Anda di halaman 1dari 14

Hikmah disyariatkan ibadah haji

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Hukum Islam


Dosen pengampu : Dr. Moh. Ahsanuddin Jauhari, S.fil,, M.Hum

Disusun Oleh :
Legenda Pradiptanuari K 1203060059
Muhamad Ibnu Baihaqi 1203060068
Muhammad Galih Ramadhan 1203060075
Muhammad Limahl Putra 1203060078
JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas segala limpahan rahmat Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul Hikmah disyariatkan ibadah haji. Dengan hadirnya makalah ini, diharapkan dapat
memberikan informasi dan pengetahuan wawasan bagi para pembaca, khususnya mahasiswa
program studi Hukum Pidana Islam.

Sholawat dan salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw,
serta keluarga, sahabat dan pengikutnya. Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak,
penulisan makalah ini mungkin tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan
terima kasih kepada Moh. Ahsanuddin Jauhari, Dr, S.fil,, M.Hum. selaku dosen pengampu yang
telah memberikan pengarahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah
ditentukan.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna yang disebabkan
karena keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki. Sehingga, kami sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah yang selanjutnya dapat
disusun dengan lebih baik lagi. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan para pembaca.

Bandung, November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I ...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................2
C. Tujuan ................................................................................................................................2
BAB II .........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN .........................................................................................................................3
A. Pengertian dan ketentuan Haji ..........................................................................................3
B. Hikmah Di syariatkannya Haji ..........................................................................................4
BAB III .......................................................................................................................................10
PENUTUP ...................................................................................................................................10
A. Kesimpulan ......................................................................................................................10
B. Saran ..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai umat muslim pasti kita sering kali tahu dan mendengar istilah haji, karena Haji
merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim di seluruh dunia. Oleh karena itu umat muslim di
dunia banyak yang berharap bisa pergi haji di tanah suci Mekkah. Dalam ajaran islam, setiap
muslim diwajibkan untuk melaksanakan rukun islam. Islam dibangun diatas lima pilar, yaitu:

1. Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Muhammad SAW, utusan
Allah.

2. Mendirikan shalat.

3. Mengeluarkan zakat.

4. Melakukan ibadah puasa pada bulan Ramadhan.

5. Melaksanakan ibadah haji kerumah Allah yang Suci (ka’bah).

Di dalam Alqur’an pun sudah di sebutkan bahwa haji merupakan kewajiban bagi umat
muslim bagi yang mampu. Seperti pada surat Ali-Imron ayat 96-97. Salah satu rukun Islam
tersebut, yaitu menunaikan Ibadah Haji bagi yang mampu. Ibadah Haji merupakan rukun Islam
yang kelima setelah syahadat, sholat, zakat, dan puasa. Ibadah Haji wajib dilaksanakan bagi
setiap muslim yang mampu minimal satu kali seumur hidup sedangkan setelahnya adalah
sunnah.

Sebaliknya, orang-orang yang telah merasa dirinya mampu seakan berlomba-lomba agar
dirinya dapat menunaikan ibadah haji. Ada banyak motivasi dari orang-orang yang ingin
menunaikan ibadah haji, tetapi tidak sedikit pula motivasi ibadah haji hanya ingin menunjukkan
pada masyarakat lain bahwa dirinya mampu beribadah haji dan mendapat gelar atau sebutan Haji
atau Hajjah, agar berada di posisi atas dalam lapisan masyarakat serta dihormati oleh
masyarakat.

1
Apabila dibandingkan dengan jaman dahulu orang yang akan pergi haji terlebih dahulu dia
memperbaiki tingkah perilakunya dengan masyarakat, tingkat ibadahnya dan semua yang
berorientasi pada kemaslahatan sosial. Ibadah haji sangat erat kaitannya dengan habluminallah
dan habluminannas sebagai satu kesatuan dari kesadaran religius yang tinggi. Dengan artian,
manusia melaksanakan ibadah haji benar-benar dapat menghayati perannya sebagai Abdillah
(dalam dimensi vertikal) dan sebagai khalifah (dalam dimensi horizontal). Oleh karena itu, sering
kali ibadah haji sebagai kegiatan untuk merubah diri, dari kepribadian yang sebelumnya menjadi
pribadi yang lebih baik, setelah melaksanakan ibadah haji menjadi sorang pribadi yang jauh lebih
baik. Jamaah haji yang telah kembali ke tanah air diharapkan mengamalkan pesan moral yang
diperoleh ketika berhaji dengan merefleksikannya dalam keseharian dan di lingkungan
sekitarnya. Seorang haji harus mampu menjadi role model bagi masyarakat (panutan di dalam
masyarakat) untuk menciptakan kemajuan dalam masyarakat yang dirahmati Allah.1

