JIDAL
OLEH :
KELOMPOK 8
DOSEN PENGAMPU :
PATHUR RAHMAN, M.Ag
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang, Puja dan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Manasik Haji dan Umrah dengan Judul “kiat-kiat haji mabrur dan kategori rafas,
fusuq dan jidal” tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.Untuk itu tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasa, dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya
penyusun sangat mengharapkan, semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang berkaitan pada makalahmakalah selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................................................ 2
A. Kiat-Kiat Haji Mabrur Salam Kategori Rafas , Fusuq Dan Jidal .................................. 3
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
1. Untuk memahami Kiat-Kiat Haji Mabrur
2. Untuk memahami pengertian dari Rafas, Fusuq dan Jidal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kiat – Kiat Haji Mabrur Dalam Kategori Rafas , Fusuq Dan Jidal
Haji mabrur menurut bahasa, berarti haji yang baik atau yang diterima oleh Allah
SWT. Menurut istilah, haji mabrur adalah haji yang mendorong pelakunya menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Sedangkan menurut syar’iy, haji mabrur adalah haji yang
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, dengan memperhatikan
berbagai syarat, rukun, wajib dan adabnya, serta menghindari hal-hal yang dilarang
(muh}arramat) dengan penuh konsentrasi dan penghayatan semata-mata atas dorongan
iman dan mengharap rida Allah SWT.
Untuk menggapai haji mabrur para tamu Allah diwajibkan untuk menjauhi semua
bentuk rofats, fusuq, dan jidal, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: (Musim) haji
adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam
bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-
bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Jadi kalau ingin diterima hajinya oleh Allah
kita wajib menjauhi rafats, fusuq, dan jidal saat menunaikan manasik-manasik haji.
Adapula yang membedakan makna keduanya. Haji Makbul adalah haji yang diterima
dan mendapatkan pahala sesuai yang dijanjikan, menghapus kewajiban haji seseorang.
Sedangkan Haji 7 Ragib al Ashfahani, Al Mufradat Fi Gharib Al Qur’an (beirut: Dar al-
Ma’rifah).t.th 8 Bulletin al Mabrur, No.i (Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Haji, 2003), h.
25 Mabrur adalah haji yang mampu mengantarkan pelakunya dapat lebih baik amalnya,
dibanding sebelum melaksanakan ibadah haji.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik makna bahwa haji mabrur
mempunyai dua dimensi, yaitu hablom minallaah (Vertikal) dengan melaksanakan aturan
haji (manasik) sesuai dengan ketentuan Allah swt. dan RasulNya serta dimensi hablom
minannaas ( horizontal) dengan mengamalkan hikmah dari ibadah haji kepada sesama
dalam bentuk kepedulian sosial sekembalinya ke tanah air. Perwujudannya dapat dilihat
dari tutur kata dan sikapnya yang lebih baik dari sebelumnya. Demikian pula,
mendapatkan kehormatan sesama di dunia dan memperoleh kemuliaan dari Allah swt.,
dengan Surga-Nya.
1. Dasar Hukum dan Fadhilah Haji Mabrur (Keutamaannya)
Dasar hukum tentang pelaksanaan ibadah haji, sebagaimana dalam QS. Ali Imran/3:
197 yang artinya:
“ Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah
haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.”
“Dari umrah yang satu ke umrah berikutnya adalah sebagai penghapus dosa-dosa di
antara keduanya. Dan haji yang mabrur, tidaklah ada balasan baginya kecuali surga.”
(Muttafaqun „Alaihi).
Dari hadis yang telah disebutkan di atas dan juga (dalil-dalil) yang lainnya, menjadi
jelaslah bagi kita tentang keutamaan ibadah haji dan betapa besarnya pahala yang telah
Allah persiapkan bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah tersebut. Dan menjadi jelas
pulalah bahwa besarnya pahala yang akan diraih itu adalah hanya bagi barangsiapa yang
ibadah hajinya tergolong haji yang mabrur.
Prof. Dr. H. Said Agil Husain Al Munawwar, Lc. MA, mengemukakan beberapa
syarat untuk memperoleh haji mabrur, yaitu :
b. Manasik haji yang mantap Pengetahuan dan pemahaman akan ilmu mansik haji
adalah hal yang perlu, ketika akan melaksanakan ibadah haji. Apabila
melaksanakan ibadah tidak didasari dengan ilmu pengetahuan maka ibadahnya
ditolak oleh Allah swt.
c. Memiliki badan yang sehat. Kalau kesehatan terjaga dengan baik maka berbagai
aktifitas ibadah dapat dilakukan pula di tanah suci.
d. Memiliki mental yang kuat dan sifat sabar. Jemaah calon haji Indonesia adalah
duta duta bangsa. Olehnya itu, tunjukkanla bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang ramah dan berakhak mulia. Segala tutur dan tingkah laku bangsa lain yang
berbeda dengan prilaku bangsa Indonesia, agar disikapi dengan sabar.
Andi, Muhammad Akmal. 2020 Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman. Vol. 1, No. 2
Bulletin al Mabrur, No.i (Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Haji, 2003),
https://islam.nu.or.id/haji-umrah-dan-kurban/arti-rafats-fusuq-dan-jidal-dalam-
larangan-haji-dJRpI
https://haji.kemenag.go.id/