Anda di halaman 1dari 8

JAM’UL QUR’AN PADA MASA ABU BAKAR

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ulumul Qur’an

Oleh:

Siti Unisah 21211808

Wilandari 21211828

Yumna Salendra Almira 21211833

Dosen Pengampu :

Ruaedah, S.Th.I, MA.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1443 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah SWT. atas rahmatnya, sehingga
niat kami untuk membuat makalah ini terkabul. Shalawat dan salam semoga selalu
terlimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammmad SAW. beserta keluarga dan
sahabatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini berjudul “JAM’UL QUR’AN PADA MASA ABU BAKAR”. Dalam menyusun makalah
ini, kami telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik sesuai
kemampuan penulis. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca khususnya mahasiswa terutama dalam menyusun makalah selanjutnya yang dapat
digunakan sebagai referensi.

Akhir kata pengantar ini kami mengucapkan terima kasih kepaada Ibu Ruaedah S. Th. I, M.A
yang telah membimbing kami dalam proses belajar mengajar, dan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, jika ada kritik dan saran yang bersifat
membangun, kami akan menerimanya sebagai bahan acuan mengoreksi diri dan kedepannya
dapat menyajikan yang lebih baik lagi

Tangerang, 24 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………...………. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………..………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………..………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah……………………….………………………….……………………………………. 1

C. Tujuan ………………………………………………….…………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………………….. 2

A. Motivasi Pengumpulan Al-Qur’an pada MasaAbu ….…………………………………… 2

B. Tim Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar ………………..……….…….….. 2

C. Syarat-Syarat Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar ….……………….... 3

D. Dinamika Penamaan Al-Qur’an dengan Mushaf ………………………….….…………… 3

BAB III

KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………….………………….. 5

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………….….. 5

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah Rasulullah SAW wafat, kemudian Abu Bakar diangkat menjadi khalifah.
Pekerjaan pertama yang dilaksanakan olehnya ialah memerangi orang-orang murtad dan
menghapuskan penyebaran fitnah. Tatkala terjadi peristiwa Yamamah pada tahun ke 12 H,
banyak terjadi pembunuhan dikalangan para sahabat, dan banyak diantara para penghafal
Al-Qur’an yang meninggal dunia hingga menurut satu pendapat mencapau 500 orang dan
pendapat lain mengatakan 700 orang. Melihat banyak sahabat penghafal yang gugur,
timbullah hasrat Umar bin Khattab untuk meminta kepada Abu Bakar agar Al-Qur’an itu
dikumpulkan.
Makalah ini membahas jam’ul qur’an (pengumpulan AL-Qur’an) pada masa khalifah Abu
Bakar.

B. Rumusan Masalah
a. Apa Motivasi Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar?
b. Siapa Tim Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar?
c. Apasaja Syarat-Syarat Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar?
d. Bagaimana Dinamika Penamaan Al-Qur’an dengan Mushaf?

C. Tujuan
Untuk mengetahui serta memahami Jam’ul Qur’an ( Pengumpulan Al-Qur’an ) pada
Masa khalifah Abu Bakar. dan memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Ulumul Qur’an.

1
BAB II

PEMBAHASAN

JAM’UL QUR’AN PADA MASA ABU BAKAR

A. Motivasi Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar

Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar Ash-Shiddiq menggantikan beliau memimpin
urusan kaum muslimin. Pada tahun 12 Hijriyah terjadi perang melawan penduduk Yamamah
yang diikuti oleh sebagian para sahabat Qura’ (yang hafal Al-Qur’an), hingga akhirnya tujuh
puluh penghafal Al-Qur’an dari kalangan shahabat mati syahid dalam peperangan ini.1 Melihat
banyak sahabat yang gugur, timbulah hasrat Umar bin Khattab untuk meminta kepada Abu
Bakar agar Al-Qur’an itu dikumpulkan. Beliau khawatir Al-Qur’an akan berangsur-angsur hilang
jika hanya dihafal saja, karena para penghafal nya makin berkurang.2

Motivasi Abu Bakar dalam membukukan Al-Qur’an adalah kekhawatiran akan hilangnya
Al-Qur’an seiring kematian orang-orang yang hafal Al-Qur’an, manakala para qari’ (penghafal
Al-Qur’an) banyak yang gugur dalam peperangan. 3

