Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU FIQIH

“Pelaksanaan Haji dan Tata Caranya”


Dosen Pengampu : Dr.H.Mohamad Jaenudin,M.Ag,M.Pd

Disusun oleh:
Intan Aulia Windana (1227040031)
Keniwati Setiawan (1227040035)
Muhammad Humam Adzkia (1227040041)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Pelaksanaan Haji
dan Tata Caranya." Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Fiqih guna memperdalam pemahaman dan pengetahuan tentang ibadah haji, salah satu rukun
Islam yang memiliki makna yang mendalam bagi umat Muslim.Ibadah haji adalah kewajiban
bagi setiap Muslim yang mampu secara fisik, finansial, dan mental untuk melaksanakannya.
Sebagai salah satu pilar dari Islam, haji memainkan peran penting dalam kehidupan seorang
Muslim, karena melalui ibadah ini seseorang memiliki kesempatan untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, memperbaiki akhlak, serta merenungkan makna kehidupan.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang pelaksanaan


haji dan tata caranya, mulai dari persiapan sebelum berangkat hingga menjalankan serangkaian
ritual di Tanah Suci Makkah dan Madinah. Kami berupaya menyajikan informasi yang akurat
dan relevan, dengan mengacu pada sumber-sumber terpercaya dan referensi yang dapat
dipertanggungjawabkan.Selain itu, dalam makalah ini juga kami akan membahas secara rinci
tentang berbagai aspek penting yang terkait dengan haji, seperti persyaratan fisik dan finansial
untuk melaksanakan ibadah ini, manasik haji (tata cara pelaksanaan ibadah), serta pentingnya
menjaga etika dan keselamatan selama menjalankan ritual haji.

Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang pelaksanaan haji dan tata caranya bagi pembaca, terutama bagi mereka yang memiliki
keinginan dan niat untuk melaksanakan ibadah haji di masa mendatang. Kami menyadari bahwa
haji adalah perjalanan spiritual yang penuh tantangan, dan semoga makalah ini dapat menjadi
panduan yang bermanfaat untuk mempersiapkan diri dengan baik.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat dan menjadi wujud
kontribusi kami dalam memperkaya pemahaman tentang pelaksanaan haji. Kami juga menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan dengan rendah hati kami menerima kritik
dan saran yang membangun untuk peningkatan kedepannya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
2.1 Pengertian Haji..............................................................................................................5
2.2 Hukum Haji...................................................................................................................6
2.3 Syarat- Syarat Wajib Haji..............................................................................................6
2.4 Rukun-Rukun Haji........................................................................................................7
2.5 Wajib Haji.....................................................................................................................8
2.6 Larangan – Larangan Ibadah Haji.................................................................................8
2.7 Hikmah dari Pelaksaan Ibadah Haji..............................................................................9
2.8 Denda Haji...................................................................................................................10
KESIMPULAN..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu bentuk ibadah di bawah hukum Islam adalah haji, seperti bentuk pengabdian
lainnya, haji melibatkan sejumlah langkah dimulai dengan mempelajari dasar-dasar
menyelesaikan haji dan keberhasilan penyelesaian haji, baik untuk diri sendiri maupun untuk
orang lain atau masyarakat luas. Konsep terkait haji ini saling berkaitan satu sama lain dan sanat
khusus. Dasar-dasar haji terkait dengan pelaksanan haji itu sendiri. Ketika ibadah haji dikatakan
sah apabila mengikuti tata cara pelaksanaan haji yang telah ditetapkan dan mengacu pada aturan
yang mengatur urutan acara haji yang ditentukan. Penilaian haji bagi individu atau reguler
disebut sebagai haji mabrur (hajjan mabrūra) diperoleh bukan hanya dengan pelaksaan ibadah
haji yang sah, akan tetapi bergantung pada berfungsinya haji tersebut bagi diri sendiri yang
mampu membentuk integritas yang juga dapat diaplikasikan pada masyarakat di mana pun ia
berada.

