Anda di halaman 1dari 40

Makalah

HISAB, TIMBANGAN AMAL DAN SYAFAAT

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kuliah tafsir tematik

Dosen pengampu : Hana Natasya ,M.A

Disusun oleh :

Wilandari (21211828)

Zafirah Dayana (21211834)

Zayna Rahmi Azzarini (21211837)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH


INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1444 H/2022 M

2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.Wr.Wb

Puji syukur kami atas kehadirat Allah SWT karna atas segala rahmatNya makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai dan Salawat serta salam kita ucapkan kepada baginda kita nabi
Muhammad saw . Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya sehingga
maklah yang berjudul Hisab, Timbangan Amala Dan Syafaat dapat diselesaikan . Penulis
sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini

Wasalamu’alikum.Wr.Wb

Tangerang selatan,8 Desember 2022

penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii

BAB I ............................................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 1

C. Tujuan .............................................................................................................................................. 1

BAB II .......................................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 2

A .Perhitungan Amal .............................................................................................................................. 2

B .Timbangan amal............................................................................................................................... 13

C .Waktu Hisab ..................................................................................................................................... 17

D . Pengertian syafaat ........................................................................................................................... 21

E .Macam Macam Syafaat ................................................................................................................... 24

E .Pemberi Dan Penerima Syafaat ...................................................................................................... 30

KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 34

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai mahluk tuhan kita paham betul bahwasaanya dunia yang kita jalani saat
ini hanyalah sesuatu yang fana dan sementara oleh karena itu kita harus meyakini adanya
hari akhir dan hari hari yang akan kita lewati pada hari akhir beberapa diantaranya yaituy
yaumul hisab dan yaumul mizan ,yaumul hisab iyalah Kata “hisab” (‫ )الحساب‬dalam bahasa
Arab berarti menghitung. Jadi, yaumul hisab berarti hari perhitungan saat Allah SWT
memperlihatkan semua amalan yang dilakukan oleh umat Muslim. Pada hari yaumul hisab
tiba, semua amalan manusia yang baik dan buruk akan diperlihatkan dan diperhitungkan.
seadngkan yaumul mizan Secara bahasa, yaumul berarti hari, sedangkan mizan adalah
timbangan atau alat pengukur berat sesuatu. Sehingga, yaumul mizan diartikan sebagai hari
penimbangan. Hari tersebut benar-benar akan datang setelah hari kiamat. Pada hari itu,
manusia akan ditimbang amalnya untuk menentukan apakah mereka akan masuk surga
atau neraka

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hisab ,timbangan amal dan syafaat ?
2. Bagaimana perhitungan amal -amala manusia ?
3. Bagaimana timbangan amal manusia ?
4. Kapan waktu hisab itu?
5. Apa saja macam macan syafaat?
6. Bagaimana karakteris penerima dan pemberi syafaat?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari hisab ,timbangan amal dan syafaat
2. Mengetahui perhitungan amal manusia
3. Mengetahui timbangan amal manusia
4. Mengetahi waktu hisab

1
5. Mengetahui macam macam hisab
6. Mengetahui pemberi dan penerima syafaat

BAB II

PEMBAHASAN
A .Perhitungan Amal

Al-hisab secara bahasa berarti al-'addu wa al-muhâsabatu yang artinya hitungan,


perhitungan. Kata hisab dapat dipahami sebagai usaha menghitung-hitung amaliah
negatif diri.1 Dalam proses hari akhir, ada yang namanya Yaumul Hisab. Yaumul Hisab
artinya adalah hari perhitungan amal perbuatan. Pada hari ini, segala bentuk perbuatan
manusia entah itu baik atau buruk, akan diperhitungkan. Yaumul Hisab artinya adalah
hari di mana manusia mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di dunia.1

Umat Muhammad Saw. adalah umat pertama yang amalnya dihitung. Mereka
mendahului umat-umat lainnya. Setelah Allah selesai melakukan penghitungan amal
orang-orang beriman dan bertakwa serta mereka yang gemar berbuat maksiat di antara
umat Muhammad Saw., Dia pun melakukan penghitungan amal orang-orang beriman dari
umat-umat lain, yaitu mereka yang beriman dan beramal saleh bersama nabinya masing-
masing. Setelah itu, barulah dilakukan penghitungan terhadap amal orang-orang musyrik
dan kafir.
Mengenai penghitungan amal orang-orang musyrik dan kafir terdapat perbedaan
pendapat di antara para ulama. Diantara para ulama, ada yang membenarkan adanya
penghitungan terhadap amal orang-orang musyrik dan kafir. Dalil yang mereka pegang
adalah ayat-ayat suci Al-Qur'an dan hadis-hadis. Sebagian yang lain, ada yang mengingkari
adanya penghitungan terhadap amal orang-orang musyrik dan kafir. Mereka berpendapat
bahwa orang-orang musyrik dan kafir tidak perlu lagi dihisab karena mereka tidak pernah

1
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/hisab-dunia-
meringankan-hisab-akhirat-
oYGjf&ved=2ahUKEwiQzZWNuuf7AhUwx3MBHZI3CpwQFnoECEgQBQ&usg=AOvVaw3pUPZ_AWEAro10bLamHmm
n

2
mengerjakan amal saleh. Sebab kekufuran dan kemusyrikan mereka terhadap Allah telah
menghapuskan segala amal saleh dan kebaikan yang pernah mereka lakukan. Allah hanya
menerima amal manusia yang dilakukan dengan mengharap keridaan Allah. Pada
umumnya, mereka beranggapan bahwa semua amal kebaikan yang dilakukan orang-orang
kafir dan musyrik hanya akan dibalas di dunia saja.Kebaikan dan keburukan sama-sama
terdapat dalam diri manusia, baik seorang mukmin,kafir, maupun musyrik. Sebab,
kefasikan dan ketakwaan terdapat di dalam diri manusia.2
Dalil para ulama yang berpendapat bahwa amal orang-orang kafir dan musyrik
tidak perlu dihisab lagi oleh Allah, dan mereka langsung masuk ke neraka yang merupakan
tempat kembali yang paling buruk adalah firman Allah :

ٓ‫َوقَ ِد ْمنَٓا إِ َى‬


‫ل َما َع ِملُوآ ِٓم ْٓن َع َملٓ فَ َج َعلْنَـىٓهُ َهبَا ٓء َّمنثُورٓا‬

"Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjak, lalu Kami akan
jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al- Furqon : 23)

Penafsiran :
‫( َوقَ ِد ْمنَٓا‬Kami hadapkan), ‫( إِ َ ىلٓ َما َع ِملُوٓا‬amal kebaikan seperti sedekah menghubungkan

silaturahmi menjamu tamu dan menolong orang yang memerlukan pertolongan sewaktu di
dunia), ‫ورا‬
ٓ ُ‫( فَ َج َعلْنَـىهُٓ َهبَا ٓء َّمنث‬amal perbuatan mereka tidak bermanfaat sama sekali pada hari itu

tidak ada pahalanya sebab syaratnya tak terpenuhi yaitu iman akan tetapi mereka telah
mendapatkan balasannya selagi mereka di dunia).1
Dalam ayat tersebut tidak menunjukkan bahwa amal orang-orang kafir dan musyrik
sama sekali tidak dihitung oleh Allah pada hari kiamat. Allah memerintahkan mereka untuk
dijebloskan ke dalam neraka, setelah mereka ditampilkan di hadapan Allah. Ayat-ayat
tersebut menunjukkan (ketika terjadi penghitungan amal di hadapan Allah) bahwa segala
amal saleh dan kebaikan yang pernah mereka lakukan tidak diterima. Sebab, selama hidup

2
Mahir Ahmad Ash-Shufy, Ensiklopedia Akhirat : Mizan, Catatan Amal, Shirath, dan Macam-Macam Syafaat (Solo:
Tiga Serangkai, 2007).

3
di dunia, mereka tidak berada di jalan Allah dan tidak mengharap ganjaran dari sisi Allah
karena mereka berada dalam kekufuran.3
Pendapat yang tepat adalah amal orang-orang musyrik dan kafir akan dihitung pula
pada hari kiamat. Bahkan penghitungan terhadap amal mereka dilakukan saat ketat karena
selama di dunia, mereka memutuskan untuk tetap berada dalam kekufuran dan senantiasa
berbuat maksiat serta dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil, termasuk segala perbuatan
keji. Sedangkan, perbuatan baik yang mereka lakukan di dunia tidak ditujukkan untuk
mengharap ridho Allah. Selain itu, mereka tidak pernah meninggalkan perbuatan maksiat,
seperti meminum-minuman keras, memakan harta riba, dan berzina.
Diantara orang-orang yang beriman, baik pria maupun wanita juga ada yang
melakukan sebagian dosa besar selama hidup di dunia. Hanya saja, mereka tetap berada
dalam keimanan. Mereka tidak mengingkari Allah. Dan, tetap saja mereka mengalami
proses perhitungan amal yang yang amat ketat.1
Semua orang kafir dan musyrik masuk neraka. Makin banyak perbuatan keji dan
mungkar yang mereka lakukan, makin keras pula siksaan yang mereka terima. Mengenai
proses perhitungan amal bagi orang-orang kafir dan musyrik oleh Islam Ibnu Taimiyah
(dalam Majmu'ah Fatawa) mengatakan, "Perkara ini memang diperdebatkan oleh para
ulama mazhab Hambali generasi baru dan para ulama lainnya. Sebagian ulama berpendapat
bahwa amal orang-orang kafir dan musyrik tidak dihitung. Mereka yang berpendapat
seperti ini, antara lain Abu Bakar Abdul Aziz, Abul Hasan At-tamimi, Al Qadhi Abu Ya'la,
dan lainnya. Sedangkan, yang lain berpendapat bahwa amal orang-orang kafir dan musyrik
akan dihitung. Mereka yang berpendapat seperti ini, antara lain Abu Hafsh Al-Barmaki
(salah seorang murid Imam Ahmad), Abu Sulaiman Ad-Dimasyqi, dan Abu Thalib."4
Pendapat yang benar, yaitu pendapat mayoritas ulama adalah amal orang-orang
kafir akan dihitung dan seluruh perbuatannya akan ditimbang pada neraca amal (mizan).
Banyak ayat suci Al-Qur'an yang menerangkan hal tersebut.1
Diantaranya, Allah berfirman :

3
Ash-Shufy.
4
Ash-Shufy.

4
‫ين ُكنتُ ْٓم تَـ ْزعُ ُمو َٓن‬ َٓ ‫ول أَيْ َٓن ُشَرَكا ِء‬
َٓ ‫ى ٱلَّ ِذ‬ ُٓ ‫َويَـ ْوَٓم يـُنَ ِادي ِه ْٓم فَـيَـ ُق‬

"Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka dan berfirman,
'Dimanakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu sangka?" (QS. Al-Qashash : 62)

Penafsiran :
ٓ‫( َويَـ ْوَٓم يـُنَ ِادي ِه ْم‬Ingatlah Allah menyeru mereka), ‫ين ُكنتُ ْٓم تَـ ْزعُ ُمو َٓن‬ َٓ ‫ولٓ أَيْ َٓن ُشَرَكا ِء‬
َٓ ‫ى ٱلَّ ِذ‬ ُ ‫( فَـيَـ ُق‬yang mereka
kira bahwa mereka adalah sekutu-sekutuKu).5
Ketika proses penghitungan amal berlangsung, orang-orang kafir dan musyrik
membantah kekufuran mereka. Mereka akan saling menyalahkan satu sama lain perihal
kekufuran dan kemusyrikannya kepada Allah. Allah berfirman :