B. Rumusan Masalah
1. Definisi dan Kententuan Hukumnya Haji
2. Hikmah Disyariatkan Haji
C. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui Definisi Dan ketentuan Hukum nya haji
2. Mengetahui Hikmah Disyariatkan Haji

1
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 3.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan ketentuan Hukumnya Haji

Di antara pilar dalam Islam yang diwajibkan kepada umat Islam adalah melaksanakan haji
ke Baitullah (Makkah). Ibadah ini merupakan rukun kelima dalam Islam dan dilakukan jauh
sebelum diutusnya Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Beberapa abad sebelum kota Makkah sebagai pusat
Islam dengan ditandai lahirnya Baginda Nabi, para nabi sebelumnya sudah melaksanakan haji di
kota tersebut. Sebagaimana jamak diketahui, hikmah disyariatkannya semua ibadah tidak lepas
dari dua hal: (1) sebagai pengakuan bahwa dirinya sebagai hamba dan (2) sebagai ungkapan
syukur pada Allah .

Ibadah haji mengandung dua hikmah ini sekaligus. Pertama, ibadah haji adalah manifestasi
penghambaan, serta wahana menampakkan kehinaan dirinya, seperti yang terlihat ketika ihram.
Orang berhaji dilarang untuk menghias dirinya meskipun sebenarnya boleh dilakukan di luar
haji. Saat ihram, ia dituntut berpenampilan sangat sederhana dan menampakkan perasaan butuh
pertolongan dan rahmat Tuhan-Nya. Kedua, ibadah haji juga merupakan wujud ungkapan syukur
atas nikmat Allah. Dengan ibadah haji, seseorang harus mengorbankan dua hal, yaitu badan dan
hartanya. Dan, ungkapan yang benar untuk mensyukuri nikmat harta dan badan adalah dengan
menggunakannya pada jalan yang diridhai oleh Allah ‫ﷻ‬. Mengenai dalil diwajibkannya haji
ialah dalam Al-Qur’an Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

َ‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع ِإلَ ْي ِه َسبِيالً َو َمن َكفَ َر فَِإ َّن هللاَ َغنِ ٌّي َع ِن ْال َعالَ ِمين‬ ‫هّٰلِل‬
ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
ِ َّ‫َو ِ َعلَى الن‬
Artinya, “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah
haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.
3
Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari seluruh alam” (QS Ali ‘Imran: 97). Dalam sebuah hadist, Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda:

‫فَحُجُّ وا‬ َ ‫ض هللاُ َعلَ ْي ُكم‬


‫الح َّج‬ َ ‫ قَ ْد فَ َر‬، ُ‫أيُّهَا النَّاس‬
Artinya, “Wahai manusia! Sungguh Allah telah mewajibkan haji atas kamu sekalian, maka
kerjakanlah haji” (HR Muslim). Syekh Khatib asy-Syarbini dalam kitab Mughnil Muhtaj
mengatakan, ibadah haji ke Baitullah al-Haram sudah sering dilakukan orang sebelum diutusnya
Nabi Muhammad.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Nabi Adam ‘alaihissalam berjalan kaki dari
daratan India untuk melaksanakan ibadah haji ke Makkah al-Mukarramah. Sesampainya di sana,
Malaikat Jibril menemuinya dan mengabarkan bahwa sesungguhnya para malaikat sudah
melakukan tawaf di Baitullah selama tujuh ribu tahun. Berdasarkan pendapat ini, tidak heran
apabila sebagian ulama berpendapat bahwa semua nabi pernah melakukan ibadah tersebut. Para
ulama berbeda pendapat tentang permulaan disyariatkannya ibadah haji.

