, tidak
dimiliki oleh setiap sahabat yang lain secara integral. kalaupun ada itu
hanya sebagian.

B. Zaid Hanya Mengumpulkan Tulisan-tulisan Al-Qur’an yang Asli


Ditulis di Hadapan Rasulullah saw

Menurut riwayat diatas tugas pengumpulan Al-Qur’an dilaksanakan Zaid dalam


dua tahap, tahap pertama , meneliti Al-Qur’an secara seksama. Tahap kedua ,

11
mengumpulkan hasil penelitian tersebut kedalam suatu bundelan yang kemudian
disebut mushaf. Yang dimaksud disini adalah meneliti dan mencari catatan-
catatan Al-Qur’an yang telah ditulis atas perintah nabi Muhammad SAW,
Kesulitan yang dirasakan oleh Zaid adalah meneliti dan mencari catatan-catatan
Al-Qur’an yang tidak dimilikinya itu. Untuk meringankan tugas Zaid ini maka
Abu Bakar menunjuk beberapa sahabat untuk membantunya mereka itu adalah
Ubai ibn Ka’ab, Ali ibn Abi Thalib, Umar bin Khattab, Utsman ibnu Affan, yang
semuanya adalah para penulis wahyu dan orang-orang yang hafal Al-Qur’an
agar hasil kumpulan Al-Qur’an maka me;laksanakan tugasnya dengan sangat
teliti sekali.

Pertama, yang diteliti dan dikumpulkan hanyalah catatan Al-Qur’an yang asli
dan telah ditulis dihadapan Rasulullah dan bukan berasal dari hafalan saja.

Kedua, catatan Al-Qur’an tersebut dibuktikan kebenarannya oleh dua orang


saksi persyaratan ini disebutkan dalam sebuah riwayat dari Yahya bin Abd Al-
Rahman ibn Hathib yang diceritakan Kembali oleh Abu Daud.

C. Kumpulan Al-Qur’an yang Dikerjakan Zaid adalah untuk Menjadi


Mushaf Resmi

Sebenarnya Zaid bukanlah orang yang pertama kali mengumpulkan Al-Qur’an


dalam sebuah mushaf bahkan sebelum Umar mengusulkan ide tersebut kepada
Khalifah Abu Bakar beberapa sahabat telah mengupayakan atas inisiatif sendiri.
Di antaranya, Ali bin Abi Thalib, Ubai bin Ka’ab, Ibn Abbas dan Abu Musa al-
Asy’ari.Pengumpulan yang dilaksanakan oleh Zaid adalah atas tanggung jawab
negara dan atas perintah resmi dari Khalifah, karena Zaid mempunyai potensi
yang sama untuk melaksanakannya seorang diri, sebab zaid adalah seorang
Hafizh Al-Qur’an dan penulis wahyu.

D. Mushaf Resmi Identik dengan Al-Qur’an yang Pernah Dibacakan


Rasulullah saw

12
Dengan berkat kerja keras Zaid dan para sahabat dalam mengumpulkan Al-
Qur’an maka dalam waktu kurang dari satu tahun, selesailah mushaf yang
direncanakan, isinya yang masih murni, tanpa ada kekurangan dan kelebihan
satu perubahan, sesuai dengan yang telah dibacakan oleh Rasulullah saw.
Namun demikian, seorang Orientalis bernama Frant Buhl tetap menuduh
mushaf yang dikerjakan Zaid dan para sahabat itu memuat ayat tambahan
yang telah disisipkan Abu Bakar yaitu ayat 144 dari surat Ali Imran. Alasan
untuk tuduhan ini ini ialah jika ayat tersebut asli dari Rasulullah, Tentunya
Umar tidak akan meragukan kebenaran dengan berita yang berkenaan dengan
wafatnya Rasulullah. Tuduhan tersebut dapat dijawab sebagai berikut.

Pertama, tidak ada seorang pun para sahabat yang terlibat dalam pelaksaan
pengumpulan Al-Qur’an ini berniat ingin merusak kemurnian Al-Qur’an
begitu pula sebaliknya. Mereka semaksimal mungkin menghindari
manipulasi terhadap kitab suci seperti yang telah diterangkan di atas.