B. Tim Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar

Abu Bakar mengirimkan surat kepada Zaid bin Tsabit dan menyuruhnya untuk
melakukan tugas yang mulia ini. Kemudian, Zaid mengonfirmasikan titah tersebut kepada
keduanya (Abu Bakar dan Umar) sehingga Zaid memperoleh petunjuk dan kejelasan tentang
kebenaran pengumpulan tersebut.4

Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia bercerita;

Abu Bakar berkata kepadaku (Zaid), “Kau adalah pemuda yang pandai, kami juga tidaak
mencurigaimu macam-macam. Dili engkau adalah sekretaris Rasulullah SAW, maka carilah
(lembaran-lembaran) Al-Qur’an, lalu kumpulkan”.5

Zaid bin Tsabit dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa anggota lain,
semuanya penghafal Al-Qur’an yaitu Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin Affan.
Mereka berulang kali mengadakan pertemuan dan mereka mengumpulkan tulisan-tulisan yang

1
Manna’ Al-Qatthan, Mabahits fii Ulumil Qur’an, (Jakarta: Ummul Qura, 2016), hlm. 196.
2
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Sejarah Al-Qur’an & Tafsir, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2009), hlm.72.
3
Manna’ Al-Qatthan, Op. Cit., hlm. 205.
4
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Studi Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm.29-30.
5
Manna’ Al-Qatthan, Op. Cit., hlm. 197.

2
mereka tulis di masa Nabi.6 4 Panitia penghimpun yang semuanya penghafal dan penulis al-
Qur’an termsyur, itu dapat menyelesaikan tugasnya dalam waktu kurang dari satu tahun, yakni
sesudah peristiwa peperangan Yamamah (12 H/633 M) dan sebelum wafat Abu Bakar ash-
Shiddiq.

C. Syarat-Syarat Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar

Sahabat Zaid bin Tsabit terkenal dengan kepiawaiannya dalam hal menulis sehingga di
masa Abu Bakar dan Utsman kelak, ia tetap ditugaskan untuk menulis mushaf. Di antara
kecakapannya dalam hal ini adalah ia merupakan seorang yang hafal al-Qur’an, ia juga masih
muda yang prigel, hafalannya sangat kuat, logikanya dan kekreatifitasnya berjalan, tenang dan
tidak suka tergesa-gesa sekaligus banyak kerjanya. Zaid bin Tsabit sangat selektif.7 Semua sifat-
sifat tersebut dimiliki oleh pribadi seorang Zaid bin Tsabit. Karena kecakapannya tersebut, ia
membuat metode dalam pengumpulan mushaf dengan memberikan syarat sebuah ayat al-
Qur’an harus disaksikan minimal dua orang sahabat, sekaligus tidak hanya mengandalkan
hafalan para sahabat saja, melainkan terdapat bukti tertulis yang ditulis di masa Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Ketika dua syarat tersebut tidak terpenuhi maka ia
tidak akan menulis dan memasukkan ayat tersebut ke dalam bagian dari al-Qur’an.

D. Dinamika Penamaan Al-Qur’an dengan Mushaf

Dari kejadian 12 Hijriyah banyaknya para qurra‟ yang terbunuh di medan perang hingga
ditakutkan hal ini akan terus terjadi dan berdampak pada punahnya para sahabat huffazh dan
berujung pada punahnya al-Quran itu sendiri. Sedangkan dalam prosesnya, Abu Bakar
mengutus Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan al-quran dan menuliskan kembali pada
lembaran-lembaran yang kemudian disatukan hingga menjadi satu mushaf, dengan ayat-ayat
dan surat-surat yang tersusun serta dituliskan dengan sangat berhati-hati dan mencakup tujuh
huruf yang dengan itu al-quran diturunkan. Dengan demikian, Abu Bakar adalah orang pertama
yang mengumpulkan al-quran dalam satu mushaf dengan cara seperti ini, di samping terdapat
juga mushaf-mushaf pribadi pada sebagian sahabat.