Ada yang mengatakan bahwa ibadah haji diwajibkan pada tahun kesepuluh Hijriah. Ada
yang berpendapat bahwa haji telah diwajibkan sebelum Nabi Muhammad melakukan hijrah ke
Madinah. Ada juga yang berpendapat diwajibkannya haji bertepatan pada tahun keenam setelah
Hijrah. Dari beberapa pendapat tersebut, pendapat yang terakhir merupakan pendapat yang
paling masyhur dan disepakati di kalangan para ulama.2

B. Hikmah Disyariratkan Haji

Hikmah disyariatkannya ibadah haji sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ibadah yang
lain, seperti shalat jamaah, shalat Jumat, dan dua shalat hari raya, yaitu tampaknya persatuan
umat Islam. Islam menginginkan adanya sebuah ibadah yang bisa menghilangkan sekat kaya,
miskin, tampan, jelek, kulit putih, kulit hitam, atau lainnya. Di sisi Allah ‫ﷻ‬, semuanya sama.
Oleh karenanya, tentu adanya ibadah-ibadah yang telah disebutkan tidak lantas mempersatukan

2
(Syekh Khatib asy-Syarbini, Mughnil Muhtaj [Bairut: Darul Kutub al-Ilmiah, 2011], juz 1, h. 613)

4
umat Islam secara mayoritas. Ibadah itu hanya bisa mempersatukan umat Islam di tempat mereka
masing-masing. Tentu tidak dengan ibadah haji.

Ibadah yang satu ini mampu menampung semua umat Islam yang telah memenuhi
kewajiban-kewajibannya untuk bersatu dalam satu baris dan satu tempat. Syekh Ali Ahmad al-
Jarjawi mengatakan dalam kitab Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh, bahwa Allah ‫ ﷻ‬mensyariatkan
ibadah haji agar umat Islam dari seantero negeri bersatu dan berkumpul di satu tempat yang
sama, mengesampingkan semua perbedaan yang ada, mulai dari suku, budaya, negeri, mazhab
dan lainnya. Mereka semua berkumpul di atas satu nama, yaitu Islam. Sebagaimana disampaikan
dalam Al-Qur’an, Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

ٍ ‫ضا ِم ٍر يَّْأتِي َْن ِم ْن ُكلِّ فَجٍّ َع ِم ْي‬


‫ق‬ َ ‫اس بِ ْال َحجِّ يَْأتُ ْو‬
َ ِّ‫ك ِر َجااًل َّو َع ٰلى ُكل‬ ِ َّ‫َواَ ِّذ ْن فِى الن‬
Artinya, “(Wahai Ibrahim), serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka
akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh” (QS Al-Hajj: 27).

Ketika semua umat Islam dari berbagai tempat telah berkumpul di Makkah, maka akan
tercipta darinya sebuah hubungan erat dan timbulnya kasih sayang antarsatu dengan yang
lainnya. Dari Indonesia akan mengenal orang Arab, begitupun sebaliknya. Orang Turki akan
mengenal orang India, pun sebaliknya. Orang barat akan mengenal orang timur, pun sebaliknya.
Dengannya, akan sangat tampak bahwa mereka bagaikan saudara dari ayah dan ibu yang sama. 3

Dengannya pula, akan tercipta sebuah hubungan yang diikat oleh agama Islam dan tidak
akan bisa dipisahkan oleh perbedaan ras dan suku, budaya dan bangsa. Tidak sebatas itu, adanya
perkumpulan di bawah naungan agama Islam, dengan satu ibadah, satu bacaan, dan satu tujuan,
yaitu meraih ridha-Nya, mereka juga bisa berbagi kisah-kisah inspiratif dari negara mereka
masing-masing, berbagi cerita perkembangan Islam dan peradaban lainnya.

Sebagaimana disampaikan Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi, yaitu:

‫ وهذا هو معنى الجامعة‬.‫وعلى الجملة فانهم يتبادلون كل ما فيه مصلحتهم الدنيوية واألخروية‬
‫االسالمية التي تتخوف‬.

3
https://islam.nu.or.id/haji-umrah-dan-kurban/sejarah-ketentuan-dan-hikmah-disyariatkannya-ibadah-haji-1TzMS

5
Artinya, “Oleh karenanya, sesungguhnya mereka bisa bertukar pendapat tentang kebaikan-
kebaikan dunia dan akhirat. Dan ini maksud dari persatuan Islam yang ditakuti (musuh-musuh
Islam).” (Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi, Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh [Bairut: Darul Fikr,
1997], juz 1, h. 123).