Kedua. Pada waktu itu Sebagian besar para sahabat yang hafal Al-Qur’an
dan sewaktu Rasulullah masih hidup mereka pernah mendengar langsung
bacaan Al-Qur’an sehingga masih segar dalam ingatan mereka, Karena itu,
jika terdapat kekeliruan yang telah dikerjakan Zaid akan segera di ketahui
dan kritik mereka
Ketiga setelah mushaf resmi, Namun kenyataan nya ayat itu juga terdapat di
dalam mushaf-mushaf tersebut. Ini berarti, ayat 144 Ali-Imran betul-betul
berasal dari nabi. Keempat, keraguan Umar akan wafatnya Nabi, tidak berarti
ayat 144 Ali-Imran tidak pernah ada, akibat dari keterkejutannya dari
menerima berita tentang wafatnya Rasulullah SAW atau mungkin Umar
belum mengetahui tentang turun nya ayat tersebut. Bersihnya mushaf Al-
Qur’an yang telah dikerjakan oleh Zaid dan para sahabat yang membantunya
dari manipulasi dan perubahan telah diakui oleh seorang orientalis yang
bernama Sir Wiliam Muir dalam bukunya, The Life of Muhammad.

2.Al-Qur’an pada Masa Khalifah Umar ra

13
Setelah Khalifah Abu Bakar ra wafat pada 13 H, maka yang menggantikannya
adalah Umar ibn Khattab ra. Mushaf sebelumnya disimpan oleh Abu Bakar,kini
disimpan oleh Umar. Selain itu para sahabat sudah merasa tentram dengan
terkumpulnya Al-Qur’an dalam mushaf yang resmi ini.

3.Al-Qur’an Pada Masa Utsman ra

Pada pemerintahan Utsman ini telah pula diupayakan pengumpulan Al-


Qur’an, namun dalam bentuk yang lain dari yang pernah dilaksanakan pada
masa Abu Bakar. Kalau pengumpulan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar
adalahmengumpulkan catatan-catatan AL-Qur’an yang asli dan yang telah
ditulis di hadapan Rasulullah saw kedalam satu mushaf resmi, pengumpulan
Al-Qur’an pada masa Utsman adalah mengumpulkan Al-Qur’an dalam bentuk
menstandardisasikan ( menyeragamkan ) bacaan kaum muslim kepada satu
bacaan Al-Qur’an yang resmi.

A.Motivasi Penyeragamaan Al-Qur’an Pada Utsman ra

Masa pemerintahan Utsman ditandai dengan berbagai macam penaklukan.


Lebih kurangnya waktu yang diperlukan untuk penaklukan -penaklukan tersebut.
Oleh karena perhatian pemerintah dan kaum Muslim banyak tercurah kepada
penaklukan dan perluasan daerah kekuasaan islam, masalah pengajaran Al-Qur’an
diserahkan sepenuhnya kepada mereka yang hafal Al-Qur’an dan sanggup untuk
itu.beberapa sahabat telah pula memiliki mushaf pribadi,yang dikumpulkannya atas
inisiatif dan usaha sendiri, yang di antara bacaan dan susunannya berbeda dengan
yang terdapat dalam mushaf resmi. Mushaf- mushaf tersebut tidak seragam,
terutama dalam hal bacaannya.Kelompok-kelompok kaum muslim yang
memperpegangi mushaf-mushaf tersebut, p14ublic14 akan kebenaran mushaf yang
mereka perpegangi.akibat dari perbedaan bacaan yang selama ini tidak terawasi oleh
pemerintah sebagaimana yang telah dilakukan Umar, telah menimbulkan pertikaian
yang tajam antara 14ublic kaum muslim sehingga nyaris bencana besar akan
menimpa mereka. Kasus perbedaan bacaan yang sangat memprihatinkan itu telah
pula disaksikan oleh Huzaifah ibn al-Yamani, yang kemudian melahirkan gagasan
dalam dirinya untuk mengusulkan Utsman agar segera mungkin untuk bertindak
menyeragamkan mushaf Al-resmi Qur’an kepada satu qira’at atau bacaan juga.

