Anda di halaman 1dari 12

KIAT-KIAT HAJI MABRUR DAN KATEGORI RAFAS, FUSUQ DAN

JIDAL

OLEH :
KELOMPOK 8

1. DIANA AULIA ZISKA (1930504034)


2. MUHAMAD SATRIA (1930504049)
3. OKTA SELFIYANI (1930504059)

DOSEN PENGAMPU :
PATHUR RAHMAN, M.Ag

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2022 M / 1443
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang, Puja dan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Manasik Haji dan Umrah dengan Judul “kiat-kiat haji mabrur dan kategori rafas,
fusuq dan jidal” tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.Untuk itu tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasa, dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya
penyusun sangat mengharapkan, semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang berkaitan pada makalahmakalah selanjutnya.

Palembang, 9 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................

Kata Pengantar ................................................................................................................ ii

Daftar isi ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Kiat-Kiat Haji Mabrur Salam Kategori Rafas , Fusuq Dan Jidal .................................. 3

B. Kriteria Haji Mabrur ...................................................................................................... 5

C. Ciri-Ciri Haji Mabrur .................................................................................................... 5

D. Pengeretian Rafas , Fusuq dan Jidal .............................................................................. 6

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 8

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia mempunyai cita cita atau keinginan yang sama, yaitu ingin mendapatkan
keselamatan, kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Di sisi lain, manusia
adalah hamba ciptaan Allah swt. Olehnya itu, Allah swt. yang paling mengetahui jalan
yang akan ditempuh oleh hamba untuk meraih cita citanya tersebut. Allah swt.
menurunkan suatu ajaran atau konsep kepada nabi Muhammad saw. yang dijadikan
pedoman hidup, yaitu Islam. Pedoman tersebut menjadi rujukan segenap hamba. Intinya,
melaksanakan apa yang diperintahkanNya dan menjauhi segala yang dilarangNya. Dengan
tujuan, untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Di antara ajaran
Islam adalah melaksanakan haji bagi yang mampu. Ibadah haji sebagai rukun Islam
kelima, rukun terakhir dari ajaran Islam. Dinamakan pula rukun penyempurnaan, karena
seorang merasa belum sempurna Islamnya kecuali setelah melaksanakan ibadah haji. Hal
inilah menjadikan haji sebagai ibadah dambaan setiap orang Islam sepanjang masa.
Menjadi haji
Haji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan
puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum
muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan
melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang
dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang
bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam
bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan
berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10
Dzulhijjah. Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari
Raya Haji karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut
etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan
menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat
tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Kiat-Kiat Haji Mabrur ?
2. Apa Pengertian dari Rafas , Fusuq dan Jidal ?

C. Tujuan
1. Untuk memahami Kiat-Kiat Haji Mabrur
2. Untuk memahami pengertian dari Rafas, Fusuq dan Jidal
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kiat – Kiat Haji Mabrur Dalam Kategori Rafas , Fusuq Dan Jidal
Haji mabrur menurut bahasa, berarti haji yang baik atau yang diterima oleh Allah
SWT. Menurut istilah, haji mabrur adalah haji yang mendorong pelakunya menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Sedangkan menurut syar’iy, haji mabrur adalah haji yang
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, dengan memperhatikan
berbagai syarat, rukun, wajib dan adabnya, serta menghindari hal-hal yang dilarang
(muh}arramat) dengan penuh konsentrasi dan penghayatan semata-mata atas dorongan
iman dan mengharap rida Allah SWT.
Untuk menggapai haji mabrur para tamu Allah diwajibkan untuk menjauhi semua
bentuk rofats, fusuq, dan jidal, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: (Musim) haji
adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam
bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-
bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Jadi kalau ingin diterima hajinya oleh Allah
kita wajib menjauhi rafats, fusuq, dan jidal saat menunaikan manasik-manasik haji.
Adapula yang membedakan makna keduanya. Haji Makbul adalah haji yang diterima
dan mendapatkan pahala sesuai yang dijanjikan, menghapus kewajiban haji seseorang.
Sedangkan Haji 7 Ragib al Ashfahani, Al Mufradat Fi Gharib Al Qur’an (beirut: Dar al-
Ma’rifah).t.th 8 Bulletin al Mabrur, No.i (Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Haji, 2003), h.
25 Mabrur adalah haji yang mampu mengantarkan pelakunya dapat lebih baik amalnya,
dibanding sebelum melaksanakan ibadah haji.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik makna bahwa haji mabrur
mempunyai dua dimensi, yaitu hablom minallaah (Vertikal) dengan melaksanakan aturan
haji (manasik) sesuai dengan ketentuan Allah swt. dan RasulNya serta dimensi hablom
minannaas ( horizontal) dengan mengamalkan hikmah dari ibadah haji kepada sesama
dalam bentuk kepedulian sosial sekembalinya ke tanah air. Perwujudannya dapat dilihat
dari tutur kata dan sikapnya yang lebih baik dari sebelumnya. Demikian pula,
mendapatkan kehormatan sesama di dunia dan memperoleh kemuliaan dari Allah swt.,
dengan Surga-Nya.
1. Dasar Hukum dan Fadhilah Haji Mabrur (Keutamaannya)
Dasar hukum tentang pelaksanaan ibadah haji, sebagaimana dalam QS. Ali Imran/3:
197 yang artinya:
“ Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah
haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.”

“Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji, kemudian dia tidak mengucapkan


kata-kata yang keji atau kotor serta tidak berbuat kefasikan, maka dia akan kembali
bersih (dari dosa-dosa) seperti hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

“Dari umrah yang satu ke umrah berikutnya adalah sebagai penghapus dosa-dosa di
antara keduanya. Dan haji yang mabrur, tidaklah ada balasan baginya kecuali surga.”
(Muttafaqun „Alaihi).

Dari hadis yang telah disebutkan di atas dan juga (dalil-dalil) yang lainnya, menjadi
jelaslah bagi kita tentang keutamaan ibadah haji dan betapa besarnya pahala yang telah
Allah persiapkan bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah tersebut. Dan menjadi jelas
pulalah bahwa besarnya pahala yang akan diraih itu adalah hanya bagi barangsiapa yang
ibadah hajinya tergolong haji yang mabrur.

2. Syarat Haji Mabrur

Prof. Dr. H. Said Agil Husain Al Munawwar, Lc. MA, mengemukakan beberapa
syarat untuk memperoleh haji mabrur, yaitu :

a. Niat yang ikhlas

b. Manasik haji yang mantap Pengetahuan dan pemahaman akan ilmu mansik haji
adalah hal yang perlu, ketika akan melaksanakan ibadah haji. Apabila
melaksanakan ibadah tidak didasari dengan ilmu pengetahuan maka ibadahnya
ditolak oleh Allah swt.

c. Memiliki badan yang sehat. Kalau kesehatan terjaga dengan baik maka berbagai
aktifitas ibadah dapat dilakukan pula di tanah suci.

d. Memiliki mental yang kuat dan sifat sabar. Jemaah calon haji Indonesia adalah
duta duta bangsa. Olehnya itu, tunjukkanla bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang ramah dan berakhak mulia. Segala tutur dan tingkah laku bangsa lain yang
berbeda dengan prilaku bangsa Indonesia, agar disikapi dengan sabar.

e. Bersungguh sungguh dalam melaksanakan rangkaian ibadah haji dan istiqamah


serta memiliki sikap hemat.

B. Kriteria Haji Mabrur


Setiap jemaah haji tentu ingin meraih haji mabrur, namun masih banyak jemaah yang
belum memahami kriteriakriterianya, Beberapa kriteria untuk meraih haji mabrur yang
harus ditempuh oleh jemaah haji antara lain:
a. Pelaksanaan ibadah haji harus didasari dengan niat yang ikhlas semata-mata
karena Allah;
b. Biaya dan bekal untuk menunaikan haji harus berasal dari harta h}alālan
t}ayyiban;
c. Pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan tuntunan manasik yang benar (rukun,
wajib, dan sunah);
d. Menghindari seluruh larangan ihram dan perbuatan maksiat yang dapat
mengurangi pahala hajinya;
e. Memperbanyak dzikir, istighfar dan amal saleh.