Semua ini merupakan salah satu manfaat disyariatkannya ibadah haji. Sebagaimana
diisyaratkan dalam Al-Qur’an, Allah ‫ ﷻ‬berfirman: ‫ت‬ٍ ‫اس˜ َم هّٰللا ِ فِي َأي ٍَّام َم ْعلُو َم˜˜ا‬
ْ ‫لِيَ ْش˜هَدُوا َمنَ˜˜افِ َع لَهُ ْم َويَ˜ ْ˜ذ ُكرُوا‬
Artinya, “Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut
nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan” (QS Al-Hajj: 28). Ada juga hikmah
penting yang perlu dipahami, yaitu hikmah diletakkannya ibadah haji di kota Makkah. Selain
keagungan Ka’bah yang tidak ternilai keagungan dan kemuliaannya, Makkah sendiri sebagai
tempat dilaksanakannya ibadah haji mempunyai beberapa keistimewaan, sebagaimana
disampaikan Syekh al-Jarjawi. Di antaranya:

(1) kota Makkah merupakan tanah air Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, yaitu tempat dilahirkannya
Rasulullah; (2) Makkah merupakan kota suci sekaligus menjadi awal munculnya agama Islam.
Dari sinilah cahaya Islam mulai menerangi berbagai penjuru bumi;

(3) dengan melakukan haji, seseorang akan mengingat perjuangan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
ketika membangun kiblat—mengingat merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi umat Islam;
(4) Makkah merupakan kota yang disucikan dan dijaga dari orang-orang yang beragama selain
Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah, yaitu:

ِ ‫َان فِي َج ِزي َر ِة ْال َع َر‬


‫ب‬ ِ ‫اَل يَجْ تَ ِم ُع ِدين‬
Artinya, “Tidak akan berkumpul dua agama di Jazirah Arab”. 4

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa disyariatkannya ibadah haji tidak hanya
sebatas tentang ibadah biasa, lebih dari itu, adanya ibadah haji justru sebagai bukti akan
persatuan dan kejayaan Islam, serta sebagai bukti kekompakan pemeluknya. Juga sebagai ajang
tukar pendapat satu suku dengan suku lainnya, satu negara dengan negara lainnya. Tidak hanya
itu, ketika sudah ada di Baitullah, tidak ada perbedaan antarumat Islam, semuanya sama-sama
sebagai hamba Allah dengan tujuan yang sama pula. Mereka tidak dibedakan dengan berbagai

4
(Syekh al-Jarjawi, Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh, 1997, juz 1, h. 176).

6
identitas yang mereka miliki. Sangat disayangkan bila semua umat Islam lupa dan tidak
mengetahui semua manfaat dan hikmah luar biasa ini. Mereka melaksanakan ibadah haji hanya
sebatas ingin menunaikan kewajiban belaka yang harus ia laksanakan, namun lupa akan hikmah
dan manfaat luar biasa yang ada di dalamnya.

Allah swt. sungguh telah mensyariatkan berbagai macam ritual ibadah di dalam Islam
untuk kemaslahatan hamba-Nya, baik kemaslahatannya itu dapat diraih nanti ketika di akhirat,
maupun dapat dirasakan di dunia. Atau baik kemaslahatan dini (agama) maupun duniawi (dunia).

‫ت َعلَى َما َر َزقَهُم ِّمن بَ ِهي َم ِة اَأْل ْن َع ِام فَ ُكلُوا‬


ٍ ‫لِيَ ْشهَ ُدوا َمنَافِ َع لَهُ ْم َويَ ْذ ُكرُوا ا ْس َم هَّللا ِ فِي َأي ٍَّام َّم ْعلُو َما‬
ْ ‫ِم ْنهَا َوَأ‬
َ ‫ط ِع ُموا ْالبَاِئ‬
‫س‬

َ ِ‫ْالفَق‬
)28 :‫ير} (الحج‬
“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka, dan agar mereka menyebut
nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan. Atas rezeki yang Dia berikan kepada
mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah
untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir” (Q.S. Al-Hajj:22/28).