Semua umat Islam perlu memahami apa arti sebenarnya dari Haji, tata cara
pelaksanaannya dan apa yang harus dilakukan. Pelaksanan ibadah yang berbeda jika
dibandingkan dengan pelaksaann ibadah yang lain, rukun sslam yang kelima ini berbeda
walaupun memiliki tujuan yang sama yaitu beribadah kepada Allah SWT. Negara bertanggung
jawab atas penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 29 Ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaannnya itu, Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji mengatur mengenai rangkaian kegiatan pengelolaan
pelaksanaan ibadah haji yang meliputi pembinaan, pelayanan dan perlindungan jemaah haji.
Untuk memastikan bahwa jemaah haji mendapatkan nasehat, bantuan, dan keselamatan sebaik
mungkin sehingga jamaah dapat melaksanakan ibadahnya sesuai dengan ajaran agama Islam,
ziarah direncanakan. Ibadah haji dilakukan di bawah prinsip ketidakberpihakan, profesionalisme,
dan tanggung jawab nirlaba.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Haji

Menurut bahasa haji berasal dari bahasa arab ‫ الحخ‬yang berarti ‫ الفصدالفصدالى‬ziarah atau
berkunjung. Sedangkan secara istilah syara’ haji adalah berkunjung atau berziarah ke Ka’bah
yang berada di Mekkah al-Mukaramah untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
Sedangkan menurut istilah syara’ haji adalah berkunjung atau berziarah ke Ka’bah yang
berada di Mekkah al-Mukaramah untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT dengan
melakukan tata cara pelaksanaan ibadah haji yang telah ditentukan secara berurutan, dimulai
dari ihram, thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, melontar jumarat
dan terakhir melakukan tahalul.

Haji dalam arti ziarah ke tempat yang telah ditentukan dengan niat dan tujuan untuk
beribadah, dipahami seluruh umat manusia melalui bimbingan dan ajaran agama, khususnya
di belahan bagian timur. Dengan melaksanakan ibadah ini diharapkan mampu mengantar
manusia untuk lebih mengenal jati diri, membersihkan dan mensucikan jiwa-jiwa mereka.
Inilah yang menjadi sebab mengapa dalam ajaran agama yang kaitannya dengan ibadah haji
menganjurkan pelakunya terlebih dahulu untuk mandi dengan tujuan mensucikan jasmani
dari segala noda. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS al-Hajj/22:27 yang berarti “
Dan berseruhlah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh.”

2.2 Hukum Haji

Dalam hukum haji, diwajibkan 'ain bagi mereka yang mampu melaksanakan haji wajib,
yang diwajibkan karena memenuhi rukun Islam dan jika kita telah “bernazar” yakni berikrar
untuk menunaikan ibadah haji, maka diwajibkan pula untuk haji khitan yang dilaksanakan
pada kesempatan berikutnya setelah haji wajib. Setiap Muslim yang memiliki kemampuan
finansial untuk melakukannya harus melakukan haji yang dianggap sebagai rukun Islam
kelima. Jumhur Ulama sependapat bahwa ziarah pertama kali direncanakan pada tahun
keenam Hijrah, sementara yang lain merasa tahun kesembilan lebih tepat. Semua ulama
sepakat dengan jalan Ijma’ bahwa hukum haji wajib bagi semua umat Islam, baik itu laki-laki
mampun bagi perempuan. Pelaksanaan haji ini hanya sekali seumur hidup bagi orang-orang
yang mampu (isthitho’ah).

2.3 Syarat- Syarat Wajib Haji

Haji merupakan salah satu ibadah yang wajib dilaksanakan umat muslim. Ibadah Haji
memliki syarat-syarat yang harus dilakukan baik pria atau wanita dimulai dari syarat wajib
yang umum hingga syarat wajib khususnya. Syarat- syarati wajib yang umum diantaranya:

1. Islam artinya ibadah haji ini hanya diwajibkan untuk orang-orang yang beragama Islam
dan tidak wajib bagi orang kafir. Jika orang kafir malakukan haji maka hajinya tidak sah dan
apabila menjadi muallaf maka ia diwajibkan untuk melakukan haji ulang.