ٓ‫ى‬
َّ ‫َّل ٱلْ َق ْو ُٓل لَ َد‬ ِٓ ‫ت إِلَْي ُكم بِٱلْ َو ِع‬
ُٓ ‫ َمٓا يـُبَد‬. ‫يد‬ ُٓ ‫َّم‬
ْ ‫ى َوقَ ْٓد قَد‬
َّٓ ‫ص ُموآ لَ َد‬ َٓ َ‫ق‬. ٓ‫ضلَـىلٓ بَعِيد‬
ِ َ‫ال َٓل ََتْت‬ ٓ ِ ‫ال قَ ِرينُهُٓۥ َربـَّنَا َمآ أَطْغَْيـتُهُٓۥ َولَـى ِك ٓن َكا َٓن‬
َ ‫ف‬ َٓ َ‫ق‬
‫ا‬
ِٓ ِ‫َوَمآ أَ َٓن بِظَلَّـىمٓ لِْل َعب‬
‫يد‬

"(Setan) yang menyertainya berkata (pula), 'Ya Tuhan kami, aku tidak
menyesatkannya tetapi dia sendiri yang berada dalam kesesatan yang jauh. (Allah)
berfirman, 'Janganlah kami bertengkar di hadapan-Ku, dan sungguh, dahulu Aku
telah memberikan ancaman kepadamu. Keputusan-Ku tidak dapat diubah dan Aku
tidak menzalimi hamba-hamba-Ku." (QS. Qaf : 27-29)

Penafsiran :
‫ال قَ ِرينُهُۥ‬ ٓ ِ ‫َولَـى ِكن َكا َٓن‬
َٓ َ‫( ق‬Yakni setannya mengatakan), ‫( َمآ أَطْغَْيـتُهُۥ‬kami tidak membuatnya sesat), ‫ف‬

ٓ‫ضلَـى ٓل بَعِيد‬
َ (lalu kami mengajaknya dan ternyata ia memenuhi ajakanku sedangkan dia
menjawab setan lah yang menyesatkan aku yaitu melalui ajakannya). ‫ال‬
َٓ َ‫( ق‬Mahatinggi Dia),

5
Imam Jalaluddin Al-Mahali és Imam Jalaluddin As-Suyuthi, „Tafsir Jalalain”, Sinar Baru Algesindo, é. n.

5
‫ى‬ ِ َ‫( َٓل ََتْت‬tidak berguna pertengkaran kalian disini), ‫ت إِلَي ُٓك ٓم‬
َّٓ ‫ص ُموٓا لَ َد‬ ْ ُٓ ‫َّم‬ْ ‫( َوقَ ْدٓ قَد‬sewaktu kalian
ِٓ ‫ ( بِٱلْ َو ِع‬akan adanya azab di akhirat jika kalian tidak beriman dan ini
hidup di dunia), ‫يد‬

merupakan suatu kepastian yang tidak dapat dihindari lagi). ٓ‫َّل‬


ُ ‫( َما يـُبَد‬Diubah), ‫ى‬
َّٓ ‫ٱلْ َق ْو ُلٓ لَ َد‬
‫ا‬
ِٓ ِ‫( َوَمٓا أَ َٓن ٓبِظَلَّـىمٓ لِلْ َعب‬yaitu dengan cara aku mengazab mereka tanpa
(mengenai hal tersebut), ‫يد‬

dosa-lafaz 'zhallaamin'bermakna seperti lafaz 'dzu zhulmin' yaitu menganiaya).1


Dalam banyak ayat suci Al-Qur'an, Allah menjelaskan bahwa Dia akan
memutuskan hukum atas perselisihan antara orang-orang musyrik dan orang-orang kafir.
Allah juga akan memutuskan hukum atas perselisihan yang terjadi antara orang-orang
beriman dan orang-orang kafir. Keputusan hukum ini akan dijatuhkan setelah terlebih
dahulu mendengarkan duduk perkaranya dan saksi-saksi. Hal ini menunjukkan bahwa amal
orang-orang musyrik dan orang-orang kafir akan diperhitungkan.6
Allah berfirman :

َٓ َّ‫ٱختَـلَ ُفوآ فِ ِٓيهٓۚ َوإِ َّٓن َرب‬


‫ك‬ َٓ ‫ت َعلَ ٓى ٱلَّ ِذ‬
ْ ‫ين‬ َّ ‫إََِّّنَٓا ُجعِ َٓل‬. ‫ي‬
ُٓ ‫ٱلسْٓب‬ َٓ ‫َن ٱتَّبِ ْٓع ِملَّٓةَ إِبْـ ىَرِه‬
َٓ ِ‫يم َحنِيفٓآۖ َوَمٓا َكا َٓن ِم َٓن ٱلْ ُم ْش ِرك‬ ِٓ ‫ك أ‬
َٓ ‫ُٓثَّ أ َْو َحْيـنَٓا إِلَْي‬

‫يمٓا َكانُوآ فِ ِٓيه ََيْتَلِ ُفو َٓن‬ِِ ِ


َ ‫لَيَ ْح ُك ُٓم بَـْيـنَـ ُه ْٓم يَـ ْوَٓم ٱلْقيَـى َمٓة ف‬

"Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), 'Ikutilah agama Ibrahim


yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik.' Sesungguhnya
(menghormati) hari Sabtu hanya diwajibkan atas orang (Yahudi) yang
memperselisihkannya. Dan sesungguhnya Tuhanmu pasti akan memberi keputusan
di antara mereka pada hari Kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan
itu." (QS. An-Nahl : 123-124)

Penafsiran :

6
Ash-Shufy, Ensiklopedia Akhirat : Mizan, Catatan Amal, Shirath, dan Macam-Macam Syafaat.

6
ِٓ ‫( أ‬yakni agama), ‫ي‬
َٓ ‫( ُٓثَّ أ َْو َحْيـنَٓا إِلَْي‬Hai Muhammad!), ‫َن ٱتَّبِ ْٓع‬
‫ك‬ َٓ ‫( إِبْـ ىَرِه‬Allah
َٓ ِ‫يم َحنِيفآۖ َوَما َكا َٓن ِم َٓن ٱلْ ُم ْش ِرك‬

Swt. mengulangi ayat ini untuk menyanggah anggapan orang-orang Yahudi dan orang-
orang Nasrani yang mengakui bahwa Nabi Ibrahim adalah pemeluk agama mereka.
‫ت‬ َّ ‫( إََِّّنَا ُجعِ َٓل‬Diwajibkan menghormatinya), ‫ٱختَـلَ ُفوآ فِ ِٓيه‬
ُٓ ‫ٱلسْب‬ ْ ٓ‫ين‬
ِ َّ
َ ‫( َعلَى ٱلذ‬dengan nabi mereka;
mereka adalah orang-orang Yahudi yang diperintahkan oleh Allah supaya mereka
menyibukkan dirinya untuk beribadah di hari Jum'at, tetapi mereka mengatakan, "Kami
tidak menghendakinya", lalu mereka memilih hari Sabtu sebagai hari untuk ibadah.
Akhirnya Allah memperketat peraturan kepada mereka di hari Sabtu itu), ‫ك ُٓم‬
ُ‫ح‬ َٓ َّ‫َوإِ َّٓن َرب‬
ْٓ َ‫ك لَي‬

ٓ‫يما َكانُوٓا فِ ِٓيه ََيْتَلِ ُفو َن‬ِِ ِ


َ ‫( بَـْيـنَـ ُه ْمٓ يَـ ْوَٓم ٱلْقيَـى َمةٓ ف‬yaitu Dia kelak akan memberi pahala kepada orang yang
taat, dan Dia akan mengazab orang-orang yang durhaka melanggar hal-hal yang
diharamkan-Nya).1
Ayat-ayat tersebut menunjukkan keputusan Allah Swt. pada hari kiamat. Ayat-ayat
tersebut tidak dikhususkan untuk orang-orang beriman saja, tetapi juga berlaku bagi orang-
orang kafir dan musyrik.
Allah juga menjelaskan bahwa pada hari kiamat, Dia memanggil orang-orang
musyrik dan menanyai mereka, "Mana Tuhan-Tuhan kalian?" Mereka menjawab
pertanyaan itu. Keterangan ini menunjukkan bahwa orang-orang musyrik dan kafir akan
mengalami prosesi tanya-jawab.7
Allah Swt. berfirman :

ٓ ‫ض ُٓع إَِّٓل بِعِلْ ِم ِهٓۦٓۚ َويَـ ْوَٓم يـُنَ ِادي ِه ْٓم أَيْ َٓن ُشَرَكا ِء‬
‫ى‬ َ َ‫ت ِم ْٓن أَ ْك َم ِام َها َوَمٓا ََْت ِم ُٓل ِم ْٓن أُنثَ ىٓى َوَٓل ت‬
ٓ ‫ج ِم ٓن ََثَىَر‬
ُٓ ‫اعِٓةٓۚ َوَما ََتُْر‬ َّ ‫إِلَْيِٓه يـَُرٓد ِعلْ ُٓم‬
َ ‫ٱلس‬
ٓ ‫ض َّٓل َعْنـ ُهم َّما َكانُوٓا يَ ْدعُو َٓن ِمن قَـْب ُٓلٓۖ َوظَنوآ َمٓا ََلُم ِٓم ٓن ََِّّم‬
‫يص‬ ٓ ‫ك َمٓا ِمنَّا ِم ٓن َش ِه‬
َ ‫ َو‬. ‫يد‬ َٓ ‫قَالُوآ ءَا َذنـَّى‬

"Kepada-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat itu dikembalikan. Tidak ada buah-
buahan yang keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuan pun
melahirkan, melainkan semuanya dengan sepengetahuan-Nya. Pada hari ketika

7
Ash-Shufy.

7
Dia (Allah) menyeru mereka, 'Dimanakah sekutu-sekutu-Ku itu?' Mereka
menjawab, 'Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada seorang pun diantara
kami yang dapat memberi kesaksian (bahwa Engkau mempunyai sekutu).' Dan
lenyaplah dari mereka apa yang dahulu selalu mereka sembah, dan mereka pun
tahu bahwa tidak ada jalan keluar (dari azab Allah) bagi mereka." (QS. Fushshilat
: 47-48)

Penafsiran :
ٓ‫اع ِة‬ َّ ٓ‫( إِلَْي ِهٓ يـَُرٓد ِع ْل ُم‬Bila akan terjadi tiada seorang pun yang mengetahuinya selain dia), ‫َوَمٓا‬
َ ‫ٱلس‬
ٓ‫جٓ ِم ٓن ََثَىَرت‬ ِ ِ
ُ ‫( ََتُْر‬menurut suatu qiroat dibaca tsamarotin dalam bentuk jamak), ‫( م ْٓن أَ ْك َمام َهٓا‬dari
kelopak-kelopaknya melainkan dengan sepengetahuannya lafaz akmam adalah bentuk
َٓ ‫( ءَا َذنـَّى‬artinya sekarang kami beritahukan kepada engkau), ‫َما ِمٓنَّا‬
jamak dari lafaz kimmun), ‫ك‬

ٓ‫( ِم ٓن َش ِهيد‬bahwa Engkau punya sekutu). ‫ض َّٓل‬


َ ‫( َو‬Hilanglah), ‫( َعْنـ ُهم َّما َكانُوٓا يَ ْدعُو َٓن‬yang selalu
mereka sembah), ‫ل‬ ِ ٓ ‫ِمن ََِّّم‬
ُٓ ‫( من قَـْب‬di dunia yaitu berhala-berhala), ‫( َوظَنوٓا‬merasa yakin), ‫يص‬
(jalan selamat dari azab).1

Alasan-Alasan diadakannya Perhitungan Amal bagi Orang-Orang Musyrik dan Kafir :


1. Allah Swt. Membuat Anggota Tubuh Orang-Orang Musyrik dan Kafir Bersaksi
atas Perbuatan Mereka Selama di Dunia
Allah berfirman :

ٓ‫ود ُهم ِِبَا َكانُوا‬ َ ُ‫ت إِ َذٓا َمٓا َجاء‬


َ ْ‫وهٓا َش ِه َٓد َعلَْي ِه ْٓم َسَْعُ ُه ْٓم َوأَب‬
ُ ُ‫صـىُرُه ْٓم َو ُجل‬ َٓ ِ‫ٱّللِ إ‬
ٓ‫ َح َّ ى‬. ‫ل ٱلنَّا ِٓر فَـ ُه ْٓم يُ َوزعُو َٓن‬ َّٓ ُ‫َويَـ ْوَٓم ُُْي َش ُٓر أ َْع َدا ٓء‬