Berdasarkan ayat tersebut, Ibnu Abbas ra. menafsirkan bahwa haji dan umrah itu memiliki
manfaat-manfaat baik di dunia dan akhirat. Adapun manfaat akhirat adalah keridaan Allah Swt.
atas apa yang telah umat Islam lakukan, yakni haji dan umrah dengan ikhlas. Dan manfaat dunia
adalah adanya kemanfaatan bagi fisik, hewan yang disembelih untuk dibagikan kepada fakir
miskin dan perdagangan.5

Oleh karena adanya indikasi hikmah dan manfaat di balik pensyariatan haji dan umrah, maka
Dr. Mustafa Al Khin, Dr. Mustafa Al Bugha dan Ali Al Syarbaji di dalam kitab Alfiqh Al
Manhaji Ala Madzhab Al Imam Al Syafii merinci hikmah dan manfaat haji dan umrah
sebagaimana berikut:

1. Kumpulnya orang-orang muslim.

Agama ini dibangun atas berkumpulnya dan saling mengasihinya antara umat Islam. Oleh karena
itu, Allah swt. menjadikan mayoritas ibadah yang disyariatkan kepada umat Islam itu sebagai

5
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 482.

7
sarana untuk bertemunya antar umat Islam. Allah Swt. menjadikan mereka bertemu setiap hari
lima kali adengan disyariatkannya aturan salat jemaah. Dan Allah swt. menjadikan pertemuan
lain yang berulang-ulang setiap minggunya dalam bentuk disyariatkannya salat Jumat.
Pertemuan lainnya yang berulang-ulang setiap tahun sekali dari seluruh negara berpenduduk
muslim, Allah mensyariakan haji ke baitullah.

2. Menghidupkan hakikat persaudaraan islam dan menampakkannya dengan bentuk yang


nyata. Yakni karena ada pengaruh perbedaan bahasa dan jauhnya negara, maka sarana yang
paling baik untuk menghidupkan persaudaraan Islam adalah pertemuan umat Islam di Baitullah.
Mereka berbisik dengan doa yang satu kepada Tuhan yang satu dengan satu arah

3. Mempererat seluruh umat muslim yang saling berjauhan rumahnya ke satu poros. Yakni
Makkah, Dimana dari kota ini muncul cahaya tauhid yang memancar ke seluruh penjuru dunia,
yang menjadi tanda persatuan umat Islam dan inkarnasi permulaan mereka.

4. Menampakkan persamaan umat Islam.

Di dalam haji dan umrah itu gugur semua perbedaan antara satu muslim dengan lainnya,
yang membuat bangga satu dengan lainnya di dalam pakaian dan harta. Di Arafah, Mina,
melempar jumrah, dan tawaf hampir tidak dapat diketahui mana orang Islam yang kaya dan fakir.
Disini sama antara yang tuan dan pembantu, semuanya telah terendam dalam satu ruh. Yakni
mendekatkan diri kepada Allah swt. dan mencari ridanya.

Haji dan umrah juga mengingatkan awal dilahirkannya manusia dari perut ibunya yang sama
semua, tidak ada keistimewaan satu dengan lainnya, begitu pula ketika hari Akhir ketika manusia
dibangkitkan Tuhan dalam keadaan bertelanjang kaki dan pakaian. Sehingga seharusnya orang-
orang yang sedang berhaji dan umrah meresapi hikmah ini, dimana tidak ada lagi sifat sombong
dan angkuh di dalam diri mereka.

5. Sebagai pengingat, napak tilas dari para nabi dan rasul. Karena arena ibadah haji itu
mengandung pristiwa-peristiwa penting. Ketika umat Islam di Baitullah, maka muncul di benak
mereka nabi Ibrahim dan Ismail. Merekalah yang membangun Baitullah itu dan tampak gambar
Nabi yang mencium hajar Aswad serta menghinakan berhala-berhala yang dulu berada di sekitar

8
Baitullah. Ketika di bukit Safa dan Marwa, orang muslim mengingat ibu Hajar as. yang berusaha
mencari air untuk anaknya, Ismail. Di Mina ketika melempar jumrah, maka umat Islam akan
merasakan tempat nabi Ibrahim as. melawan setan dan tidak menuruti perintahnya,
melemparinya dengan krikil dan menghadap perintah tuhannya untuk melaksanakan perintah
Allah swt. menyembelih putranya dan peristiwa-peristiwa lainnya.

6. Orang-orang fakir mendapatkan rezeki atas keberkahan musim haji dari orang-orang
kaya. Hal ini merupakan salah satu berkat doa nabi Ibrahim as. yang telah dikabulkan oleh Allah
Swt.