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Al-Quran sudah ditulis sebelum itu pada masa
Nabi. Hanya saja, tulisan ayat-ayat Al-Quran masih terpencar-pencar di lembaran kertas, kulit,
tulang, dan dedaunan kurma. Kemudian, Abu Bakar memerintahkan untuk mengumpulkan
ayat-ayat Al-Quran dalam satu mushaf dengan ayat-ayat dan surah-surah tersusun rapi, ditulis
dengan sangat teliti mencakup tujuh dialek bahasa yang dengannya Al-Quran diturunkan.

6
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Op. Cit., hlm. 74.
7
Manna’ Al-Qatthan, Op. Cit., hlm. 198.

3
Dengan demikian, Abu Bakar adalah orang pertama yang mengumpulkan Al-Quran
dalam satu mushaf dengan cara seperti ini, meskipun memang ada sejumlah mushaf pribadi
yang dimiliki oleh beberapa sahabat, seperti mushaf Ali, mushaf Ubay, dan mushaf Ibnu
Mas’ud. Namun demikian, mushaf-mushaf pribadi ini bentuknya tidak seperti mushaf Abu
Bakar. Penulisannya juga tidak terlalu jeli dan akurat, serta tidak dikumpulkan dan ditata
dengan rapi, hanyasebatas pada ayat-ayat yang bacaannya tidak dihapus, dan yang disepakati
saja. Tidak seperti mushaf Abu Bakar. Itulah beberapa ciri khas pengumpulan Al-Quran oleh Abu
Bakar. Sebagian ulama meriwayatkan bahwa sebutan mushaf untuk Al-Quran muncul sejak saat
itu, yaitu pada masa Abu Bakar karena proses pengumpulan yang dilakukan. 8

Dalam priode ini ada beberapa hal yang perlu kita ketahui:

 Al-Qur’an ditulis kembali oleh Zaid bin Tsabit.


 Tujuannya adalah menjaga keutuhan ayat-ayat Al-Qur’an. Jangan sampai ada yang
terbengkalai. Karena banyaknya muslimin yang gugur dalam peperangan dalam
musailamah al-Khadzdzab.
 Jumlah mushafnya hanya Satu.
 Belum ada tanda baca atau titik yang membedakan antara huruf yang serupa.
 Semua ayat dan surah telah berurutan, dimulai dari surah al-Fatihah diakhiri dengan
surah an-Nas.
 Belum ada penulisan nama surah, tanda as-Sajdah, dan sebagainya.
 Ayat Al-Qur’an ditulis pada benda yang sama yaitu lembaran-lembaran (shuhuf).
Kumpulan dari shuhuf tersebut disebut “mushaf”.
 Mushaf ini belum disosialisasikan untuk umum, tapi masih disimpan sebagai
dekumentasi dibawah pengawasan Abu Bakar.9

8
Manna’ Al-Qatthan, Op. Cit., hlm. 199-200.
9
Ahsin Sakho Muhammad, Membumikan Ulumul Qur’an, (Jakarta: Qaf, 2019), hlm. 88.

4
BAB III

PENUTUP

A . KESIMPULAN
Di zaman Abu Bakar ini, Al-Qur’an telah disusun dalan satu mushaf. Dan itu
usulan dari Ummar bin Khattab, yang khawatir akan hilangnya ayat al-Qur’an akibat
kematian sejumlah besar para pembaca (al-qurra) dan penghafal dalam peperangan.
Adapun istilah Jam’ul Qur’an (Pengumpulan Al-Qur’an) pada masa Abu Bakar disebut
penulisan Al-Qur’an yang kedua. Abu Bakar mengutus Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam melakukan tugas yang mulia ini, Zaid
dibantu oleh Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman din Affan. Adapun bentuk
tulisan yang dipakai adalah Kufi Kuno dan nama mushafnya adalah Al-Mushaf: kumpulan
dari shuhuf, ayat dan surahnya sudah berurutan.

DAFTAR PUSTAKA

 Al-Qatthan, Manna’. 2016. Mabahits fii Ulumil Qur’an. Jakarta: Umul Qurra.
 Muhammad. 2003. Studi Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
 Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 2009. Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur’an & Tafsir.
Semaranng: Pustaka Rizki Putra.
 Muhammad, Ahsin Sakhto. 2019. Membumikan Ulumul Qur’an. Jakarta: Qaf

Anda mungkin juga menyukai