‫ٱّللُ ٱلَّ ِذىٓ أَنطَ َٓق ُك َّٓل َش ْٓى ٓء َوُه َٓو َخلَ َق ُك ْٓم أ ََّو َٓل َمَّرٓة َوإِلَْيِٓه تـُ ْر َجعُو َٓن‬ ْٓ ‫ود ِه ْٓم ِٓلَ َش ِه‬
َّٓ ‫دّت َعلَْيـنَآۖ قَالُوآ أَنطََقنَٓا‬ ِ ُ‫وقَالُوآ ِِلل‬. ‫يـعملُو َٓن‬.
ُ َ ََْ
ٓ‫ٱّللَ َٓل يَـ ْعلَ ُٓم َكثِيٓا ِّمَّا تَـ ْع َملُو َن‬ َّٓ ‫صـىُرُك ْٓم َوَٓل ُجلُودُ ُك ْٓم َولَـى ِكن ظَنَنتُ ْٓم أ‬
َّٓ ‫َن‬ ِ
َ ْ‫ َوَما ُكنتُ ْٓم تَ ْستَِتُو َٓن أَ ٓن يَ ْش َه َٓد َعلَْي ُك ْٓم َسَْعُ ُك ْٓم َوَٓل أَب‬.
‫ى ََّلُْٓمٓۖ َوإِ ٓن يَ ْستَـ ْعتِبُوآ فَ َمٓا ُهم‬ ُٓ ‫صِِبُوٓا فَٱلن‬
ٓ ‫َّار َمثْـو‬ َٓ ‫ٱْلـَى ِس ِر‬
ْ َ‫فَِإ ٓن ي‬. ‫ين‬ ْ ‫َصبَ ْحتُ ٓم ِم َٓن‬ ٓ ‫َو ىذَلِ ُك ْٓم ظَن ُك ُٓم ٱلَّ ِذ‬
ْ ‫ى ظَنَنتُم بَِربِ ُك ْٓم أ َْرَد ى ُك ْٓم فَأ‬
َٓ ِ‫ِم َٓن ٱلْ ُم ْعتَب‬
‫ي‬

8
"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke neraka lalu mereka
dipisah-pisahkan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran
penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap yang telah mereka lakukan. Dan
mereka berkata kepada kulit mereka, 'Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?'
(Kulit) mereka menjawab, 'Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang
juga menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu
yang pertama kali dan hanya kepadaNya kamu dikembalikan." Dan kamu tidak dapat
bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu
bahkan kamu mengira Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kamu lakukan.
Dan itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu (dugaan itu)
telah membinasakanmu, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang rugi. Meskipun
mereka bersabar (atas azab neraka) maka nerakalah tempat tinggal mereka dan jika
mereka minta belas kasihan, maka mereka itu tidak termasuk orang yang pantas
dikasihani." (QS. Fushshilat : 19-24)8

Penafsiran :
َٓ ِ‫ٱّللِٓ إ‬
ٓ‫( َويَـ ْوَمٓ ُُْي َشُر‬Hari ketika digiring), ‫ل ٱلنَّا ِرٓ فَـ ُه ْمٓ يُ َوزعُو َٓن‬ َّ ُ‫( أ َْع َدآ ٓء‬musuh-musuh Allah ke dalam

ْٓ ‫ود ِه ْٓم ِٓلَ َش ِه‬


neraka lalu mereka dikumpulkan-yakni digiring kedalam neraka). ‫دّت َعلَْيـنَٓا‬ ِ ُ‫وقَالُوآ ِِلل‬
ُ َ
ٓ ‫ٱّللُ ٱلَّ ِذ‬
ٓ ٓ‫ىٓ أَنطَ َٓق ُك َّٓل َش ْى ٓء‬ َّٓ ‫( قَآلُ ٓوٓآ أَنطََقنَٓا‬Yakni segala sesuatu yang dikehendaki-Nya
ِ
َ ‫( َوُه َٓو َخلَ َق ُك ْٓم أ ََّوَٓل َمَّرةٓٓ َوإِلَْيٓه تـُ ْر‬menurut suatu pendapat perkataan ini adalah
dapat berbicara), ‫جعُو َٓن‬

perkataan kulit menurut pendapat yang lain adalah Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala
sebagaimana hal yang telah diterangkan sebelumnya dan hal ini mirip sekali dengannya
yaitu bahwasannya Tuhan yang mampu menciptakan kalian pada yang pertama kali lalu
menghidupkan kalian kembali sesudah mati dia mampu pula untuk menjadikan kulit kalian
dan anggota tubuh kalian yang lainnya untuk dapat berbicara). ‫ستَِِتُو َٓن‬
ْ َ‫( َوَما ُكنتُ ْٓم ت‬Tidak dapat

8
Ash-Shufy, 9–10.

9
bersembunyi-bila berbuat keji), ‫جلُودُ ُك ْٓم‬
ُ ‫صـىُرُك ْٓم َوَٓل‬
َ ْ‫( أَ ٓن يَ ْش َه َدٓ َعلَْي ُك ْمٓ َسَْعُ ُك ْمٓ َوَٓلٓ أَب‬dari persaksian
pendengaran penglihatan dan kulit kalian terhadap kalian-karena sesungguhnya kalian
ِ ‫( ولَـى‬bahkan kalian mengira-sewaktu
tidak percaya dengan adanya Hari Berbangkit), ‫كن ظَنَنتُ ْٓم‬ َ
kalian menyembunyikan diri), ٓ‫يٓا ِّمَّا تَـ ْع َملُو َن‬
ٓ ِ‫ٱّللَ َٓل يَـ ْعلَ ُمٓ َكٓث‬ َّٓ ‫( أ‬bahwa Allah tidak mengetahui
َّٓ ‫َن‬

ُ ِ‫( َو ىذَل‬Dan yang demikian itu-kalimat ini


kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan). ‫ك ْٓم‬

menjadi mubtada), ‫ك ُٓم‬


ُ ‫( ظَن‬adalah prasangka kalian-menjadi Badal dari lafadz dzalika),

ٓ ‫( ٱلَّ ِذ‬yang kalian sangka terhadap Tuhan kalian-menjadi na'at (sifat) sedangkan
ٓ‫ى ظَنَنتُ ٓم بَِٓربِ ُك ْم‬

khabar mubtadanya ialah), ‫ك ْٓم‬


ُ ‫( أ َْرَدى‬akan menghancurkan kalian-akan membinasakan diri

َٓ ‫ٱْلـَى ِس ِر‬
kalian sendiri), ‫ين‬ ْ ‫َصبَ ْحتُم ِم َٓن‬
ْ ‫( فَأ‬maka jadilah kalian termasuk orang-orang yang merugi).
ٓ‫صِِبُوا‬
ْ َ‫( فَِإ ٓن ي‬Jika mereka bersabar-ketika menderita azab), ‫ى‬
ٓ ٓٓ‫َّار َمثْـو‬
ُٓ ‫( فَٱلن‬maka nerakalah

tempat tinggal-tempat kediaman), ٓ‫ستَـ ْعتِبُوا‬ ِ


ْ َ‫( ََّلُْٓمٓٓٓ َوإ ٓن ي‬bagi mereka dan jika mereka
َٓ ِ‫( ِم َٓن ٱلْ ُم ْعتَب‬maka
mengemukakan alasan-alasan-maksudnya jika mereka meminta kerelaan), ‫ي‬

tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya- yakni orang-orang yang
tidak mendapat kerelaan).1
2. Keadilan Allah yang Bersifat Mutlak akan Mengadili Berbagai
Pelanggaran dan Dosa Orang Kafir
Allah Swt. berfirman :

ِ ِ‫ك بِظَىلَّ ٓم لِلْعب‬


ٓ‫يد‬ َٓ ‫َسا ٓءَ فَـ َعلَْيـ َهآ َوَمٓا َرب‬ ِ ِ ِ ِ ‫َّم ٓن ع ِم ٓل‬
َ َ ‫صىلحا فَلنَـ ْفسهۦٓۖ َوَم ْٓن أ‬
َ َ َ ْ

"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan


barangsiapa berbuat jahat, maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri.
Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya)." (QS. Fushshilat
: 46)

10
Penafsiran :
ٓ‫صىلِحٓا فَلِنَـ ْف ِس ِه‬ ِ
َ ‫( َّم ْٓن َعم َٓل‬Ia beramal untuk dirinya sendiri), ‫َسٓآ ٓءَ فَـ َعلَْيـ َها‬
َ ‫( َوَم ْٓن أ‬dari perbuatan jahatnya
ِٓ ِ‫كٓ بِظَىلَّمٓ لِلْ َعب‬
Itu kembali kepada dirinya sendiri), ‫يد‬ َ ‫( َوَما َرب‬Dia bukanlah penganiaya hamba-
hambanya sebagaimana yang telah diungkapkan oleh ayat lainnya).9
3. Allah Menghisab Mereka dalam Rangka Menghinakan Mereka
Allah Swt. berfirman :

ٓ‫اب‬ َٓ َ‫س ىه َذٓا ِِب ٓلۡ َح ِٓـقٓۡ قَالُ ٓوۡا بَـ ىلى َوَربِنَٓآۡ ق‬
َ ‫ال فَ ُذوۡقُواا ٓلۡ َع َذ‬ َٓ َ‫ى آِذۡ ُوقِ ُف ٓوۡا َع ىلى َرّبِِمۡٓۡ ق‬
َٓ ۡ‫ال اَلَـي‬ ٓ ۡ‫َولَ ٓوۡ تَـ ىٓر‬

ٓ َ‫ِِبَا ُك ٓنۡ ُّٓتۡ ت‬


‫كۡفُـ ُرٓوۡ َٓن‬

"Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan kepada


Tuhannya (tentulah engkau melihat peristiwa yang mengharukan). Dia berfirman,
'Bukankah kebangkitan ini benar?' Mereka menjawab, 'Sungguh benar, demi
Tuhan kami'. Dia berfirman, 'Rasakanlah azab ini, karena dahulu kamu
mengingkarinya.' " (QS. Al-An’am : 30)

Penafsiran :
‫( َولَ ٓوۡ تَـ ىٓرۡى اِذۡ ُوقِ ُف ٓوۡا‬Mereka diajukan), ۡ‫( َع ىلى َرّبِِم‬tentulah kamu akan melihat peristiwa

yang besar), ‫ال‬


َٓ َ‫( ق‬kepada mereka melalui lisan malaikat-malaikatnya sebagai cemoohan),

َٓ ۡ‫( اَلَـي‬yakni kebangkitan dan Hari pembalasan ini), ‫( بَـ ىلى‬sungguh hal itu adalah benar
‫س ىه َذا‬

belaka), ‫( تَكۡفُـ ُروۡ َٓن‬mengingkarinya sewaktu hidup di dunia).1

4. Penghitungan Amal Perbuatan Orang-Orang Musyrik dan Kafir atas Berbagai


Pelanggaran Perintah serta Larangan Allah
Allah berfirman :

9
Al-Mahali és As-Suyuthi, „Tafsir Jalalain”, 751.

11
ۡ‫يۡ ٓل لِلۡ ُمشۡ ِركِيۡ قُ ٓل‬
ٓ ‫سۡتَ ٓغۡفُِرٓوۡ ُٓهٓۡ َوَو‬
ٓ ‫الزىكوَٓة َوُه ٓمۡ ِِب ٓلۡاى ِخَرةِٓ ُهمۡ ىك ِف ُرٓوۡنَـ َوا‬
َّ ‫الَّ ِذيۡ َٓن َٓل يُٓؤۡتُ ٓوۡ َٓن‬