2. Baligh artinya umur dalam melakukan ibadah haji juga termasuk dalam syarat sahnya haji.
Bagi anak-anak yang belum masuk masa baligh (dewasa) kemudian melakukan ibadah haji,
maka hajinya tetap dianggap sah dan mendapat pahala sunah. Apabila kelak sudah dewasa
maka ia diwajibkan untuk kembali melakukan haji.

3. Berakal yaitu orang yang tidak berakal, gila dan dungu tidak diwajibkan untuk berhaji.

4. Mampu artinya tidak ada pembebanan haji bagi orang yang tidak mampu. Mampu dalam
hal ini meliputi: sehat jasmani (badan) dan ada dana untuk menunaikan ibadah haji.

Syarat-syarat khusus bagi perempuan yaitu pertama adanya muhrim, wanita yang hendak
melakukan ibadah haji wajib didampingi oleh muhrimnya. Kedua, ada teman wanita yang
dipercaya hal ni harus terpenuhi jika sekiranya wanita yang melakukan ibadah haji tidak
didampingi oleh muhrim. Ketiga tidak dalam keadaan iddah apabila wanita yang kondisinya
dalam keadaan iddah baik itu karena talak atau wafat tidak boleh melaksanakan ibadah haji.
2.4 Rukun-Rukun Haji

1. Ihram yaitu Menurut syariat Islam, ihram adalah menetapkan niat untuk mengerjakan
ibadah haji dengan memakai pakaian ihram dan dimulai dari suatu tempat dan waktu
yang telah ditentukan, yang diistilahkan dengan miqat.

2. Wukuf yaitu Berdiam di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.

3. Thawaf haji,yang disebut Thawaf Ifadlaah yang dimulai dari Hajar Aswad atau yang
dikenal dengan batu hitam yang terletak di dalam Masjidil Haram dan Ka’bah
disebelah kiri orang yang melakukan tawaf.

4. Sa'yi yaitu Berjalan atau lari kecil antara bukit Shofa dan Marwah dengan jarak ±400
meter dan dilakukan sebanyak 7 kali, dilakukan setelah pelaksanaan Thawaf
5. Tahallul yaitu Membuka ihram dengan cara menggunting rambut sedikitnya 3 helai.
Bagi wanita menggunting ujung rambut sepanjang jari, bagi pria disunnahkan
mencukur habis. Sedangkan untuk yang berkepala botak disunahkan untuk
meletakkan gunting atau pisau cukur di atas kepala.

6. Tertib artinya Wajib melaksanakan semua rukun-rukun haji berurutan dan sesuai
dengan aturan yang ada.

2.5 Wajib Haji

1. Ihram harus dari batas-batas tempat dan waktu yang telah ditentukan. Batas-batas
tempat dan waktu itu dinamakan "Miqat".

2. Bermalam di Muzdalifah,yakni sepulangnya dari Arafah ke Mina.

3. Bermalam di Mina selama 3 atau 2 malam pada Hari Tasyriq.

4. Melontar Jumrah 'Agabah pada tanggal 10 Dzulhijjah dan melontar Jumrah ketiga-
tiganya pada hari-hari Tasyriq.

5. Meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan (terlarang), karena ihram.


2.6 Larangan – Larangan Ibadah Haji

Selain ada syarat-syarat, rukun dan wajib haji juga terdapat larangan-larangan umum dan
khusus yang tidak boleh dilaksanakan saat melakukan ibadah haji. Adapun larangan khusus bagi
pria dan wanita ialah:

a. Larangan khusus bagi kaum pria adalah memakai pakaian yang berjahit dalam dalam
melakukan ihram, memakai tutup kepala selama dalam ihram dan memakai sepatu yang
menutupi mata kaki selama proses ihram.

b. Larangan khusus untuk kaum wanita adalah tidak diperbolehkan menutup muka dan
tangan sewaktu melakukan ihram.