(ً‫صالَةَ فَاجْ َعلْ َأ ْفِئ َدة‬ ْ ‫ك ْال ُم َحر َِّم َربَّنَا لِيُقِي ُم‬
َّ ‫وا ال‬ ُ ‫َّربَّنَا ِإنِّي َأ ْس َك‬
ٍ ْ‫نت ِمن ُذرِّ يَّتِي بِ َوا ٍد َغي ِْر ِذي َزر‬
َ ِ‫ع ِعن َد بَ ْيت‬

َ‫ت لَ َعلَّهُ ْم يَ ْش ُكرُوْ ن‬


ِ ‫اس تَه ِْوي ِإلَ ْي ِه ْم َوارْ ُز ْقهُم ِّمنَ الثَّ َم َرا‬
ِ َّ‫ِّمنَ الن‬
“Ya Allah, sesungguhnya Aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan
(yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur.” (Q.S. Ibrahim; 14/37).

7. Haji itu melatih fisik atas sesuatu yang kasar dan sulit, serta melatih kesabaran dari hal-
hal yang dibenci. Melatih untuk tawadlu dan toleransi, bergaul dengan baik dan mendidik jiwa
untuk mencurahkan diri (totalitas dalam beribadah), berkurban, sadaqah dan berbuat baik. Dan
untuk melatih hati nurani agar suci dan dekat dengan Allah Swt.

Allah Swt. berfirman:

ْ ُ‫َال فِي ْال َحجِّ َو َما تَ ْف َعل‬


{‫وا‬ َ َ‫ض فِي ِه َّن ْال َح َّج فَالَ َرف‬
َ ‫ث َوالَ فُسُو‬
َ ‫ق َوالَ ِجد‬ ٌ ‫ْال َحجُّ َأ ْشهُ ٌر َّم ْعلُو َم‬
َ ‫ات فَ َمن فَ َر‬

ِ ‫ُوا فَِإ َّن َخي َْر ال َّزا ِد التَّ ْق َوى َواتَّقُو ِن يَا ُأوْ لِي اَأل ْلبَا‬
‫ب‬ ْ ‫} ِم ْن خَ ي ٍْر يَ ْعلَ ْمهُ هللاُ َوتَ َز َّود‬.

Haji itu (pada) bulan-bulan yang dimaklumi. Barang siapa mengerjakan (ibadah)haji dalam
bulan-bulan itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafas)., berbuat maksiat, dan bertengkar
dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya.

9
Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada
Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat. (Q.S. Al Baqarah; 2/197).6

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Haji adalah ziarah Islam tahunan ke Mekkah, kota suci umat Islam, dan kewajiban wajib
bagi umat Islam yang harus dilakukan setidaknya sekali seumur hidup mereka oleh semua orang
Muslim dewasa yang secara fisik dan finansial mampu melakukan perjalanan, dan dapat
mendukung keluarga mereka selama ketidakhadiran mereka. Ini adalah satu dari lima Rukun
Islam, di samping syahadat, salat, zakat, dan puasa. Haji adalah pertemuan tahunan terbesar
orang-orang di dunia. Keadaan yang secara fisik dan finansial mampu melakukan ibadah haji
disebut istita’ah, dan seorang Muslim yang memenuhi syarat ini disebut mustati. Haji adalah
demonstrasi solidaritas orang-orang Muslim, dan ketundukan mereka kepada Tuhan (Allah).
Kata Haji berarti “berniat melakukan perjalanan”, yang berkonotasi baik tindakan luar dari
perjalanan dan tindakan ke dalam niat.

B. Saran

Kami selaku penulis sadar masih banyak kekurangan, baik dalam tulisan maupun bahasan
yang disajikan. Oleh karena itu, mohon diberikan sarannya agar kami bias membuat makalah
yang lebih baik lagi dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menambah
wawasan dalam belajar.

6
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/hikmah-syariat-haji-dan-umrah/

10
DAFTAR PUSTAKA

(Syekh Khatib asy-Syarbini, Mughnil Muhtaj [Bairut: Darul Kutub al-Ilmiah, 2011], juz 1, h.
613)

https://islam.nu.or.id/haji-umrah-dan-kurban/sejarah-ketentuan-dan-hikmah-disyariatkannya-
ibadah-haji-1TzMS

(Syekh al-Jarjawi, Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh, 1997, juz 1, h. 176).

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta:
Amzah, 2009), h. 482.

https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/hikmah-syariat-haji-dan-umrah/

11

Anda mungkin juga menyukai