َٓ ِ‫سۡتَِقيۡ ُموۡۤا ا‬
‫لۡ ِٓه‬ ِ ‫ل اَََّّنَآ اِ ىَل ُك ٓمۡ اِىلـهٓ َّو‬
ٓ ‫احدٓ فَا‬ ُ ََّٓ ِ‫حۡى ا‬ ٓ ‫اََِّّنَآ اَ َٓن بَ َش ٓر ِم‬
ٓ‫ثۡلُ ُك ٓمۡ يُوۡ ى‬

"Katakanlah (Muhammad), 'Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa., karena
itu tetaplah kamu (beribadah) kepadaNya dan mohonlah ampunan kepadaNya.
Dan celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orang-orang
yang tidak menunaikan zakat dan mereka ingkar terhadap kehidupan akhirat."
(QS. Fushshilat : 6-7)

Penafsiran :

َٓ ِ‫سۡتَِقيۡ ُم ٓوۡۤا ا‬
ٓ‫لۡ ِه‬ ٓ ‫( فَا‬Yakni dengan beriman dan taat kepadanya), ٓ‫( َوَويۡل‬lafaz Al wail

ini merupakan kalimat azab). ۡ‫لۡاى ِخَرةِٓ ُهم‬


ٓ ‫( َوُهمۡ ِِب‬Gom yang kedua ini mengandung makna

mengukuhkan lafaz hum yang pertama).10


5. Orang-Orang Kafir Jatuh ke Dalam Neraka yang Paling Bawah Sesuai dengan
Tingkat Kekufuran dan Perbuatan Mereka Masing-Masing, Berdasarkan Penghitungan
Amal.
Allah Swt. berfirman :

ِ َ‫سۡفَ ِٓل ِم ٓن النَّا ِٓرٓۡ ولَ ٓنۡ ََِت َٓد ََلمۡ ن‬


‫ص ٓيۡرٓا‬ ُ َ َ ٓ ِ ‫اِ َّٓن ا ٓلۡ ُمن ِىف ِق ٓيۡ َٓن‬
ٓ َ‫ف الدَّرۡ ِٓك ا ٓلۡا‬

"Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling


bawah dari neraka..." (QS. An-Nisa : 145)

Penafsiran :

10
Al-Mahali és As-Suyuthi, „Tafsir Jalalain”, 736-737

12
ٓ‫الد ٓرۡ ِك‬
َّ ‫ف‬ٓ ِ ‫( اِ َّٓن الۡ ُمن ِىف ِق ٓيۡ َٓن‬Tingkat), ‫سۡفَ ِٓل‬
ٓ َ‫( الۡا‬bagian kerak atau dasarnya), ۡ‫َولَ ٓنۡ ََِت َٓد ََلُم‬

ِ َ‫( ن‬yakni yang akan membebaskannya dari siksa).1


‫صيٓۡرا‬

B .Timbangan amal
Arti mizan secara bahasa yang dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
dari Kementerian Agama RI (Kemenag) adalah timbangan amal. Sebab itu, Yaumul Mizan adalah
hari penimbangan antara perbuatan baik dan buruk manusia sewaktu di dunia yang harus
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.11

Seorang muslim wajib beriman kepada timbangan (al-Mizan). Maksudnya, setiap manusia
kelak amal perbuatannya akan ditimbang di akhirat. Yang ditimbang adalah pahala di satu sisi,
dosa di sisi yang lain. Apabila pahala amal salehnya lebih berat daripada dosanya maka nbia masuk
ke dalam surga. Sebaliknya, jika pahala amal salehnya lebih ringan daripada dosanya maka ia
masuk neraka. Semua informasi mengenai al-Mizan, yang saat ini merupakan hal gaib bisa kita
dapatkan di dalam Al-Qur'an maupun al-Hadits. Dengan mempela- jarinya maka akan semakin
mempertebal iman seorang muslim dalam meyakini masalah timbangan ini. Bebe- rapa ayat
maupun hadits itu di antaranya, Seorang muslim wajib beriman kepada timbangan (al-Mizan).
Maksudnya, setiap manusia kelak amal per- buatannya akan ditimbang di akhirat. Yang ditimbang
adalah pahala di satu sisi, dosa di sisi yang lain. Apabila pahala amal salehnya lebih berat daripada
dosanya ma- ka ia masuk ke dalam surga. Sebaliknya, jika pahala amal salehnya lebih ringan
daripada dosanya maka ia masuk neraka. Semua informasi mengenai al-Mizan, yang saat ini
merupakan hal gaib bisa kita dapatkan di dalam Al-Qur'an maupun al-Hadits. Dengan mempela-
jarinya maka akan semakin mempertebal iman seorang muslim dalam meyakini masalah
timbangan ini. Bebe- rapa ayat maupun hadits itu di antaranya,12

11
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5721759/yaumul-mizan-hari-penimbangan-amal-manusia-di-hari-
kiamat
12
handriiyanto budi, agar timbangan berat (depok ,jl.ir.h juanda: gema insani, é. n.).

13
َٓ ‫ل تُظْلَ ُٓم نَـ ْفسٓ َشْيـآ َواِ ْٓن َكا َٓن ِمثْـ َق‬
َٓ ْ ِ‫ال َحبَّٓة ِم ْٓن َخ ْرَد ٓل اَتَـْيـنَٓا ِّبَٓا َوَك ىف ٓى بِنَا ىح ِسب‬
٧٤ ‫ي‬ َٓ َ‫ط لِيَـ ْوِٓم الْ ِقىي َمِٓة ف‬
َٓ ‫ض ُٓع الْ َم َوا ِزيْ َٓن الْ ِق ْس‬
َ َ‫ن‬

Artinya: "Kami akan meletakkan timbangan (amal) yang tepat pada hari Kiamat, sehingga tidak
seorang pun dirugikan walaupun sedikit. Sekalipun (amal itu) hanya seberat biji sawi, pasti Kami
mendatangkannya. Cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan." (QS Al Anbiya': 47)13

Tafsiran ayat:

(Kami akan memasang timbangan yang tepat) timbangan yang adil (pada hari kiamat) pada
hari itu (maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun) dengan dikur angi
pahala kebaikannya atau ditambahkan dosa keburukannya. (Dan jika) amalan itu (hanya seberat)
sama beratnya dengan (biji sawi Kami mendatangkannya) yakni pahalanya. (Dan cukuplah Kami
menjadi penghisab) segala sesuatu, yakni yang menghitungnya14

Dalam surat al-A’rafayat 8-9, Allah berfirman:


ۚ
‫ك الَّ ِذيْ َٓن َخ ِسُرْوا اَنْٓـ ُف َس ُه ْٓم ِِبَا َكانـُ ْوا ِِبىيىتِنَا يَظْلِ ُم ْو َٓن‬ ْٓ ‫ك ُه ُٓم ال ُْم ْفلِ ُح ْٓو َوَم ْٓن َخف‬
َٓ ‫َّت َم َوا ِزيْـنُٓهٓ فَاُوىل ِٕى‬ َٓ ‫ت َم َوا ِزيْـنُهٓ فَاُوىل ِٕى‬ ْ ِٓٓ‫َوال َْوْز ُٓن يـَ ْوَم ِٕى ِٓذ‬
ْٓ َ‫اْلَ ٓق فَ َم ْٓن ثـَ ُقل‬

“Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Maka barangsiapa berat timbangan

(kebaikan)nya, mereka itulah orang yang beruntung, dan barangsiapa ringan timbangan
(kebaikan)nya, maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena maka
mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat
Kami.”

Tafsiran ayat:

(Dan timbangan) untuk amal-amal perbuatan atau untuk lembaran-lembaran catatan amal

perbuatan yang ditaruh di dalamnya. Timbangan itu memiliki jarum penunjuk berat dan dua
gantungan, demikian sebagaimana yang telah dijelaskan oleh hadis. Timbangan itu ada (pada hari
itu) yakni hari penghisaban yang telah disebutkan, yaitu hari kiamat (adalah benar) adalah adil,

13
keristina, „Mizan, Timbangan Amal Baik dan Buruk Manusia Selama Hidupnya”, detik.com, 2022. Agu.
14
jalaludin as-suyuti, „kitab tafsir jalalain indonesia”, bismilah amam jaya, 1505.

14
menjadi sifat dari lafal al-wazn (maka barang siapa berat timbangannya) oleh kebaikan (maka
mereka itulah orang-orang yang berbahagia) orang-orang yang beruntung.15

(Dan siapa yang ringan timbangannya) oleh sebab amal-amal keburukannya (maka itulah
orang-orang yang merugikan dirinya sendiri) yang membawa dirinya ke neraka (disebabkan
mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami) mereka tidak mau mempercayainya.16

Pakar Tafsir Alquran asal Indonesia, Prof. M. Quraish Shihab mengatakan dalam
bukunya, Kematian Adalah Nikmat, maksud dari ayat tersebut adalah Timbangan (yang digunakan
menimbang amal-amal manusia) pada hari (Kebangkitan) adalah kebenaran. Bisa juga dikatakan
yang berlaku pada hari itu adalah timbangan yang penuh keadilan, tidak ada kecurangan.
Semuanya benar, tidak ada yang berlebih atau berkurang sedikit pun.1

2.Hal hal yang Ditimbang di Yaumul Mizan

Para ulama menyampaikan pandangannya perihal apa saja yang menjadi pertimbangan
pada saat hari akhirat. Tiga pendapat yang disimpulkan adalah:

Amal. Didukung dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
bahwa Rasulullah SAW bersabda:

‫للاِ الْ َع ِظْي ِٓم‬


ٓ ‫للاِ َوِِبَ ْم ِدٓهِ ُسْب َحا َٓن‬
ٓ ‫ ُسْب َحٓا َٓن‬: ‫الر ْْحَ ِٓن‬
َّ ‫ل‬ ِٓ َ‫ َحبِْيـبَـت‬،ٓ‫ف الْ ِمْيـَز ِان‬
َٓ ِ‫ان إ‬ ِٓ َ‫ ثَِقْيـلَت‬،ٓ‫ان‬
ٓ ِ ‫ان‬ ِ ‫ان علَ ٓى اللِس‬
َ
ِ ِ ِٓ َ‫َكلِمت‬
َ ٓ َ‫ان َخفْيـ َفت‬ َ

Artinya:“Ada dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, tetapi berat dalam timbangan (pada
hari Kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih): Subhaanallohi wa
bihamdihi dan Subhanallohil ‘Azhim.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6406,
6682, dan Muslim, 2694).

Orang. Berat atau tidaknya sebuah timbangan dihitung berdasarkan kadar keimanan
seseorang. Rasulullah SAW bersabda

‫ضٓة‬ َٓ َ‫للاِ َجن‬


َ ‫اح بَـعُ ْو‬ ٓ ‫ي يَـ ْوَٓم الْ ِقيَ َامِٓة ٓلَ يَِز ُٓن ِعنْ َٓد‬ َّ ‫الر ُج ُٓل الْ َع ِظْي ُٓم‬
ُٓ ْ ‫الس ِم‬ َّ ‫ت‬ٓ ِْ‫إِنَّٓهُ لَيَأ‬

15
„kitab tafsir jalalain indonesia”

15
Artinya:“Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi
ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk.” 17

Hal yang seperti ini seperti firman allah dalah surah al-kahfi

‫لَ نُِقْي ُٓم ََلُْٓم يَـ ْوَٓم الْ ِقيَ َامِٓة َوْزٓن‬
ٓ َ‫ف‬

Artinya :“Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.”
(QS. Al-Kahfi: 105)

Tasfsir ayat: (Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Rabb mereka) kafir terhadap
bukti-bukti yang menunjukkan kepada keesaan-Nya, baik berupa Alquran maupun lain-lainnya
(dan kafir terhadap perjumpaan dengan Dia) ingkar pada adanya hari berbangkit, perhitungan amal
perbuatan, pahala dan siksaan (maka hapuslah amalan-amalan mereka) yakni ditolak (dan Kami
tidak mengadakan suatu penilaian bagi amalan mereka pada hari kiamat) Kami tidak menganggap
sama sekali amal perbuatan mereka.18

Lembaran catatan amal. Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

“Sungguh Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia
pada hari Kiamat dimana ketika itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap
gulungan panjangnya sejauh mata memandang, kemudian Allah berfirman: ‘Apakah ada yang
engkau ingkari dari semua catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah
menganiayamu?,’ Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’ Allah bertanya: ‘Apakah engkau
memiliki udzur (alasan)?,’ Dia menjawab: ‘Tidak Wahai Rabbku.’ Allah berfirman: “Bahkan
sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak
akan dianiaya sedikitpun. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu (bithoqoh) yang di dalamnya
terdapat kalima

َّٓ ‫ َوأَ ْش َه ُٓد أ‬،ُٓ‫أَ ْش َه ُٓد أَ ْٓن ٓلَ إِلَٓهَ إِ ٓلَّ للا‬
ُ‫َن َُّمَ َّمدٓ َعْب ُدٓهُ َوَر ُس ْولُٓه‬

17
kumparan, „yaumul mizan, ketika amalan manusia akan ditimbang”, kumparan.com, 2020. desember.
18
„kitab tafsir jalalain indonesia”.