Adapun larangan secara umum berlaku untuk pria dan wanita yaitu:

1. Memotong dan mencabut kuku

2. Memotong atau mencukur rambut kepala, mencabut bulu badan dan lainnya, menyisir
rambut kepala (karena dikhawatirkan rambutnya rontok), mencabut bulu hidung dan
sebagainya.

3. Memakai wangi-wangian pada badan, pakaian, rambut, kecuali yang telah dipakai
sebelum ihram.

4. Memburu ataupun membunuh binatang darat dengan cara apapun selama dalam ihram.

5. Melaksanakan pernikahan, menikahkan orang lain, dan menjadi wakil dalam akad nikah
atau melamar.

6. Besenggama atau bercumbu.

7. Memotong, menebang, atau mecabut segala macam tumbuhan di tanah.


2.7 Hikmah dari Pelaksaan Ibadah Haji

a. Setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarya mengandung rahasia, contoh seperti ihrom
sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa manusia harus melepaskan diri dari
hawa nafsu dan hanya mengahadap diri kepada Allah Yang Maha Agung.

b. Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena dalam ibadah tersebut diliputi
dengan penuh kekhusyu'an

c. Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang tinggi

d. Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan akhlak
yang

e. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi umat yang
satu karena mempunvai persamaan atau satu akidah

f. Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia, yang peserta-pesertanya
berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka'bahlah yang menjadi symbol kesatuan dan

g. versatuan

h. Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah yang
berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar dan memerlukan kesabaran serta
ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan rintangan.

i. Menumbuhkan semangat berkorban, karena ibadah haji maupun umrah, banyak meminta
pengorbanan baik harta, benda, jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk
melakukannya.

j. Dengan melaksanakan Ibadan haji bisa dimanfaatkan untuk membina persatuan dan
kesatuan umat islam.
2.8 Denda Haji

A. Macam-macam dam atau denda

1. Menyembelih seekor kambing, yang sah untuk qurban untuk disedekahkan kepada fakir
miskin. Kalau tidak bisa, boleh diganti dengan puasa 10 hari (3 hari dikerjakan waktu haji
dan yang 7 hari bisa dilakukan di kampungnya setelah pulang). Denda ini di berikan
kepada yang:

a) Mengerjakan haji secara Tamattu.

b) Mengerjakan haji secara Qiran

c) Mulai ihram tidak dari Miqaat.

d) Tidak bermalam di Muzdalifah

e) Tidak bermalam di Mina

f) Tidak melempar jumrah.

2. Menyembalih kambing untuk disedekahkan, atau puasa 3 hari atau memberi makan 3
sha' (kira-kira sebanyak 7 kg) kepada 6 orang miskin. Denda ini diberikan kepada
seseorang yang melakukan salah satu hal-hal di dalam ihram yaitu:

a) Memakai pakaian yang berjahit menyarung,bagi laki-laki saja

b) Memotong kuku

c) Bercukur atau memotong rambut atau bulu badan

d) Memakai minyak harm pada pakaian ataupun badan

e) Bersentuh dengan perempuan dengan Syahwat

f) Bersetubuh sesudah Tahallul-Awwal

3. Menyembelih seekor unta kalau tidak sanggup wajib menyembelih seekor sapi kalau
tidak mungkin dapat diganti menyembelih 7 ekor kambing kalau tidak bisa harga seekor
unta ditaksir harganya sebanyak harganya dibelikan makanan untuk disedekahkan kepada
fakir miskin kalaupun tidak sanggup maka wajiblah diganti dengan puasa untuk tiap-tiap
1 mud makanan harga unta itu dengan puasa 1 hari. Denda ini di jatuhkan kepada orang
yang bersetubuh sebelum Tahallul-Awal.