C. Ciri – Ciri Haji Mabrur


Mabrur atau tidaknya jemaah haji memang tidak dapat dilihat dan yang tahu hanyalah
Allah SWT. Namun seseorang yang dapat meraih haji mabrur itu memiliki ciri-ciri
tersendiri. Ciri-ciri orang yang meraih haji mabrur di antaranya:
a. Santun dalam bertutur kata.
b. Menyebarkan kedamaian.
c. Memiliki kepedulian sosial. - 312 - Tuntunan Manasik Haji dan Umrah
d. Berperilaku (amal perbuatan) lebih baik dibanding dengan sebelum menunaikan
ibadah haji.
e. Bertambah zuhud terhadap kehidupan dunia dan lebih mengutamakan akhirat.
f. Senantiasa berserah diri kepada Allah dengan menerapkan sikap sabar, syukur ,
tawakkal dan ridha.
D. Pengertian Rafas , Fusuq Dan Jidal
Di antara larangan dalam ihram haji yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah rafas,
fusuq, dan jidal.
a. Rafas
Pengertian rofats menurut Ibnu Umar r.a adalah melakukan hubungan antara
suami dan istri atau berkata jorok sekitar hubungan seksual tersebut. Sedangkan
menurut 'Atho bin Abi Robbah Rofats adalah bermakna jima dan ucapan-ucapan
jorok yang mengarah kepada masalah seks. Dalam pendapat yang lebih luas
makna rafas adalah mengeluarkan perkataan tidak senonoh yang mengandung
unsur kecabulan (porno), senda gurau berlebihan yang menjurus kepada
timbulnya nafsu birahi (syahwat), termasuk melakukan hubungan badan
(bersetubuh).
b. Fusuq
Pengertian Fusuq menurut riwayat Ibnu 'Abbas RA dan para ulama Salaf adalah
semua bentuk kedurhakaan dan kemaksiatan. Seperti menipu, berdusta, tidak
melakukan sholat dst. Adapun arti jidal adalah kesombongan yang tidak haq yang
mencakup bertengkar, bermusuhan, marah-marah dan sebagainya. Fusuq secara
luar artinya adalah segala perbuatan maksiat, baik disadari atau pun tidak. Di
antara perbuatan maksiat itu adalah:
1) Takabbur atau sombong.
2) Merugikan dan menyakiti orang lain dengan kata-kata atau sikap (perbuatan).
3) Zalim terhadap orang lain, seperti mengambil haknya atau merugikannya.
4) Berbuat sesuatu yang dapat menodai akidah dan keimanannya kepada Allah.
5) Merusak alam dan makhluk lainnya tanpa ada alasan
6) Menghasut atau memprovokasi orang lain melakukan maksiat.
c. Jidal
Jidal adalah segala sikap dan perbuatan yang mengarah pada perdebatan,
permusuhan, dan perselisihan yang diiringi dengan nafsu ammārah, meskipun
untuk mempertahankan kebenaran dan memperjuangkan haknya, seperti
berbantah-bantahan untuk memperebutkan kamar, berebut kamar kecil, dan
termasuk melakukan demonstrasi terhadap sesuatu hal yang tidak sesuai dengan
keinginannya. Adapun diskusi atau musyawarah tentang masalah agama dan
kemaslahatan yang dilakukan dengan cara baik dan santun diperbolehkan.
Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya:
“Aku adalah pemimpin bagi rumah di dalam surga untuk orang yang
meninggalkan pertengkaran, sedang ia berada dalam hak dan aku adalah
pemimpin rumah di tengah-tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta
walau dalam bercanda, juga bagi rumah di bagian paling atas surga untuk orang
yang akhlaknya”. (HR Abu Daud).
“Barang siapa berhaji karena Allah kemudian tidak berkata kotor dan tidak
melakukan kafasikan, maka ia pulang seperti hari dilahirkan ibunya (tanpa
dosa)”.( Muttafaq 'alaih).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa haji yang mabrur adalah haji yang baik dan diterima oleh
Allah swt., yang pelaksanaannya sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah saw.
dengan melaksanakan syarat, rukun, wajib haji serta menjauhi larangannya. Hal ini harus
dilandasi dengan niat yang ikhlas serta jauh dari penyimpangan akidah dengan
memperhatikan hal-hal yang terkait dengan pra haji, proses haji dan pasca haji.
DAFTAR PUSTAKA

Andi, Muhammad Akmal. 2020 Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman. Vol. 1, No. 2

Ashfahani, Ragib al, Al Mufradat Fi Gharib Al Qur’an (Beirut: Dar al-Ma’rifah)

Bulletin al Mabrur, No.i (Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Haji, 2003),

https://islam.nu.or.id/haji-umrah-dan-kurban/arti-rafats-fusuq-dan-jidal-dalam-
larangan-haji-dJRpI

https://haji.kemenag.go.id/

Anda mungkin juga menyukai