16
Artinya: Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya1

C .Waktu Hisab

Dalam Islam, pada Hari Akhir, ketika dunia akan berakhir, orang mati akan dibangkitkan
dan penghakiman akan dijatuhkan pada setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Yaumul Hisab
artinya merupakan penentu, apakah manusia merupakan penghuni surga atau neraka. Memahami
Yaumul Hisab artinya mengimani akan kehadiran hari akhir, umat manusia pada hari kiamat pasti
akan dihisab semuanya tanpa terkecuali. Dari manusia pertama hingga manusia terakhir yang
pernah hidup tidak akan luput dari hisab. Ia akan ditanya tentang seluruh perbuatannya yang telah
dilakukan olehnya saat di dunia. Allah SWT berfirman, “Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan
menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka lakukan.” Allah juga berfirman, “Maka
Sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus Rasul-rasul kepada mereka dan
Sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) Rasul-rasul (Kami).”19

Dalam bahasan Syarhus Sunnah, Imam Al-Muzani rahimahullah menjelaskan bahwa hisab
Allah ternyata begitu cepat.“Setelah hancur, manusia dibangkitkan. Dan pada hari kiamat, manusia
dikumpulkan di hadapan Rabb-Nya. Di masa penampakan amal manusia dihisab. Dengan
dihadirkannya timbangan-timbangan dan ditebarkannya lembaran-lembaran (catatan amal). Allah
menghitung dengan teliti, sedangkan manusia melupakannya. Hal itu terjadi pada hari yang
kadarnya di dunia adalah 50 ribu tahun. Kalaulah seandainya bukan Allah sebagai hakimnya
niscaya tidak akan bisa, akan tetapi Allahlah yang menetapkan hukum di antara mereka secara
adil. Sehingga lama waktunya (bagi orang beriman) adalah sekadar masa istirahat siang di dunia,
dan Allah yang Paling Cepat Perhitungan Hisabnya. Sebagaimana Allah memulai menciptakan
mereka, ada yang sengsara atau bahagia, pada hari itu mereka dikembalikan. Sebagian masuk
surga, sebagian masuk neraka.”

19
Abdullah Ubaid,Iman kepada hari kiamat, Pustekkom Kemdikbud,2019

17
Imam Al-Muzani rahimahullah berkata, “Sehingga lama waktunya (bagi orang beriman)
adalah sekadar masa istirahat siang di dunia, dan Allah Yang Paling Cepat Perhitungan
Hisabnya.”Allah Ta’ala berfirman,

ِٓ ‫ٓاْلِ َس‬
‫اب‬ ْ ‫ٓس ِريْ ُع‬ ِٓ ‫صْيب‬
َ ُ‫ّٓمَّآ َك َسبُـ ْوآ َٓو ىاّلل‬
ِ َ‫كٓ ََلمٓن‬ ‫ى‬
ُْ َ ‫اُول ِٕى‬

“Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari pada yang mereka usahakan;
dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 202). 1

Tafsir dari ayat ini yakni “Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah
mereka kerjakan dengan memperoleh kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat, dan Allah
Maha cepat perhitungan-Nya atas semua amal perbuatan manusia. Mereka yang meminta
kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat itulah yang akan mendapat nasib
yang baik dan beruntung karena kesungguhannya dalam berusaha dan beramal. Artinya mereka
sudah dapat menyamakan permintaan hatinya yang diucapkan oleh lidahnya dengan kesungguhan
jasmaninya dalam berusaha dan beramal. Buahnya ialah keberuntungan dan kebahagiaan. Ayat ini
ditutup dengan peringatan bahwa Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

Maksudnya, agar setiap manusia tidak ragu-ragu dalam berusaha dan beramal, sebab
seluruhnya akan diperhitungkan Allah dan tidak akan dirugikan seorang pun juga. Perhitungan
Allah sangat cepat dan tepat sehingga dalam waktu sekejap saja, setiap manusia sudah dapat
melihat hasil usaha dan amalnya dan sekaligus akan dapat menerima balasan dari usaha dan
amalnya itu dari Allah.20

Hisab ini dilakukan dalam satu waktu, dan Allah Shubahanhu wa ta’alla sendiri yang akan
melakukannya, sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda
beliau

َّ َّ‫ٓصل‬
ُٓ‫ىٓاّلل‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫ٓاّلل‬ ُ ‫ال َٓر ُس‬ َ َ‫ٓح ِاّتٓق‬
َ َ‫الٓق‬ ِ ‫ٓخيـثمةَٓعن‬
َ ‫ٓعد ِيٓبْ ِن‬
َ ْ َ َ َ َْٓ ‫ٓع ْن‬
َ ‫ش‬ُ ‫َع َم‬ ْ ‫ٓح َّدثَِِن‬
ْ ‫ٓاْل‬ َ ‫ىٓح َّدثـَنَآأَبُوٓأ‬
َ َ‫ُس َامة‬ َ ‫وس‬َ ‫ٓم‬
ُ ‫فٓبْ ُن‬ ُ ُ‫َح َّدثـَنَآي‬
ُ ‫وس‬
‫ُٓي ُجبُٓه‬ ِ ِ ‫ٓمنٓأَحدٓإَِّل‬
ِ ِ ‫علَي ِهٓوسلَّم‬
َْ ‫سٓبَـْيـنَهُ َٓوبَـْيـنَهُٓتـُ ْر ُُجَان َٓوَلٓح َجاب‬
َ ‫ٓسيُ َكل ُمهُ َٓربهُٓلَْي‬
َ َ ْ ٓ ‫ٓمآمْن ُك ْم‬
َ َ ََ َْ

20
https://kalam.sindonews.com/ayat/202/2/al-baqarah-ayat-202

18
“Tidak ada seorangpun dari kalian kecuali akan diajak bicara Rabbnya tanpa ada
penterjemah antara dia dengan Rabb-nya. Lalu ia melihat ke sebelah kanan, hanya melihat
amalan yang pernah dilakukannya; dan ia melihat kekiri, hanya melihat amalan yang pernah
dilakukannya. Lalu melihat ke depan, kemudian hanya melihat neraka ada di hadapannya”. [HR.
Muslim]1

Dalam bahasan Syarhus Sunnah, Imam Al-Muzani rahimahullah menjelaskan bahwa hisab
Allah ternyata begitu cepat. “Setelah hancur, manusia dibangkitkan. Dan pada hari kiamat,
manusia dikumpulkan di hadapan Rabb-Nya. Di masa penampakan amal manusia dihisab. Dengan
dihadirkannya timbangan-timbangan dan ditebarkannya lembaran-lembaran (catatan amal). Allah
menghitung dengan teliti, sedangkan manusia melupakannya. Hal itu terjadi pada hari yang
kadarnya di dunia adalah 50 ribu tahun. Kalaulah seandainya bukan Allah sebagai hakimnya
niscaya tidak akan bisa, akan tetapi Allahlah yang menetapkan hukum di antara mereka secara
adil. Sehingga lama waktunya (bagi orang beriman) adalah sekadar masa istirahat siang di dunia,
dan Allah Yang Paling Cepat Perhitungan Hisabnya.

Pada yaumul hisab, seluruh amal perbuatan baik atau buruk manusia akan dihitung,
sekalipun sekecil biji zarah secara adil oleh Allah SWT. Dikutip laman NU, dikisahkan dalam Al-
Qur'an bahwa pada hari tersebut, mulut manusia akan dikunci. Kemudian tangan dan kaki mereka
akan memberikan kesaksian terkait amalan yang telah dikerjakan selama hidup di dunia.

ٓ‫ََيف ِٓم َيزانُهُٓأ َْوٓيَـثْـ ُق ُل‬


َِ ‫آعْن َٓدٓالْ ِميز ِانٓح َّتٓيـعلَمٓأ‬
ِ ‫اطنٓفَ َلٓي ْذ ُكرٓأَحدٓأَحد‬ ِ ‫آفٓثََلثَِة‬ ِ ‫ٓعلَْي ِه َٓو َسلَّمٓأ ََّم‬ َّ َّ‫ٓصل‬ َِّ ‫ول‬
َ َْ َ َ َ َ ُ َ َ ‫ٓم َو‬ َ َ َ ُ‫ىٓاّلل‬ َ ‫ٓاّلل‬ ُ ‫ال َٓر ُس‬
َ ‫فَـ َق‬

ٓ‫اطٓإِذَا‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ِ ‫ٓالصر‬ ِ ِ ِ ِ َ‫و ِعْن َدٓالْ ِكت‬
َ ‫ٓ}ٓح َّتٓيَـ ْعلَ َمٓأَيْ َنٓيَـ َق ُعٓكتَابُهُٓأَف ََٓيينهٓٓأَ ْمٓفِٓشَالهٓأ َْمٓم ْن َٓٓوَراءٓظَ ْهره َٓوعْن َد‬
َ ‫ٓ{ٓه ُاؤُمٓاقْـَرءُوآكتَابيَ ْه‬
َ ‫ال‬ ُ ‫يٓيـُ َق‬
َ ‫ابٓح‬ َ
‫ٓج َهنَّم‬ ِ
َ ‫يٓ ٓظَ ْهَر ْي‬
َ َْ‫ُوض َعٓب‬

“Beliau bersabda: ‘Ada tiga tempat seseorang tidak akan lagi ingat kepada orang lain; saat
berada di atas mizan [timbangan amal] hingga ia tahu apakah timbangannya lebih ringan atau
berat, ketika menerima buku amalan, yaitu saat dikatakan kepadanya, ‘Ambillah, bacalah kitabku
[ini]’, hingga ia tahu dari mana bukunya akan diberikan dari sebelah kanan atau sebelah kiri atau
dari belakang punggungnya. Dan ketika di atas shirath, yaitu titian di antara dua punggung
jahannam,” (Hadits Sunan Abu Dawud No. 4128-Kitab Sunnah).

19
Terdapat banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang mengisahkan tentang yaumulhisab. Berikut
ini beberapa dalil tentang yaumulhisab, diantaranya;

• Surah Al-Ghasyiyah Ayat 26

ِ َ‫ُثَّٓاِ َّنٓعلَيـن‬
٢٦ٓٓࣖ ‫آح َس َاّبُْم‬ َْ

Artinya: “Kemudian, sesungguhnya Kamilah yang berhak melakukan hisab [perhitungan]


atas mereka,” (QS. Al-Ghasyiyah [88]:26).

• Surah Al-Gafir Ayat 17

ِ ‫ٓاْلِس‬
١٧ٓ‫اب‬ ‫تٓ َٓلٓظُْل َمٓالْيَـ ْوَمٓاِ َّن ى‬
ِ َ َ‫ٓاّلل‬
َ ْ ‫ٓسريْ ُع‬ ْ َ‫َٓت ىزىٓ ُكلٓنَـ ْفس ِِٓبَآ َك َسب‬
ُْ ‫اَلْيَـ ْوَم‬

Artinya: “Pada hari ini setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah
diusahakannya. Tidak ada yang terzalimi pada hari ini. Sesungguhnya Allah sangat cepat
perhitunganNya,” (QS. Al-Gafir [40]:17).