4. Barang siapa yang membunuh hewan buruan di tanah haram maka wajib membayar dam
sebagai berikut:

a) Menyembelih hewan yang serupa atau hampir sama dengan binatang yang terbunuh

b) Kalau itu tidak mungkin wajib bersedekah makanan sebanyak harga binatang
tersebut, kalaupun tidak bisa bole diganti dengan puasa, dengan perhitungan 1 mud
1 hari.

c) Barang siapa yang memotong kayu di tanah haram maka dendanya adalah:

d) Bagi kavu besar dendanva seekor unta atau sapi.

e) Bagi kayu kecil dendanya seekor kambing.

5. Bagi yang terhalang di jalan, sehingga tidak dapat meneruskan pekerjaan haji atau umrah,
maka bole tahallul dengan menyembelih seekor kambing di tempat itu, kemudian
bercukur atau memotong rambut dengan niat tahallul.

B. Tempat membavar denda

1. Denda yang berupa menyembelih binatang dan memberi makan, dibayarkan di tanah
haram.

2. Denda yang berupa puasa dibayarkan dimana saja kecuali yang telah ditentukan harus
dilakukan di waktu haji.

3. Denda yang berupa menyembelih binatang karena terhalang dibayarkan di tempat ia


KESIMPULAN

Dalam makalah ini, kami telah menjelaskan secara komprehensif tentang pelaksanaan haji dan
tata caranya. Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki makna yang
mendalam bagi umat Muslim. Melalui ibadah haji, seseorang memiliki kesempatan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbaiki akhlak, serta merenungkan makna
kehidupan.

Dalam menjalankan ibadah haji, persiapan yang matang sangatlah penting. Persyaratan fisik dan
finansial harus dipenuhi, dan calon jamaah haji perlu menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
Manasik haji (tata cara pelaksanaan ibadah) juga harus dipahami dengan baik, mulai dari tawaf,
sai, wukuf di Arafah, hingga melempar jumrah. Pentingnya menjaga etika dan keselamatan
selama menjalankan ritual haji juga tidak dapat diabaikan.

Dalam pelaksanaan haji, ada banyak nilai-nilai yang dapat dipetik. Keikhlasan, kerendahan hati,
persaudaraan antarumat Muslim, serta pengorbanan dalam berbagi rezeki dan beribadah
bersama-sama menjadi bagian integral dari ibadah haji. Haji juga mengajarkan pentingnya
kesabaran, pengendalian diri, serta menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.

Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pelaksanaan haji
dan tata caranya bagi pembaca, terutama bagi mereka yang memiliki keinginan dan niat untuk
melaksanakan ibadah haji di masa mendatang. Haji adalah perjalanan spiritual yang penuh
tantangan, namun di dalamnya terdapat keindahan dan kenikmatan yang tak tergantikan.

Dalam menutup makalah ini, kami ingin menekankan pentingnya persiapan, kesadaran, dan
kesiapan fisik serta mental dalam melaksanakan ibadah haji. Ibadah ini bukan hanya sekadar
kewajiban, tetapi juga merupakan peluang emas untuk memperdalam keimanan dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Terakhir, kami berharap bahwa makalah ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat bagi
mereka yang ingin menjalankan ibadah haji. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
aspek yang dapat dikaji lebih dalam, namun semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
awal yang cukup untuk memahami esensi pelaksanaan haji dan memberikan motivasi bagi setiap
Muslim untuk melaksanakan ibadah yang mulia ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M. A. (n.d.). Tuntunan Haji . Suatu Pengamatn dan Kesan Menunaikan Ibadah haji, 37-
38 & 39-40.
Kementrian Agama. (n.d.). Al-Quran dan Terjemah. 62.
Putuhena, S. (2007). Hostografi Haji Indonesia. I,; Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara.
Shihaab, M. Q. (1999). Haji Bersama M. Quraish Shihaab. Cet. II: Bandung: MIzan, 104.
Shihab, M. (1999). Haji Bersama M.Quraish Shihab. Cet, II; Bandung: Mizan, 86.

Anda mungkin juga menyukai