B.Upaya Yang Dilakukan Utsman Dalam Menyeragamkan Bacaan Al-


Qur’an

14
Menurut riwayat, setelah menerima laporan dari Hufaizah dan berpidato di
hadapan 15ublic , “Utsman terus mengadakan pertemuan dengan para sahabat.
Ada beberapa langkah yang telah ditempuh oleh Khalifah Utsman untuk
merealisasikan ide penyeragaman mushaf Al-Qur’an.

Pertama,meminjam mushaf resmi yang telah dikerjakan oleh Zaid pada masa
Abu Bakar kepada Hafsah untuk disalin ke dalam beberapa mushaf. Awalnya
Hafsah enggan untuk meminjamkan namun setelah khalifah berjanji akan
segera mengembalikannya lagi dan menyalinnya barulah Hafsah bersedia
meminjamkannya.

Kedua, membentuk sebuah panitia yang terdiri atas empat orang, yaitu ketua
Zaid ibn Tsabit, dan anggota-anggotanya sebanyak tiga orang,yaitu Abdullah
ibn Hisyam.Tugas yang dilakukan panitia tersebut dapat dirincikan sebagai
berikut;(a)menyalin Kembali mushaf resmi yang telah dipinjam dari Hafsah
kedalam beberapa buah mushaf, (b)sebelum penyalinan dimulai , panitia
terlebih dahulu meneliti kelengkapan dari isi mushaf resmi itu kalau -kalau ada
ayat-ayat yang tercecer dan sudah hilang atau yang tidak sesuai dengan logat
Quraisy, mengingat tujuan mengumpulkan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar
bukanlah untuk menyeragamkan bacaan Al-Qur’an, melainkan untuk
memelihara autentitas teksnya saja,(c) apabila terjadi perselisihan pendapat
diantara para anggota panitia tentang bacaan suatu kata atau ayat Al-
Qur’an,rujukannya haruslah logat Quraisy, mengingat kitab suci tersebut
diturunkan adalah dalam logat tersebut.

Ketiga,setelah panitia selesai melaksanakan tugas-tugasnya, maka mushaf-


mushaf yang telah diselesaikan panitia itu , dikirim keberbagai pusat negeri
islam. Menurut Ibn Amrin al-Dani dalam al-Muqni, umumnya para ulama
berpendirian bahwa jumlah mushaf yang telah disalin sebanyak empat
buah.salah satunya disimpan diMadinah, sedang yang selebihnya laagi dikirim
ke Kufah, Basrah, dan Syam.jadi praktis mushaf-mushaf tersebut dikirim ke
negeri-negeri dimana mushaf-mushaf pribadi menjadi pegangan dan rujukan.

15
Keempat, memerintahkan kepada kaum muslim diseluruh negeri islam untuk
membakar semua mushaf dan catatan-catatan Al-Qur’an yang tidak sesuai
dengan mushaf imam yang telah mereka terima.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi setiap umat muslim, hal inilah yang
membuat Al-Qur’an sehingga kemurnian dan kesuciannya harus selalu terjaga,
seperti halnya usaha para sahabat yang gigih dalam mengumpulkan Al-Qur’an
sehingga bisa menjadi mushaf resmi, yang mana hingga sampai saat kita sebagai
umat muslim bisa menggunakan mushaf salah satu nya. Yaitu Mushaf Utsmani,
maka dari kita juga harus bisa memelihara dan bisa menerapkan Al-Qur’an
dalam kehidupan sehari-hari, semoga Allah senantiasa membukakan pintu hati
kita agar dapat membaca dan memahami Al-Qur’an serta meneladani kisah para
sahabat dalam mempertaruhkan jiwa dan raga mereka agar Al-Qur’an bisa
terjaga kemurniannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Athalah, H. A. 2010. Sejarah Al-Qur’an. Celeban Timur: Pustaka Pelajar

Ceramah K.H Dawam Mu’alim (https://youtu.be/NiSooWAmbhk)

Aqwam Jembatan Ilmu(https://youtu.be/LKXH0mdosA)

Kaffah Studio(https://youtu.be/6qH5FjggayA)

Kamulupa(https://youtu.be/A6WeC-VgpQs)

Tinta Mahabbah(https://youtu.be/_8ritH5Q8jy)

17
18

Anda mungkin juga menyukai