• Surah Ibrahim Ayat 41

ِْ ‫ٓولِلْم ْؤِمنِيٓيـومٓيـ ُقوم‬ َّ ‫ٓل َٓولَِوالِ َد‬ ِ


٤١ٓٓࣖ ‫اب‬
ُ ‫ٓاْل َس‬ ُ ْ َ َ ْ َ َ ْ ُ َٓ ‫ي‬ ْ ِ ‫َربـَّنَآا ْغف ْر‬

Artinya: “Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua orang tuaku, dan orang-orang mukmin
pada hari diadakan perhitungan [hari Kiamat],” (QS. Ibrahim [14]:41).

• Surah Sad Ayat 53

ِ ‫ٓاْلِس‬
٥٣ٓ‫اب‬ ِ ِ
َ ْ ‫آمآتـُ ْو َع ُد ْو َنٓليَـ ْوم‬
َ ‫ىه َذ‬

Artinya: “Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari Perhitungan,” (QS. Sad
[38]:53).

• Surah Yasin Ayat 36

َ ‫ض َٓوِم ْنٓاَنْـ ُف ِس ِه ْم َٓوِّم‬


٣٦ٓ‫َّآلٓيٓـَ ْعلَ ُم ْو َن‬ ُ ‫ٓالَْر‬
ْ ‫ت‬ ِ
ُ ِ‫اجٓ ُكلَّ َهآّمَّآتـُنْب‬
َ ‫ٓالَْزَو‬
ْ ‫ٓخلَ َق‬ ِ
َ ‫ُسْب ىح َنٓالَّذ ْي‬

20
D . Pengertian syafaat

Secara etimologi syafaat berasal dari kata "al-syafu" yang berarti genap, lawan katanya
adalah "al-watru" yang berarti ganjil.2 Definisi hal ini merujuk kepada sebuah ayat dalam Al-
Qur'an:

‫ال َع ْش ِٓر َوالطَّْفع والوت ٓر َوالْ َوتْ ِٓر‬


ٓ َ‫والفج ٓر ولَي‬

Demi fajar: dan malam yang sepuluh: dan yang genap dan yang ganjil.(QS. Al-Fajr/89: 3)21

(Dan yang genap) atau tidak ganjil (dan yang ganjil) dapat dibaca Al-Watr dan Al-Witr,
artinya ganjil.22

Pengertian tentang "yang genap" dan "yang ganjil" dalam ayat ini bermacam-macam. Ada
yang mengatakan al-syafu dalam ayat ini adalah yaum al-Nahr (tanggal 10 Dzulhijjah) al-watru
adalah yaum al- Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), pendapat ini dikemukakan oleh sahabat nabi yaitu
Ibnu Abbas, dan Adh-Dhahak dari berbagai riwayat. Ada juga yang berkata bahwa al-syafu adalah
dua hari setelah hari

10 dan 11 Dzulhijjah), sedangkan al-watr adalah hari ke tiga setelah hari 'Arafah (13 Dzulhijjah),
pendapat ini dikemukakan oleh Ibn Zaid.

Pendapat lain mengatakan bahwa makna al-syaf'u adalah semua makhluk tuhan sedangkan
al-watru adalah Allah swt, pendapat ini dikemukakan oleh Ibn 'Abbas melalui riwayat Muhammad
ibn Sa'd dan Mujahid. Mereka berpendapat bahwa semua makhluk Tuhan itu diciptakan
berpasang-pasangan oleh karena itu mereka semua genap, hanya Allah swt yang ganjil

.Ada pendapat yang mengatakan bahwa al-syafu adalah anak keturunan Nabi Adam as
sedangkan al-watru adalah Nabi Adam as, hal ini disebabkan karena Nabi Adam as tidak memiliki
orang tua. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa makna al-syafu adalah Ketika seseorang

21
Azzarullah, „Syafaat dalam al-qur’an menurut prsepektif tafsir misbah”, Repository.ptiq.ac.id, 2017. október 26.
22
„kitab tafsir jalalain indonesia”.

21
memerintahkan perbuatan baik atau perbuatan buruk.kemudian perintah tersebut diikuti oleh orang
lain, sehingga seolah-olah orang yang memerintahkan terlibat secara aktif dengan orang yang
diperintahnya.

Menurut Qatadah al-syafu dan al-watru maknanya merujuk kepada bilangan shalat, jumlah
raka'at zuhur, ashar, isya, dan subuh adalah genap karena itu maka mereka disebut dengan al-syafu,
sedangkan jumlah raka'at shalat maghrib adalah ganjil karena itu ia disebut al-watr. Menurut Ibnu
Faris syafaat berasal dari kata syafa'a- yasyfa'u, yang maknanya adalah bilangan yang
berpasangan/genap 2 Kemudian jika kita mendapatkan istilah syafi', syafi' dan musyaffi maknanya
adalah yang menerima dan meminta syafaat kepada pihak lain, sedangkan musyaffa' maknanya
orang yang memberi syafaat

Dari berbagai uraian tentang makna al-syaf'u dan al-watru secarabahasa di atas, Al-
Qurthubi mengatakan bahwa makna keduanya adalah umum dan Allah tidak mengkhususkan
makna dari genap (al-syafu) dan ganjil (al-watru) ini, apapun bentuknya yang ganjil dan genap
itu,keduanya termasuk ke dalam apa yang digunakan untuk sumpah dalam ayat di atas.Secara
terminologi, cukup banyak ulama yang mendefinisikan syafaat, Al-Jurjani mendefinisikan syafaat
dengan permohonan seseorang untuk pengampunan dosa-dosa yang telah diperbuatnya." Ibn
Manzhur mendefinisikan syafaat sebagai permohonan dari pihak penolong- terhadap seorang raja
untuk keperluan orang lain atau

permohonan untuk pengampunan berbagai dosa dan kesalahan. Muhammad Samman


mendefinisikan syafaat sebagai permohonan kebaikan untuk orang lain atau permohonan agar
bebas dari berbagai siksaan karena maksiat dan dosa-dosa." Menurut Ibn Taimiah syafaat adalah
pertolongan atas perbuatan baik yang dicintai Allah swt dan rasul-Nya berupa kemanfaatan bagi
orang yang memang berhak atas kemanfaatan itu, bisa juga ia bermakna mencegah suatu bahaya
atas orang yang berhak untuk diselamatkan.

Menurut Al-Fakhr Ar-Razi syafaat adalah seseorang memberikan sesuatu kepada orang
lain, dan meminta kepadanya sebuah permohonan, sehingga si pemohon ditolong dengan sebuah
pertolongan sehingga mereka menjadi sepasang (syaf an), adapun bentuknya bisa berupa
pertolongan di hari kebangkitan agar mereka (ahl al-kabair) tidak masuk neraka, meski pun mereka
masuk neraka mereka akan keluar dengan syafaat Nabi Muhammad, menurutnya: ulama golongan
ahl as-sunnah sepakat bahwa ia bukanlah sesuatu yang akan diberikan kepada orang kafir

22
Dalam skripsi Binti Lathifah dikemukakan bahwa dalam tafsir Mafatih al-Ghaib karya Ar-
Razi, sebenarnya ada tiga pengertian tentang syafaat. Pertama syafaat bermakna istighfar
(permohonan ampunan), yaitu berkaitan dengan dosa-dosa yang dilakukan oleh orang mukmin
yang seharusnya mendapatkan balasannya. Kedua syafaat berartti istirham (permohonan rahmat)
arti ini lebih bersifat umum, termasuk di dalamnya pengampunan dari siksa dan penyelamatan dari
neraka setelah masuk ke dalamnya. Ketiga syafaat berarti doa, yaitu permohonan yang
disampaikan kepada Allah, ini bersifat umum termasuk di dalamnya unsur-unsur ibadah dan
taubat."

Asy-Syaukani mendefinisikan syafaat sebagai upaya menghubungkan seseorang kepada


seorang perantara dan tuan/rajanya. yang intinya untuk menampakkan posisi penolong terhadap
yang ditolong dan sampainya suatu manfa'at kepada orang yang ditolong Hashbi ash-Shiddeqy
mengatakan syafaat ialah memohon dihapuskan dosa dan kesalahan seseorang."

Menurut Muhammad Alwy al-Maliky, syafaat tak lain adalah doa. Sedangkan setiap doa
pasti diperkenankan, ditetapkan, dan diterima terutama bila si pendoa itu para nabi dan orang-
orang saleh, baik di dunia sekarang ini, maupun setelah kematian mereka di alamkubur atau pada
hari kiamat nanti."

Menurut Sayyid Sabiq syafaat adalah memohon kepada Allah swt untuk kebaikan manusia
di akhirat. Syafaat ini termasuk ke dalam doa yang mustajab." Menurut Al-Qadhi Abd Al-Jabbar
syafaat adalah sebuah masalah di mana seseorang memberikan manfa'at atau menolak
kemudharatan bagi orang lain."

Menurut Muhammad at-Tamimi syafaat adalah perantaraan, yaitu perantaraan yang akan
dilakukan oleh rasulullah kepada Allah swt dan hal itu dengan seizin-Nya, untuk meringankan
beban umat manusia ketika di padang mahsyar atau disebut juga al-maqam al-mahmûd; untuk
memasukkan mereka yang memohon syafaat ke surga dan meningkatkan derajat bagi para
penghuni surga, juga untuk meringankan siksa bagi sebagian orang kafir, dan ini khusus untuk
paman nabi: Abu Thalib." Menurut Ja'far Subhani syafaat adalah doa dan permohonan rasul
kepada Allah swt untuk mengampuni dosa-dosa hamba-hamba-Nya jika mereka adalah para
pendosa, sehingga pemohon syafaat mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad karena doa yang
beliau panjatkan. Hal ini tidaklah berbeda dengan keadaan dimana seorang memohon doa kepada
sesama muslim."

23
Menurut Jalaluddin Rakhmat syafaat adalah bantuan dari Nabi Muhammad saw dengan
izin Allah untuk meringankan dan bahkan menghapuskan Menurut Dari beberapa uraian-uraian di
atas, dapat dilihat bahwa perbedaan-perbedaan yang terjadi seputar pengertian syafaat tidak begitu
jauh antara satu dengan lainnya, bahkan saling melengkapi satu sama lain. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa syafaat adalah permohonan dari seseorang untuk orang lain baik dari seorang
nabi atau yang lainnya agar memberikan kebaikan atau menolak

Menurut M. Quraish Shihab Syafaat terambil dari akar kata yang berarti genap. Tidak
semua orang mampu meraih apa yang ia harapkan. Ketika itu banyak cara yang dapat dilakukan.
Antara lain meminta bantuan orang lain. Jika apa yang diharapkan seseorang terdapat pada pihak
lain yang ditakuti atau disegani, ia dapat menuju kepadanya dengan "menggenapkan dirinya"
dengan orang yang dituju itu untuk bersama-sama memohon kepada yang ditakuti dan disegani
itu. Orang yang dituju itulah yang mengajukan permohonan. Dia yang menjadi penghubung untuk
meraih apa yang diharapkan itu. Upaya melakukan 43 hal tersebut dinamakan syafaat."

Dari beberapa uraian-uraian di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan-perbedaan yang terjadi
seputar pengertian syafaat tidak begitu jauh antara satu dengan lainnya, bahkan saling melengkapi
satu sama lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa syafaat adalah permohonan dari seseorang
untuk orang lain baik dari seorang nabi atau yang lainnya agar memberikan kebaikan atau menolak
bagi pendosa." 23

E .Macam Macam Syafaat

1. Syafaat Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw. memiliki banyak syafaat bagi umatnya atas izin Allah SWT., sebagai
bentuk pemuliaan Allah Swt. bagi kedudukan Nabi Saw. di sisi-Nya. Macam-macam syafaat
Rasulullah, yaitu :

a.) Syafaat bagi Umatnya yang Berdosa Besar

23
„Syafaat dalam al-qur’an menurut prsepektif tafsir misbah”,

24
Dari Abdullah bin Umar Ra., bahwa Nabi Saw. bersabda, “Aku disuruh memilih antara
memberi syafaat atau separuh umatku dimasukkan ke surga. Lalu, aku memilih orang mukmin
yang utama, melainkan untuk mereka yang banyak dosa, kesalahan, dan berlumur noda.” (HR.
Ahmad, Thabari, dan Ibnu Majah). Redaksinya dari Ath-Thabari. Di mengatakan dalam At-
Targhib, sanadnya Hasan.24

b.) Syafaat bagi orang-orang yang divonis mendapat siksa berdasarkan perhitungan amal

Dari Aku Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Aku memberi syafaat bagi umatku
sampai akhirnya Tuhanku menyeruku, "Apakah kamu telah puas, wahai Muhammad?' Aku pun
menjawab, "Ya, wahai Tuhanku, aku telah puas." (HR. Thabrani dan Al-Bazzar). Al-Bazzar dalam
At-Targhib mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.1

c.) Doa Terakhir Rasulullah Saw. yang Beliau Tunda Pemanjatannya Sampai Hari Kiamat

Dari Abu Hurairah Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap Nabi memiliki satu doa
pamungkas yang pasti dikabulkan. Semua Nabi menggunakan jatah doa itu di dunia ini, sementara
aku menunda penggunaan jatah doa itu sebagai syafaat bagi umatku mempersekutukan Allah
dengan sesuatu apapun.” (HR.Muslim)25

d.) Syafaat untuk Mengeluarkan Pelaku Maksiat Golongan Beriman dari Neraka

Dari Anas Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Pada hari kiamat, manusia
bergelombang kesana kemari. Mereka mendatangi Adam dan berkata kepadanya, 'Mohonkanlah
kami syafaat kepada Tuhanmu.' Adam menjawab, 'Aku tidak berwenang untuk itu. Kalian harus
menemui Ibrahim karena dia adalah kekasih Ar-Rahman.' Maka, mereka menemui Ibrahim, tetapi
dia juga menjawab, 'Aku tidak berwenang untuk itu. Kalian harus menemui Musa karena dia
adalah kawan bicara Allah.' Maka mereka menemui Musa, tetapi dia juga menjawab, 'Aku tidak
berwenang untuk itu. Kalian harus menemui Isa As. karena dia adalah ruh Allah dan kalimat-
Nya.' Maka, mereka menemui Isa, tetapi dia juga menjawab, 'Aku tidak berwenang untuk itu.

24
Ash-Shufy, Ensiklopedia Akhirat : Mizan, Catatan Amal, Shirath, dan Macam-Macam Syafaat.

25
Ash-Shufy.

25
Kalian harus menemui Muhammad Saw.. Lalu, mereka menemuiku maka kukatakan, 'Aku
berwenang untuk melakukannya.' Kemudian, aku meminta izin kepada Tuhanku, lalu Dia
memberiku izin. Aku pun memuji-Nya setinggi-tingginya dan sebanyak-banyaknya karena syafaat
itu tidak aku pergunakan sekarang. Aku memuji-Nya dengan segala puji dan aku tersungkur
bersujud kepada-Nya. Kemudian, dikatakan kepadaku, 'Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu
dan ucapkanlah, niscaya doamu didengar, mintalah, niscaya permintaanmu dikabulkan, dan
berilah syafaat, niscaya syafaatmu disampaikan.' Maka, aku berdoa, 'Wahai Tuhanku, umatku,
umatku!' Lalu, dikatakan, 'Pergilah!' Lalu, dari neraka dikeluarkan semua orang yang dalam
hatinya terdapat iman, meskipun sekecil biji sawi ataupun bubuk lada. Lalu, aku pergi dan
melakukan sesuatu, kemudian aku kembali dan aku memuji-Nya dengan segala puji serta
tersungkur bersujud kepada-Nya. Dikatakan, 'Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu dan
ucapkanlah, niscaya doamu didengar, mintalah, niscaya permintaanmu dikabulkan, dan berilah
syafaat, niscaya syafaatmu disampaikan.' Maka, aku berdoa, 'Wahai Tuhanku, umatku, umatku!'
Lalu, dikatakan, 'Pergilah!' Lalu, dari neraka dikeluarkan semua orang yang dalam hatinya masih
terdapat iman, meskipun jauh lebih kecil daripada bubuk lada. Aku pun pergi dan melakukan
sesuatu, lalu aku kembali untuk keempat kalinya dan aku memuji-Nya dengan segala puji dan
tersungkur bersujud kepada-Nya. Dikatakan 'Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu dan
ucapkanlah, niscaya doamu didengar, mintalah, niscaya permintaanmu dikabulkan, dan berilah
syafaat, niscaya syafaatmu disampaikan.' Maka, aku berdoa, 'Wahai Tuhanku, izinkanlah aku
memberi syafaat kepada siapapun yang pernah mengucapkan 'Laa Ilaaha Illallah.' Allah Swt.
menjawab, 'Kamu tidak berwenang untuk itu. Hanya saja, demi kemuliaan-Ku, keagungan-Ku,
kekuasaan-Ku, dan kebesaran-Ku, benar-benar akan Ku keluarkan dari neraka siapa saja yang
pernah mengucapkan 'Laa Ilaaha Illah." (HR. Bukhari dan Muslim)1

e.) Orang yang paling bergembira memperoleh syafaat Nabi Saw. adalah orang yang ikhlas
dalam mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dari lubuk hati

Abu Hurairah Ra. bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling bergembira
memperoleh syafaatnya pada hari kiamat?" Rasulullah Saw. menjawab, "Aku telah mengira
wahai Abu Hurairah, bahwa hanya kamu yang akan menanyakan hal ini, karena kamu begitu
antusias dalam mengetahui hadis tentang hal ini. Orang yang paling bergembira memperoleh

26
syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan ikhlas
dari lubuk hatinya yang paling dalam." (HR. Bukhari).26

f.) Syafaat bagi Orang yang Memohon Wasilah dan Kedudukan Terpuji bagi Nabi Saw.
setelah Mendengar Adzan

Dari Jabir Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa mengucapkan, Ya Allah
Tuhan seruan yang sempurna ini dan salat yang akan didirikan ini berilah Muhammad wasilah
dan keutamaan bangkitkanlah beliau pada suatu kedudukan terpuji seperti yang telah engkau
janjikan kepadanya dia memperoleh syafaat pada hari kiamat." (HR. Bukhari dan para penyusun
kitab Sunan). Baihaqi menambahkan redaksi pada suatu riwayat, "Sesungguhnya Engkau tidak
mengingkari janji”.1

g.) Orang yang Paling Layak Memperoleh Syafaat Nabi Saw. adalah Orang yang Paling
Banyak Bershalawat

Dari Ibnu Mas'ud Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Orang yang paling berhak atas
diriku, artinya orang yang paling layak menerima syafaatku dan pemuliaanku adalah orang yang
paling banyak bersholawat bagiku." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).27

2. Syafaat Para Nabi, Para Malaikat, Orang-Orang yang Shiddiq, Para Syuhada, Para
Ulama, Para Penghafal Al-Qur'an, dan Orang-Orang Mukmin yang Sholeh

Allah Swt. berfirman :

َٓ ِ‫الش ِفع‬
ٓ‫ي‬ ‫اعٓةُ ى‬
َ ‫فَ َما تَـنـٓ َفعُ ُهمٓ َش َف‬

"Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat (pertolongan) dari orang-orang
yang memberikan syafaat." (QS. Al-Muddatstsir : 48)

PenafsiRan :

26
Ash-Shufy.
27
Ash-Shufy.

27
ۡ‫الش ِفعِ ٓيۡ َٓن‬
‫اعةُٓ ى‬
َ ‫فَ َما تَ ٓنۡفَـعُ ُهمۡ َش َف‬V (baik dari kalangan malaikat, para nabi, ataupun orang-
orang saleh. Makna yang dimaksud ialah bahwa tiada syafaat bagi mereka).1

Ayat ini menunjukkan bahwa diantara orang mukmin ada yang memberikan syafaat dengan
seizin Allah Swt.

a.) Syafaat Para Nabi, Shiddiqin, dan Para Syuhada

Dari Abu Bakar As Shiddiq, bahwa Nabi Saw. bersabda, "Wahai Tuhanku, Engkau telah
menjadikanku sebagai junjungan anak Adam, tetapi aku tidak bangga karenanya. Engkau juga
menjadikanku orang pertama yang bangkit keluar dari kubur pada hari kiamat, tetapi aku tidak
bangga karenanya. Sampai-sampai di telagaku, orang-orang yang jumlahnya lebih dari yang
dapat ditampung oleh wilayah antara Shan'a sampai Allah menjawab seruanku. Kemudian,
dikatakan, 'Panggilah para nabi!' Lalu, datanglah seorang nabi bersama banyak orang, dan ada
seorang nabi yang datang hanya bersama lima atau enam orang, ada pula seorang nabi yang
sama sekali tidak memiliki umat. Para nabi itu pun memberi syafaat kemudian dikatakan Panggil
lah orang-orang yang tinggi lalu orang-orang yang itu pun memberi syafaat. Karena, dikatakan,
'Panggillah orang-orang yang shiddiq.' Lalu, orang-orang yang Shiddiq itu pun memberi syafaat.
Kemudian, dikatakan, 'Panggillah para syuhada!' Lalu, para syuhada itu pun memberi syafaat
bagi siapa saja yang mereka kehendaki." (HR. Imam Ahmad Al Bazzar Abu Ya'la dan Ibnu
Hibban).28

b.) Syafaat Para Ulama

Dari Utsman bin Affan Ra., bahwa Nabi Saw. bersabda, "Tiga golongan yang memberi
syafaat pada hari kiamat adalah para nabi, para ulama, dan para syuhada." (HR. Ibnu Majah).1

c.) Syafaat Para Penghafal Al-Qur'an yang Menerapkan Hukumnya

Dari Ali Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa membaca Al-Qur'an, lalu
menghafalnya dengan baik, kemudian menghalalkan yang hukumnya halal dalam Al-Qur'an dan
mengharamkan yang hukumnya haram dalam Al-Qur'an, Allah memasukkannya ke surga dan

28
Ash-Shufy. 132.

28
mengizinkannya untuk memberi syafaat kepada sepuluh anggota keluarganya yang telah divonis
masuk neraka." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).29

d.) Syafaat Para Malaikat

Dalam sebuah hadis muttafaq 'alaih yang panjang, disebutkan bahwa Nabi Saw. bersabda,
"Allah pun berfirman, 'Para malaikat diberi izin untuk memberi syafaat, para nabi diberi izin
untuk memberi syafaat, orang-orang mukmin diberi izin untuk memberi syafaat, yang tersisa
hanyalah yang paling penyayang diantara yang penyayang..."1

e.) Syafaat Orang-Orang Mukmin

Dari Abu Sa'id Ra., bahwa Nabi Saw. bersabda, "Diantara umatku, ada yang memberi
syafaat bagi kumpulan beberapa suku, ada pula yang memberi syafaat bagi suatu suku, ada juga
yang memberi syafaat bagi suatu golongan, dan ada yang memberi syafaat bagi satu orang
sehingga mereka semua masuk surga." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).30

3. Syafaat dari yang Paling Penyayang diantara yang Penyayang

Syafaat Allah Swt., yang paling penyayang di antara yang penyayang, tetap ada bahkan
sampai Rasulullah Saw., para nabi, Shiddiqin, para syuhada, para ulama, para penghafal Al-
Qur'an, dan orang-orang mukmin memberi syafaat. Sebab, syafaat Allah Swt. mengandung
kesempurnaan kasih sayang dari yang paling penyayang diantara yang penyayang.

Dengan kasih sayang Allah Swt., tidak tersisa di neraka orang yang bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah. Dialah yang memiliki semua syafaat. Dialah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa
dan paling penyayang diantara yang penyayang, yang telah mengizinkan Nabi Muhammad Saw.,
para nabi lainnya, para syuhada, Shiddiqin, para ulama, dan orang-orang mukmin untuk memberi
syafaat dalam rangka memuliakan mereka semua. Hanya saja Allah Swt. lebih mulia dan lebih
penyayang daripada mereka. Dia pun memiliki semua syafaat yang hanya mampu dilakukan oleh-
Nya.1

29
Ash-Shufy.
30
Ash-Shufy.

29
Dalam hadis muttafaq 'alaih yang panjang, disebutkan bahwa Nabi Saw. bersabda, "Allah
pun berfirman, 'Para malaikat diberi izin untuk memberi syafaat, para nabi diberi izin untuk
memberi syafaat, orang-orang mukmin diberi izin untuk memberi syafaat. Yang tersisa hanyalah
yang paling penyayang diantara yang penyayang...'31

E .Pemberi Dan Penerima Syafaat

Allah menyatakan bahwa seluruh syafaat adalah hak-Nya. Tidak ada seorangpun yang
berhak memberi syafaat kecuali bagi orang yang diizinkan oleh-Nya untuk diberi syafaat. Allah
SWT berfirman:

ْ ‫ض ٰم ْن ذٰا الاذ‬
‫ِي يٰ ْشفٰ ُع ِع ْندٰ ٗ ٓه ا اَِل بِ ِاذْن ٌِۗه‬ ٰ ْ ‫ت ٰو ٰما فِى‬
ٌۗ ِ ‫اَل ْر‬ ِ ‫ي ْالقٰي ُّْو ُم ەَۚ َٰل ت ٰأ ْ ُخذُ ٗه ِسنٰةٌ او َٰل ن ْٰو ٌۗ ٌم لٰهٗ ٰما فِى السامٰ ٰو‬
ُّ ‫َل ا ِٰلهٰ ا اَِل ه َۚ ُٰو ا ٰ ْل ٰح‬ ‫ٰه‬
ٓ ٰ ُ‫ّللَا‬
‫ظ ُه ٰم َۚا ٰوه ُٰو‬ ُ ‫ض ٰو َٰل يٰـُٔ ْود ُٗه حِ ْف‬ ٰ ْ ‫ت ٰو‬
ٰ َۚ ‫اَل ْر‬ ِ ‫ش ْيءٍ ِ ِّم ْن ع ِْلمِ ٓه ا اَِل بِ ٰما ش ٰۤا َۚ ٰء ٰو ِس ٰع ُك ْر ِسيُّهُ السامٰ ٰو‬ ُ ‫يٰ ْعلٰ ُم ٰما بٰيْنٰ ا ٰ ْي ِد ْي ِه ْم ٰو ٰما خ ْٰلفٰ ُه َۚ ْم ٰو َٰل يُحِ ْي‬
ٰ ِ‫ط ْونٰ ب‬
‫ي ْال ٰعظِ ْي ُم‬ ُّ ‫ْال ٰع ِل‬

Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit
dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa‟at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui
apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS.
AlBaqarah: 255)

Ayat di atas dikenal dengan ayat Kursi, karena di dalamnya disebutkan tentang Kursi Allah
SWT. Ayat ini memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam dan ia juga memiliki keutamaan-
keutamaan yang banyak. Hikmah di balik adanya syafaat adalah Allah ingin menghormati para
pemberi syafaat, menegaskan kedudukan mereka, dan menampakkan ketinggian derajat mereka.
Syafaat hanyalah milik Allah semata. Ia akan memberikan syafaat kepada siapa saja yang diridhai-
Nya dan dicegah dari siapa saja yang dilarang-Nya. Jika meneliti ayat-ayat Al-Quran dengan
cermat, akan diperoleh kesimpulan bahwa Allah SWT dalam kitab suci terakhir-Nya tidak pernah
menyebutkan nama seorang pun yang kelak di hari kiamat akan memberikan syafaat. Namun,

31
Ash-Shufy.

30
dengan menyebutkan beberapa sifat dan kriteria syafi’ atau pemberi syafaat, Al-Qur‟an
menjelaskan bahwa siapa saja yang memiliki sifat-sifat tersebut berarti ia adalah syafi’ di hari
kiamat.

Ada beberapa kelompok yang disebut oleh Al-Qur‟an sebagai syafi’. Selain itu amal
perbuatan yang baik juga dapat memberikan syafaat kepada pelakunya. Berikut kelompok yang
mampu memberikan syafaat:32

1. Para Nabi

Allah SWT berfirman:

ْ ‫يٰ ْعلٰ ُم ٰما بٰيْنٰ ا ٰ ْي ِد ْي ِه ْم ٰو ٰما خ ْٰلفٰ ُه ْم ٰو َٰل يٰ ْشفٰعُ ْو َۙنٰ ا اَِل ِل ٰم ِن‬
ٰ‫ارت ٰضٰ ى ٰوهُ ْم ِ ِّم ْن ٰخ ْشيٰتِه ُم ْش ِفقُ ْون‬

Artinya: “Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan mereka (malaikat) dan
yang di belakang mereka. Mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang telah
diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hatikarena takut kepada-Nya.” (QS. Al-Anbiya‟: 28)

Ayat di atas menunjukkan bahwa kaum kafir menyebut para rasul yang diutus oleh Allah
SWT sebagai anak-anak Allah. Akan tetapi AlQuran dengan tegas membantah perkataan mereka
dan menyebut para rasul itu sebagai hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan tugas kenabian
dan mereka tidak akan memberikan syafaat yang merupakan hak yang mereka dapatkan dari Allah
kecuali kepada mereka yang telah diridhai oleh-Nya.

Makna yang dikandung oleh ayat ini juga sesuai untuk para malaikat. Sebab dalam banyak
ayat suci Al-Qur‟an disebutkan bahwa kaum kafir dan musyrik sering menyebut para malaikat
sebagai putriputri Allah. Maha suci Allah dari segala yang mereka tuduhkan itu.33

2. Para Malaikat

Ayat Al-Quran yang menyebutkan bahwa para malaikat adalah para pemberi syafaat adalah
firman Allah yang berbunyi:

‫شيْـًٔا ا اَِل مِ ْۢ ْن ٰب ْع ِد اٰ ْن ياأْذٰنٰ ه‬


‫ّللَاُ ِل ٰم ْن ياش ٰۤا ُء ٰو ٰي ْرضٰ ى‬ ٰ ‫عت ُ ُه ْم‬ ِ ‫ٰو ٰك ْم ِ ِّم ْن املٰكٍ فِى السامٰ ٰو‬
ٰ ‫ت َٰل ت ُ ْغنِ ْي‬
ٰ ‫شفٰا‬

32
Sadeqin, Pemberi dan Penerima Syafaat, dalam
http://www.sadeqin.net/ml/ketabsara.php?s=342&e=347&mod=4&id=36&page=347 (Diakses 9 September 2017)
33
Departemen Agama RI. 2011. Al Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka. Banten: PT. Kalim.

31
Artinya: “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak
berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan ridhai-(Nya).” (QS.
An-Najm: 26)

3. Mukminin

Allah SWT berfirman:

ِ ِّ ‫ش ِهدٰ ِب ْال ٰح‬


ٰ‫ق ٰوهُ ْم يٰ ْعلٰ ُم ْون‬ ٰ ‫عةٰ ا اَِل ٰم ْن‬ ‫ٰو َٰل يٰ ْم ِلكُ الا ِذيْنٰ يٰدْع ُْونٰ مِ ْن د ُْونِ ِه ال ا‬
ٰ ‫شفٰا‬

Artinya: “Dan para sesembahan selain Allah tidak dapat memberikan syafaat. (Yang dapat
memberi syafaat hanyalah) mereka yang bersaksi atas kebenaran dan mereka yang mengetahui.”
(QS. Az-Zukhruf: 86)

Adapun para penerima syafaat sesuai firman-Nya adalah:

‫ع ْهدًا‬ ‫عةٰ ا اَِل ٰم ِن ات ا ٰخذٰ ِع ْندٰ ا‬


ٰ ‫الرحْمٰ ِن‬ ‫َٰل يٰ ْم ِل ُك ْونٰ ال ا‬
ٰ ‫شفٰا‬

Artinya: “Mereka tidak berhak mendapat syafa‟at kecuali orang yang telah mengadakan
perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.” (Q.S. Maryam: 87)

Orang-orang kafir itu tidak memperoleh syafaat dari siapapun untuk menolong mereka atau
meringankan penderitaan pahit dan getir yang mereka alami. Karena yang berhak menerima
syafaat pada hari itu hanyalah orang-orang yang telah dijanjikan Allah akan mendapat syafaat yaitu
orang-orang mukmin yang di masa hidupnya di dunia telah mempersiapkan diri untuk mendapat
syafaat itu dengan amal ibadahnya dan perjuangannya menegakkan kalimat Allah. Syafaat pada
hari itu hanya dimiliki oleh para Nabi, ulama, dan para syuhada sesuai dengan amal dan bakti
mereka masing-masing. Di antara amal ibadah yang menjadikan seseorang berhak memperoleh
syafaat itu ialah memelihara salat lima waktu dengan sebaik-baiknya. Tetapi orang yang pernah
meninggalkan salatnya, tidak akan memperoleh janji Allah itu. Terserahlah kepada Tuhan apakah
Dia akan memberinya rahmat atau menimpakan azab kepadanya.34

Untung Tri Winarso. 2004. Skripsi: Hadis-Hadis tentang Syafaat (Studi Ma’anil Hadis). Yogyakarta: UIN Sunan
34

Kalijaga.

32
KESIMPULAN

Hisab secara bahasa adalah perhitungan. Maka Yaumul Hisab adalah hari perhitungan amal
manusia. Mizan secara bahasa adalah timbangan amal. Maka Yaumul Mizan adalah hari
penimbangan amal perbuatan manusia. Hisab terjadi setelah manusia dibangkitkan dari kubur,
kemudian berkumpul di padang mahsyar. Hisab terjadi dalam satu waktu dan hanya Allah yang
mengetahui kapan waktunya. Syafaat adalah permohonan dari seseorang untuk orang lain baik dari
seorang nabi atau yang lainnya agar memberikan kebaikan atau menolak bagi pendosa. Macam-
macam syafaat yaitu, syafaat Rasulullah, syafaat para nabi, para malaikat, orang-orang yang
shiddiq, para syuhada, para ulama, para penghafal Al-Qur'an, dan orang-orang mukmin yang
sholeh, dan syafaat dari Yang Paling Penyayang diantara yang penyayang.

33
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mahali és As-Suyuthi, „Tafsir Jalalain”.

Azzarullah, „Syafaat dalam al-qur’an menurut prsepektif tafsir misbah”, Repository.ptiq.ac.id,


2017. október 26.

Departemen Agama RI. 2011. Al Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka. Banten: PT. Kalim

http://www.sadeqin.net/ml/ketabsara.php?s=342&e=347&mod=4&id=36&page=347

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5721759/yaumul-mizan-hari-penimbangan-amal-manusia-di-
hari-kiamat

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://islam.nu.or.id/tasawuf-
akhlak/hisab-dunia-meringankan-hisab-akhirat-
oYGjf&ved=2ahUKEwiQzZWNuuf7AhUwx3MBHZI3CpwQFnoECEgQBQ&usg=AOv
Vaw3pUPZ_AWEAro10bLamHmmn

jalaludin as-suyuti, „kitab tafsir jalalain indonesia”, bismilah amam jaya, 1505.

keristina, „Mizan, Timbangan Amal Baik dan Buruk Manusia Selama Hidupnya”, detik.com, 2022.
Agu.

kumparan, „yaumul mizan, ketika amalan manusia akan ditimbang”, kumparan.com, 2020.
desember.

34
Mahir Ahmad Ash-Shufy, Ensiklopedia Akhirat : Mizan, Catatan Amal, Shirath, dan Macam-
Macam Syafaat (Solo: Tiga Serangkai, 2007).

Untung Tri Winarso. 2004. Skripsi: Hadis-Hadis tentang Syafaat (Studi Ma’anil Hadis).
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

35

Anda mungkin juga menyukai